SELATAN 1 SINGKAWANG
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan
oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima
tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada balita dan
anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang berat jika masuk kedalam jaringan
paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang dapat
2. Etiologi ISPA
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus
virus dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak),
udara (droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti
proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran
pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya.
(Marni,2014)
Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi
lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan
anggota keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan
pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang
isolasi), faktor penjamu (usia, kebiasaan merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi,
status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain,
kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor
virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). (WHO,2007:12). Menurut Widoyono
(2008), Kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi faktor risiko ispa adalah lingkungan yang
banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, asap hasil
3. Patofisiologi ISPA
Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap
yaitu :
1) Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3) Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam
dan batuk.
4) Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada
tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas
yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal
yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas
SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi
ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi inibanyak ditemukan
di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti
yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini
seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
4. Klarifikasi
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran pernafasan.
Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory
tract ). Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu (Cahyaningrum,
2012):
1) ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk dan pilek
(common cold ).
2) ISPA Pneumonia
paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai
oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat pada dinding
dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke
dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada dan bagian
bawah ke dalam.
b. Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat, frekuensi
nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih
c. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat,
frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
(Suriani, 2018) Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut Rosana
(2016)
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba dengan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur kurang
dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
Peradangan pada
Inflamasi saluran pernafasan Perubahan status
↓
Kurang pengetahuan
Merangsang Kuman melepas orang tua
pengeluaran zat-zat endotoksin
seperti mediator
kimia, bradykinin,
serotonin, histamine, Merangsang
Stressor bagi
dan prostaglandin tubuh untuk orang tua
melepas zat tentang penyakit
pyrogen oleh
leukosit
Nocisepter Koping tidak
efektif
Hipotalamus
Spina cord kebagian Cemas
termoregulato
r
Thalamus Hospitalisasi
Suhu tubuh
meningkat
Kortek serebri
Perubahan progress
Hipertermi keluaraga
Nyeri
Merangsang System imun
mekanisme menurun
Ketidakefektifan
pertahanan tubuh
pola nafas
terhadap
adanya
mikroorganisme Resiko infeksi
Suplai O2
kejaringan
menurun Penumpukan sekresi mucus
pada jalan napas
Penurunan Ketidakefektifan
metabolisme sel Obstruksi jalan napas bersihan
jalan napas
Intoleransi aktivitas
7. Penatalaksanan ISPA
1. Upaya pencegahan
Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan cara
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik.
2. Upaya perawatan
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
3. Penatalaksanaan medis
Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan antibiotik karena sebagian besar kasus ISPA
atas disebabkan oleh virus. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas yang
disebabkan oleh virus tidak memerlukan antiviral, tetapi cukup dengan terapi suportif
b. Terapi Suportif
Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan performa pasien berupa
c. Antibiotik
Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab
½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama
ganti antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik
8. Asuhan keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Umur Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah
3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih lanjut
3. Jenis kelamin Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara
Denmark.
4. Alamat Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui bahwa penyebab
terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas
udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.
Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti
B. RIWAYAT KESEHATAN
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
tersebut.
4. Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Tanda vital :
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan
4. Wajah
5. Mata
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang
keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah
ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada
jugularis.
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing,
a. Inspeksi
hidung
b. Palpasi
Adanya demam
c. Perkusi
d. Auskultasi
11. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan
pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah
12. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin.
Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan
13. Integumen
14. Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi saluran pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi,
peningkatan sekresi,nyeri
3. Defisit Volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat dan
kesulitan menelan.
E. Intervensi Keperawatan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Berikut adalah intervensi untuk pasien dengan
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
1. Mendemonstrasikan sputum
tidakada pursed
Terapeutik
lips)
pernafasan dalam
Edukasi
rentang normal,
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
(5) kering)
- Posisikan semi-fowler
atau fowler
jika perlu
- Lakukan penghisapan
detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
kontraindikasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
Tindakan:
Observasi:
efektif
sputum
jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Terapeutik:
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
pemantauan
- Informasikan hasil
anoreksia makan
makan
kadar ht
konjungtiva
nutrisi
nutrisi
tekanan darah
mukosa
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
ANAK (> 1 tahun)
STIKES YARSI PONTIANAK
Pengkajian
RRG : 01.002
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Raisa
ALASAN MASUK
tersumbat, ingus meleleh, kadang -kadang sampai muntah, disertai anak mudah
Biasanya pasien sudah pernah mengalami penyakit seperti ini, tapi hanya
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama atau penyakit paruparu, sesak
1. Prenatal
2. Natal
persalinan normal. Dan tidak terdapat riwayat penyakit atau komplikasi saat
persalinan.
3. Post Natal
1. Yang mengasuh
Orang tua
Pasien sama dengan anak-anak yang lain, aktif dengan caranya sendiri
5. Lingkungan rumah
2. Pola tidur
3. Mandi
Jadwal mandi klien 2x sehari waktu pagi dan sore, dan jika dimandikan klien
tidak rewel
4. Aktivitas bermain
Eliminasi
Untuk buang air kecil dan buang air besar klien tidak mengalami
BB/TB : 8 Kg/76 cm
Suhu : 37,8 ºC
Nadi : 96 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
1. Kepala
• Rambut
• Mata
• Teilinga
• Hidung
Leher
3. Thorax
• Paru-paru
otot pernafasan
A : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada bunyi nafas
tambahan
• Jantung
P : Bunyi pekak
A:-
4. Abdomen
P : Perut kembung
A:-
. Punggung
6. Ekstremitas
• Atas
• Bawah
• Kekuatan otot
6. Genitalia
7. Integumen
Klien tampak bersih, turgor kulit baik, dan kelembaban baik
8. Imunisasi
• Pada anak usia bulan ke-1 diberikan Imunisasi BCG dan Polio
• Pada anak usia bulan ke-2 diberikan Imunisasi DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2
• Pada anak usia bulan ke-3 diberikan Imunisasi DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3
Anak sudah bisa bemain sendiri dan mencari teman dengan cara nya sendiri
2. Motorik halus
4. Motorik kasar
Anak sudah bisa meniru berjalan, menendang, berlari atau naik turun tangga
1. Data subjektif
2. Data objektif
• suhu 37,8ºC
• Batuk berdahak
• BB = 8 Kg, TB = 76 Cm
• Nadi 96 x/menit
anaknya batuk,
bersin-bersin, hidung
meleleh
DO :
nafas
dan bersin
ingus meleleh
• Pernafasan cepat
(RR= 28 x/menit
• Nadi 96 x/menit
• Auskultasi Bunyi
Nafas
makan anaknya
menurun
• Ibu mengatakan
dan muntah
berkurang
DO :
• Nafsu makan anak
berkurang
muntah
dihabiskan
• Anak gelisah
• BB = 8 kg
• TB = 76 cm
badan panas
DO :
panas
• Suhu 37,8 ºC
• Nadi 96 x/menit
Diagnose keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi saluran pernafasan
Terapeuti
11. Atur interval waktu
kondisi pasien
pemantauan
Edukasi
pemantauan
kebutuhan nutrisi
6. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeautik :
7. Lakukan oral hygine sebelum
Edukasi :
mampu
Kolaborasi :
jika perlu
pakaian.
tubuh
Edukasi
Kolaborasi
elektrolit intravena.
jika perlu.
Dx
tambahan A:
secret trakea
7. Mempertahankan jalan nafas - Intervensi dipertahankan,
dibutuhkan pasien O:
konjungtiva
nutrisi
5. Menyelimuti pasien A:
Daftar Pustaka
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Dokumentasi keperawatan