Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASKEP ISPA PADA ANAK

OLEH:

1. REVALYN PAULA DJAMI


2. ROMAMTI ESER PUAY
3. RONALD JEFERSON ANONE

SEMESTER/KELAS:4/B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

PRODI S1 KEPERAWATAN

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa Atas rahmat dan berkatnya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ ISPA ” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas yang diberikan. Selain itu makalah ini bertujuan menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini . Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang,01 mei 2023

penulis
A.KONSEP ISPA

1. Difinisi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut yang
menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus termasuk
( sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes, 2011). Djojodibroto (2009) menyebutkan bahwa
ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi saluran
bagian bawah.
Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian sebagai berikut ( Fillacano, 2013) :
a. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya ke dalam manusia dan
akan berkembang biak sehingga akan menimbulkan gejala suatu penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi mulai dari
hidung hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura.
c. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14 hari.
Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau bawah yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi ringan sampai penyakit
yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor pejamu dan faktor
lingkungan.

2. Klasifikasi
a. Berdasarkan lokasi anatomi
1. Infeksi saluran pernafasan akut atas Infeksi saluran pernafasan akut atau merupakan infeksi
yang menyerang saluran pernafasan bagian atas (faring). Terdapat beberapa gejala yang
ditemukan pada infeksi ini yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan, bengkak di wajah,nyeri
telinga, ottorhea, dan mastoiditis (parthasarathy, 2013). Beberapa penyakit yang merupakan
contoh infeksi saluran pernafasan akut atas yaitu sinusitis, fangitis, dan otitis media akut
(ziady and small, 2006).
2. Infeksi saluran pernafasan bawah Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi
yang menyerang saluran pernafasan bagian bawah.Seseorang yang terkena infeksi pada
saluran pernafasan bawah biasanya akan ditemukan gejala takipnea, retraksi dada, dan
pernafasan wheezing (Parthasarathy (ed), et al, 2013). Beberapa penyakit yang merupakan
contoh infeksi saluran pernafasan akut bawah yaitu bronchiolitis, bronchitis akut, dan
pneumonia (Zuriyah.2015).
b. Berdasarkan kelompok umur
1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas, ditemukan nafas cepat (>60
kali/menit) atau tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam.
b. Bukan Pneumonia : hanya ditemukan batuk dan atau sukar bernafas, namun tidak ditemukan
nafas cepat (nafas <60 kali/menit) dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
2) Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
a. Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas juga ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam (Chest Indrawing)
b. Pneumonia : tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah ke dalam,namun ditemukan nafas
cepat sesuai golongan umur (2 bulan - < 1 tahun : 50 kali atau lebih/menit; 1-<5 tahun : 40
kali atau lebih/menit).
c. Bukan Pneumonia : tidak ditemukan nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, namun hanya ditemukan batuk dan atau sukar bernafas.
3. Etiologi ISPA
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus streptokokus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella, dan korinebakterium dan virus dari golongan
mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak), adenoveirus,
koronavirus, pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel udara (droplet
infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan
maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernapasan yang
mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya. (Marni,2014).
Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi
lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan anggota
keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan
efektifitas pelayanan kesehatan serta langkah-langkah pencegahan infeksi untuk pencegahan
penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor
penjamu (usia, kebiasaan merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi
sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum)
dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau
dosis mikroba). (WHO,2007:12). Menurut Widoyono (2008), Kondisi lingkungan yang
berpotensi menjadi faktor risiko ispa adalah lingkungan yang banyak tercemar oleh asap
kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing seperti
mainan plastik kecil.
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk
dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat
antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia.
Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. (Suriani,
2018) Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut Rosana (2016):
a. Gejala dari ISPA ringan Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu berbicara atau
menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba dengan punggung
tangan terasa panas.
b. Gejala dari ISPA sedang Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur kurang dari 2
bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
2) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
4) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6) Tenggorokan berwarna merah.

5. Komplikasi
Komplikasi Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6
hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis
paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran infeksi. (Windasari, 2018)
a. Sinusitis paranasal Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah,
rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering
menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar).
Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus
disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang
menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan
terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan
antibiotik.
b. Penutupan tuba eusthachii Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala
OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang
menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya
dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah,
juga disertaimuntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi
pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang
demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT. Biasanya bayi dilakukan parsentesis
jikasetelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik. Parasentesis (penusukan
selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media
perforata (OMP).
6. Penatalaksanaan
Menurut WHO (2007), penatalaksanaan ISPA sedang meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin ( vit C )
2. Antibiotic
a. Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b. Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c. Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh, amplisillin
(500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d. Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x
bungkus/3x sehari/8 jam.
e. Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f. Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½ sendok teh. Jika
dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk dan jika anak
membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2011)

7. Pencegahan
Hal–hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA sedang pada anak
menurut Prabu (2009), antara lain :
a.terapi non faramakologi
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan
makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit
baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup
hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang
menderita penyakit ISPA
b.terapi farmakologi
1.Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti paracetamol dan ibuprofen
2.kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu.contoh : pseudoefedrin,fenil
propanolamin,dan diperhidramin
3.ekspektoran untuk batuk berdahak.contoh:ammonium clorida
4.mukolitik untuk batu berdahak.contoh:ambroksol,bromheksin,gliresilgualakolat.
8. Pafofisiologi
Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan
batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang
sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang
dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2
(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi
tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat
lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh
bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di
mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti
yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini
seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
9.Pathway
10. Pemeriksaan Penunjang
a) Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan
faringitis.
b) Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh, dilakukan
untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga hidung. Dalam
tindakan ini mungkin saja pasien mendapat anastesi lokal, tropical atau umum tergantung pada
tempat prosedur dilakukan.
c) Pemeriksaan pencitraan,
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan
dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin
dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan
infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus tumor

 Asuhan Keperawatan pada ispa


1.Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat
harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting, keadaan yang
potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien
masuk instansi pelayanan kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan
tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan
cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.Klasifikasi dan Analisa Data
Klasifikasi data
a. klasifikasi adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu dimana
klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahanya. Klasifikasi ini dikelompokan dalam data subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data
Analisa data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam mentukan masalah kesehatan
dan keperawatan.
c. Analisa data
Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data, Penyebab,
dan Masalah. Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif dan faktor resiko.Kolom
penyebab berisi : 1 (satu) kata/kalimat yang menjadi penyebab utama dari masalah.
Kolom masalah berisi : pernyataan masalah keperawatan Data yang perlu dikaji pada
pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan
batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut,
abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada malam
hari, karena badan demam.

e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berairTanda : kadang –
kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB.Tanda :
kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan.

 masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien ispa:

1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).


2) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan
secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan
keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana
tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan
diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.Intervensi
keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2015).Rencana
keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan
asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk
melaksanakan intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan
dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah
peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien terhadap
intervensi keperawatan Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan
intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini
terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif)
ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap klien segera stelah tindakan.
Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan klien
sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan. Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan
perkembangan kondisi klien dengan menilai dan memonitor apakah tujuan telah
tercapai.Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi perawat untuk
mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat menggunakan kartu/format
bagan SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).Evaluasi keperawatan yang
diharapkan pada pasien ispa harus sesuai
dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Suhu tubuh dalam batas normal.
b. Nyeri berkurang/hilang.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermi b.d proses penyakit

Diagnosa keperawatan SLKI SIKI


Hipertermi b.d proses Termoregulasi Manajemen hipertermi:
penyakit( infeksi) Setelah dilakukan tindakan 1.monitor suhu tubuh
asuhan keperawatan selama 2.sediakan lingkungan yang
2x24 jam di harapkan dingin.
termoregulasi membaik 3 longgarkan atau lepas
dengan kriteria hasil: pakian.
1.menggigil menurun 4.basahi dan kipasi
2.kulit merah menurun permukaan tubuh.
3.pucat menurun 5.berikan cairan oral.
4.suhu tubuh membaik 6.anjurkan tirah baring.
5.tekanan darah membaik 7.kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit.
Regulasi terperatur:
1.monitor TD,RR,N
2.monitor suhu tubuh.
3.monitor warna dan suhu
kulit.
4.tingkatkan asupan cairan
yang adekuat.
5.kolaborasi pemberian
antipiretik.jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Anas Tamsuri. (2008). Klien Gangguan Pernafasan. Jakarta : EGC


Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi ( respiratory medicine ). Jakarta:
EGC
Dinas Kesehatan Kabupaten Passuruan.(2015). Profile kekesehatan kabupaten
Passuruan. Passuruan: Dinas Kesehatan pemerintah kabupaten Passuruan
Dinas Kesehatan Indonesia.(2015). Profile Kesehatan Indonesia. Jakarta : Dinas
Kesehatan Pemerintahan Indonesia
Fillacano, Rahmayatul. (2013). Hubungan Lingkungan dalam Rumah Terhadap
ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun
2013, Unpublished Skripsi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Hockenberry, Marilyn J., and David Wilson (ed). 2013. Wong’s Essentials of
Pediatric Nursing. United States of America : Mosby Elsevier
Ihsan Fuad.(2008). Dasar-dasar Kependidikan Keperawatan. Bandung :

Anda mungkin juga menyukai