Anda di halaman 1dari 25

Pancasila

pertemuan 10
AFRINALD RIZHAN, S.H., M.H
Pancasila sebagai solusi problem
bangsa(kerusakan lingkungan)
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi
setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamaatkan dalam
Pasal 28 H UUD 1945.
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. **)
Demikian juga untuk memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana yang tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Ketentuan ini menegaskan
kewajiban negara dan tugas pemerintah untuk melindungi
segenap sumber-sumber dalam lingkungan hidup Indonesia guna
kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia.
Lebih konkrit pemikiran dasar tersebut diatur di dalam Pasal 33 ayat (3)
sebagai berikut “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat“.
Ketentuan tersebut memberikan hak penguasaan kepada negara atas
seluruh sumber daya alam Indonesia dan memberikan kewajiban kepada
negara untuk menggunakannya bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dan juga untuk mencapai kebahagiaan hidup yang tertib, aman dan
sejahtera berdasarkan landasan idiil Pancasila, maka perlu diusahakan
pelestarian lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan berdasarkan kebijakan nasional
yang terpadu dan menyeluruh perlu di tetapkan sebuah undang-undang
sebagai landasan bagi pengelolaan lingkungan hidup.
Masalah lingkungan
 Masalah lingkungan dinegara berkembang pada
dasarnya disebabkan oleh faktor kemiskinan,
eksploitasi sumber daya alam secara tidak terencana,
penyusutan hutan, dan polusi udara.
 Masalah lingkungan dinegara maju disebabkan karena
industrialisasi, yang nmengakibatkan polusi udara,
kebisingan, menipisnya lapisan ozon, global warming,
pencemaran air, udara.
 Masalah lingkungan pada umumnya disebabkan oleh
perkembangan IPTEK dan penduduk.
PENGERTIAN LINGKUNGAN
Kata lingkungan dalam bahasa Inggris disebut
Environment.
Pengertian Lingkungan menurut (UU. No. 32. Th.
2009), adalah kesatuan ruang dgn semuan benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan prilakunya, yg mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
PEMBAGIAN LINGKUNGAN
menurut L.L.Bernard, lingkungan dibagi ke dalam
empat bagian, yaitu :
 Lingkungan biologi (organis )
 Lingkungan fisik ( tanah, udara, laut ,dll )
 Lingkungan sosial
 Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yg diatur
secara institusional, berupa lembaga-lembaga
masyarakat
Ekosistem dan daya dukung lingkungan
 EKOSISTEM, menurut UU No.32. Th. 2009, Pasal 1
angka 5, adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktifitas lingkungan hidup.
 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN, pasal 1 angka 7,
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung prikehidupan manusia, makhluk hidup
lain, dan keseimbangan antar keduanya.
Kerusakan lingkungan
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.(pasal 1 ayat 14 UU No. 32
Tahun 2009)
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup. (pasal 1 ayat 16 UU No. 32 Tahun 2009)
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup
yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.(pasal 1 ayat
17 UU No. 32 Tahun 2009)
Faktor penyebab kerusakan lingkungan
 Faktor alam
Diantaranya dalah gunung meletus, gempa bumi,
angin topan, banjir, kemarau panjang, kebakaran
hutan
 Faktor manusia
diantaranya adalah penebangan hutan,
pembangunan permungkinan, intensifikasi
pertanian, eksploitasi sumber daya alam
 Penggunaan pupuk dan pestisida dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, sitem
monokultur dapat mengurangi keanekaragaman,
peledakan hama
Etika lingkungan
Prinsip etika lingkungan
1. Prinsip tidak merugikan (The rule of nonmaleficence),
yakni tidak merugikan lingkungan, tidak menghancurkan
populasi spesies ataupun kominitas biotik
2. Prinsip tidak campur tangan (The rule of noninterference),
yaitu tidak memberikan hambatan pada organisme, yaitu
kebebasan mencari makan, tempat tinggal, berkembang
biak
3. Prinsip kesetiaan (The rule of fidelity), yaitu tidak
menjebak, menipu atau memasang perangkap terhadap
mahluk hidup untuk semata-mata kepentingan manusia
4. Prinsip keadilan (The rule of restitutive justice), yaitu
mengembalikan apa yang telah kita rusak dengan
membuat kompensasi.
Perusahaan yang melakukan perusakan
lingkungan
Kasus lumpur lapindo
Telah terjadi peristiwa luapan Lumpur Lapindo Sidoarjo Surabaya, Jawa
Timur pada Tanggal 28 Mei 2006, sekitar pukul 22.00, karena terjadinya
kebocoran gas hidrogen sulfida (H2S) di areal ladang eksplorasi gas Rig
TMMJ # 01, di lokasi Banjar Panji perusahaan PT. Lapindo Brantas
(Lapindo) di Desa Ronokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo.
Dimana kebocoran gas tersebut berupa semburan asap putih dari
rekahan tanah, membumbung tinggi sekitar 10 meter. Semburan gas
tersebut disertai keluarnya cairan lumpur dan meluber kelahan warga.
Semburan lumpur panas di kabupaten Sidoarjo sampai saat ini belum
juga bisa teratasi. Semburan yang akhirnya membentuk kubangan
lumpur panas ini telah memporak-porandakan sumber-sumber
penghidupan warga setempat dan sekitarnya.
Akibat lumpur lapindo
Tak kurang 10 pabrik harus tutup, dimana
90 hektar sawah dan pemukiman penduduk tak bisa digunakan dan
ditempati lagi
tambak-tambak bandeng
tol Surabaya-Gempol yang harus ditutup karena semua tergenang
lumpur panas.
Berdasarkan data yang didapat WALHI Jawa Timur, yang mencatat
jumlah pengungsi di lokasi Pasar Porong Baru sejumlah 1110 Kepala
Keluarga dengan Rincian 4345 jiwa dan 433 Balita,
Lokasi Kedung Bendo jumlah pengungsi sebanyak 241 Kepala
Keluarga yang terdiri dari 1111 Jiwa dan 103 Balita, Lokasi Balai Desa
Ronokenongo sejumlah 177 Kepala keluarga dengan rincian 660 jiwa.
Akibat Dampak luapan Lumpur Panas, mengakibatkan banyaknya
lingkungan fisik yang rusak, kesehatan warga setempat juga
terganggu, yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan dan
iritasi kulit, karena lumpur tersebut juga mengandung bahan
karsinogenik jika menumpuk di tubuh dapat menyebabkan
penyakit serius seperti kanker, mengurangi kecerdasan, yang
berdasarkan uji laboratorium terdapat kandungan bahan beracun
dan berbahaya (B3) yang melebihi ambang batas.
Dalam sampel lumpur dan dianalisis oleh laboratorium uji kualitas
air terdapatnya fenol berbahaya untuk kesehatan dan kontak
langsung di kulit dapat membuat kulit seperti terbakar dan gatal-
gatal dimana efek sistemik atau efek kronis bisa disebabkan fenol
masuk ke tubuh melalui makanan.
Aspek hukum kasus lapindo
Aspek pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), yang menurut WALHI,
bahwa PT Lapindo Brantas Inc. telah merugikan masyarakat dalam berbagai
segi, misalnya, ekonomi, sosial, dan budaya dan tidak dapat dibayangkan,
dimana ribuan pekerja kehilangan mata pencaharian, produktivitas kerja
masyarakat menurun, ribuan (bahkan jutaan dimasa yang akan datang)
anak terancam putus sekolah, dan perekonomian Jawa Timur tersendat.
Terdapatnya suatu Kejahatan Korporasi, berdasarkan Pasal 116 (1) Apabila
tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama
badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut
atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana
tersebut.
Pasal-pasal pidana
dalam UU No. 32 Tahun 2009
Pasal 98
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku
mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
Pasal 103
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak
melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah).
UNSUR-UNSUR DELIK TINDAK PIDANA UU PPLH
Unsur Delik Uraian
Barang siapa • Orang
• Pemberi izin
• Badan usaha
• Pemberi perintah atau Pemimpin tindak pidana
Kesalahan • Sengaja
• Kelalaian
Melakukan Mengakibatkan dilampauinya Baku Kerusakan LH (Pasal 99)
Perbuatan Contoh:
Usaha Perkebunan/Pertambangan/Kehutanan yang merusak
tanah
Akibat Melampaui baku kerusakan LH, misalnya Baku Kerusakan Lahan
Kering/Basah (PP 150/2000)
Sanksi Pidana Pokok Pidana Tambahan
Terhadap orang: Pasal 119:
• Pidana penjara Terhadap korporasi akan
• Denda terkena tindakan tata
Terhadap korporasi: tertib/penertiban
• Denda: ditambah 1/3
DELIK MATERIL
Pasal 98 (sengaja) dan pasal 99 (lalai)

Pidana Denda (rupiah)


Jenis Akibat
Pelanggaran Minimum Maksimum Minimum Maksimum

> BM 3 tahun 10 tahun 3 millir 10 miliar

Sengaja Orang Luka 4 tahun 12 tahun 4 miliar 12 miliar


Orang Mati 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
> BM 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar

Lalai Orang Luka 2 tahun 6 tahun 2 miliar 6 miliar


Orang Mati 3 tahun 9 tahun 3 miliar 9 miliar

Pasal ini merupakan tindak pidana berupa perbuatan yang menyebabkan


dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut,
kriteria baku kerusakan
terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan
tidak mencantumkan unsur “melawan hukum”
Baku mutu air
Baku mutu air laut:
PP No. 19/1999 ttg Pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 ttg Baku Mutu
Air Laut
Baku Mutu Udara Ambien
PP No. 41/1999 ttg Pengendalian Pencemaran Udara
Baku mutu kerusakan?
Bagaimana dengan pencemaran tanah (mis. Tanah terkontaminasi limbah B3)?
Baku mutu air:
PP No 82 th 2001 ttg pengendalian kualitas air dan pencegahan pencemaran
air Pasal 8 (1) tentang Kelas Air
Lampiran PP No. 82/2001: kriteria mutu air tiap kelas air
Baku mutu air ditetapkan lebih lanjut dalam Kep MenLH atau Perda
Pengertian limbah, dan limbah b3
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat
B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya
disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3.
Delik formil lainnya (pasal 101-115)
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Melepaskan/
mengedarkan produk
rekayasa genetika tidak
sesuai dgn peraturan 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
per-uu-an (ps. 101)

Mengelola limbah B3
tanpa izin (ps. 102) 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar

Tidak mengelola limbah


B3 yang dihasilkannya
(ps. 103) 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar

Dumping (ps. 104) - 3 tahun - 3 miliar


Memasukkan limbah
(ps. 105) 4 tahun 12 tahun 4 miliar 12 miliar

Memasukkan limbah B3
(ps. 106) 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
lanjutan
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Memasukkan B3 (ps.
107) 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar

Membakar lahan (ps.


108) 3 tahun 10 tahun 3 miliar 10 miliar

Melakukan usaha
dan/atau kegiatan tanpa
izin lingkungan (ps. 109) 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar

Menyusun AMDAL
tanpa memiliki sertifikat
kompetensi penyusun - 3 tahun - 3 miliar
AMDAL (ps. 110)

Menerbitkan izin
lingkungan tanpa
dilengkapi AMDAL atau - 3 tahun - 3 miliar
UKL-UPL (ps. 111 ayat 1)
lanjutan
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Menerbitkan izin usaha
tanpa dilengkapi izin
lingkungan (ps. 111 ayat 2 - 3 tahun - 3 miliar
)

Tidak melakukan
pengawasan (ps. 112) - 1 tahun - 500 juta

Memberikan informasi
palsu (ps. 113) - 1 tahun - 1 miliar

Tidak melaksanakan
perintah paksaan - 1 tahun - 1 miliar
pemerintah (ps. 114)

Menghalang-halangi
pejabat pengawas - 1 tahun - 500 juta
dan/atau PPNS (ps. 115)
Perubahan dalam UU 32/2009
1. Kata “pencemaran/kerusakan” diganti dengan pelampauan baku mutu udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, baku kerusakan
2. Ada sanksi minimum
3. Ultimum Remedium terbatas hanya untuk pasal 100 (pelanggaran baku mutu
effluent)
4. Ps. 101 s.d 109 = concrete endangerment?
5. Ada tambahan beberapa tindak pidana baru (seperti pembakaran lahan,
pengedaran produk hasil rekayasa genetika)
6. Pemidanaan untuk Pejabat TUN yang:
– Menerbitkan izin lingkunan tanpa dilengkapi Amdal atau UKL/UPL
(pasal 111 ayat 1)
– Menerbitkan izin usaha tanpa adanya izin lingkungan (pasal 111 ayat
2)
– Tidak melakukan pengawasan shg menyebabkan pencemaran (pasal
112)

Anda mungkin juga menyukai