Anda di halaman 1dari 4

PERMASALAHAN SAMPAH YANG MENUMPUK DI DAERAH CIPONDOH DALAM PERSEPEKTIF UU

LINGKUNGAN HIDUP NO. 32 TAHUN 2009.TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN


HIDUP

sumeni

sumeni2303@gmail.com

I. PENDAHULUAN

Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar. Karena
penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan
pencemaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah
akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan
pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir

Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan dengan pengurusan terutama sekitar
kota Oleh sebab itu, banyak negara besar melakukan incineration atau pembakaran, yang menjadi
alternatif dalam pembuangan sampah. Sementara itu, permasalahan yang dihadapi untuk proses ini
adalah biaya pembakaran lebih mahal dibandingkan dengan sistem pembuangan akhir (sanitary landfill).
Apabila sampah ini digunakan untuk pertanian dalam jumlah yang besar, maka akan menimbulkan
masalah karena mengandung logam berat.

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun
alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah berasal dari rumah tangga, pertanian, perkantoran,
perusahaan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi: 1).
Sampah organik/basah, Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau
sisa buah dan lain-lain yang dapat mengalami pembusukan secara alami.2) Sampah anorganik/kering,
Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain yang tidak dapat mengalami pembusukan
secara alami. 3). Sampah berbahaya, Contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dan lain-
lain.

Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan
masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan
sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi
sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.

II. PEMBAHASAN

Kondisi tak elok terlihat di kawasan jalan KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota
Tangerang. Tumpukan sampah menggangu pemandangan dan kenyamanan warga sekitar. sampah-
sampah tersebut membludak sampai ke badan jalan. Hal ini pun juga menyebabkan kemacetan di jalan
yang menghubungkan Jakarta Barat tersebut.
Nampak, sampah-sampah itu terpusat di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sementara. Namun, TPS
sementara itu tidak bisa menampung banyaknya sampah yang datang. Sehingga, banyak sampah-
sampah yang berserakan sampai ke badan jalan.

Pemandangan ini terjadi hampir setiap hari. Kata dia, sebenarnya petugas kebersihan mengangkut
sampah tersebut setiap hari untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing di
Kecamatan Neglasari.

Warga sekitar mengungkapkan, penumpukan sampah di sana dipicu karena TPS tak cukup menampung
sampah yang berasal dari 12 RW di Kelurahan Petir.

Namun, sampah yang datang tidak sebanding dengan yang diangkut. Volume sampah terus bertambah
setiap harinya. Tumpukan sampah ini tidak bisa dielakkan dan terus menerus gitu terus juga macet.
Kemacetannya panjang, dan sangat mengganggu.

Diketahui, sampah tersebut berasal dari sejumlah wilayah di Kecamatan Cipondoh. Maka tak heran, bila
setiap hari terjadi tumpukan dan tidak pernah bersih dari sampah di lokasi itu. Mulai dari sampah rumah
tangga sampai sampah pasar.

Pemerintah Kota Tangerang telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mencegah sampah kembali
menumpuk di bahu Jalan KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.

Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat
bank sampah. Pemerintah Kota mengatakan bahwa sampah tersebut sudah diangkut menggunakan 5
armada, dan Mendirikan bank sampah sebagai upaya pengurangan timbulan sampah serta pelayanan
pengangkutan lebih maksimal. Selain itu, Arief juga meminta pihak kelurahan dan kecamatan untuk
mengendalikan pembuangan sampah yang dilakukan warganya.

Pelestarian lingkungan hidup juga diupayakan oleh pemerintah melalui UU lingkungan hidup No. 32
Tahun 2009. UU lingkungan hidup ini mengatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yang mana perencanaan upaya pelestarian lingkungan hidup menjadi fokus utamanya.

UU lingkungan hidup No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini
diundangkan oleh Menkumham Andi Mattalatta di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2009. Kemudian UU
lingkungan hidup No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini
disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 3 Oktober 2009 di Jakarta.

Tujuan UU lingkungan hidup ini adalah untuk memenuhi hak asasi masyarakat akan lingkungan yang
baik dan sehat. Selain itu, UU lingkungan hidup ini juga lebih menjamin kepastian hukum dan
memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 menjelaskan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.

Kemudian perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (2), yang
menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Larangan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam Bagian X bagian 3 Pasal 69 pada
UU No. 32 Tahun 2009, di mana setiap orang dilarang: salah satunya melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Larangan-larangan yang disebutkan juga diikuti dengan sanksi tegas yang telah tercantum dalam Bab XV
tentang ketentuan pidana pasal 97-123.

Salah satunya ada dalam Pasal 98 ayat (1) dan ayat (2) yang berbunyi:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku
mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya
kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12
(dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

III. KESIMPULAN

Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan
masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan
sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi
sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.

UU lingkungan hidup ini mengatur tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mana
perencanaan upaya pelestarian lingkungan hidup menjadi fokus utamanya.

Tujuan UU lingkungan hidup ini adalah untuk memenuhi hak asasi masyarakat akan lingkungan yang
baik dan sehat.
Selain itu, UU lingkungan hidup ini juga lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan
terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

32 Tahun 2009 menjelaskan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Kemudian perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (2), yang
menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Salah satunya ada dalam Pasal 98 ayat (1) dan ayat (2) yang berbunyi: (1) Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu
air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya
kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12
(dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai