Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan menyimak merupakan salah satu kompetensi

berbahasa yang dimiiki oleh setiap orang semenjak lahir. Keterampilan

menyimak merupakan keterampilan yang sangat penting dalam berbahasa dan

berinteraksi. Keterampilan ini berkaitan erat dengan ketiga keterampilan

berbahasa lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan menulis.

Astuti (2012) menyatakan bahwa, keterampilan menyimak merupakan

salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk

menunjang kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang

baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak akan berjalan

dengan baik, jika pesan yang sedang diberikan atau diterima tidak dimengerti.

Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka kita dapat memperoleh

pemahaman informasi dari bahan yang disimak.

Namun, dalam pencapaian tujuan rersebut bagi siswa SD bukanlah

hal yang mudah, menyimak merupakan keterampilan bahasa reseptif yang

mengandalkan seluruh pengalaman indera sebagai media penerima rangsang.

Siswa SD dengan keterbatasan auditifnya tentu mengalami hambatan dalam

menerima rangsang dalam bentuk audio saja. Oleh karena itu, visualisasi dari

bahan yang disimakakan dapat membantu proses menyimak bagi siswa SD.

1
2

Berdasarkan temuan oleh seorang peneliti pada saat melaksanakan

observasi di SDLB SLB Sindangsari Cikoneng Ciamis dan hasil wawancara

dengan wali kelas, bahwa sebagian besar guru di SDLB SD mengaku

mengalami kesulitan tersendiri saat memberikan pembelajaran menyimak

bacaan pada siswa tanpa media visualisasi yang mendukung. Kesulitan guru

untuk membuat visualisasi atas apa yang sedang diperbincangkan ini berdampak

terhadap pemahaman siswa sehingga memungkinkan guru untuk mengulang

-ulang pembelajaran.

Sebagian besar siswa SD mengalami kesulitan dalam memahami

bahan simakan tanpa media visualisasi. Hal ini tampak dalam menyelesaikan

soal evaluasi, siswa belum mampu mencapai standar ketuntasan minimal

yang ditetapkan. Dengan memperhatikan kasus tersebut berarti siswa belum

memahami pembelajaran menyimak dengan memuaskan.

Kathryn P. Meadows (dalam Bunawan, 2010) berpendapat bahwa

“Kemiskinan (deprivation) hakiki yang dialami orang yang tuli adalah bukan

kemiskinan atau kehilangan akan rangsangan bunyi melainkan kemiskinan

akan berbahasa.” Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, menulis

merupakan alat komunikasi bahasa. Anak yang mendengar pada umumnya

memperoleh kemampuan berbahasa dengan sendirinya apabila dibesarkan

dalam lingkungan yang berbahasa, tentu sangat berbeda dengan anak SD

yang notabene kesulitan dalam proses mendengar.

Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan menyimak diduga

berasal dari factor siswa dan guru. Namun, kondisi siswa SD tidak
3

harus mutlak menjadi penyebab satu - satunya kurang optimalnya

pembelajaran menyimak. Kompetensi guru dalam menyuguhkan bahan

simakan juga harus diperhatikan. Selain itu, bahan simakan dalam bentuk

bacaan saja kadang cenderung menyebabkan siswa merasa bosan dalam

menerima pelajaran menyimak. Metode dan media penyampaian bahan

simakan hendaknya tetap memperhatikan prinsip pembelajaran PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam

mengungkapkan kembali isi cerita dalam pelajaran menyimak, maka perlu

mencari upaya pemecahannya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba

mengungkap kasus yang sering terjadi dalam pembelajaran menyimak untuk

menemukan solusi yang efektif dan bisa diterapkan dalam pembelajaran

bahasa terutama dalam menyimak bacaan.

Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyimak informasi pembelajaran. Salah satu upaya

untuk meningkatkan kemampuan itu adalah dengan menggunakan media

pembelajaran atau alat peraga, karena dalam pembelajaran menyimak

khususnya dalam penanaman konsep dasar perlu adanya media

pembelajaran sebagai jembatan yang menghubungkan antara kognitif siswa

yang konkret dengan konsep baru pembelajaran yang abstrak. Jadi alat

peraga sangat tepat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa.

Selain harus sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran, media yang

digunakan dalam pembelajaran juga harus sesuai dengan kondisi siswa. Siswa
4

SD dengan hambatan pendengarannya memiliki penglihatan sebagai

modalitas utama dalam memperoleh informasi, siswa SD juga diberi kelebihan

dalam menerima dan mengekspresikan informasi melalui isyarat, kejelasan

gesture, mimic, gerak dan keluwesan tubuh, yang apabila dikembangkan

akan menjadi nilai seni yang indah dilihat. Melalui modalitas inilah guru

dapat menciptakan media pembelajaran yang menyenangkan, dan diharapkan

membantu terhadap pemahaman siswa tanpa tercipta kesan yang menjenuhkan

terhadap proses pembelajaran menyimak. Mengingat anak SD sangat

membutuhkan visualisasi dari informasi yang diterimanya.

Menurut Tim Depkes (2010) mencuci tangan adalah membersihkan tangan

dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara

tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005),

mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan

dan pengontrolan infeksi. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu

secara mekanik dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air

(Tietjen, et.al., 2004). Sedangkan menurut Purohito (1995) mencuci tangan

merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan

keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil spesimen. Infeksi yang di

akibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi pada fasilitas

pelayanan kesehatan.Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau

terapeutik dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit

(Perry & Potter, 2005).


5

Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan

yang berbahan dasar alkohol (Wati, 2011). Cuci tangan merupakan proses

membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kedua belah tangan

dengan memakai sabun dan air yang bertujuan untuk mencegah

kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang)

suatu penyakit atau perpindahan kuman (Ananto, 2006). Perilaku mencuci

tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara membersihkan

tangan dan jari - jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang

bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar

adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak

efektif (Danuwirahadi, 2010).

Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SD N

Namopinang Kec Namorambe Kab Deli Serdang dengan menggunakan

wawancara langsung kepada siswa SD kelas 5, dari 5 orang siswa yang

diwawancara seluruhnya mengatakan sering cuci tangan tetapi tidak

menggunakan langkah seperti yang diperagakan oleh peneliti.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertatik untuk melakukan

penelitian tentang Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa

kelas 5 SD tentang mencuci tangan 6 langkah menurut WHO di SD N

namopinang Kec Namorambe Kab Deli Serdang Tahun 2018.


6

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan maslah dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa kelas 5

SD tentang mencuci tangan 6 langkah menurut WHO di SD N namopinang Kec

Namorambe Kab Deli Serdang Tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tuhuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

siswa kelas 5 SD tentang mencuci tangan 6 langkah menurut WHO di SD

N namopinang Kec Namorambe Kab Deli Serdang Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa dalam melakukan 6 langkah

cuci tangan menurut WHO sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.

2. Untuk mengetahui pengetahuan siswa dalam melakukan 6 langkah

cuci tangan menurut WHO sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

3. Untuk mengetahui Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan siswa kelas 5 SD tentang mencuci tangan 6 langkah

menurut WHO di SD N namopinang Kec Namorambe Kab Deli

Serdang Tahun 2018.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah pengalaman peneliti dalam memberikan penyuluhan tentang

pentingnya mengetahui 6 langkah cuci tangan, tidak hanya di rumah sakit

melainkan disetiap tempat.

1.4.2 Bagi STIKes SUMUT

Untuk menambah bahan bacaan diperpustakaan dan dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca tentang pentingnya cuci tangan.

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Dapat menjadi sumber inspirasi untuk tetap dapat menjaga kebersihan

tangan siswa sehingga tingkat kesehatan siswa juga menigkat, dengan cuci

tangan resiko diare atau cacingan dapat berkurang.

Anda mungkin juga menyukai