Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ISPA

1.1. Konsep Medis

a. Pengertian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

penyebab

utama kematian pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di

negaranegara berkembang di dunia. Populasi penduduk yang terus

bertambah dan tidak terkendali mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu

wilayah yang tidak tertata baik dari segi aspek sosial, budaya dan kesehatan

(Adesanya & Chiao, 2017). Kondisi ini akan bertambah buruk dengan status

sosial ekonomi keluarga yang rendah atau berada dibawah garis kemiskinan

karena tidak dapat memenuhi asupan gizi yang baik dan sehat untuk balita

ditambah dengan kondisi fisik rumah yang tidak layak tinggal (Mahendra &

Farapti, 2018).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan

bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA

akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.

Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun

karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem

kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Suriani,

2018).

Penyakit ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas

penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA juga penyebab utama kematian

terbesar ketiga di dunia dan pembunuh utama di Negara berpenghasilan


rendah dan menengah. Kematian akibat penyakit ISPA sepuluh sampai lima

puluh kali di Negara berkembang dari pada Negara maju. ISPA termasuk

golongan Air Borne Disease yang penularan penyakitnya melalui udara.

Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran pernafasan dan menyebabkan

inflamasi (Lubis Ira, dkk.2019).

b. Klasifikasi

Menurut Halimah (2019) klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan

berdasarkan golongannya yaitu:

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru (alveoli) dengan gejala batuk yang disertai sesak nafas.

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang

tenggorokan (pharyngitis), tonsilitisi dan infeksi telinga (otomatis

media).

Klasifikasi ISPA dapat digolongkan berdasarkan golongan umur

terdapat 2 kelompok, yaitu golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun, dan

golongan umur < 2 bulan.

Pneumonia pada golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun ditetapkan 3

klasifikasi yaitu pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia

(Departemen Kesehatan RI, 2012).

1) Ringan (bukan pneumonia)

Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, batuk

tanpa pernapasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung

tersumbat atau berair, tenggorokan merah, dan telinga berair.

Tanda emergency untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

yaitu : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan

gizi buruk.
2) Sedang (pneumonia sedang/pneumonia)

Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari

telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen

dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis

servikal).

3) Berat (pneumonia berat)

Batuk dengan napas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di

taring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, sianosis dan

adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke

dalam.

Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:

1) Pneumonia berat

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang

kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas

cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.

2) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian

bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari

60 menit

c. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium dan virus

penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Pitriani, 2020).

ISPA yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme distruktur saluran

napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga
hidung, faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek,

faringitis (radang tenggorokan), laringitis dan influenza tanpa komplikasi

(Fatmawati, 2018).

Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi

lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar

memasak, kepadatan anggoata keluarga, kondisi ventilasi rumah

kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas

pelayanan kesehatan serta langkahlangkah pencegahan infeksi untuk

pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan

kesehatan, kapasitas ruang isolasi), factor penjamu (usia, kebiasaan

merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi

sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain,

kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya

tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). Kondisi

lingkungan yang berpotensi menjadi faktor firiko ispa adalah lingkungan

yang banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak,

asap hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik kecil

(Rosana, 2016).

d. Patofisiologi

ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara (air

bone

disease). ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA, seperti virus,

bakteri,

jamur, serta polutan yang ada di udara masuk dan mengendap di saluran

pernapasan sehingga menyebabka pembengkakan mukosa dinding saluran

pernapasan dan slauran pernapasan tersebut menjadi sempit. Agen

mengiritasi, merusak menjadikan kaku atau melambatkan gerak rambut


getar (cilia) sehingga cilia tidak dapat menyapu lender dan benda asing

yang masuk di salura pernapasan. Pengendapan agen di mucociliary

transport (saluran penghasil mukosa) menimbulkan reksi sekresi lender

yang berlebihan (hipersekresi). Bila hal itu terjadi pada anak-anak,

kelebihan produksi lender tersebut akan meleleh keluar hidung karena daya

kerja mucociliary trasport sudah melampaui batas. Batuk dan lender yang

keluar yang keluar dari hidung itu menandakan bahwa seseorang telah

terkena ISPA.

Seseorang yang terkena ISPA bisa menularkan agen penyebab ISPA

melalui transmisi kontak dan transmisi droplet. Transmisi kontak melibatka

kontak langsung antar penderita dengan orang sehat, seperti tangann yang

terkontaminasi agen penyebab ISPA. Transmisi droplet ditimbulkan dari

percikan ludah penderita saat batuk dan bersin di depan atau dekat dengan

orang yang tidak menderita ISPA. Droplet tersebut masuk melalui udara

masuk melalui udara melalui udara dan mengendap di mukosa mata, mulut,

hidung, dan tenggorokan orang yang tidak menderita ISPA. Agen yang

mengendap tersebut menjadikan orang tidak sakit ISPA menjadi sakit ISPA.

(Noviantari, 2018)

e. WOC
f. Manifestasi Klinik

Djojodibroto (2015) menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan

anatomi saluran pernafasan yang terserang yaitu:

1) Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering

timbul yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan,

bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit

tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian

posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk

seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam dimana suhu tubuh bisa

mencapai 39,50C-40,50C.

2) Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul

biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas

seperti hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk yang

bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimualai dengan batuk

yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi

sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga

mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara

wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum

meningkat.

g. Pemeriksaan penunjang

Menurut Tanto, dkk (2014) pemeriksaan penunjang pada penyakit ISPA

yaitu :

1) Kultur swab tenggorokan pada faringitis bakterial, bertujuan untuk

mendeteksi adanya bakteri streptococcus B-haemolyticus.


2) Roentgen: menunjukkan adanya perselubungan homogen, penebalan

mukosa sedikitnya 4 mm, atau adanya air fluid kadar.

3) CT-scan sinus paranasal dapat memberikan gambaran yang lebih akurat

dari pada Roentgen, namun bukan pemeriksaan yang harus rutin di

lakukan.

4) Pemeriksaan mikrobiologi dengan bahan sekret hidung, diagnosa

ditegakkan apabila ditemukan bakteri >104 U/ML.

5) Pemeriksaan transluminasi untuk mengetahui adanya cairan disinus

yang sakit (akan terlihat lebih suram dari pada yang sehat).

h. Komplikasi

Apabila penyakit ISPA tidaak diobati dan jika disertai dengan

malnutrisi, maka penyakit tersebut menjadi berat dan akan menyebabkan

terjadi bronkitis, pneumonia, otitismedia, sinusitis, gagal nafas, henti

jantung, syok dan sebagainya (Fahrizal, 2018).

i. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit ISPA (WHO, 2017) meliputi:

1) Pemberian makan

a) Berikan nutrisi yang adekuat

b) Pemberian multivitamin

2) Pemberian cairan

a) Berikan minum lebih banyak

b) Pemberian obat pelega tenggorokan dan pereda batuk

3) Pemberian antibiotik

a) Diberikan berdasarkan jenis kuman penyebab

b) Beberapa jenis antibiotik yang dapat diberikan seperti amoksisilin,

ampisillin, gentamicin, penicilin dan antibiotik lainnya.

4) Terapi non farmakologi


a) Pemberian fisioterapi dada

b) Lakukan tarik nafas dalam dan batuk efektif

1.2. Konsep Tumbuh Kembang

a. Pengertian

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan

perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil

interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,

misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan

sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan

manusia yang utuh.

b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling

berkaitan. Ciri ciri tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan menimbulkan perubahan.

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya

perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang

anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak

tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain

yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu

perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan

menentukan perkembangan selanjutnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan

fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

4) Perkembangan berkore/asi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan

lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi

badannya serta bertambah kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu:

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak

kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya


anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu

membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan

sebagainya.

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling

berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,

sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan

perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak

memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan

potensi yang dimiliki anak.

b) Pola perkembangan dapat diramalkan.

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan

demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan

berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi

berkesinambungan.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara

lain:

1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

a) Ras/etnik atau bangsa.

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak

memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b) Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk atau kurus.


c) Umur.

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

d) Jenis kelamin.

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

e) Genetik.

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan

genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti

kerdil.

2) Faktor luar (ekstemal).

a) Faktor Prenatal

i. Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin.

ii. Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan

kongenital seperti club foot.

iii. Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat

menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

iv. Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,

hiperplasia adrenal.
v. Radiasi

Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan

pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan

deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan

jantung.

vi. lnfeksi

lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks)

dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli,

mikros efali, retardasi mental dan kelainanjantung kongenital.

vii. Kelainan imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah

antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap

sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam

peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang

selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus

yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

viii. Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu.

ix. Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan

mental pada ibu hamil dan lain-lain.

b) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.


c) Faktor Pasca Persalinan

i. Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

ii. Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia,

kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan

jasmani.

iii. Lingkungan fisis dan kimia.

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut

hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak

(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya

sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb,

Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap

pertumbuhan anak.

iv. Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang

tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu

merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam

pertumbuhan dan perkembangannya.

v. Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

vi. Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan

menghambat pertumbuhan anak.

vii. Lingkungan pengasuhan


Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

viii. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya

dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi

anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap

kegiatan anak.

ix. Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat

perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan

terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

d. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau.

1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang

melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,

dan sebagainya.

3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai


bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

e. Periode Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan

berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh

kembang anak terbagi dalam beberapa periode.

Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak

adalah sebagai berikut:

1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).

Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

a) Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2

minggu.

b) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.

Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan menjadl suatu

organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,

terbentuk sistem organ dalam tubuh.

c) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir

kehamilan.

Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:

i. Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai

trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi

percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia

sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.

ii. Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai

perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin G

(lg G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam


lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan

Omega 6 (Arachldonlc Acid) pada otak dan retina.

Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester

pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat

peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu

hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-

obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis

seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh

buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil,

dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah

kehamilan 5 bulan. Agar janin dalam kandungan tumbuh dan

berkembang menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin,

seorang ibu diharapkan:

 Menjaga kesehatannya dengan baik.

 Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.

 Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.

 Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.

 Memberi stimulasi dini terhadap janin.

 Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan

keluarganya.

 Menghindari stres baik fisik maupun psikis.

 Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi

kehamilannya.
2) Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi

perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa

neonatal dibagi menjadi 2 periode:

i. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.

ii. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.

Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi

anak sehat adalah:

 Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana

kesehatan yang memadai.

 Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan

terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya

untuk melahirkan.

 Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat

menenangkan perasaan ibu.

 Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan

penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu

jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.

 Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap

diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian

ASI.

iii. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses

pematangan berlangsung secara terus menerus terutama

meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung

pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya.

Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun,


bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini,

kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI

eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan

pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai

jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa

dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam

masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

3) Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat

kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)

serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak

adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada

masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak

selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,

pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan

terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya,

sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan

pengaturan hubunganhubungan antar sel syaraf ini akan sangat

mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar

berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita,

perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran

sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-

dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap

kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi

tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya

manusia dikemudian hari.


4) Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).

Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi

perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan

meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa

prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan

pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, selain lingkungan

di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan.

Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman,

bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak

bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman

bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan

fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-lingkungan

tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak

(child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman

bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang

kebutuhan anak. Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk

itu panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses

memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.

Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan

cara bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau

pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat dllakukan

intervensl dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.


f. Tahapan perkembangan anak menurut umur.
1.3. Konsep dasar keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas pasien : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering

mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1

tahun. Beberapa penelitian menunjukan bahwa anak pada usia muda

akan lebih sering menderita ISPA daripada usia lanjut,

Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah

anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan factor resiko

untuk ISPA. Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit

gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam

rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik, maupun kimia.

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama saat masuk RS

Klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,

nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk-pilek dan sakit

tenggorokan.

b) Riwayat penyakit dahulu

klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.

c) Riwayat Penyakit keluarga

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit

seperti penyakit klien tersebut.

d) Riwayat sosial

Lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya.

3) Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola Nutrisi

Anorexia, Tidak dapat mencerna makanan, Nyeri Telan, mual atau

muntah
b) Pola Aktivitas/istirahat

- Kelelahan umum dan kelemahan.

- Nafas pendek saat beraktivitas

- Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari

- Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.

- Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).

c) Integritas Ego

- Perasaan tak berdaya

- Menyangkal (khususnya selama tahap dini).

- Ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

d) Nyeri/kenyamanan

- Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

- Berhati-hati pada area yang sakit.

- Perilaku distraksi, gelisah.

4) Tanda tanda Vital

Suhu: peningkatan suhu

Nadi : Takikardi

RR : Takipnea

b. Diangnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D.0001)

2) Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi bakteri stertococcus)

(D.0130)

3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (D.0056)

4) Nyeri akut b.d Inflamasi (D.0077)


Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Pertukaran Gas Manajemen Jalan Napas
Napas Tidak Observasi:
Efektif  Monitor pola napas
D.0001 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam oksigenasi  Monitor bunyi napas tamb
dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler Normal.  Monitor sputum (jumlah,w
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik
Ketidakmampuan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka  Pertahankan kepatenan jal
membersihkan Menurun Meningkat t  Posisikan semi fowler atau
sekret atau  Lakukan fisioterapi dada,
obstruksi jalan 1 Batuk Efektif  Lakukan penghisapan lend
napas untuk   1 2 3 4 5 15 detik
mempertahankan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Berikan oksigen, jika perlu
jalan napas tetap Meningkat Menurun Edukasi
paten 2 Produksi Sputum  Anjurkan asupan cairan 20
  1 2 3 4 5 jika tidak kontraindikasi
3 Mengi Kolaborasi
  1 2 3 4 5  Kolaborasi pemberian bro
4 Sianosis ekspektoran, mukolitik, jik
  1 2 3 4 5 Pemantauan Respirasi
5 Gelisah Observasi:
1 2 3 4 5  Monitor pola nafas
 Monitor frekuensi, irama,
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik upaya napas
Memburuk Membaik  Monitor saturasi oksigen,
5 Pola Nafas AGD
  1 2 3 4 5  Monitor adanya sumbatan
 Monitor produksi sputum
Terapeutik
 Atur Interval pemantauan
sesuai kondisi ps
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosed
pemantauan
 Informasikan hasil pemant
perlu
c. Intervensi

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia
Observasi:
 Identifikasi penyebab hipertermia
D.0130 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan suhu tubuh
(mis. dehidrasi, terpapar
tetap berada pada rentang normal
lingkungan panas, penggunaan
Pengertian : Kriteria Hasil: inkubator)
Suhu tubuh Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor suhu tubuh
meningkat di Meningkat Menurun  Monitor kadar elektrolit
atas rentang 1 Menggigil  Monitor haluaran urine
normal tubuh   1 2 3 4 5  Monitor komplikasi akibat
  Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik hipertermia
Memburuk Membaik Terapeutik:
3 Suhu tubuh  Sediakan lingkungan yang dingin
  1 2 3 4 5  Longgarkan atau lepaskan
4 Suhu kulit pakaian
  1 2 3 4 5  Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Hindari pemberian antipiretik
atau asprin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
aktivitas Observasi:
D.0056 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan  Identifikasi gangguan fungs
toleransi aktivitas meningkat. mengakibatkan kelelahan
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor pola dan jam tidur
Ketidakcukupan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Monitor kelelahan fisik dan em
energi untuk Menurun Meningkat Edukasi
melakukan 1 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari  Anjurkan tirah baring
aktivitas sehari-   1 2 3 4 5  Anjurkan melakukan akt
hari 2 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah bertahap
  1 2 3 4 5 Terapeutik:
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Sediakan lingkungan nyam
Meningkat Menurun stimulus
 Lakukan latihan rentang ge
3 Keluhan lelah
dan/atau aktif
  1 2 3 4 5
 Berikan aktivitas distraksi y
4 Dispnea saat aktivitas
menenangkan
  1 2 3 4 5
 Fasilitasi duduk di sisi temp
tidak dapat berpindah atau
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi ten
meningkatkan asupan mak

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat Observasi:
nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakterist
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang Memburuk Membaik  Identifikasi respons nyeri non
berkaitan dengan 1 Frekuensi nadi  Identifikasi faktor yang memp
kerusakan jaringan   1 2 3 4 5 memperingan nyeri
aktual atau fungsional, 2 Pola nafas  Identifikasi pengetahuan dan
dengan onset mendadak   1 2 3 4 5 tentang nyeri
atau lambat dan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pa
berintensitas ringan Meningkat Menurun hidup
hingga berat yang 3 Keluhan nyeri  Monitor efek samping penggu
berlangsung kurang dari   1 2 3 4 5 Terapeutik:
3 bulan. 4 Meringis  Berikan teknik nonfarmak
  1 2 3 4 5 mengurangi rasa nyeri
5 Gelisah  Kontrol lingkungan yang
1 2 3 4 5 rasa nyeri
6 Kesulitan tidur  Fasilitasi istirahat dan tidu
1 2 3 4 5  Pertimbangkan jenis dan s
dalam pemilihan strategi m
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, d
 Jelaskan strategi meredakan n
 Ajarkan teknik nonfarmakolo
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian ana
DAFTAR PUSTAKA

Fahrizal, M. F., & Masripah, S. (2018). Implementasi Aplikasi Zahir Untuk


Menentukan Analisa Rasio Keuangan. Jurnal Pilar Nusa Mandiri, 14(2),
181.
https://doi.org/10.33480/pilar.v14i2.920
Halimah. (2019). Kondisi Lingkungan Rumah Pada Balita Penderita Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ( ISPA ) di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten
Bima Tahun 2019 . Tersedia dalam http://repository.poltekeskupang.ac.id
Lubis Ira, I., Ferusgel (2019). Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keberadaan
Perokok dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Silo
Bonto, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan . Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat, 11, 166–173
Mahendra, I., & Farapti, F. (2018). Relationship between Household Physical
Condition with The Incedence of ARI on Todler at Surabaya. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 6, 227. https://doi.org/10.20473/jbe.V6I32018.227-
235
Noviantari Dwi. (2018). Gambaran Karakteristik Balita dan Kondisi Lingkungan
Dalam Ruangan Terhadap Keluhan Gejala ISPA di Taman Penitipan Anak.
Tersedia dalam http://repository.uinjkt.ac.id.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (1st ed., Vol. 3). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan
Keperawatan (1st ed., Vol. 2). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed., Vol. 2). Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Rosana, E. N. (2016). Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari
Lingkungan Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1. Tersedia
dalam https://lib.unnes.ac.id
Suriani, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An.R Dengan Gangguan ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Wlayah Kerja Puskesmas Air Haji
Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Program Studi
Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang ,
13-17.

Anda mungkin juga menyukai