Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH


PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

LUTVIA NURAENI
NIM. 201601069

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2019
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

 Nya yang tiada tertandingi sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

 penelitian dengan judul, “ Pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap

 penurunan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak 

yang telah membantu dalam prose penyelesaian proposal penelitian ini terutama

kepada :

1. Ibu Ita Eko Suparni, S.Si.T.,M.Keb selaku ketua STIKES Karya Husada

Kediri.

2. Ibu Farida Hayati, S.Kep.,M.Kep selaku ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

3. Ibu Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi yang

sangat membantu bagi saya dalam pembuatan proposal penelitian ini.

4. Para dosen STIKES Karya Husada Kediri, khususnya Progam Studi S1

Keperawatan yang membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini.

5. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa mendukung, mendoakan

dan mengorbankan waktu serta biaya untuk saya dalam mengikuti

 pendidikan dan menyelesaikan proposal penelitian ini.

6. Semua teman- teman saya di tingkat 3 Progam Studi S1 Keperawatan,

yang memberikan motivasi dan semangat kepada saya.


7. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dalam penyusuna proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik 

yang membangun dari sebuah pihak. Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak 

tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga

 penulis dapat melanjutkan penelitian dan dapat menyelesaikan penelitian tepat

waktu.

Pare, Maret 2019

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR 

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaan Penelitia

1.5 Revalensi

BAB 2 TI JAUAN PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama

 bagi perkembangan penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada

orang-orang yang telah lanjut usia, hal ini disebabkan ketegangan yang lebih

tinggi dalam arteri sehingga menyebabkan hipertensi. Lansia sering terkena

hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah

cenderung meningkat. Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga

disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih besar pada orang yang

 banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.

Badan kesehatan dunia atau WHO (World   Health Organization)  juga

memberikan batasan   bahwa seseorang, dengan beragam usia dan jenis

kelamin, apabila tekanan darahnya berada pada satuan 130/80 mmHg atau

diatas 160/90 mmHg, maka sudah dapat dikategorikan sebagai penderita

hipertensi. Pengobatan hipertensi ada 2 cara pengobatan secara farmakologis

dan non-farmakologis. Pemberian terapi non-farmakologis relatif praktis dan

efesien yaitu dengan cara pemberian air rebusan seledri. Menurut Volkov

2010, Seledri atau celery ( Apium graveolens) merupakan salah satu jenis dari

 jenis terapi non-farmakologi untuk menangani penyakit hipertensi.

Masyarakat Cina tradisional sudah lama menggunakan seledri untuk 

menurunkan tekanan darah.


Pada 100 gr seledri terkandung 344 mg kalium dan 125 mg natrium.

Konsumsi makanan dengan perbandingan kalium dan natrium yang mencapai

3:1, sangat baik bagi penderita darah tinggi. Oleh karena itu sangat baik untuk 

 pengobatan dan adapun manfaat seledri sebagai antihipertensi terbukti

 berhasil menurunkan tekanan darah tinggi karena aktivitasnya sebagai

calcium antagonis yang berpengaruh pada tekanan darah, ini artinya senyawa

aktif dalam seledri bekerja pada reseptor pembuluh darah yang akhirnya

memberi efek relaksasi sehingga memberi efek relaksasi, konsumsi seledri

 bisa mengurangi ketegangan pembuluh darah. Pada seledri perbandingan

tersebut 2,75:1 sudah sangat mendekati rasio ideal untuk pencegahan

hipertensi. Pada pasien hipertensi saat tekanan darah naik  maka pembuluh
darah akan mengencang/menegang. Pada normalnya hanya berdenyut saja.

Penelitian yang dilakukan oleh  National  health and Nutrition Examination

Surveys (NHANES 2011) di Amerika Serikat menunjukan bahwa sekitar 

32,4% dari populasi orang dewasa menderita hipertensi dan prevalensi ini

meningkat tajam dengan bertambahnya usia.  Penyakit tekanan darah tinggi

atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya.

Menurut badan kesehatan WHO (World    Health  Organization)angka

memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus menerus meningkat

seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang,

diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Prevalensi

 penderita saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global

Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO (World Health


Organization)  menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki

 penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika

memagang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara

dikawasan Asia Tenggara 36% orang dewasa menderita hipertensi. Untuk 

kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap bulannya.

Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah.

Sedangkan menurut AHA ( American Heart  Association) di Amerika, tekanan

darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28%

atau 59 juta orang mengidap prehipertensi (Purwandhono, 2010). Di Indonesia

 banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4%


yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa,

50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga

mereka cenderung untuk menjadi hipetensi berat karena tidak menghindari

dan tidak mengetahui faktor-faktor resikonya dan 90% merupakan hipertensi

esensial.

Pada bukti ilmiah yang dilakukan Prof. James Elliot dan koleganya yang

dilakukan di Universitas Kentucky di Amerika Serikat berjudul “Khasiat daun

Seledri” melakukan percobaan terhadap 45 orang yang berusia sekisar 40-50

tahun. Kelompok pertama terdiri atas 20 orang yang tidak diberi apa-apa dan

kelompok kedua diberi air perasan seledri selama 1 bulan setiap pagi dan sore

hari. Setelah diadakan evaluasi pada bulan berikutnya, ternyata pada

kelompok pertama fluktuasi kenaikan tekanan darah sangat lebar, sedangkan


 pada kelompok kedua fluktuasi tekanan darahnya kecil. Disimpulkan, tekanan

darah mereka yang rajin mengkonsumsi daun seledri, lebih stabil. Pada

 percobaan itu, pengukuran tekanan darahnya dilakukan setiap saat pada setiap

anggota kelompok tadi.

Penatalaksanaan hipertensi pada lansia dapat dicegah atau dikontrol, dengan

cara mengubah gaya hidup seperti pengaturan pola makan, olahraga teratur,

mengurangi stres dan mengkonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah.

Pengaturan pola makan dan olahraga teratur umumnya telah terbukti dapat

menurunkan tekanan darah, namun penggunaan pemberian air rebusan seledri

sebagai tatalaksana non-farmakologi untuk pengobatan hipertensi masih

dalam tahap perkembangan.

Penatalaksanaan lain pada lansia penderita hipertensi menggunakan air 

rebusan seledri pada lansia terutama di Indonesia masih sangat sedikit

diketahui oleh masyarakat terutama pada lansia, sehingga peneliti tertarik 

untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi untuk 

mengetahui tentang hubungan meminum air rebusan seledri dengan

 penurunan tekanan darah dan untuk mengontrol kenaikan tekanan darah

( jurnal Lisna Nuryanti progam studi s1 keperawatan stikes medistra

 Indonesia).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan

darah penderita hipertensi pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah

 penelitian yaitu : Apakah ada pengaruh pemberia air rebusan seledri terhadap

 penurunan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan

tekanan darah penderita hipertensi pada lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1  Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi

1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan seledri.

1.3.2.3 Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan seledri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti


Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman

 peneliti tentang riset keperawatan serta pengembangan wawasan tentang

 pengobatan tradisional dengan mengkonsumsi rebusan seledri.


1.4.2 Bagi Responden
Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih

 pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan

darah yaitu dengan mengkonsumsi rebusan seledri


.
1.4.3 Bagi Instuti Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensiuntuk memperkaya

 pustaka yang sudah ada dan hasilnya nanti diharapkan dapat bermanfaat

sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan guna meningkatkan

mutu pendidikan selanjutnya.

1.5 Relevansi

Masyarakat saat ini banyak beralih menggunakan bahan herbal dan tradisional

yang lebih alami termasuk obat, selain murah dan mudah didapat, masyarakat
 juga sudah mulai memahami berbagai efek samping yang terjadi bila

menggunakan obat kimia sehingga mereka menggunakan obat herbal dan

tradisional yangb memiliki efek samping lebih ringan dari pada obat kimia.

Dan dengan kemajuan zaman, banyak diciptakan terapi non farmakologi salah

satunya seperti pemberian air rebusan seledri. Seledri sendiri mempunyai

khasiat dapat menurunkan tekanan darah, sehingga dapat menurunkan

terjadinya hipertensi. Penderita hipertensi dapat melakukan terapi ini secara

mandiri karena mudah tanpa obat dan menggunakan bahan-bahan alami.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Seledri

2.1.1 Definisi Seledri


Seledri ( Apium graveolens L) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat

yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk 

Jepang, Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai

 bahan makanan. Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah

Belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai

lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai

daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan (Volkov, 2010).

2.1.2 Taksonomi Seledri

Menurut Volkov (2010)  dalam taksonomi tumbuhan, seledri

diklasifikasikan sebagai berikut ; Kingdom plantae (tumbuh-tumbuhan),


Divisi magnoliophyta, Kelas magnoliopsida, Ordo apiales, Famili

apiaceae, Genus apium, Spesies A. Graveolens, Nama binomial apium

graveolens l.

2.1.3 Marfologi Seledri

Seledri berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia, dan merupakan

tanaman dataran tinggi, yang ditemukan pada ketinggian di atas 900 m

dpl. Di daerah ini seledri yang tumbuh memiliki tangkai daun yang

menebal. Untuk pertumbuhannya, seledri memerlukan cuaca yang lembab.

Seledri juga bisa ditanam di dataran rendah. Hanya saja ukuran batangnya

menjadi lebih kecil dan digunakan sebagai penyedap masakan. Seledri

terdiri dari tiga jenis yaitu seledri daun, seledri potongan dan seledri

 berumbi (Dalimartha, 2005).


Tanaman seledri tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik 

yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang

 banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak 

daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm, helaian

daun tipis dan rapuh, pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2-

7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-

 putihan. Bunga majemuk berbentuk payung, 8-12 buah, kecil-kecil,

 berwarna putih, mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk 

kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan (Dalimartha,

2005).

Seledri dipanen setelah berumur 6 minggu sejak ditanam. Tangkai daun

yang agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun muda dibiarkan

tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daunnya yang berdaging dan

 berair dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daunnya digunakan

untuk penyedap sup. Jika seledri ditanam di daerah tropik, ukuran

 batangnya kurang besar sehingga seluruh bagian tanaman digunakan

sebagai sayur. Seledri dapat diperbanyak dengan biji (Dalimartha, 2005).

2.1.4 Manfaat Seledri

Akar seledri berkhasiat memacu enzim pencernaan dan peluruh kencing

(diuretik), sedangkan buah dan bijinya sebagai pereda kejang


(antipasmodik), menurunkan kadar asam urat darah, antirematik, peluruh

kencing (diuretik), peluruh kentut (karminatif), afrodisak dan penenang.

Seledri berbau aromatik, rasanya manis, sedikit pedas dan sifatnya sejuk.

Seledri bersifat tonik, memacu enzim pencernaan (stomatik), menurunkan

tekanan darah (hipotensif), penghenti pendarahan (hemostatis), peluruh

kencing (diuretik), peluruh haid, peluruh kentut (karminatif),

mengeluarkan asam urat darah yang tinggi, pembersih darah dan

memperbaiki fungsi hormon yang terganggu (Dalimartha, 2005).

2.1.5 Kandungan Pada Seledri

Seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri 0,033%,


flavo-glukosida (apiin), apigenin, fitosterol, kolin, lipase, pthalides,

asparagine, zat pahit, vitamin (A, B dan C). Setiap 100 gr seledri

mengandung air sebanyak 93 ml, protein 0,9 gr, lemak 0,1 gr,

karbohidrat 4 gr, serat 0,9 gr, kalsium 50 mg, besi 1 mg, fosfor 40 mg,

yodium 150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU,

vitamin K 15 mg, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg

dan nikotinamid 0,4 mg. Akar mengandung asparagin, manit, zat pati,

lendir, minyak asiri,

 pentosan, glutamin dan tirosin. Biji mengandung apiin, minyak menguap,

apigenin dan alkaloid. Apigenin berkhasiat hipotensif (Dalimartha, 2005).

2.1.6 Cara pengolahan seledri untuk pengobatan herbal

Menurut Bangun (2010), Bahan yang digunakan adalah seledri (Apium

 graveolens) sebanyak 16 batang dan air  300 cc.Prosedur pembuatan air 

rebusan seledri :
2.1.6.1 Daun seledri segar sebanyak 16 batang.

2.1.6.2  Direbus dengan 300 cc air hingga menyusut didapatkan 200 cc selama ±

15 menit.

2.1.6.3   Setelah dingin, di saring lalu hasil saringan diminum 2 kali sehari

sebanyak 100 cc pagi hari dan 100 cc siang hari.

2.1.7 Efek terapeutik air rebusan seledri dalam menurunkan tekanan darah

Ada pengaruh yang signifikan pemberian air rebusan seledri terhadap

 penurunan tekanan darah baik systole maupun diastole pada lansia

 penderita hipertensi. Seledri memiliki kandungan yang lebih banyak untuk 

menurunkan tekanan darah dari pada tumbuhan lain yang dapat juga
digunakan untuk menurunkan darah tinggi ( jurnal Ni Nenggah dkk akper 

ngudi waluyo ungaran).

Seledri memiliki kandungan apigenin  yang sangat bermanfaat untuk 

mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Selain

itu, seledri juga mengandung vitamin C yangdapat membantu menjaga

tekanan darah normal dengan cara meningkatkan pengeluaran timah dari

tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Junaidi, 2010).

Apiin, bersifat diuretic yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan

cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam

darah akan menuunkan tekanan darah (Wartanegara, 2009).


2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskulaer 

aterosklerotik, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi

menimbulkan risiko morbiditas atau mortalitas dini, yang meningkat saat

tekanan sistolik dan diastolic meningkat. Hipertensi juga didefinisikan

sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih

dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Brunner 

& Suddarth, 2013).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah presisten dimana


tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic diatas 90 mmHg.

Sedangkan pada lansia dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik 160

mmHg dan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:

2.2.2.1 Hipertensi Primer 

Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, pada

usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak di ketahui. Pengukuran

dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi duduk, kemudian diambil

reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014)

2.2.2.2 Hipertensi Sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,

yang disefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi

fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.

Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan

kontrasepsi oral, coarcstation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,

ganggua psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka

 bakar, dan stress (Wajan, 2010).

2.2.3 Tanda dan Gejala Hipertensi

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer , hal ini diibaratkan

sebagai bom waktu yang pada awal tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang spesifik, sehingga orang seringkali mengabaikannya. Walaupun

menunjukan gejala, biasanya ringan dan tidak spesifik, seperti pusing,

muka merah, sakit kepala, dan keluar darah dari hidung. Jika muncul

gejala bersamaan dan di yakini berhubungan dengan penyakit hipertensi.

 Namun gejala tersebut tidak berkaitan dengan hipertensi. Namun

demikian, jika hipertensinya berat atau sudah berlangsung lama dan tidak 

mendapat pengobatan, akan timbul gejala seperti: sakit kepala, kelelahan,

mual, muntah, sesak napas, tereengah-engah, pandangan mata kabur dan

 berkunang- kunang. Terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan

kaki, keluar keringat yang berlebihan, kulit tampak pucat dan kemerahan,

denyut jantung yang kuat, cepat dan tidak teratur. Kemudian muncul

gejala yang menyebabkan gangguan psikologis seperti: emosional, gelisah

dan sulit tidur (Ira, 2014).


2.2.4 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan curah

 jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang meningkatkan

frekuensi jantung, volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer 

meningkat karena faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau

yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah, khususnya pembuluh

arteriol. Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja

 jantung karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri.

Untuk meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami

hipertropi sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban jantung


meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan

hipertrofi tidak lagi mampu mempertehankan curah jantung yang

memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria, maka

 jantung gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah ke dalam

miokardium shingga timbul angina pectoris atau infark miokard.

Hipertensi juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin

mempercepat proses aterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera

retina, gagal ginjal, stroke, dan aneurisma serta diseksi aorta (Kowalak,

2011).

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Definisi Lansia


Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seorang yang

telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur 

 pada manusia yang telah memasuki usia tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu

 proses yang disebut Anging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2008).

Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehiupan manusia

yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap

individi. Peruban-perubahan fisiologis maupun psikososial, akan berpotensi

 pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Maryam

dkk, 2008).

2.3.4 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia terbagi menjadi lima yaitu :

2.3.4.1 Pralansia (presinilas) yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2.3.4.2 Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

2.3.4.3 Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan

2.3.4.4 Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu bekerja yang dapat

menghasilkan barang atau jasa

2.3.4.5 Lansia tidak potensial yaitu lansia yang hidupnya tergantung pada bantuan

orang lain (Maryam dkk, 2008).

2.3.5 Perubahan pada lansia


2.3.5.1 Perubahan fisik pada lansia antara lain perubahan sistem respirasi,

kardiovaskuler, pengatur tubuh, integumen, gastrointestinal, endokrin,

muskuluskeletal, pernafasan, perubahan sel, penglihatan, pendengaran

(Bandiyah, 2009).

2.3.5.2 Perubahan mental pada lansia antara lain mudah curiga, egois dan sikap

umum yang ditemukan pada hampir setiap usia lanjut yaitu keinginan

 berumur panjang, tetap berwibawa dan dihormati (Bandiyah, 2009).

2.3.5.3 Perubahan psikososial pada lansia antara lain seperti, gangguan

 pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan,

gangguan pada sendi, anemia, hipertensi , gangguan penglihatan,

dekonpesasi kordis, gangguan pada defekasi, kesepian, ansietas dan


depresi (Bandiyah, 2009).

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Pemberian Tekanan darah
Rebusan Seledri Sistolik  Diastolik 

Faktor - faktor yang mempengaruhi Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan


penurunan tekanan darah secara farmakologis tekanan
antara
darah
lain
secara
: Diuretik,
non Bea
farmakologis
Blockers,
antara
Calcium
lain : diet
Chanel
rendah
Blokers, Angioensin II, Alpha Blokers, Clonidin dan Vasodilaor.
relaksasi, meditasi, akupuntur,

akupresur,
homeopati, aromaerapi,  terapi black flower
remedy , reeksiologi).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

: Area yang diteliti

: Area yang tidak diteliti (dikontrol saat pengambilan sampel)

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini :

Ho : Tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

rebusan seledri pada pasien hipertensi

Ha : Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

rebusan seledri pada pasien hipertensi

Anda mungkin juga menyukai