Anda di halaman 1dari 26

Pancasila

korupsi
Afrinald Rizhan, SH.,M.H
Pancasila sebagai solusi problem bangsa
• Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok).
• Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus, politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
• Menurut perspektif hukum, pengertian
korupsi dijelaskan dalam UU No 31 tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi mempunyai arti ; adalah perbuatan
• a. Melawan hukum
• b. Menyalahgunakan kekuasaan
• c. Memperkaya diri
• d. Merugikan keuangan Negara
• Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang
lain, di antaranya:
• memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
• penggelapan dalam jabatan;
• pemerasan dalam jabatan;
• ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara);
• menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara
• B. Pengertian Korupsi Secara Hukum
• Merupakan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
ketentuanperaturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak
pidana korupsi. Pengertian “ korupsi “ lebih ditekankan pada pembuatan
yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas atau
kepentingan pribadi atau golongan.
• Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN)
• Korupsi yaitu menyelewengkan kewajiban yang bukan hak kita.
• Kolusi ialah perbuatan tidak jujur, misalnya memberikan pelicin agar
kerja mereka lancar, namun memberikannya secara sembunyi-sembunyi.
• Nepotisme adalah mendahulukan orang dalam atau keluarga dalam
menempati suatu jabatan.
Dasar hukum penanganan tindak pidana
korupsi
•UU No. 28 Tahun 1999
•Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme
•UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001
•Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
•PP No. 71 Tahun2000
•Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
•UU No. 30 Tahun 2002
•Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• Dari sudut pandang hukum, tindak pidana
korupsi secara garis besar mencangkup unsur-
unsur sebagai berikut;
• · Perbuatan melawan hukum
• · Penyalahgunaan kewenangan
• · Merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara
UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• Tindak Pidana Korupsi terdapat 30 bentuk/jenis.
• Ke-30 jenis korupsi tersebut dapat dikelompokkan kedalam 7 kelompok,
yaitu:
1. Delik Perbuatan melawan hukum dan penyalahgunaan wewenang
yang mengakibatkan kerugian keuangan negara/perekonomian negara
2. Delik Suap menyuap (pemberian sesuatu/janji kepada pegawai negeri)
3. Delik Penggelapan dalam jabatan
4. Delik Pemerasan
5. Delik Perbuatan curang
6. Delik Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Delik Gratifikasi
Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
• Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk
mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya:
• Koordinasi

• Supervisi
• Monitor
• Penyelidikan
• Penyidikan
• Penuntutan, dan
• Pemeriksaan di sidang pengadilan
• TPK yang ditangani oleh KPK
(Sesuai Pasal 11 UU No.30 tahun 2002 tentang KPK)
• melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan
orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi
tersebut
• Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat
• menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
Hak pelapor dalam tindak pidana korupsi (PP
No. 71 Tahun 2000)
• KPK Wajib memberikan perlindungan terhadap saksi/pelapor yang
menyampaikan laporannya
• KPK Wajib merahasiakan kemungkinan dapat diketahuinya identitas
Pelapor/isi informasi /saran/ pendapat yang disampaikan
• Pelapor TPK berhak mendapatkan penghargaan berupa piagam dan atau
premi paling banyak dua permil dari nilai kerugian negara yang dikembalikan
• Pengaduan yang diterima akan ditindaklanjuti apabila telah disertai dengan
data lengkap, sesuai dengan PP No.71/2000 Pasal 2 dan Pasal 3
• PP NO 43 TAHUN2018 – Mendapat premi maksimal 200 jt, 0,2 persen dari
kerugian negara
• Informasi penanganan kasus oleh penegak
hukum/lembaga pengawasan:
• Identitas pelapor
• Peristiwa yang terjadi
• Tempat dan waktu kejadian
• Dugaan pelaku korupsi
• Modus operandi
• Dugaan kerugian negara
• Bukti permulaan
Jenis-jenis
BUKTI PERMULAAN
• Dokumen-dokumen terkait dengan kasus yang
dilaporkan;
• Rekaman atau dokumentasi terkait kasus yang
dilaporkan
• Whistleblower???
• Merupakan seseorang yang melaporkan perbuatan
yang berindikasi tindak pidana korupsi yang terjadi di
dalam organisasi tempat dia bekerja, dan dia memiliki
akses informasi yang memadai atas terjadinya indikasi
tindak pidana korupsi tersebut.
Bagaimana cara memproteksi
whistleblower?

• Memberikan perlindungan kerahasiaan identitas


pelapor (anonymous reporting)

• Menyediakan fasilitas kotak komunikasi untuk

berkomunikasi dengan petugas, yang hanya bisa

diakses menggunakan nama samaran dan kata


sandi pelapor.
Salah satu hal mengapa di indonesia korupsi
semakin sulit diberantas
• Karena korupsi sudah “mendarah daging”,
sehingga perilaku korupsi sudah menjadi hal
yang biasa dan bukan lagi dianggap sebagai
“penyakit”yang harus segera disembuhkan.
• Dengan demikian, semakin sulitnya
membedakan mana perilaku korupsi dan
mana yang bukan korupsi
• Ibarat maling teriak maling
JENIS PERKARA TPK
s/d 31 Mei 2013

Penindakan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* Jumlah

Penyelidikan 23 29 36 70 70 67 54 78 77 36 540

Penyidikan 2 19 27 24 47 37 40 39 48 35 318

Penuntutan 2 17 23 19 35 32 32 40 36 10 246

Inkracht 0 5 17 23 23 39 34 34 28 16 219

Eksekusi 0 4 13 23 24 37 36 35 32 21 225
*

Jenis Perkara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* Jumlah

Pengadaan Barang/Jasa 2 12 8 14 18 16 16 10 8 2 106

Perijinan 0 0 5 1 3 1 0 0 0 3 13

Penyuapan 0 7 2 4 13 12 19 25 34 27 143

Pungutan 0 0 7 2 3 0 0 0 0 0 12

Penyalahgunaan Anggaran 0 0 5 3 10 8 5 4 3 0 38

TPPU 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 4

Merintangi proses KPK 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2

Jumlah Keseluruhan 2 19 27 24 47 37 40 39 48 35 316


INSTANSI/JABATAN TERKAIT PERKARA TPK
s/d 31 Mei 2013

Instansi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* Jumlah

DPR RI 0 0 0 0 7 10 7 2 6 2 34
Kementerian/Lembaga 1 5 10 12 13 13 16 23 18 19 130
BUMN/BUMD 0 4 0 0 2 5 7 3 1 0 22
Komisi 0 9 4 2 2 0 2 1 0 0 20
Pemerintah Provinsi 1 1 9 2 5 4 0 3 13 3 41
Pemkab/Pemkot 0 0 4 8 18 5 8 7 10 11 71
Jumlah 2 19 27 24 47 37 40 39 48 35 318

Jabatan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* Jumlah

Anggota DPR dan DPRD 0 0 0 2 7 8 27 5 16 7 72

Kepala Lembaga/Kementerian 0 1 1 0 1 1 2 0 1 0 7

Duta Besar 0 0 0 2 1 0 1 0 0 0 4
Komisioner 0 3 2 1 1 0 0 0 0 0 7
Gubernur 1 0 2 0 2 2 1 0 0 1 9

Walikota/Bupati dan Wakil 0 0 3 7 5 5 4 4 4 1 33

Eselon I, II dan III 2 9 15 10 22 14 12 15 8 4 111


Hakim 0 0 0 0 0 0 1 2 2 1 6
Swasta 1 4 5 3 12 11 8 10 16 12 82
Lainnya 0 6 1 2 4 4 9 3 3 6 38
Jumlah Keseluruhan 4 23 29 27 55 45 65 39 50 32 369
Prinsip anti korupsi
Transparansi

Akuntabilitas PRINSIP- Kewajaran


PRINSIP
ANTI-
KORUPSI

Kontrol Aturan
Aturan Main
Main
Akuntabilitas
• Akuntabilitas mengacu pada kesesuaian antara
aturan dan pelaksanaan kerja
• Semua lembaga mempertanggung jawabkan
kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi
(de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga.
Transparansi
 Transparansi : prinsip yang mengharuskan semua
proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik.
 Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol
bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan.
 Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi
mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk
saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust).
Kewajaran

 Prinsip fairness ditujukan untuk mencegah


terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran lainnya.
ATURAN MAIN
• Pembuatan kebijakan anti korupsi
 Isi kebijakan:
Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-
unsur yang terkait dengan persoalan korupsi.
 Pembuat kebijakan:
Kualitas isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
 Pelaksana kebijakan:
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-
aktor penegak kebijakan; yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.
 Kultur kebijakan:
Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap,
persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-
undang anti korupsi. Lebih jauh kultur kebijakan ini akan menentukan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
Kontrol aturan main
• Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.
• 3 model kontrol kebijakan:
 Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta
dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
 Oposisi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru
yang dianggap lebih layak.
 Revolusi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak
sesuai.
• Akibat Dari Korupsi
• 1. Berkurangnya kepercayaan terhadap
pemerintahan.
• 2. Berkurangnya kewibawaan pemerintah
dalam masyarakat.
• 3. Menurunya pendapatan Negara.
• 4. Hukum tidak lagi dihormati
Pancasila sebagai solusi masalah korupsi
• Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada
niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum
adalah menjadikan nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama.
• Serta peraturan perundang-undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh
masyarakat Indonesia.
• Suatu pemerintah dengan pelayanan public yang baik merupakan
pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa.
• Korupsi adalah perubuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana.
• Sedangkan Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di negara
kita, sehingga ketika seseorang melakukan tindakan pelanggaran hukum,
maka ia telah melanggar pancasila
• Korupsi merupakan tindakan menghianati Negara. Sedangkan penghianatan
Negara lewat korupsi sudah pasti penghianat terhadap azas atau dasar dari
Negara

Anda mungkin juga menyukai