Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS UU REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG


PENGELOLAAN SAMPAH

SRIKIT S NURKAMIDEN
P1805216003
LATAR BELAKANG
SAMPAH

Sampah Organik Sampah Non Organik

Pencemaran Air

Pencemaran Udara

Pencemaran Tanah
UU NO 18 TAHUN 2008
RUANG LINGKUP
PASAL 2

1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:


a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.

2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik.

3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

ASAS DAN TUJUAN


PASAL 3
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab,
asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Pasal 4
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
BAB X
LARANGAN

PASAL 29
Setiap orang dilarang:
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. mengimpor sampah;
c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan;
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di
tempat pemrosesan akhir; dan/atau
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah.
Cont
oh K
asus

 Sampah masih menjadi persoalan klasik yang belum tertangani di


Lombok Barat (Lobar). Terutama di objek wisata pantai, dinas terkait
saling lempar tanggung jawab. Akibatnya, sampah berserakan menjadi
pemandangan di beberapa destinasi wisata pantai di Lobar.
Masalah sampah di kawasan pariwisata adalah masalah pokok di
Kabupaten Lobar saat ini. Tapi masalah itu, kata Winengan bukan saja
tanggung jawab dinas kebersihan, masyarakat dan pelaku usaha juga
punya tanggung jawab.
 Kendati demikian, agar persoalan sampah di pinggir pantai teratasi,
Winengan menyarankan dibentuk petugas kebersihan khusus. Petugas ini
nantinya akan terfokus menangani persoalan sampah di pinggir pantai.
 Namun sejauh ini belum ada anggaran untuk menangani persoalan
sampah di pinggir pantai. Selain itu, dinas kebersihan juga kekurangan
sumber daya manusia.
Contoh Kasus

BANDUNG SEMARANG
• Peraturan Walikota Bandung • Peraturan Daerah (Perda) No 6
nomor 522 tahun 2007. Tahun 2012 tentang
• Mereka yang tertangkap Pengelolaan Sampah
tangan merusak tempat • larangan mengelola sampah
sampah sembarangan atau tanpa ijin, larangan membuang
membakar sampah di sampah dari daerah lain ke
tempat yang membahayakan kota Semarang, termasuk soal
dikenakan denda Rp 1 juta, denda. Sesuai dengan pasal 52
sementara mereka yang pelaku pembuang sampah
membuang sampah ke sembarangan akan dikenai
sungai atau saluran air bisa denda Rp 50 juta atau pidana
dikenakan denda Rp 50 juta penjara selama 3 bulan
MASALAH YANG TIMBUL
AKIBAT KEBIJAKAN

Pengesahan UU no 18 tahun 2008 terkait pengelolaan sampah,


memberikan dampak langsung terhadap pelanggarnya. Hal ini diperkuat
dengan Pasal 39 tentang ketentuan pidana yang menyebutkan bahwa :

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau


mengimpor sampah rumah tangga dan/atau sampah sejenis sampah rumah tangga
ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda
paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);

(2) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau


mengimpor sampah spesifik ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12
(dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
Kesimpulan

Pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan jumlah


sampah, karena setiap manusia pasti menghasilkan sampah perharinya,
tak peduli usianya.  

Sampah ada yg mudah terurai dan tidak, bahkan ada yang memerlukan
waktu hingga 100 tahun hingga hancur. Hal ini yang menyebabkan
sampah terus menumpuk dan dapat berakibat merugikan. Oleh karena
itu perlu dilakukan beberapa upaya utk menangani hal tersebut

Saran
Pemerintah harus lebih tegas untuk menghukum oknum yang
melakukan buang sampah sembarangan khususnya masyarakat
yang membuang sampah di sungai karena dapat merusak lingkungan
dan biota air.

Disiplinkan diri sendiri utk membuang sampah pada tempatnya, dan


kurangi penggunaan plastik karena pastik merupakan sampah yang
paling sulit terurai.

Anda mungkin juga menyukai