Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Lingkungan hidup adalah tempat di mana makhluk hidup tinggal serta melakukan
aktivitas.1 Lingkungan hidup juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terdapat di
sekitar makhluk hidup. Lingkungan hidup merupakan aspek yang penting bagi
kelangsungan hidup seluruh makhluk di muka bumi. Makhluk hidup dalam hal ini
manusia, sangat bergantung pada lingkungan. Maka dari itu, lingkungan harus dijaga
serta dipelihara kelestariannya untuk keberlangsungan hidup manusia kedepannya.
Permasalahan lingkungan di Indonesia saat ini semakin beragam. 2 Dari tahun ke
tahun, permasalahan lingkungan semakin bertambah. Hal ini mengindikasikan bahwa
kondisi lingkungan di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan
sering terjadi, mulai dari pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran laut,
pencemaran tanah, sampai pencemaran sampah. Contohnya seperti yang terjadi di
perairan pesisir Latou, Sulawesi Tenggara pada tahun 2012. Air laut menjadi berwarna
coklat yang merupakan akibat dari pembuangan sisa tanah hasil penambangan nikel di
pesisir pantai. Kemudian pencemaran air di pintu air Situ Parigi, Pondok Aren,
Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2019. Sungai dipenuhi busa limbah yang
merupakan polutan. Lalu pencemaran air di Sungai Cileungsi, Bogor yang sudah
berlangsung bertahun-tahun. Pada tahun 2023, kondisi Sungai Cileungsi sudah semakin
parah. Air sungai menjadi berwarna hitam, berbau tidak sedap, dan banyak ikan yang
mati. Pencemaran tersebut, diakibatkan oleh limbah industri pabrik yang terdapat di
sekitar Sungai Cileungsi. Selanjutnya pencemaran sampah di Sungai Ciliwung yang juga
sudah terjadi selama bertahun-tahun. Salah satu faktor penyebab terjadinya pencemaran-
pencemaran tersebut, yakni karena kurangnya kesadaran akan pentingnya kelestarian
lingkungan hidup.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan di
Indonesia adalah melalui pembentukan undang-undang. Undang-undang yang mengatur
1
Farah Nur Laily dan Fatma Ulfatun Najicha, 2022, Penegakan Hukum Lingkungan sebagai Upaya
Mengatasi Permasalahan Lingkungan Hidup di Indonesia, Wacana Paramarta Jurnal Ilmu Hukum, hlm. 17.

2
Muhammad Fahruddin, 2019, Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia dalam Perspektif Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Veritas: Jurnal
Program Pascasarjana Ilmu Hukum, hlm. 81.

1
mengenai lingkungan di Indonesia, yakni Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau yang juga disebut dengan
UUPPLH. Undang-undang tersebut berisi mengenai upaya yang sistematis serta terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan lingkungan dan pencegahan dari pencemaran serta
kerusakan lingkungan. Dalam melakukan upaya pelestarian lingkungan, tentu terdapat
prinsip-prinsip atau asas-asas yang digunakan. Terdapat empat belas prinsip yang
digunakan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terdapat pada
Pasal 2 UUPPLH. Prinsip-prinsip tersebut, yaitu tanggung jawab negara, kelestarian dan
keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian,
keadilan, ekoregion, keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipatif, kearifan
lokal, tata kelola pemerintahan yang baik, dan otonomi daerah. 3 Yang mana prinsip-
prinsip ini harus ditaati, agar upaya pelestarian lingkungan yang terdapat dalam
UUPPLH tersebut dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka prinsip-prinsip hukum lingkungan penting
untuk diteliti. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul,
“ANALISIS TERHADAP PRINSIP-PRINSIP HUKUM LINGKUNGAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam makalah ini, yakni sebagai berikut,

1. Apa pengertian dari prinsip hukum lingkungan?

2. Bagaimana prinsip-prinsip hukum lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam
makalah ini, yakni untuk meneliti aspek-aspek sebagai berikut,
1. Pengertian dari prinsip hukum lingkungan

2. Prinsip-prinsip hukum lingkungan

3
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prinsip Hukum Lingkungan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prinsip adalah asas, dasar, atau
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya. Kemudian
prinsip jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yakni principle atau principality
yang memiliki arti asas atau dasar. Selanjutnya menurut Paul Scholten, prinsip hukum
merupakan tendensi yang disyaratkan kepada hukum oleh paham kesusilaan. Artinya,
prinsip hukum sebagai pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di belakang
sistem hukum. Masing-masing pikiran dasar dirumuskan dalam aturan perundang-
undangan dan putusan hakim.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH), Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lalu menurut Emil Salim, lingkungan
hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan
yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Selanjutnya menurut Soedjono Dirdjosisworo, hukum lingkungan adalah hukum yang
mengatur tatanan lingkungan hidup, dimana lingkungan mencakup semua benda dan
kondisi, termasuk di dalamnya manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup
serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip hukum


lingkungan adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat dalam sistem hukum yang
mengatur mengenai tatanan lingkungan hidup, dalam hal ini UUPPLH.

2.2 Prinsip-prinsip Hukum Lingkungan

Berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan hidup, terdapat empat belas prinsip dalam melaksanakan

3
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Prinsip-prinsip ini harus ditaati dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, supaya tujuan dibentuknya UUPPLH
dapat tercapai. Prinsip-prinsip tersebut, yakni sebagai berikut,

2.2.1 Tanggung Jawab Negara

Maksud dari prinsip tanggung jawab negara, yakni sebagai berikut,

a. Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa ini
maupun generasi masa depan.

b. Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

c. Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang


menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Dalam mengendalikan, mengatur, serta mengembangkan hal-hal yang


berhubungan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, negaralah yang
memiliki kewenangan, baik melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4
Hal tersebut tentu dilakukan untuk menjamin hak warga negara supaya dapat
memiliki lingkungan hidup yang layak. Selain itu, negara juga menjamin pemanfaatan
Sumber Daya Alam (SDA), sehingga Sumber Daya Alam (SDA) dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya. Oleh karena itu, kesejahteraan serta mutu hidup rakyat untuk masa
ini dan masa yang akan datang dapat meningkat.

2.2.2 Kelestarian dan Keberlanjutan

Maksud dari prinsip kelestarian dan keberlanjutan, yaitu bahwa setiap orang
memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap
sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung
ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

Berdasarkan prinsip ini, setiap indivdu memiliki kewajiban serta tanggung


jawab untuk melakukan upaya pelestarian lingkungan. Hal ini dilakukan tentu supaya
lingkungan dapat tetap lestari, baik di masa ini maupun di masa yang akan datang.
Contoh sederhana penerapan prinsip ini, yaitu dengan membuang sampah pada
tempatnya. Hal itu dikarenakan membuang sampah sembarangan dapat
4
Nina Herlina, 2015, Permasalahan Lingkungan Hidup dan Penegakan Hukum Lingkungan di
Indonesia, Jurnal Ilmiah: Galuh Justisi, 2015, hlm. 1.

4
mengakibatkan tertutupnya saluran-saluran air, sehingga terjadilah bencana banjir. 5
Bencana banjir ini memiliki dampak yang cukup parah terhadap lingkungan, antara
lain seperti kerusakan sarana prasarana, melumpuhkan jalur transportasi, pencemaran
lingkungan, dan pemicu tanah longsor.

2.2.3 Keserasian dan Keseimbangan

Prinsip keserasian dan keseimbangan dalam UU 32 Tahun 2009 (PPLH)


adalah bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek
seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian
ekosistem. Ini berarti bahwa pemanfaatan lingkungan hidup tidak hanya harus
memperhatikan kepentingan ekonomi, tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial,
budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem. Hal ini dilakukan untuk
mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup

2.2.4. Keterpaduan

Prinsip keterpaduan menurut UU 32 Tahun 2009 (PPLH) adalah bahwa


perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan
berbagai unsur atau aspek, seperti:

1. Asas keterpaduan lingkungan hidup

2. Asas keterpaduan manfaat

3. Asas keterpaduan kehati-hatian

4. Asas keterpaduan keadilan

5. Asas keterpaduan ekoregion

6. Asas keterpaduan keanekaragaman hayati

7. Asas keterpaduan pencemar membayar

8. Asas keterpaduan partisipatif

9. Asas keterpaduan kearifan lokal

10. Asas keterpaduan tata kelola pemerintahan yang baik

5
Arief Rosyidie, 2013, Banjir: Fakta dan Dampaknya, serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, hlm. 244.

5
11. Asas keterpaduan otonomi daerah

Prinsip keterpaduan membantu meningkatkan kesehatan lingkungan hidup


dengan memadukan berbagai komponen dalam pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup, serta memperhatikan kesadaran dan tanggung jawab para
pengambil keputusan dalam upaya pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan
hidup, contohnya :

1. Memanfaatkan dan mengembangkan perangkat yang bersifat preemptif,


preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang lingkungan hidup.
3. Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang
lingkungan hidup. dsb

2.2.5. Manfaat

Prinsip manfaat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU 32/2009) adalah bahwa segala
usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi
sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup. Ini berarti bahwa pengembangan harus
disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup, agar dapat
memperoleh manfaat yang maksimal dan seimbang.

asas manfaat membantu meningkatkan kesehatan lingkungan hidup dengan


memperhatikan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup, mengembangkan
kebijaksanaan nasional, dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan
hidup.6

2.2.6. Kehati-Hatian

Prinsip kehati-hatian dalam hukum lingkungan adalah konsepsi yang bertujuan


untuk mencegah atau meminimalisir ancaman terhadap lingkungan hidup, meskipun
ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha atau kegiatan karena keterbatasan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda
6
Angga, la ode. (2014). Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Kebijakan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Bidang Pertanian Untuk Keunggulan Varietas Produk Rekayasa Genetik.
SUPREMASI HUKUM vol 3, no. 2. Hlm 107.

6
langkah untuk meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.7

Prinsip kehati-hatian tercantum dalam Pasal 2 huruf f UUPPLH dan diperjelas


sebagai konsepsi dimana ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau
kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
merupakan alasan untuk menunda langkah untuk meminimalisasi atau menghindari
ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

Menurut UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup (PPLH), prinsip kehati-hatian diimplementasikan dengan cara:

1. Melakukan kajian mendalam terhadap dampak lingkungan sebelum melakukan


kegiatan/usaha yang berpotensi mencemarkan atau merusak lingkungan.

2. Menggunakan teknologi ramah lingkungan dan teknologi bersih dalam setiap


kegiatan/usaha.

3. Menerapkan prinsip pencegahan pencemaran lingkungan dengan mempertimbangkan


daya dukung dan daya tampung lingkungan.

4. Tidak menggunakan ketidakpastian ilmu pengetahuan sebagai alasan untuk menunda


tindakan pencegahan kerusakan lingkungan.

5. Melakukan analisis risiko lingkungan sebelum memutuskan kebijakan/kegiatan yang


berpotensi membahayakan lingkungan.

6. Menerapkan prinsip pencemar membayar dalam hal terjadi pencemaran/kerusakan


lingkungan.

7. Mewajibkan pelaku usaha menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan


lingkungan.

Intinya, asas ini mengharuskan penerapan prinsip kehati-hatian dan


pencegahan dini dalam setiap kegiatan yang berpotensi membahayakan lingkungan
hidup.

2.2.7. Keadilan

7
Afandi et al., (2022). Penggunaan Bukti Ilmiah Dan Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Putusan
Perkara Pidana Materiil Lingkungan Hidup Di Indonesia Tahun 2009–2020. Jurnal Hukum Lingkungan
Indonesia 9, no. 1. Hlm. 85.

7
Prinsip keadilan dalam konteks hukum lingkungan adalah prinsip yang
mengacu pada keseimbangan, kesetaraan, dan perlakuan yang adil bagi semua
individu dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup. Ini berarti setiap orang, tanpa
memandang ras, agama, gender, orientasi seksual, atau status sosial, memiliki hak
yang sama di hadapan hukum lingkungan dan diperlakukan secara adil dan setara.
Prinsip keadilan dalam hukum lingkungan melibatkan beberapa aspek, termasuk:

1. Perlakuan yang setara dan objektif terhadap semua individu, tanpa adanya
diskriminasi atau pengecualian yang tidak adil

2. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh perlindungan lingkungan yang sama
dan hak untuk mempertahankan lingkungan hidup yang sehat dan terlindungi

3. Keputusan hukum lingkungan harus didasarkan pada bukti yang sah dan proses yang
adil, di mana hakim atau penegak hukum bertindak secara netral dan tidak memihak

4. Aspek restoratif, yang bertujuan untuk memperbaiki kerugian yang ditimbulkan oleh
pelanggaran dan memulihkan hubungan yang terganggu8

Keadilan dalam hukum lingkungan juga mencakup aspek gender, etnis, ras,
dan global, yang melibatkan pemahaman dan perlakuan yang adil terhadap individu
berdasarkan jenis kelamin, etnis, ras, dan latar belakang ekonomi di antara negara-
negara.

2.2.8. Ekoregion

Prinsip ekoregion dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 (UUPPLH)


berfungsi untuk memperkuat perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Prinsip ekorogion dalam hukum lingkungan adalah prinsip yang bertujuan
untuk memperkuat dan memastikan terjadinya koordinasi horizontal antar wilayah
administrasi yang saling bergantung dari hulu-hilir dalam pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup.

Prinsip ekoregion merupakan salah satu asas yang penting dalam pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang mencakup pertimbangan
karekteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat
setempat, dan kearifan local.

8
Andri G,.(2017). Perlindungan Lingkungan Dalam Perspektif Keadilan Antar Generasi : Sebuah
Penelusuran Teoritis Singkat. Masalah-Masalah Hukum 46, no. 1. Hlm. 16

8
Prinsip ekoregion bertujuan untuk memperkuat sinergi, integrasi, dan seminasi
informasi antar wilayah administrasi, dan memastikan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan asas ekoregion yang mempertimbangkan karakteristik
sumber daya alam, ekosistem, dan keseimbangan lingkungan

2.2.9. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati adalah pemberian Sang Pencipta yang digunakan bagi


terciptanya kesejahteraan umat manusia. Secara umum pemanfaatan keanekaragaman
hayati harus membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. 9 Prinsip kemanusiaan
yang melekat sendirinya dengan alam dan secara alami menjaga alam sebagai wujud
manusia yang beradab.

Prinsip Keanekaragaman hayati telah diadopsi dari Protokol Nagoya sebagai


acuan utama dalam perlindungan hukum lingkungan melalui protokol internasional.
Protokol Nagoya secara lebih rinci mengatur beberapa pengaturan yang merupakan
turunan dari beberapa peraturan seperti Convention on Biological Diversity (CBD)
dan Asces and Benefit Sharing (ABS).10 Prinsip keanekaragaman hayati dalam CBD
diakui dalam pasal 3 dan pasal 15 ayat (1) yaitu penegasan mengenai kedaulatan
negara dalam mengelola keanekaragaman hayati sesuai dengan kebijakan
pembangunan dan bertanggung jawab atas pengendalian terhadap kerusakan
lingkungan. Selanjutnya dalam Protokol Nagoya meumuskan permasalahan ini dalam
pasal 3 mengenai batas yurisdiksi suatu negara menjadi acuan bahwa negara harus
melindungi keberlangsugan keanekaragaman hayati dalam wilayah negara, hal ini
juga sesuai dengan prinsip kedaulatan penuh suatu negara dalam memanfaatkan
keanekaragaman hayati tetapi harus melindungi.

Pengungkapan Atas Dasar Awal (PADIA) atau Prior Informed Consent (PIC)
telah dikonfirmasi dalam Protokol Nagoya sehingga keanekaragaman hayati harus
dikelola untuk mendapatkan keuntungan yang adil dan merata. Dikonfimasi dalam
CBD bahwa adanya PADIA harus dilakukan secara mufakat sebagi langkah awal
pengelolaan hayati. Disisi lain Prinsip kesepakatan Bersama atau Mutual agreed
Term (MAT) perlu dilakukan sebagai wujud kesepakatan antara penyedia dan
pengguna sumber daya hayati dari pemegang pengetahuan yang berkait sesuai dengan
9
Yulia, Zinatul Ashiqin Zainol, (2013), Melindungi Keanekarahaman Hayati dalam Kerangka Protokol
Nagoya, Mimbar Hukum, Vol 25, 2, , hlm 272.
10
Ibid, hlm 274.

9
hukum nasional yang berlaku. Prinsip MAT ini tertuang dalam pasal 15 ayat (4) CBD
dan juga Pasal 6 ayat (3) Protokol Nagoya.11

Dalam tata hukum Indonesia melaui Protokol Nagoya telah diratifikasi melaui
UU No 11 tahun 2013 Tentang Protokol Nagoya tentang Akses Pada Sumber Daya
Genetik Dan Pembagian Keuntungan Yang Adil Dan Seimbang Yang Timbul Dari
Pemanfaatannya Atas Konvensi Keanekaragaman Hayati. 12 Regulasi ini mendorong
kepada pembentukan peraturan yang lebih terstruktur untuk melindungi
keanekaragaman hayati di Indonesia. Kementerian lingkungan hidup menjadi aktor
utama dalam pengimplementasian regulasi ini.

2.2.10. Asas Pencemar Membayar

Pencemar Membayar pertama kali diperkenalkan oleh OECD (Organization


For Economic Coorporation and Development) pada tahun 1972. OECD
mengeluarkan rekomendasi bernama “Guiding Principles Concerningnthe
International Economic Aspects of Environmental polluter pays principle” (prinsip
pencemar membayar).13 Dalam prinsip tersebut memaknai sebagai Pencemar secara
wajib menaggung biaya pencegahan dengan tolak ukur yang jelas sesuai dengan
ketetapan pejabat yang berwenang untuk memastikan lingkungan pulih.

Prinsip Pencemar Membayar kembali muncul pada Prinsip 16 di Rio pada


tahun 1992 atau yang lebih dikenal dengan Deklarasi Rio. Yang pada hakikatnya
menyatakan bahwa pencemar wajib menanggung biaya pencemaran dengan
memperhatikan kepentingan khalayak ramai.

Prinsip pencemar membayar telah termuat dalam UU No. 23 Tahun 1997


Tentang Lingkungan hidup. UU ini kemudian dicabut seiring diberlakukanya UU No.
32 Tahun 2009, salah satunya termuat dalam pasal 2 huruf J yaitu :14

“Yang dimaksud dengan “asas pencemar membayar” adalah bahwa setiap


penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran

11
Ibid, hlm 276.
12
Ibid, hlm 276.
13
Aryanto Renaldi Sahala, Fatma Ulfatun Najicha, (2022), Penerapan Asas Pencemar Membayar,
Jurnal Hukum to-ra :Hukum Untuk Mengatur dan Melindungi Masyarakat, Vol 8, 2, Hlm 210.
14
Ibid, hlm 212.

10
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan
lingkungan”

Selanjutnya dalam UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, mengenai sanksi


yang timbul dalam adanya prinsip tersebut dilakukan berdasarkan prinsip pencemar
membayar dan prinsip kehati-hatian. Namun dalam uu ini diberlakukan secara khusus
sebagai pencemaran laut, maka akan merujuk kepada penyelesaian sengketa secara
perdata.

Selain itu juga terdapat dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang yang diatur dalam pasal 35 hingga pasal 38 sekaligus diatur lebih lanjut dalam
Pasal 169-181 PP No. 15/2010 ttg Penyelenggaraan Penataan Ruang. UU selanjutnya
yaitu UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
kecil, yang merupakan salah satu instrumen aturan dalam sektor kelautan dan
perikanan.15

2.2.11. Partisipatif

Sustainable Development sebagai pembagunan berkelanjutan menjadikan satu


istilah penting dalam prinsip partisipatif. UUPPLH mengatur sedemikian rupa
mengenai keberlanjutan lingkungan sebagi upaya sadar dan terencana dalam
menyusun pembangunan antar generasi dan menjamin kesejahteraan masa depan. The
Principle of Intergenerational Equity atau prinsip keadilan antar generasi menjadikan
satu titik balik partisipasi masyarakat dalam penerapan pembangunan berkelanjutan.
Konferensi Canberra pada 13-16 November 1994 menjadi dasar utama yang disebut
Fenner Converence on the Environment yang merumuskan Setiap masyarakat di
dunia ini antara satu generasi dengan generasi lainnya berada dalam kemitraan
(global partnership). 16

Access to Environmental Information, Public Participation in Environmental


Decisions, Equal Access and Non-discrimination. Prinsip ini merupakan salah satu
prinsip yang penting selain sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat dalam
proses pelaksanaan pengelolaan lingkungan tetapi juga untuk meningkatkan kualitas
lingkungan hidup serta penerimaan masyarakat terhadap adanya lingkungan hidup.
15
Ibid, hlm 214.
16
Arvin Asta Nugraha , I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, Fatma Ulfatun Najicha. (2021), Peran
Hukum Lingkungan Dalam Mencegah Kerusakan Dan Pencemaran Lingkungan Hidup, Jurnal Hukum to-
ra:Hukum untuk mengatur dan melindungi masyarakat, Vol 7, 2. hlm 294.

11
Prinsip peran serta masyarakat ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 65 ayat (2)
UUPPLH yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam
memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Setiap masyarakat berhak
untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.17

2.2.12. Prinsip Kearifan Lokal

Prinsip kearifan lokal dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan


hidup wajib memperhatikan nilai-nilai yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
Secara terminologi kearifan lokal berasal dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal
(local) yang secara umum dikenal sebagi kearifan lokal atau kearifan setempat yang
mengandung gagasan lokal. Kearifan lokal biasanya tumbuh, berkembang, menetap
secara turun temurun dan melembaga secara tradisional dalam masyarakat itu
sendiri.18

Nilai kearifan lokal secara pasti teruji dalam keberadaanya dan bersanding
bersama nilai-nilai budaya yang berlaku. Keberadaan nilai ini mengakar bersama
masyarakat ketika berinteraksi dengan lingkungan dan alam. Kebiasaan nilai yang
berulang akan dianggap baik dan apabila nilai dianggap tidak baik maka tidak akan
bertahan dengan semestinya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menerbitkan aturan


pelaksana tentang pengakuan dan perlindungan kearifan lokal melalui Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 34 Tahun 2017. PERMEN ini
mendasarkan diri pada mandat Pasal 63 ayat 1 huruf t UU Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH).19

Pengaturan kearifan lokal dalam UU PPLH ini mengandung dua prinsip dasar,
yaitu, pertama, negara berkewajiban mengakui keberadaan masyarakat adat dan
kearifan lokal dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Kedua,
17
Melisa Ayu Azhara dan Siti Ruhama Mardhatillah, (2023). Partisipasi Publik dalam Penyusunan
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Pasca Berlakunya Undang-Undang/Perppu Cipta Kerja, Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM, Vol 32, 2, hlm 259.
18
Mella Ismelina Farma Rahayu, Anthon F. Susanto, Liya Sukma Muliya, (2022). Kearifan Lokal
Dalam Pendidikan Hukum Lingkungan Di Indonesia. JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol 23, 2, Hlm 297.
19
https://www.mongabay.co.id/2017/07/22/opini-aturan-perlindungan-kearifan-lokal-belum-
sepenuhnya-melindungi/, diaskes pada 13 Maret 2024, pukul 10:26

12
kearifan lokal merupakan asas dan unsur penting pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup.

2.2.13. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus didasarkan oleh prinsip partisipatif, keterbukaan,
akuntabilitas, efisiensi dan keadilan oleh pemerintah. Green Constitution sebagai
salah satu wujud utama tata kelola pemerintahan yang baik diseluruh dunia. Sinyal
langkah dalam menempuh tata kelola pemerintahan yang baik telah diinisiasi oleh
PBB terhadap Gerakan “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-1” 1960-1970 yang juga
digunakan dalam pembahasan “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-2” 1970-1980.
Pembicaraan masalah lingkungan hidup secara khusus diajukan oleh Swedia pada 28
Mei 1968 yang kemudian diterima secara umum pada sidang PBB di Stockholm pada
Juni 1972.20

Serangkaian pembicaraan masalah lingkungan ini mendapatakan sambutan


baik dalam lingkup tata kelola pemerintahan di seluruh dunia. Hingga pada tingkat
konstitusi suatu negara, seperti terjadi di Portugal (1976), Spanyol (1978), Polandia
(1970), Prancis (2006) dan Ekuador (2008). Prancis secara khusus memasukkan
Environment Charter of 2004, sedangkan Ekuador menegaskan dalam konstitusinya
Fundamental Rights sejajar dengan Human Rights.21

Konstitusionalisasi lingkungan hidup dalam konstitusi Indonesia sendiri sudah


dilakukan dalam amandemen UUD 1945, namun tidak banyak pihak yang
memperhatikan hal ini secara serius. Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 33 ayat (4) UUD
1945 merupakan bukti bahwa konstitusi Indonesia adalah Konstitusi Hijau (Green
Constitution). Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 berbunyi “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan Pasal 33
ayat (4) UUD 1945 berbunyi ”Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan
asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

20
Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, , 2012. Green Constitution Sebagai Penguatan Norma Hukum
Lingkungan Dan Pedoman Legal Drafting Peraturan Daerah Dalam Rangka Praktik-Praktik Tata Kelola
Pemerintahan Yang Baik Di Daerah, Yustisia Vol.1, hlm 133.
21
Ibid, hlm 134.

13
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.22

2.2.14. Otonomi Daerah

Prinsip otonomi daerah, pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengatur


dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dalam bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dan wajib memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah dalam bingkai NKRI. Asas ini bisa dibilang keberlanjutan daripada asas
otonomi tata kelola pemerintahan yang baik. Otonomi daerah di indonesia memakai
desentralisasi yang memungkinkan daerah mengambil keputusan secara mendiri.
Prinsip otonomi daerah ini tidak lepas dari pembinaan dan pengawasan pemerintahan
pusat. Walau demikian bukan berarti otonomi daerah bukan merupakan tanggung
jawab pribadi tetapi merupakan tanggung jawab bersama dalam pengelolaan
lingkungan hidup.23

Ketentuan mengenai peraturan dari asas otonomi daerah dijelaskan pada Pasal
63 Ayat 3 UU No. 32 Tahun 200924 mengenai tugas dan wewenang Kabupaten/Kota
dalam perlindungan lingkungan hidup.

22
Ibid, hlm 136
23
Nikita Dea Angelina , Putri Agustin , Yahdi Oktama, (2022). Kewenangan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Oleh Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah, BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol
1, 3, hlm 428
24
Ibid, hlm 130.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut,

1. Prinsip hukum lingkungan adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat dalam sistem
hukum yang mengatur mengenai tatanan lingkungan hidup, dalam hal ini UUPPLH.

2. Terdapat empat belas prinsip dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
yakni, tanggung jawab negara, kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan
keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan, ekoregion,
keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipatif, kearifan lokal, tata kelola
pemerintahan yang baik, dan otonomi daerah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup

Jurnal

Fahruddin, M. (2019). Penegakan hukum lingkungan di indonesia dalam perspektif Undang-


Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Veritas, 5(2), 81-98.

Laily, F. N. (2022). Penegakan hukum lingkungan sebagai upaya mengatasi permasalahan


lingkungan hidup di indonesia. Wacana Paramarta: Jurnal Ilmu Hukum, 21(2), 17-26.

Herlina, N. (2017). Permasalahan lingkungan hidup dan penegakan hukum lingkungan di


Indonesia. Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 3(2), 162-176.

Rosyidie, A. (2013). Banjir: fakta dan dampaknya, serta pengaruh dari perubahan guna lahan.
Jurnal perencanaan wilayah dan kota, 24(3), 241-249.

Angelina, N, D. dkk (2022). Kewenangan Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh


Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah, BULLET : Jurnal Multidisiplin
Ilmu, 1(3).

Azhara, M, A. dkk, (2023). Partisipasi Publik dalam Penyusunan Dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Pasca Berlakunya Undang-Undang/Perppu Cipta Kerja, Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM, 32(2).

Afandi, Fachrizal, Daru Adianto, Prischa Listiningrum, and Monnachu Wemonicha Lovina.
(2023). Penggunaan Bukti Ilmiah Dan Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Putusan
Perkara Pidana Materiil Lingkungan Hidup Di Indonesia Tahun 2009–2020. Jurnal Hukum
Lingkungan Indonesia 9, no. 1

Angga, la ode. (2014). Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Kebijakan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Bidang Pertanian Untuk Keunggulan Varietas Produk
Rekayasa Genetik. SUPREMASI HUKUM vol 3, no. 2

Andri G, Wibisana. (2017). Perlindungan Lingkungan Dalam Perspektif Keadilan Antar


Generasi : Sebuah Penelusuran Teoritis Singkat. Masalah-Masalah Hukum 46, no. 1

16
Handayani, G, A, K, R. (2012). Green Constitution Sebagai Penguatan Norma Hukum
Lingkungan Dan Pedoman Legal Drafting Peraturan Daerah Dalam Rangka Praktik-Praktik
Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Di Daerah, Yusditia, 1.

Nugraha, A, A. dkk (2021). Peran Hukum Lingkungan Dalam Mencegah Kerusakan Dan
Pencemaran Lingkungan Hidup, Jurnal Hukum to-ra: Hukum untuk mengatur dan
melindungi masyarakat, 7(2).

Rahayu, M, I, F. dkk (2023). Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Hukum Lingkungan Di


Indonesia, Jurnal Litigasi (e-Journal), 23(2).

Sahal, A, R. dkk (2022). Penerapan Asas Pencemar Membayar, Jurnal Hukum to-ra : Hukum
Untuk Mengatur dan Melindungi Masyarakat, 8(2).

Yulia, dkk (2013). Melindungi Keanekarahaman Hayati dalam Kerangka Protokol Nagoya,
Mimbar Hukum, 25(2).

Internet

https://www.mongabay.co.id/2017/07/22/opini-aturan-perlindungan-kearifan-lokal-belum-
sepenuhnya-melindungi/, diaskes pada 13 Maret 2024

17

Anda mungkin juga menyukai