PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer.
Hipertensi menurut kriteria The Seventh Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003,
didefinisikan sebagai tekanan darah sistol ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastol ≥
90 mmHg, atau sedang dalam pengobatan anti hipertensi (JNC VII, 2003). Menurut
WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta
penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap
tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan
secara adekuat (Ekowati 2009). Pada tahun 2000 sekitar seperempat (1 miliar) dari
populasi seluruh dunia mengalami hipertensi. Jumlah pasien dengan hipertensi
meningkat setiap tahun, dan pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi
29% dari populasi (Denio A. Ridjad, 2007).
Di Indonesia, prevalensi hipertensi belum diketahui dengan pasti, hanya ada untuk
daerah tertentu dengan hasil yang berbeda. Di Jakarta prevalensi hipertensi sebesar
16,5%, Sumatera Barat 24%, Jawa Barat 15% dan Papua kurang dari 2%. Menurut
Depkes diperkirakan prevalensi hipertensi di Indonesia 17% (Lucky, 2011).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Nasional 2007 dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, hanya 7,2% penduduk
yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi (Riskesdas, 2007).
1
2
Pada abad XIX, tanaman sirsak (Annona Muricata L.) masuk ke Indonesia,
umumnya sirsak dimanfaatkan buahnya untuk menopang kebutuhan tubuh akan
vitamin, utamanya vitamin C. Di habitat asalnya, sirsak telah menjadi komoditas
tanaman obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti jantung, asma,
liver, dan reumatik. Di Trinidad, sirsak digunakan masyarakat setempat untuk
mengobati flu, hipertensi, sakit jantung, dan insomnia. Di Indonesia, sirsak telah lama
digunakan sebagai bahan pengobatan, diantaranya sebagai obat mual, diare, hepatitis,
hipertensi, batuk, reumatik, dan susah kencing. Daun sirsak akhir-akhir ini sering
digunakan sebagai pengobatan alternatif hipertensi. Daun Sirsak dapat dijadikan
berbagai olahan seperti dalam bentuk kapsul dan minuman. Minuman daun sirsak
mengandung sejumlah nutrisi yang baik bagi kesehatan (Onyechi, 2012). Salah satu
bentuk minuman daun sirsak yang sangat mudah untuk diolah adalah seduhan daun
sirsak dalam bentuk teh (Eka Hasnawati, 2012).
Kandungan daun sirsak yang diperkirakan dapat menurunkan tekanan darah adalah
kalium (Eka Hasnawati, 2012). Ion kalium dalam cairan ekstrasel akan menyebabkan
jantung menjadi relaksasi dan juga membuat frekuensi denyut jantung menjadi
lambat. Selain itu kalium juga mengatur keseimbangan cairan tubuh bersama natrium,
menghambat pengeluaran renin, berperan dalam vasodilatasi arteriol, dan mengurangi
respon vasokontriksi endogen, sehingga tekanan darah turun (Guyton & Hall 2008;
Hedi R. Dewata,2007).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Pengaruh Teh Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Normal pada Laki-laki Dewasa Muda”.
4
Angiotensinogen
Renin
Angiotensin 1
ACE
i
Angiotensin 2 Vasokontriksi
Kalium Flavonoid
Daun Sirsak
Aldosteron ADH
1. Teh daun sirsak (Annona muricata L.) menurunkan tekanan darah sistolik
normal pada laki-laki dewasa muda.
2. Teh daun sirsak (Annona muricata L.) menurunkan tekanan darah diastolik
normal pada laki-laki dewasa muda.
3. Teh daun sirsak (Annona muricata L.) berefek sama terhadap penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik normal laki-laki dewasa muda.