Anda di halaman 1dari 25

HUKUM

PERBURUHAN
pertemuan 4
AFRINALD. RIZHAN, S.H., M.H
Hubungan kerja

 Menurut pasal 1 angka 1, hubungan kerja adalah hubungan


antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian
kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
 Menurut Hartono Widodo dan Judiantoro, hubungan kerja
adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang
secara teratur demi kepentingan orang lain yang
memerintahnya (pengusaha/majikan) sesuai dengan perjanjian
kerja yang telah disepakati
 Hubungan kerja pada dasarnya meliputi hal-hal mengenai:
 Pembuatan Perjanjian Kerja (merupakan titik tolak adanya
suatu hubungan kerja)
 Kewajiban Pekerja (yaitu melakukan pekerjaan, sekaligus
merupakan hak dari pengusaha atas pekerjaan tersebut)
 Kewajiban Pengusaha (yaitu membayar upah kepada pekerja,
sekaligus merupakan hak dari si pekerja atas upah)
 Berakhirnya Hubungan Kerja
 Cara Penyelesaian Perselisihan antara pihak-pihak yang
bersangkutan
Pihak-pihak dalam hubungan kerja

 Pekerja/buruh adalah adalah setiap orang yg bekerja dgn menerima


upah atau imbalan dlm bentuk lain (pasal 1 angka 3 UU No.13
/2003)
 Pengusaha adalah Orang perseorangan, persekutuan atau badan
hukum yg menjalankan suatu perusahaan milik sendiri, Orang
perseorangan, persekutuan atau badan hukum yg secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya, Orang
perseorangan, persekutuan atau badan hukum yg berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dlm huruf a
dan b yg berkedudukan di luar wil. Indonesia.
 Perkumpulan atau organisasi pengusaha
 Perkumpulan atau organisasi pekerja/buruh
Perjanjian kerja

 Menurut pasal 50 Undang-Undang ketenaga kerjaan


“Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara
pengusaha dan pekerja/buruh. Perjanjian kerja adalah
perjanjian yang dibuat antara pekerja/buruh (P/B, karyawan)
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak (Pasal 1 angka 14
UUK).
 Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan lisan.
Syarat sah perjanjian kerja
 Syarat sah perjanjian kerja sama dengan syarat sah perjanjian pada
umumnya, yakni yang terdapat dalam pasal 1320 BW atau KUHPerdata,
yakni:
 adanya kesepakatan antara para pihak (tidak ada dwang-paksaan, dwaling-
penyesatan/kekhilafan atau bedrog-penipuan):
 pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan
untuk (bertindak) melakukan perbuatan hukum(cakap usia dan tidak
dibawah perwalian/pengampuan);
 ada (obyek) pekerjaan yang diperjanjikan; dan
 (causa) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (pasal 52 ayat (1) UUK).
 Apabila perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak-pihak tidak
memenuhi 2 syarat awal sahnya (perjanjian kerja) sebagaimana
tersebut yakni tidak ada kesepakatan dan ada pihak yang tidak
cakap untuk bertindak, maka perjanjian kerja dapat dibatalkan.
Sebaliknya apabila perjanjian kerja dibuat tidak memenuhi 2
syarat terakhir sahnya (perjanjian kerja) yakni obyek
(pekerjaannya) tidak jelas dan causanya tidak memenuhi
ketentuan, maka perjanjiannya batal demi hukum (null and
void).
Jenis hubungan kerja

 Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) ciri-cirinya:


 Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya
 Pekerjaan yg diperkirakan selesainya tidak lebih dari 3 tahun
 Pekerjaan yg bersifat musiman
 Pekerjaan yg berhubungan dgn produk baru, kegiatan baru,
atau produk tambahan yg masih dlm percobaan atau
penjajakan
Jangka waktu PKWT

 PKWT dapat diperpanjang atau diperbaharui


 Diadakan paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1
kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun
 Pembaharuan perjanjian bisa diadakan setelah tenggang waktu
30 hari sejak berakhirnya perjanjian semula untuk jangka
waktu paling lama 2 tahun.
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu

 Pasal 1 angka 2 Keputusan Menakertrans Nomor


KEP.100/MEN/VI/2004 mendefinisikan PKWTT sebagai
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk
mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.
Berakhirnya perjanjian kerja

 PEKERJA MENINGGAL DUNIA


 BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA
 PUTUSAN PENGADILAN
 KEJADIAN YG DITENTUKAN DLM PERJANJIAN,
PERATURAN PERUSAHAAN ATAU PERJANJIAN KERJA
BERSAMA
Perjanjian kerja

 Perjanjian kerja sekurang-kurangnya memuat:


a. Nama, alamat perusahaan serta jenis usaha
b. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, alamat pekerja
c. Jabatan atau Jenis pekerjaan
d. Tempat pekerjaan
e. Upah yang diterima dan cara pembayaran
f. Hak dan kewajiban para pihak
g. Kategori perjanjian (PKWT, atau PKWTT)
h. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
i. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat
Hak dan kewajiban pekerja

 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa


diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. (Pasal 5)
 Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama
tanpa diskriminasi dari pengusaha. (Pasal 6)
 Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.
(Pasal 11)
 Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja
setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga
pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau
pelatihan di tempat kerja. (Pasal 18)
Lanjutan...

 Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di
dalam atau di luar negeri. (Pasal 31)
 Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah)
bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah
melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. (Pasal 82)
 Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
 a. keselamatan dan kesehatan kerja;
 b. moral dan kesusilaan; dan
 c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama (Pasal 86)
 Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (Pasal 88)
 Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga
kerja. (Pasal 99)
 Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.
(Pasal 104)
 Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan,
pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis
kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat.
 Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan,
pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis
kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat (Pasal 140)
 Apabila terjadi PHK, pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1(satu) kali sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4). (pasal
163)
Hak dan kewajiban pengusaha

 Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri


tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga
kerja. (Pasal 35:1)
 Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib
memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (Pasal
42:1)
 Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang masa
kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang dapat digantikan oleh tenaga
kerja asing lainnya. (Pasal 42:6)
 Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. (jasa
outsourcing) Pasal 64
 Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. (Pasal
93:1)
 Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesenjangan atau
kelalaiannya dapat dikenakan denda. (Pasal 95:1)
 Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul
dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu
2(dua) tahun sejak timbulnya hak. (Pasal 96)
 Setiap pengusaha berhak membentuk dan manjadi anggota organisasi
pengusaha. (Pasal 105)
 Menyusun PKB (Pasal 116 :1)
 Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja selama 40
jam/minggu (Pasal 77) diluar itu pengusaha wajib membayar uang lembur
(Pasal 78)
 Memberikan upah (pasal 88),
 Jamsostek (pasal 100)
 Mendapatkan laporan mogok kerja dari pekerja (Pasal 140)
 Terkait mogok kerja, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara
dengan cara ;
 a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan
proses produksi; atau
 b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di
lokasi perusahaan. (Pasal 140:4)
 Mogok kerja yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 139 dan Pasal 140 adalah mogok kerja tidak sah.
(Pasal 142)
 Penutupan perusahaan (lock-out) merupakan hak dasar
pengusaha untuk menolak pekerja/buruh sebagaian atau
seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai akibat gagalnya
perundingan.(Pasal 146)
 Menghindari PHK (pasal 153)
 Pengusaha wajib memberikan THR / Tunjangan Hari
Raya kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan
secara terus menerus atau lebih . Dasar Hukum pemberian
Tunjangan Hari Raya adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia Nomor : Per-04/MEN/1994 tanggal 16
September 1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi
Pekerja di Perusahaan
Perlindungan tenaga kerja

• Tenaga kerja berhak mendapat perlindungan


atas keselamatan, kesehatan serta kesusilaan,
pemeliharaan moril kerja sesuai martabat
manusia
• Tenaga kerja berhak atas jaminan sosial
tenaga kerja yang terdiri dari jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan
hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan
Perlindungan tenaga kerja wanita

 Dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan dibawah 18 th


antara pukul 23.00 – 07.00
 Pekerja/buruh yg sedang hamil pada pukul 23.00-07.00
 Pengusaha hrs menyediakan angkutan antar jemput
 Pengusaha hrs menjaga kesusilaan dan keamanan tempat kerja
 Pekerja perempuan dilarang dipekerjakan pada malam hari dan
pada tempat yang tidak sesuai kodrat dan martabat
 Pekerja perempuan tidak diwajibkan bekerja padahari pertama dan
kedua waktu haid
 Pekerja perempuan yang masih menyusui harus diberi kesempatan
sepatutnya menyusui bayinya pada jam kerja
 Cuti hamil, 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan setelah
melahirkan.
 Cuti haid, hari I dan II haiid.
 Waktu menyusui pada jam kerja
Perlindungan tenaga kerja anak

 Larangan mempekerjakan anak;


1. Usia anak adl kurang dari 16 tahun.
2. Dapat dikecualikan anak berumur 13 - 15 th, mllk
pekerjaan ringan, tdk mengganggu perkembangan dan
kesehatan fisik, mental dan sosial, syarat: atas ijin orang
tua, maks 3 jam sehari, lingkungan kerja hrs dipisahkan
dgn pekerja dewasa, dapat upah sesuai dgn ketentuan.
 Laki-laki / perempuan yang berumur kurang dari 15 tahun
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak
 Pengusaha yang mempekerjakan anak karena alasan tertentu
wajib memberikan perlindungan:
a. Tidak mempekerjakan lebih dari 4 jam sehari
b. Tidak mempekerjakan dari pk. 18.00 – 06.00
c. Tidak mempekerjakan dalam tambang bawah tanah, lubang
bawah tanah, di terowongan
d. Tidak mempekerjakan pada tempat yang membahayakan
kesusilaan, keselamatan, dan kesehatan kerja
e. Tidak mempekerjakan anak pada pekerjaan kontruksi jalan,
jembatan, bangunan air, dan bangunan gedung
f. Tidak mempekerjakan di pabrik di dalam ruangan ayng
tertutup yang menggunakan alat mesin
g. Tidak mempekerjakan anak pada pembuatan, pembongkaran
dan pemindahan barang di pelabuhan, dermaga, galangan
kapal, stasiun, tempat pemberhentian dan pembongkaran
muatan serta tempat penyimpanan barang

Anda mungkin juga menyukai