Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNya sehingga makalah Keselamatan dan kesehatan kerja yang berjudul “ Penyakit
ISPA” ini dapat disusun.
Buku ini diharapkan untuk memenuhi tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Ardhiana Juliana Dewi M.Kes
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Namun saya yakin bahwa
buku ini sangatlah banyak kekurangannya, oleh karena itu saya selaku penyusunmakalah
ini mengharapkan kritik dan saran agar dapat mengefaluasi makalah ini sehingga pada
pembuatannya kembali dapat sempurna.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pertahun1. Salah satu sasaran pemberantasan penyakit ISPA pada balita adalah
menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia 1.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Untuk mengetahui penyabab penyakit ispa serta cara mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit Ispa
1. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-
sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam
ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan
ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari
infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru
ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit
(P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :
*Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas,
peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia,
udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu
yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu
yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke
posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan
pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan
meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh
bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas
sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan,
hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold
disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini
dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran
udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.
Klasifikasi
1. ISPA ringan
a. Batuk.
2. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
a. Pernapasan cepat.
1) Umur <>
b. Wheezing(nafas menciut-ciut).
3. ISPA berat
Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
b. Kesadaran menurun.
Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda
klinis yang didapat yaitu :
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISP diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a) Pneumonia berat
Tanda utama :
• Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesdaran menurun, stridor, serta
gizi buruk.
• Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparu-paru menjadi kaku
dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.
- Suara rintihan.
- Sianosis (pucat).
Tanda Utama :
c) Bukan pneumonia
Tana utama :
a) Pneumonia berat
Tana utama :
• Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
wheezing, demm atau dingin.
b) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA
adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk
bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrison’s Principle of Internal
Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung,
nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan
infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus
pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus
aureus dan H influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan
akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995)
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
Penyebaran Penyakit
1. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk.
2. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin.
3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari
oleh jasad renik.
Faktor Risiko
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit
ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan
tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap
rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
Penatalaksanaan
1. Suportif :
• Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin,
dll.
2. Antibiotik :
• Menurut WHO :
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara
lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai
penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang
sedang menderita penyakit ISPA.
Kesimpulan
Ketersediaan dan ketercukupan input (SDM, sarana, dana dan metode) di Puskesmas
Pekik Nyaring memadai, sedangkan di Puskesmas Kembangseri kurang memadai dan di
Puskesmas D6 Ketahun sangat kurang memadai.
Proses pelaksanaan program P2 ISPA balita yang meliputi P1, P2 dan P3 di Puskesmas
Pekik Nyaring (kinerja tinggi) sudah dilaksanakan dengan baik. Puskesmas Kembangseri
(kinerja sedang) belum melaksanakan semua proses dengan baik terutama dokumentasi uraian
tugas pengelola program tidak melakukan survailans sehingga perencanaan kurang didukung
oleh data yang lengkap. Puskesmas D6 Ketahun (kinerja rendah) sebagian besar proses belum
dilaksanakan.
Daftar Pustaka
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pediatrics/2049898-apa-itu-ispa/
http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=718_Waspada-
Penyakit-ISPA,-Perbanyak-Konsumsi-Air-Putih
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa/