Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN

AKUT (ISPA) PADA ANAK

oleh

1. Siti Ushwathun Chasanah (2217035)


2. Sulardi (2217037)
3. Susetyo Yuliana Nugrahaini (2217038)
4. Tyas Zulkorida Pangestika (2217039)
5. Wahyu Hidayat (2217040)
6. Yustina Avin Anggitya (2217042)

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu jenis penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas ataupun bawah
ialah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut penyakit berikut ini biasanya menular,
dan diakibatkan dari agen infeksi yang ditularkan dari manusia kepada manusia.
Berdasarkan penjelasan World Health Organization ditahun 2016 total penderita Infeksi
Saluran Pernapasan Akut pada anak yaitu 59.417 serta diperkirakan dapat meningkat 40
sampai 80x lebih banyak dinegara berkembang. (Aprilla, 2019).
Berdasarkan penelitian Kesehatan Dasar tahun 2013 dikemukakan bahwa period
prevalence Infeksi Saluran Pernapasan Akut menurut diagnosis tenaga kesehatan serta
apa yang dikeluhkan penduduk yaitu 25,0% dengan 5 provinsi paling tinggi yakni NTT
sebanyak 41,7%, Papua sebanyak 31,1%. Aceh sebanyak 30,0%, NTB sebanyak 28, 3%,
serta Jawa Timur sebanyak 28,3%. Namun periode prevalensi ISPA negara Indonesia di
tahun 2018 mengalami penurunan mencapai 16,2%. (Riskesdas, 2018). Menurut
Kemenkes RI, 2017, Infeksi Saluran Pernapasan Akut berada diposisi sepuluh besar
penyakit bahkan menduduki urutan ke sembilan pada penyakit wilayah RS dan urutan ke
empat pada wilayah puskesmas. Infeksi Saluran Pernapasan Akut dapat menyebabkan
utama kunjungan pasien dipuskesmas (40 – 60 persen) serta rumah sakit (15 – 30 persen).
(Utami dkk, 2020). Prevalensi ISPA terhadap anak-anak wilayah DKI Jakarta ditahun
2017 menunjukan angka yaitu sekitar 25,5%. Sementara pada Puskesmas Kecamatan
Pasar Rebo pada tahun 2018, ISPA menempati urutan pertama dengan 23,8% persen
(profil puskesmas 2018). Infeksi Saluran Pernapasan Akut dapat di pengaruhi oleh agen
penyebab, misalnya virus atau bakteri, faktor pejamu (usia anak, jenis kelamin, status
gizi, imunisasi, serta penyakit penyerta) dan kondisi lingkungan misalnya pencemaran
udara serta kurangnya sirkulasi udara) (Maharani, 2017). Menurut penelitian Firza dkk
(2020) angka kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut paling tinggi terjadi di tiga bulan
diawal tahun 2020 yakni dibulan Januari (21,94%), bulan Februari (21,26%), serta bulan
Maret (28,28%) Sedangkan pada penelitian Firza dkk (2020) kasus ISPA terbanyak pada
anak umur 5 – 9 tahun (16,28%), 10 – 19 tahun (14,47%), dan 1 – 4 (1,35%).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien ISPA.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menejelaskan definisi dari Ispa
b. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab Ispa
c. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Ispa
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala Ispa
e. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi Ispa
f. Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan Ispa
g. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi Ispa
h. Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi Ispa
i. Mahasiswa mampu menjelaskan Dampak Masalah Ispa
j. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien Ispa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Menurut Jalil (2018), ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura. 

B. Etiologi
ISPA disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan. Saluran
pernapasan yang dapat terserang infeksi bisa saluran pernapasan atas atau bawah. Meski
demikian, ISPA paling sering disebabkan oleh infeksi virus dan paling sering terjadi di
saluran pernapasan bagian atas.
Beberapa jenis virus yang sering menyebabkan ISPA adalah:
a. Virus influenza
b. Virus corona
c. Rhinovirus
d. Respiratory syntical viruses (RSVs)
e. Adenovirus
f. Parainfluenza virus
C. Jenis-jenis Ispa
1. Jenis-jenis infeksi saluran pernapasan atas adalah sebagai berikut:
a) Rinosinusitis 
Rinosinusitis adalah peradangan sinus paranasal dan mukosa rongga hidung, sering
menjadi komplikasi yang menyertai selesma dan rinitis akibat alergi. Sinusitis akut
berulang didiagnosis ketika mengalami 4 atau lebih episode rinosinusitis setiap tahun
tanpa gejala persisten. Rinosinusitis dengan gejala hidung tersumbat dan atau rinorea
bertahan selama lebih dari 7 - 10 hari tanpa perbaikan. Gejala rinosinusitis akut akan
sembuh dalam 3 - 4 minggu. Apabila peradangan sinus tetap ada, rinosinusitis akan
berkembang menjadi kronis dengan durasi penyakit yang lebih lama, yaitu 8 - 12
minggu.
b) Faringitis 
Rinitis dan faringitis termasuk infeksi saluran pernapasan yang banyak terjadi pada
anak. Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan sering
terjadi perluasan ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya muncul bersama dengan
tonsilitis, rinitis dan laringitis. Faringitis jarang terjadi hanya infeksi lokal karena
letak faring dekat dengan hidung dan tonsil. Faringitis meningkat dengan
bertambahnya usia, mencapai puncaknya pada usia prasekolah 4 - 7 tahun, berlanjut
hingga dewasa.
c) Otitis media 
Otitis media adalah suatu inflamasi pada telinga tengah yang berhubungan dengan
efusi telinga tengah, merupakan penumpukan cairan pada telinga tengah. Otitis media
terjadi karena gangguan aerasi telinga tengah, yang disebabkan karena fungsi tuba
eustachius terganggu. Otitis media dapat menyebabkan komplikasi infeksi hingga ke
intrakranial. Otitis media dapat terjadi pada usia berapapun, terbanyak pada usia 6 -
24 bulan. Otitis media jarang terjadi pada orang dewasa kecuali pada orang dewasa
dengan gangguan imun.
2. Infeksi saluran pernapasan bawah 
Jenis-jenis infeksi saluran pernapasan bawah adalah sebagai berikut:
a) Laringitis
Laringitis merupakan suatu peradangan laring yang terjadi secara akut maupun
kronis. Laringitis akut termasuk penyakit ringan dan dapat sembuh sendiri selama 3
- 7 hari. Laringitis kronis akan tetap berlangsung selama lebih dari 3 minggu. 
b) Epiglotitis 
Epiglotitis merupakan kondisi peradangan pada epiglotitis dan struktur yang ada di
sekitarnya seperti edema inflamasi aritenoidea, plika ariepiglotika dan epiglotis.
Epiglotitis merupakan salah satu infeksi yang mengancam jiwa karena risiko
laringospasme dan sumbatan saluran pernapasan secara mendadak.
c) Bronkitis 
Bronkitis merupakan kondisi peradangan pada daerah trakeabronkial tetapi
peradangan tersebut tidak meluas sampai alveoli. Bronkitis dibagi menjadi bronkitis
akut dan kronis. Bronkitis akut dapat terjadi pada semua usia, tetapi pada bronkitis
kronik umumnya terjadi pada umur dewasa. Pada bronkitis akut umumnya terjadi
apabila terdapat polutan seperti polusi udara dan asap rokok.
d) Pneumonia 
Pneumonia merupakan inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveolar. Gangguan pada sistem imunitas tubuh pasien dapat meningkatkan risiko
terjadinya pneumonia. Penyebab utama pneumonia pada bayi yaitu Respiratory
Syncytial Virus (RSV). Pneumonia termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi
pada anak dibawah lima tahun di seluruh dunia. Manifestasi klinik pneumonia akan
menjadi sangat berat pada pasien usia sangat muda, tua, serta pasien dengan kondisi
kritis.

D. Manifestasi Klinik Ispa


Gejala ISPA berlangsung antara 1–2 minggu. Pada sebagian besar kasus, penderita gejala
akan mereda setelah minggu pertama.
Gejala infeksi saluran pernapasan akut di saluran pernapasan atas dan bawah bisa berbeda.
Pada penderita ISPA yang terjadi di saluran pernapasan atas, gejala yang dapat timbul
adalah:
1. Batuk
2. Bersin
3. Hidung tersumbat
4. Pilek
5. Demam
6. Mudah lelah
7. Sakit kepala
8. Nyeri menelan
9. Mengi
10. Pembesaran kelenjar getah bening
Sementara itu, gejala ISPA yang terjadi di saluran pernapasan bawah antara lain:
1. Batuk berdahak
2. Sesak napas
3. Demam

E. Patofisiologi
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh bakteri,
virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada
jalan nafas seperti filtrasi udara, inspirasi dirongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglottis,
pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita
maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme system pertahanan tersebut, akibatnya
terjadi invasi didaerah-daerah saluran pernapasan atas maupun bawah. Penularan penyakit
ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh
melalui pernapasan, oleh karena itu, maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne
Disease. Penularan melalui udara dimagsudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan
melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit
yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur
penyebab atau mikroorganisme penyebab (Masriadi,2017).
F. Penatalaksaan (Penanganan dan pencegahan Ispa)
Penangan ISPA dengan obat :
1. Acetaminophen (Tylenol, lainnya) untuk mengurangi demam
2. Obat semprot hidung untuk membersihkan hidung tersumbat
3. Antibiotik jika ada komplikasi bakteri, seperti pneumonia bakteri

Jika ISPA disebabkan pneumonia, maka obat-obatan yang di berikan :


1. Kotrimoksazol atau amoksisilin untuk pneumonia
2. Penicillin intramuskular atau kloramfenikol untuk pneumonia berat

Pencegahan utama ISPA adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.


2. Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata.
3. Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk, agar
penyakit tidak menyebar ke orang lain.
4. Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
5. Bersihkan rumah dan lingkungan sekitar secara rutin.
6. Lakukan olahraga secara rutin.
7. Hentikan kebiasaan merokok.
8. Dapatkan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, maupun pneumonia, dan diskusikan
dengan dokter mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari vaksinasi ini.

G. Pemeriksaan penunjang

1. Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang menyebabkan


infeksi klinis pada sistem pernafasan.
2. Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan data tentang
pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan kemampuan difusi paru.
3. Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.
4. Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data objektif tentang
oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar dan keseimbangan asam basa.
5. Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: Tb, Pneumonia, Abses Paru
Dll.

H.Komplikasi Ispa
Jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, penderita dapat mengalami
komplikasi serius yang dapat berakibat fatal, seperti:

1. Gagal napas, akibat paru-paru berhenti berfungsi


2. Peningkatan kadar karbondioksida dalam darah
3. Gagal jantung
4. Penumpukan nanah di rongga selaput paru (empiema)
5. Kumpulan nanah (abses) pada paru-paru
6. Kerusakan kantong udara paru-paru (emfisema)
7. Bronkitis kronis
8. Infeksi lain, seperti mastoiditis, osteomielitis, dan selulitis
9. Sepsis
BAB III

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi :Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jaw
ab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
2. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa terba
kar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sak
it kepala, kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremit
as, batuk produkti / non.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan diare,demam berke
panjangan,dan batuk berkepanjangan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek, diare yang hilang timb
ul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas hormonal (antibody), riway
at kerusakan respon imun seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang sudah la
ma tidak sembuh.
c. Riwayat Keluarga
d. Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui hubungan seksual den
gan penderita HIV positif, kontak langsung dengan darah penderita melalui ASI.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Aktifitas Istirahat
Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang, progresi, kelelahan / malaise,
perubahan pola tidur.
2. Gejala subyektif
Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, le
mah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
3. Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa hidup, ungkapkan perasaan
takut, cemas, meringis.
4. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilanginterest pada li
ngkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang memori, gangguan atensi dan kon
sentrasi, halusinasi dan delusi.
5. Neurologis
Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan, kaku kuduk, keja
ng, paraf legia.
6. Muskuloskletal
Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
7. Kardiovaskuler
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
8. Pernafasan
Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang – parah), batuk produktif/non produkt
if, bendungan atau sesak pada dada.
9. Integument
Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Menurut Jalil (2018), ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih
dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. 

B. SARAN
Mahasiswa dapat mengerti, memahami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berdasarkan
definisi, penyebab, tanda gejala, penanganan dan pengobatan serta asuhan keperawatan pada
pasien infeksi saluran pernapasan akut.

DAFTAR PUSTAKA
Jalil, R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Ispa pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kabangka Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Halu Oleo
University (UHO).

Nabovati, E., et al. (2021). Information Technology Interventions to Improve Antibiotic


Prescribing for Patients with Acute Respiratory Infection: A Systematic Review. Clinical
Microbiology and Infection, 27(6), pp. 838–45.
Oktaria, V., et al. (2021) The Incidence of Acute Respiratory Infection in Indonesian Infants and
Association with Vitamin D Deficiency. PLoS one, 16(3), pp. 1–18.

Anda mungkin juga menyukai