Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI PONTIANAK


UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2021/2021

MATA KULIAH : HUKUM LINGKUNGAN


SEMESTER/SKS: IV/2
DOSEN : Yenny AS, SH,MH
Disusun Oleh : Desi Tri Christianti
JURUSAN : ILMU HUKUM

1. Berdasarkan data dari Karhutla Monitoring Sistem (2020) Kebakaran Hutan dan Lahan
Gambut meningkat dengan pesat, yang pada awalnya tahun 2015 luas kebakaran sebesar
93,5 ribu Ha dan pada tahun 2019 meningkat sebesar 38,4 % atau kira-kira seluas 151,9 ribu
Ha. Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut jika kita mengingat kembali peristiwa yang saya
pikir kita semua sudah rasakan kebakaraan ini terjadinya didalam tanah dan hanya asapnya
saja yang muncul ke permukaan, hal ini menyebabkan kegiatan pemadaman kebaran hutan
dan lahan gambut akan banyak mengalami kesulitan, sebab api akan menjalar secara vertical
dan horizontal dan akan membentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak
menyala dan hanya akan terlihat asap putih saja. Dan Oleh sebab itu permasalahan
kebakaran Hutan dan lahan Gambut akan menyebabkan terdegradasinya kualitas dan kondisi
lingkungan Hidup.

2. Karena permasalahan ini akan sangat kompleks, maka dari itu perlu kita uraikan factor-
faktor apa saja serta dampak apa saja yang akan ditimbulkan dari permasalahan lingkungan
ini. Dan dapat diuraikan, Faktor-faktor penyebabnya adalah bahwa tidak lain dan tidak
bukan penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut 99% aikibat ULAH MANUSIA, baik
yang disengaja maupun akibat kelalaian menggunakan api. Hal ini didukung dengan kondisi
fisik gambut, badai EL Nino serta rendahnya kondisi sosial eknomi manyarakat.
Pemubukaan lahan baru, pemanfaatan sumber daya alam, pembakaran vegetasi akibat
pembukaan areal lahan, itu semua didasari akibat rendahnya pemahaman masyarakat
ataupun pengelola dan pemerintah setempat tentang yang dimaksud Suistainable
Development atau pembangunan yang mencanangkan konsep berkelanjutan. Oleh sebab itu
dampak yang ditimbulkan akibat permasalahan lingkungan adalah yang pertam
terdegradasinnya kondisi lingkungan, Kedua, Kesehatan masyarakat setempat dan yang
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI PONTIANAK
UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2021/2021
Ketiga, Menurunya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Ini merupakan tiga poin penting
akibat dari kebakaran hutan dan lahan gambut.

3. Penanggulangan permasalahan kebakaran Hutan, Lahan Gambut dan Kabut asap untuk di
Indonesia, Instrumen Hukum baik itu Nasional Maupun Instrumen Hukum Internasional telah
tersedia, Untuk instrument Hukum Internasional yang digunakan oleh Indonesia antara lain:

1. Asean Agreement on The Conservation of Nature and Natural Resources, 1985


(ASEAN-ACNN): selain kerangka hukum kerjasama bidang konservasi alam dan
sumber daya alam, memuat juga kewajiban negara-negara ASEAN untuk mencegah
kebakaran hutan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2);

2. The Geneva Convention on The LongRange Transboundary Air Pollutan, 1979


(Konvensi Geneva 1979). Pasal 2 menyebutkan bahwa mewajibkan negara-negara
peserta konvensi untuk berusaha menekan serendah mungkin, secara bertahap
mengurangi dan mencegah pencemaran udara termasuk pencemaran udara lintas batas;

3. Resolusi Singapura Tahun 1992. Menegaskan dan memperkuat kerjasama dibidang


bencana alam, pencemaran udara dan air lintas batas, tumpahan minyak, pembuangan
limabh berbahaya dan kebakaran hutan.

Sedangkan peraturan perundangundangan nasional yang terkait dengan penanggulangan


kebakaran hutan, lahan dan kabut asap antara lain terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 69 UU Pengelolaan Lingkungan Hidup
dengan jelas mengatur terkait dengan perbuatan melawan hukum melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup. Selain itu, UU ini juga
mengatur tentang ketentuan pidana bagi orang yang melakukan pembakaran lahan. Instrumen
hukum nasional lainnya yang terkait dengan penanggulangan kebakaran hutan, lahan dan kabut
asap terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan
dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Dalam PP tersebut, terdapat larangan terhadap pembakaran
hutan dan lahan, hanya saja larangan tersebut hanya dikenakan sanksi administrasi. Selanjutnya
dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b, Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan diatur bahwa kegiatan perlindungan hutan meliputi pencegahan, pemadaman dan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI PONTIANAK
UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2021/2021
penanganan dampak kebakaran. Hanya saja di dalam Pasal 42 dan Pasal 43 PP tersebut
dinyatakan bahwa

mengenai tindakan pidana dampak kebakaran hutan hanya diberlakukan bagi pihak yang tidak
memiliki surat-surat dan izin atas hasil hutan.

Indonesia juga telah meratifkasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution


(Persetujuan ASEAN Tentang Pencemaran Asap Lintas Batas–AATHP) Ratifkasi AATP
menunjukkan keseriusan pemerintah Indonesia untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan
terutama asap lintas batas. Melalui Ratifkasi AATHP, sebenarnya Indonesia dapat bekerja sama
dalam kerangka ASEAN yang dimana akan memperoleh banyak manfaat.

4. Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup. Pasal 69


dengan jelas mengatur terkait dengan perbuatan melawan hukum melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau pengerusakan lingkungan hidup, selain itu, UU ini juga
mengatur tentang ketentuan pidana bagi orang yang melakukan pembakaran lahan Tindak
pidana lingkungan hidup diatur dalam Bab XV, yang terdiri dari 23 pasal, dimulai dari Pasal
97 sampai dengan Pasal 120 UUPPLH. Dalam Pasal 97 disebutkan, bahwa tindak pidana
sebaaimana dimaksud pada Bab XV itu adalah kejahatan. Dengan demikian, mengenai
kejahatan terhadap lingkungan hidup diatur dalam bab tersebut.

Terkait Mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat kebaran hutan dan lahan gambut pada

Bab 2 pasal 3 juga terdapat beberapa poin yakni sebagai berikut:

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:

    a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup;


    b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

    c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI PONTIANAK
UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2021/2021
    d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

    e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

  f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
 
    g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai

bagian dari hak asasi manusia;


    h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

    i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

    j. mengantisipasi isu lingkungan global.

Seperti yang tertuang juga apabila segala tindakan yang tanpa didasari, perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pengawasan, serta penegak Hukum maka sudah pasti merupakan
sebuah kejahatan.

5. Bagaimana Cara kita membedakan Suatu sumber daya dukung Lingkungan mengalami
kerusakan atau pencemaran lingkungan. Dalam Pasal 1 ayat (7) UU No. 32 Tahun 2009,
berbunyi Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar
keduanya. Kalimat Keseimbangan disini patut untuk kita garis bawahi bahwa, ketika
tingkat perekonomian sosial penduduk meningkat namun tanpa diimbangi dengan
jesehtan jasmani masyarakat setempat, ditambah pembukaan lahan perkebunan sawit
yang besar-besaran, yang mejadi kenyataan kita bahwa manusia sendirilah yang menjadi
objek pengerusakan kualitas lingkungan hidup. Untuk itu ketika Pemerintah
merealisasikan proyek IKN Nusantara di kalimatan, konsep pembangunan Berwawasan
Lingkungan Menjadi aspek yang paling penting untuk di perhatikan.

Anda mungkin juga menyukai