Jawaban
1.a
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
MEDIS
AMENORE
Batasan Amenore adalah keadaan :
a. Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun tanpa adanya tumbuh
kembang seks sekunder
b. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, tetapi telah terdapat tanda-
tanda seks sekunder
c. Telah terjadi haid kemudian haid terhenti untuk masa 3 daur atau 6
bulan, atau lebih
Etiologi 1. Kelainan uterus
2. Kelainan indung telur
3. Kelainan hipofise anterior
4. Kelainan hipotalamus
5. Kombinasi
Klinis Amenore
HIPERPROLAKTINEMIA
ETIOLOGI
Tiroksin mempunyai efek hambatan terhadap sekresi prolaktin. Kekurangan hormone tiroid
(hipotiroid), khususnya hipotiroid primer menyebabkan kadar TRH endogen dan TSH
meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya kepekaan hipofisis pada keadaan hipotiroid.
TRH merangsang laktotrof untuk mensintesis prolaktin yang berlebihan, sedangkan biosintesis
Prolaktin Inhibiting Factor (PIF) menurun, sehingga wanita dengan hipotiroid akan
mengalami hiperprolaktinemia.5
2. Gangguan pada hipofisis, misalnya tumor pada hipofisis baik berupa mikro ataupun
makroprolaktinoma, infiltrasi penyakit lain terhadap hipofisis seperti tuberculosis, dan
sarcoidosis, hypothalamic stalk Interruption6. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan
atau hambatan dari transport dopamine di hypothalamus dan atau terjadinya sekresi growth
hormone dan prolaktin. Suplai pendarahan abnormal pada tumor hipofisis atau tangkainya,
dapat mengganggu sirkulasi hipotalamus ke tangkai hipofisis dan ke sel laktotrof.3
4. Neurogenik, seperti adanya luka pada dinding dada misalnya luka operasi, luka bakar, dan
herpes zoster. hal ini adalah akibat refleks abnormal dari stimulasi cedera tersebut sehingga
terjadi peningkatan prolaktin. Refleks tersebut berawal pada saraf intercostalis yang menjalar
ke spinal cord lalu menuju mesensefalon hingga sampai pada hipotalamus yang pada akhirnya
mengurangi pelepaskan dopamine.3
5. Penurunan eliminasi prolaktin dalam tubuh. Misalnya pada gagal ginjal, dan insufisiensi hepar.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya bersihan prolaktin dalam sirkulasi sistemik tubuh dan
stimulasi prolaktin langsung pada pusat.
6. Molekul abnormal, misalnya makroprolaktinemia. Molekul abnormal ini merupakan bentuk
polimerik prolaktin yang berikatan dengan IgG sehingga prolaktin tidak dapat berikatan
dengan reseptornya dan tidak dapat dieliminasi
7. Idiopatik
Anamnesis terarah mengenai riwayat pemakaian obat-obatan juga sebaiknya dilakukan karena
banyak obat dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia, dengan kadar prolaktin kurang dari 100
ng/mL.5,6 Obat-obat tersebut antara lain adalah: 2
Anatomi kelenjar hipofisis paling baik dilihat dengan pemeriksaan MRI. Dengan MRI dapat
dilihat kiasma optik, sinus kavernosus, dan hipofisis itu sendiri (baik kelenjar normal atau suatu
tumor), dan tangkainya. Maka dapat diketahui hubungan antara struktur-struktur tersebut.3 Jika tidak
ada fasilitas MRI, dapat dipakai CT scan namun resolusinya kurang bagus dibanding MRI sendiri, CT
scan tidak dapat mendeteksi mikroadenoma.3,8,9
Pengukuran tunggal kadar prolaktin dalam satu sampel darah cukup untuk menunjukkan suatu
hiperprolaktinemia. Namun karena sifat alami sekresi prolaktin yang pulsatil dan sekresi prolaktin
dapat dipengaruhi stress, maka hasil 25-40 μg/L perlu diulang sebelum ditegakkan diagnosis
hiperprolaktinemia. Kebanyakan penyebab hiperprolaktinemia dapat disingkirkan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisis, tes kehamilan, penilaian fungsi tiroid dan fungsi ginjal. Dalam kasus
prolaktinoma, diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan MRI atau CT scan sebagai alternatif.10
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk meredakan gejala hiperprolaktinemia atau mengurangi ukuran tumor.
Penatalaksanaan sebaiknya memperhatikan penyebab terjadinya hiperprolaktinemia, seperti dengan
menghentikan obat obatan yang mengakibatkan hiperprolaktinemia dan pada penderita dengan
hipotiroidisme dengan memberikan terapi hormone replacement.1
Medikamentosa
Dopamine agonist, bromocriptine mesylate merupakan obat pilihan utama. Bromocriptine dapat
menurunkan kadar prolaktin sebanyak 70-100%, dan memulihkan proses ovulasi pada wanita usia
premenopause. Pada pasien dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap obat tersebut,
dapat diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-24 bulan dan dihentikan jika kadar
prolaktin telah kembali ke nilai normal. Bromocriptine juga dapat digunakan untuk mengecilkan
ukuran makroadenoma. Jika pengobatan medikamentosa gagal, maka indikasi untuk dilakukan
operasi.1,6
Operasi
Indikasi untuk suatu operasi hipofisis antara lain adalah pasien dengan intoleransi obat, tumor
yang resisten terhadap terapi medikamentosa, atau pada pasien dengan gangguan lapangan pandang
yang persisten meskipun telah diberikan terapi medikamentosa (manifestasi akibat penekanan
tumor).1,6
Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil dapat diobati dengan operasi Samada,
atau dengan pendekatan transfenoidal.2
KOMPLIKASI
Komplikasi tergantung dari ukuran tumor dan efek fisiologik dari kondisi tersebut; komplikasi
hiperprolaktinemia antara lain adalah kebutaan, pendarahan, osteoporosis, dan infertilitas.1
15
PROGNOSIS
Sebanyak 90–95 % pasien dengan mikroadenoma mengalami penurunan sekresi prolaktin secara
gradual, jika konsisten dengan pengobatan minimal selama 7 tahun.1
Sepertiga pasien dengan hiperprolaktinemia dapat mengalami resolusi tanpa pengobatan.1,2
Angka rekurensi hiperprolaktinemia adalah 80%, dan bila terjadi maka pasien memerlukan terapi
medis jangka panjang.1
II.1 Penatalaksanaan
Tujuan pemberian terapi pada pasien dengan simple atau complex hyperplasia tanpa
sel-sel atipik adalah untuk mengatasi perdarahan uterus yang abnormal dan
mencegah agar tidak berkembang menjadi kanker endometrium, walaupun resikonya
sangat rendah (< 1% - 3% ) dan hal ini pun masih kontroversi. Hiperplasia
endometrium dengan sel-sel atipik perlu diterapi, oleh karena tingginya resiko menjadi
kanker endometrium (17% - 53% ), dimana tindakan pembedahan berupa
histerektomi merupakan salah satu terapinya.5,8 Untuk Endometrial Intraepithelial
Neoplasia ( EIN ) pada dasarnya tindakan pengobatannya serupa dengan hiperplasia
endometrium dengan sel – sel atipik.12
Setelah pemberian terapi, jika siklus menstruasi belum kembali normal, dapat
diberikan terapi pencegahan seperti MPA 5 -10 mg perhari selama 12 sampai 14
hari setiap bulan. Dan apabila dijumpai perdarahan uterus yang abnormal ,
dilakukan biopsi ulang.5
Setelah pemberian terapi selama tiga bulan, harus dilakukan biopsi endometrium
ulang. Apabila pada pemeriksaan histopatologi hasil kuret keadaan tersebut
menetap selama tujuh hingga sembilan bulan, dapat dikatakan bahwa terapi
tersebut gagal, dan dianjurkan dilakukan tindakan histerektomi.5
Bila terjadi regresi pada endometrium setelah biopsi ulang, pemberian terapi
tergantung pada keinginan pasien tentang fungsi reproduksinya. Jika belum
menginginkan anak, dapat diberikan terapi progestin seperti megestrol acetate,
MPA, pil kontrasepsi oral, depot medroxyprogesterone acetate, atau kontrasepsi
intrauterin yang mengandung progestin. 5
Dianjurkan dilakukan biopsi endometrium ulang setiap enam hingga dua belas
bulan.5
mempertahankan mempertahankan
endometrium
Hiperplasia menetap
Normal atau
Hiperplasia
menetap
Histerektomi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
GINEKOLOGI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS MEDIS
SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP DR. HASAN SADIKIN