Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG

ISPA

Disusun Oleh :

ANGGI NOVELA SARI

APRILIA AMINDA SARI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES FORT DE KOCK

BUKITTINGGI

TAHUN 2011
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah Keselamatan dan kesehatan kerja yang berjudul “
Penyakit ISPA” ini dapat disusun.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Namun kami


yakin bahwa buku ini sangatlah banyak kekurangannya, oleh karena itu kami
selaku penyusun makalah ini mengharapkan kritik dan saran agar dapat
mengevaluasi makalah ini sehingga pada pembuatannya kembali dapat sempurna.

Sawahlunto, Maret 2012

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan


penyebab utama kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%.
WHO memperkirakan kematian akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun
dari seluruh jumlah bila tidak diberi pengobatan-obatan. Kematian balita karena
pneumoni secara nasional diperkirakan 6 per 1000 balita per tahun atau sekitar
150.000 balita

Pertahun salah satu sasaran pemberantasan penyakit ISPA pada balita


adalah menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia.

ISPA hingga saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di


Kabupaten Bengkulu Utara karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian
akibat ISPA. Data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2003
menunjukkan bahwa penyakit ISPA masih menempati posisi pertama dari 10
penyakit terbanyak yaitu 33,02%. Angka kematian balita yang disebabkan oleh
semua penyakit sebesar 12,3%2.

Pelaksanaan program P2 ISPA di Kabupaten Bengkulu Utara belum


mencapai target nasional3.4. Hasil survei pendahuluan, seluruh puskesmas di
Kabupaten Bengkulu Utara telah menjalankan program P2 ISPA dan telah ada
pedoman teknis pada prosedur tetap ISPA dari Depatemen Kesehatan RI tahun
2002 tentang Pedoman P2 ISPA Balita. Hal tersebut terhambat oleh keterbatasan
petugas memanfaatkan data program P2 ISPA dan belum melaporkan secara rutin
setiap bulan ke Dinas Kesehatan.
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mampu mengelola asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA di


ruang poli anak

2. Tujuan Khusus

a. Menggunakan konsep dan asuhan keperawatan ISPA pada anak

b. Melakukan pengakajian pada anak dengan ISPA

c. Mendokumentasikan proses asuhan keperawatan dengan gangguan


ISPA

d. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang dapat muncul pada


anak dengan ISPA

e. Menyusun rencana keperawatan pada anak dengan ISPA

f. Melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan ISPA

g. Mengevaluasi hasil rencana keperawatan pada anak dengan ISPA


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita
di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita
rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.

Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA mengandung 3 unsur, yaitu


infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing
unsur adalah sebagai berikut :

1) Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau


mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit.
2) Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk dalam
saluran pernafasan (respiratory tract).

3) Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung


sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (DepKes. RI,
1998 : 3 dan 4).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ISPA


adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh
yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak
lebih dari 14 hari.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran


pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu :

 ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek


 Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran
bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran


mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan
dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang
terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam
lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga
hidung dan ke arah superior menuju faring.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat


menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh
bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran
pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas
sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit
common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau
coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam
sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi
virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,
darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh
orang sehat kesaluran pernafasannya.

B. KLASIFIKASI

WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat


keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul
dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun
pembagiannya sebagai berikut :

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

1) ISPA ringan
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
 Batuk.
 Pilek dengan atau tanpa demam.
2) ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
a. Pernapasan cepat (Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih)
b. Wheezing(nafas menciut-ciut).
c. Sakit atau keluar cairan dari telinga
d. Bercak kemerahan (campak).

3) ISPA berat
Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
 Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi.
 Kesadaran menurun.
 Bibir/kulit pucat kebiruan.
 Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.
 Adanya selaput membrane difteri.

Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan


tanda-tanda klinis yang didapat yaitu :

1) Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun


Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISP diklasifikasikan menjadi 3
yaitu :
a. Pneumonia berat
 Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesdaran
menurun, stridor, serta gizi buruk.
 Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparu-
paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk
menarik nafas.
 Tanda lain yang mungkin ada : Nafas cuping hidung, Suara
rintihan, Sianosis (pucat).
b. Pneumonia tidak berat
 Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
 Di sertai nafas cepat : Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan –
1 tahun, lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.

c. Bukan pneumonia
 Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.
 Tidak ada nafas cepat : Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2
bulan – 1 tahun, kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun
– 5 tahun.

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa :
 Batuk
 Kesulitan bernafas
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Demam
 Sakit kepala
(DepKes.RI, 1993 : 1)
C. ETIOLOGI

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas
penyebab ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian
atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995).

Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine di sebutkan bahwa


penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring,
sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral,
sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh
bakteri streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang
lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%.
Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan akut ini melibatkan
lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995)

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian


ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan.

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

1) Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan


reaksi apa-apa.
2) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.

3) Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul


gejala demam dan batuk.

4) Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh


sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.

a. Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu :
 Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena
batuk-batuk.
 Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin.
 Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang
telah dicemari oleh jasad renik.
b. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA :
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih
baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota
besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada
anak.
D. PATOFISIOLOGI

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal disaluran nafas. Infeksi
oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul
mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga
hidung, refleksi batuk, refleksi epiglottis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.
Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat
melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut Akibatnya terjadi invasi di
daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah.

E. PENATALAKSANAAN

1. Suportif

a) Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,


pemberian multivitamin, dll.

2. Antibiotik

a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.

b) Utama ditujukan pada pneumonia, Influenza dan Aureus.


3. Menurut WHO :

a) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,


Ampisillin, Penisillin Prokain.

b) Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin,


gentamisin.

c) Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon, dll.

F. PENCEGAHAN

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA


pada anak antara lain :

1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan


cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik.

3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

4) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah
memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota
keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut,


istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian
dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang
sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih
rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-
rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.

ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil


menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai
dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai
ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanafaat bagi kita semua, dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung. Hanya ini yang
dapat kami tampilkan, salah dan kurang mohon dimaklumi, saya ucapkan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pediatrics/2049898-apa-itu-ispa/

http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=718_Waspada-
Penyakit-ISPA,-Perbanyak-Konsumsi-Air-Putih

http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa/

Anda mungkin juga menyukai