Hipogonadisme adalah istilah medis untuk menunjukkan gejala dan tanda penurunan aktivitas
kelenjar gonad. Kelenjar gonad (ovarium atau testis) merupakan kelenjar yang memproduksi
hormon reproduksi beserta sel gamet, ovum atau spermatozoid.
Klasifikasi Hipogonadisme
a. Berdasarkan tingkat hormon gonadotropin:
1. Hipogonadisme hipergonadotropik
Hipogonadisme hipergonadotropik atau kegagalan ovarium mungkin terjadi karena kelainan
kromosom, gangguan autoimun, infeksi (mumps oophoritis), dan radiasi atau obat sitotoksik.
Banyak kasus hipogonadisme hipergonadotropik adalah idiopatik bahkan setelah penyelidikan
yang ekstensif. Para wanita yang mengalami amenore primer atau sekunder memiliki estrogen
endogen yang rendah dan kadar FSH yang sangat tinggi. Tidak ada keuntungan dalam
melakukan laparoskopi dan biopsi ovarium untuk mendeteksi adanya mendeteksi adanya folikel
pada sindrom ovarium resisten karena bersifat invasif dan hasilnya masih meragukan.
Sekitar setengah dari wanita muda dengan hipogonadisme hipergonadotropik spontan mengalami
fungsi ovarium dan kehamilan spontan yang intermiten dan tak terduga yang dilaporkan pada
sekitar 5-10 % dari kasus setelah dilakukannya diagnosis. Meskipun ada pengobatan induksi
ovulasi yang sukses, setiap bentuk induksi ovulasi tidak dianjurkan untuk pasien ini. Satusatunya pengobatan yang realistis untuk pasien ini adalah penggunaan telur donor pada fertilisasi
in vitro. Selain itu, mereka harus ditawarkan terapi penggantian hormon jangka panjang untuk
melindungi tulang mereka dari efek buruk hipoestrogenisme.
2. Hipogonadisme hipogonadotropik
Pasien ini datang dengan amenorea primer atau sekunder. Mereka memiliki konsentrasi estradiol
serum yang sangat rendah karena rendahnya FSH dan LH dari sekresi kelenjar hipofisis. Hal itu
dapat disebabkan baik penyebab kongenital seperti sindrom Kallmann (defisiensi gonadotropin
terisolasi dan anosmia) atau penyebab yang didapat seperti tumor hipofisis, nekrosis hipofisis
(sindrom Sheehan), stres dan penurunan berat badan berlebihan (anoreksia nervosa)
2. Hipogonadisme Sekunder
Terjadi masalah atau kelainan pada organ selain kelenjar gonad, misalnya disebabkan oleh:
Terjadi amenorea
Timbul atrofi kelenjar mammae atau payudara
Terjadi atrofi genitalia eksterna
Penurunan libido
Gambaran atrofi ovarium
Pertumbuhan otot melambat
Hot Flushes
Vaginal dryness
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
Diagnosis
Didapatkan dalam pemeriksaan laboratorium, penurunan kadar hormon estrogen, progesterone,
FSH, LH dan kadar GnRH yang dapat naik atau turun dari kadar yang normal. Selain itu, dapat
dilakukan tes stimulasi GnRH untuk melihat responnya. Pada hipogonadisme, respon sangat
lambat sekali apabila distimulasi dengan GnRH dari luar.
Terapi yang dapat diberikan adalah dengan pemberian hormon GnRH dari luar. Juga, dapat
diberikan tambahan hormon estrogen dan progesterone untuk mengurangi gejala yang seperti
menopause dan mengurangi risiko terjadinya osteoporosis.
Beberapa manifestasi penyakit yang berhubungan dengan hipogonadisme,
Sindrom Klinefelter yang disebut juga hipogonadisme hipergonadotropik atau hipergonadotropik
eunukoidisme. Suatu bentuk hipogonadisme dengan sekresi hormon gonadotropin yang tinggi
Hipogonadotropik hipogonadisme, yang disebut juga hipogonadotropik eunukoidisme. Suatu
bentuk hipogonadisme yang disertai rendahnya sekresi gonadotropin.