TINJAUAN PUSTAKA
pernapasan akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
pernapasan mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan
Triska Susila dan Lilis, 20015) adalah suatu penyakit pernafasan akut yang
ditandai dengan gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan lendir yang
2.1.2 Epidemiologi
Didunia penyakit ini telah menyebabkan 3,9 juta kematian (WHO, 2014).
Akan tetapi pada sumber lain diketahui bahwa ISPA bertanggung jawab untuk
4,25 juta kematian setiap tahun (Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 2012).
pada Negara miskin dan negara menengah umumnya disebabkan oleh gizi buruk,
36%, dan angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua sebesar 13%
9
10
(Widoyono, 2013). Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus ISPA berada di
Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan pula bahwa tiga per empat
merupakan salah satu diantara ke 15 negara tersebut dan menduduki peringkat ke-
2.1.3 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri
Jamur yang dapat menyebabkan ISPA antara lain Aspergillus sp., Candida
albicans, dan Histoplasma. Sedangkan aspirasi lain yang juga dapat menjadi
penyebab ISPA adalah makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar
minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, dan benda asing
menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan
tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa
rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus
menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut
membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak
terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang
11
mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran
tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara umum
gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza
bernapas, demam, dan sakit telinga (Safitri Liana, 2011). Menurut Taylor (2012)
A. Pada Anak
Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun klasifikasi dibagi
a. ISPA
Terjadi bila hanya disertai napas cepat dengan batasan umur 2 bulan
sampai umur kurang dari 1 tahun sebanyak 50 kali per menit atau lebih,
sedangkan untuk umur 1 tahun sampai umur kurang dari sama dengan 5
b. Bukan ISPA
Terjadi bila tidak ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan tidak
(batuk pilek biasa). Sedangkan tanda hanya untuk kelompok umur 2 bulan
12
sampai kurang dari 5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran
Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan klasifikasi dibagi atas ISPA berat
dan batuk bukan ISPA. Dalam pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) klasifikasi pada kelompok umur kurang dari 2 bulan adalah infeksi
a. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA ini didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernafas disertai adanya nafas cepat. Batas nafas cepat pada anak umur 2
bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali permenit dan 40 kali per menit untuk
B. Pada Dewasa
Kelompok umur dewasa yang mempunyai faktor risiko lebih tinggi untuk
terkena pneumonia (Kusmana, 2014), yaitu :
13
1. Merokok
2. Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan
penyakit kronis lain.
3. Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK, dan
emfisema.
4. Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes dan
penyakit jantung.
5. Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi organ,
kemoterapi atau penggunaan steroid lama.
6. Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke, obat-obatan
sedatif atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.
7. Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas oleh virus.
Menurut Depkes RI (2012) ISPA pada umsia dewasa gejala yang sering
timbul yaitu :
a. Gejala ISPA Ringan
Jika ditemukan satu atau lebih gejala seperti batuk atau serak, suara parau.
Pilek yaitu mengeluarkan lender dari hidung, panas atau demam dengan suhu
badan lebih dari 370C.
b. Gejala ISPA Sedang
Seseorang dikatakan gejala ISPA sedang jika dijumpai gejala ISPA ringan
disertai satu atau gejala-gejala seperti pernapasan > 24 kali per menit dan suhu
badan 390C, tenggorokan berwarna merah, muncul bercak-bercak di kulit
seperti campak, telinga sakit, pernapasan seperti mengorok.
c. Gejala ISPA Berat
Seseorang dinyatakan gejala ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA
ringan dan ISPA sedang disertai satu atau gejala-gejala seperti bibir atau kulit
14
ISPA pada tahap awal dimulai interaksi bibit penyakit dengan tubuh penjamu, dan
lokal.
maka akan menghambat aliran udara melalui pipa-pipa pada saluran pernapasan.
Jika seseorang batuk merupakan tanda bahwa paru-paru tersebut sedang berusaha
2014).
udara pernapasan atau percikan ludah. Pada prinsipnya kuman ISPA yang ada di
udara akan terhirup oleh orang yang berada di sekitarnya dan masuk ke dalam
Apabila orang terinfeksi maka akan rentan terkena ISPA, ditambah jika
kelembaban dan suhu kamar tinggi yang merupakan faktor pemicu pertumbuhan
faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, dan
faktor perilaku.
1. Faktor Lingkungan
rumah tangga di dunia, memasak dengan bahan bakar yang belum diproses
seperti kayu, sisa tanaman dan batubara sehingga akan melepaskan emisi
adalah asap dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor resiko
hanya dihisap oleh perokok, taetapi juga dihisap oleh orang yang ada
c. Ventilasi
dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari
Luas ventilasi penting untuk suatu rumah karena berfungsi sebagai sarana
untuk menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan
suplai udara segar yang masuk ke dalam rumah tidak tercukupi dan
d. Pencahayaan
e. Kualitas udara
kepadatan hunian ruang tidur minimal luasnya 8m2 dan tidak dianjurkan
a. Umur anak
pernapasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan
tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6 –12
bulan.
mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
lainnya.
anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah tidak mengalami rate
berat infeksinya.
19
c. Status gizi
dan aktivitas dari anak itu sendiri. Penilaian status gizi dapat dilakukan
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko yang penting untuk
hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang
antara gizi buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh
keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan
d. Vitamin A
200.000 IU vitamin A pada balita dari umur satu sampai dengan empat
tahun. Balita yang mendapat vitamin A lebih dari 6 bulan sebelum sakit
20
terjadinya suatu penyakit sebesar 96,6% pada kelompok kasus dan 93,5%
tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi. Bila antibodi yang ditujukan
terhadap bibit penyakit dan bukan sekedar antigen asing yang tidak
Oleh karena itu usaha massal pemberian vitamin A dan imunisasi secara
e. Status Imunisasi
Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan
campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang
imunisasi lengkap.
akan menjadi lebih berat. Cara yang terbukti paling efektif saat ini
3. Faktor perilaku
pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di
keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya.
tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung
keluarga lainnya.
dalam masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius
oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu
balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita
sakit.
22
berat.
pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar
risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan bakaran
mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata terjadi satu kematian setiap 6,5 detik. Jika hal itu terus
berlanjut, maka diperkirakan kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua
koroner, beberapa jenis kanker seperti kanker mulut, kanker paru, dan kanker
Israwini (20010) mempunyai variasi yang cukup luas dalam kaitannya dengan
b. Jumlah rokok yang dihisap: dalam satu batang, bungkus, atau pak perhari.
c. Jenis rokok yang dihisap: keretek, cerutu atau rokok putih, pakai filter atau
tidak.
d. Cara menghisap rokok: menghisap dangkal, di mulut saja atau isap dalam.
24
Berdasarkan hal tersebut jenis perokok juga dapat dibagi atas perokok
b. Perokok sedang jika menghisap rokok antara 10-20 batang per hari.
peningkatan sepuluh kali terjadinya kanker paru. Rokok dan hipertensi akan
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dikutip Notoatmodjo (2012) seorang ahli
nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Bentuk
perilaku ini dapat diamati melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak
25
berarti bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja,
perilaku juga dapat bersifat potensial, yakni dalam bentuk pegetahuan, motivasi
dan persepsi.
perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
a. Umur
Umur diartikan dengan masa hidup seseorang atau sejak dilahirkan atau
diadakan. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Dewi
Menurut Depkes RI, 2010 kategori umur dibagi menjadi 9 yaitu : Masa
Balita 0-5 tahun, Masa kanak-kanak 5-11 tahun, Masa remaja awal 12-16
tahun, Masa remaja akhir 17-25 tahun, Masa dewasa awal 26-35 tahun,
Masa dewasa akhir 36-45 tahun, Masa lansia awal 46-55 tahun, masa
lansia akhir 56-65 tahun, dan Masa manula > 65 tahun. Menurut WHO
45-59 tahun, Lanjut usia (elderly age) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)
75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
26
b. Pengetahuan
berpikir lebih dalam bertindak, dia akan memperhatikan akibat yang akan
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subyek penelitian
yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:
c. Pendidikan
informasi.
d. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu
Menurut Budiman dan Riyanto, 2013 sikap dibagi menjadi 2 yaitu sikap
seperti tempat tinggal yang tidak lembab dan cukup cahaya dan bersih, ruang
sebagainya.
Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
masyarakat. Referensi itu dapat berupa dari guru, tokoh masyarakat, sosial
Dalam penelitian Isnaeni Wahyu tahun 2016 tentang Analisis Spasial faktor
a. Umur
b. Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen-akhiran
–an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, mengajar dan
pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha
pendidikan tidak hanya di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas.
bersifat formal dimulai sejak Taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan
seminar.
c. Pengalaman kerja
Menurut Dewey (2007) , pengalaman tidak menunjuk saja pada sesuatu yang
ditangkap secara inderawi di dalam dunia luar, atau pun sesuatu yang berada
di balik dunia, inderawi yang hanya dicapai dengan akal budi atau intuisi.
orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan
bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang menangangi pembinaan
Pemasyarakatan, atau dahulu lebih di kenal dengan istilah sipir penjara. Konsep
tahun 1962 (Dwidjapriyatmo, 2011). Sejak tahun 1964 dengan ditopang oleh UU
Bapak Sahardjo, S.H. (Menteri Kehakiman pada saat itu) pada tanggal 5 juli 1963
32
penjara. Satu tahun kemudian, pada tanggal 27 april 1964 dalam konfrensi
dalam konfrensi ini dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para
untuk reintegrasi social atau pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan
(Dwidjapriyatmo, 2011).
dalam tata peradilan pidana adalah bagian integral dari tata peradilan terpadu
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu rangkaian proses penegakan
2.3.2 Peran
seseorang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya, maka dia telah
melakukan suatu peranan (Soekanto, 2010). Peranan menurut Mayor Polak dalam
Gunawan (2012), menunjuk pada dua aspek dinamis dari status. Peranan memiliki
dua arti, pertama dari sudut individu berarti sejumlah peranan yang timbul dari
berbagai pola yang di dalamnya individu tersebut ikut aktif. Kedua, peranan
secara umum menunjuk pada suatu keseluruhan peranan itu dan menentukan apa
33
(2012) peranan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan individu dengan cara
tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan status.
tentang hak untuk memdapatkan layanan kesehatan yang layak (Azriadi, 2011).
Perilaku Individu :
1. Faktor predisposisi :
a. Umur
b. Pengetahuan
Kejadian ISPA
c. Pendidikan
d. Sikap
2. Faktor pendukung :
Tempat atau fasilitas
3. Faktor pendorong :
Petugas kesehatan
individu dengan kejadian ISPA di Lapas Polda Sumatera Utara Tahun 2019.