PENDAHULUAN
2
Muhammad Fahruddin, 2019, Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia dalam Perspektif Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Veritas: Jurnal
Program Pascasarjana Ilmu Hukum, hlm. 81.
1
mengenai lingkungan di Indonesia, yakni Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau yang juga disebut dengan
UUPPLH. Undang-undang tersebut berisi mengenai upaya yang sistematis serta terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan lingkungan dan pencegahan dari pencemaran serta
kerusakan lingkungan. Dalam melakukan upaya pelestarian lingkungan, tentu terdapat
prinsip-prinsip atau asas-asas yang digunakan. Terdapat empat belas prinsip yang
digunakan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terdapat pada
Pasal 2 UUPPLH. Prinsip-prinsip tersebut, yaitu tanggung jawab negara, kelestarian dan
keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian,
keadilan, ekoregion, keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipatif, kearifan
lokal, tata kelola pemerintahan yang baik, dan otonomi daerah. 3 Yang mana prinsip-
prinsip ini harus ditaati, agar upaya pelestarian lingkungan yang terdapat dalam
UUPPLH tersebut dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka prinsip-prinsip hukum lingkungan penting
untuk diteliti. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul,
“ANALISIS TERHADAP PRINSIP-PRINSIP HUKUM LINGKUNGAN”.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam makalah ini, yakni sebagai berikut,
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam
makalah ini, yakni untuk meneliti aspek-aspek sebagai berikut,
1. Pengertian dari prinsip hukum lingkungan
3
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prinsip adalah asas, dasar, atau
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya. Kemudian
prinsip jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yakni principle atau principality
yang memiliki arti asas atau dasar. Selanjutnya menurut Paul Scholten, prinsip hukum
merupakan tendensi yang disyaratkan kepada hukum oleh paham kesusilaan. Artinya,
prinsip hukum sebagai pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di belakang
sistem hukum. Masing-masing pikiran dasar dirumuskan dalam aturan perundang-
undangan dan putusan hakim.
3
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Prinsip-prinsip ini harus ditaati dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, supaya tujuan dibentuknya UUPPLH
dapat tercapai. Prinsip-prinsip tersebut, yakni sebagai berikut,
a. Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa ini
maupun generasi masa depan.
b. Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Maksud dari prinsip kelestarian dan keberlanjutan, yaitu bahwa setiap orang
memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap
sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung
ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
4
mengakibatkan tertutupnya saluran-saluran air, sehingga terjadilah bencana banjir. 5
Bencana banjir ini memiliki dampak yang cukup parah terhadap lingkungan, antara
lain seperti kerusakan sarana prasarana, melumpuhkan jalur transportasi, pencemaran
lingkungan, dan pemicu tanah longsor.
2.2.4. Keterpaduan
5
Arief Rosyidie, 2013, Banjir: Fakta dan Dampaknya, serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, hlm. 244.
5
11. Asas keterpaduan otonomi daerah
2.2.5. Manfaat
2.2.6. Kehati-Hatian
6
langkah untuk meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.7
2.2.7. Keadilan
7
Afandi et al., (2022). Penggunaan Bukti Ilmiah Dan Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Putusan
Perkara Pidana Materiil Lingkungan Hidup Di Indonesia Tahun 2009–2020. Jurnal Hukum Lingkungan
Indonesia 9, no. 1. Hlm. 85.
7
Prinsip keadilan dalam konteks hukum lingkungan adalah prinsip yang
mengacu pada keseimbangan, kesetaraan, dan perlakuan yang adil bagi semua
individu dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup. Ini berarti setiap orang, tanpa
memandang ras, agama, gender, orientasi seksual, atau status sosial, memiliki hak
yang sama di hadapan hukum lingkungan dan diperlakukan secara adil dan setara.
Prinsip keadilan dalam hukum lingkungan melibatkan beberapa aspek, termasuk:
1. Perlakuan yang setara dan objektif terhadap semua individu, tanpa adanya
diskriminasi atau pengecualian yang tidak adil
2. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh perlindungan lingkungan yang sama
dan hak untuk mempertahankan lingkungan hidup yang sehat dan terlindungi
3. Keputusan hukum lingkungan harus didasarkan pada bukti yang sah dan proses yang
adil, di mana hakim atau penegak hukum bertindak secara netral dan tidak memihak
4. Aspek restoratif, yang bertujuan untuk memperbaiki kerugian yang ditimbulkan oleh
pelanggaran dan memulihkan hubungan yang terganggu8
Keadilan dalam hukum lingkungan juga mencakup aspek gender, etnis, ras,
dan global, yang melibatkan pemahaman dan perlakuan yang adil terhadap individu
berdasarkan jenis kelamin, etnis, ras, dan latar belakang ekonomi di antara negara-
negara.
2.2.8. Ekoregion
Prinsip ekoregion merupakan salah satu asas yang penting dalam pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang mencakup pertimbangan
karekteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat
setempat, dan kearifan local.
8
Andri G,.(2017). Perlindungan Lingkungan Dalam Perspektif Keadilan Antar Generasi : Sebuah
Penelusuran Teoritis Singkat. Masalah-Masalah Hukum 46, no. 1. Hlm. 16
8
Prinsip ekoregion bertujuan untuk memperkuat sinergi, integrasi, dan seminasi
informasi antar wilayah administrasi, dan memastikan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan asas ekoregion yang mempertimbangkan karakteristik
sumber daya alam, ekosistem, dan keseimbangan lingkungan
Pengungkapan Atas Dasar Awal (PADIA) atau Prior Informed Consent (PIC)
telah dikonfirmasi dalam Protokol Nagoya sehingga keanekaragaman hayati harus
dikelola untuk mendapatkan keuntungan yang adil dan merata. Dikonfimasi dalam
CBD bahwa adanya PADIA harus dilakukan secara mufakat sebagi langkah awal
pengelolaan hayati. Disisi lain Prinsip kesepakatan Bersama atau Mutual agreed
Term (MAT) perlu dilakukan sebagai wujud kesepakatan antara penyedia dan
pengguna sumber daya hayati dari pemegang pengetahuan yang berkait sesuai dengan
9
Yulia, Zinatul Ashiqin Zainol, (2013), Melindungi Keanekarahaman Hayati dalam Kerangka Protokol
Nagoya, Mimbar Hukum, Vol 25, 2, , hlm 272.
10
Ibid, hlm 274.
9
hukum nasional yang berlaku. Prinsip MAT ini tertuang dalam pasal 15 ayat (4) CBD
dan juga Pasal 6 ayat (3) Protokol Nagoya.11
Dalam tata hukum Indonesia melaui Protokol Nagoya telah diratifikasi melaui
UU No 11 tahun 2013 Tentang Protokol Nagoya tentang Akses Pada Sumber Daya
Genetik Dan Pembagian Keuntungan Yang Adil Dan Seimbang Yang Timbul Dari
Pemanfaatannya Atas Konvensi Keanekaragaman Hayati. 12 Regulasi ini mendorong
kepada pembentukan peraturan yang lebih terstruktur untuk melindungi
keanekaragaman hayati di Indonesia. Kementerian lingkungan hidup menjadi aktor
utama dalam pengimplementasian regulasi ini.
11
Ibid, hlm 276.
12
Ibid, hlm 276.
13
Aryanto Renaldi Sahala, Fatma Ulfatun Najicha, (2022), Penerapan Asas Pencemar Membayar,
Jurnal Hukum to-ra :Hukum Untuk Mengatur dan Melindungi Masyarakat, Vol 8, 2, Hlm 210.
14
Ibid, hlm 212.
10
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan
lingkungan”
Selain itu juga terdapat dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang yang diatur dalam pasal 35 hingga pasal 38 sekaligus diatur lebih lanjut dalam
Pasal 169-181 PP No. 15/2010 ttg Penyelenggaraan Penataan Ruang. UU selanjutnya
yaitu UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
kecil, yang merupakan salah satu instrumen aturan dalam sektor kelautan dan
perikanan.15
2.2.11. Partisipatif
11
Prinsip peran serta masyarakat ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 65 ayat (2)
UUPPLH yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam
memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Setiap masyarakat berhak
untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.17
Nilai kearifan lokal secara pasti teruji dalam keberadaanya dan bersanding
bersama nilai-nilai budaya yang berlaku. Keberadaan nilai ini mengakar bersama
masyarakat ketika berinteraksi dengan lingkungan dan alam. Kebiasaan nilai yang
berulang akan dianggap baik dan apabila nilai dianggap tidak baik maka tidak akan
bertahan dengan semestinya.
Pengaturan kearifan lokal dalam UU PPLH ini mengandung dua prinsip dasar,
yaitu, pertama, negara berkewajiban mengakui keberadaan masyarakat adat dan
kearifan lokal dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Kedua,
17
Melisa Ayu Azhara dan Siti Ruhama Mardhatillah, (2023). Partisipasi Publik dalam Penyusunan
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Pasca Berlakunya Undang-Undang/Perppu Cipta Kerja, Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM, Vol 32, 2, hlm 259.
18
Mella Ismelina Farma Rahayu, Anthon F. Susanto, Liya Sukma Muliya, (2022). Kearifan Lokal
Dalam Pendidikan Hukum Lingkungan Di Indonesia. JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol 23, 2, Hlm 297.
19
https://www.mongabay.co.id/2017/07/22/opini-aturan-perlindungan-kearifan-lokal-belum-
sepenuhnya-melindungi/, diaskes pada 13 Maret 2024, pukul 10:26
12
kearifan lokal merupakan asas dan unsur penting pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup.
Prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus didasarkan oleh prinsip partisipatif, keterbukaan,
akuntabilitas, efisiensi dan keadilan oleh pemerintah. Green Constitution sebagai
salah satu wujud utama tata kelola pemerintahan yang baik diseluruh dunia. Sinyal
langkah dalam menempuh tata kelola pemerintahan yang baik telah diinisiasi oleh
PBB terhadap Gerakan “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-1” 1960-1970 yang juga
digunakan dalam pembahasan “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-2” 1970-1980.
Pembicaraan masalah lingkungan hidup secara khusus diajukan oleh Swedia pada 28
Mei 1968 yang kemudian diterima secara umum pada sidang PBB di Stockholm pada
Juni 1972.20
20
Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, , 2012. Green Constitution Sebagai Penguatan Norma Hukum
Lingkungan Dan Pedoman Legal Drafting Peraturan Daerah Dalam Rangka Praktik-Praktik Tata Kelola
Pemerintahan Yang Baik Di Daerah, Yustisia Vol.1, hlm 133.
21
Ibid, hlm 134.
13
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.22
Ketentuan mengenai peraturan dari asas otonomi daerah dijelaskan pada Pasal
63 Ayat 3 UU No. 32 Tahun 200924 mengenai tugas dan wewenang Kabupaten/Kota
dalam perlindungan lingkungan hidup.
22
Ibid, hlm 136
23
Nikita Dea Angelina , Putri Agustin , Yahdi Oktama, (2022). Kewenangan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Oleh Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah, BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol
1, 3, hlm 428
24
Ibid, hlm 130.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Prinsip hukum lingkungan adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat dalam sistem
hukum yang mengatur mengenai tatanan lingkungan hidup, dalam hal ini UUPPLH.
2. Terdapat empat belas prinsip dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
yakni, tanggung jawab negara, kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan
keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan, ekoregion,
keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipatif, kearifan lokal, tata kelola
pemerintahan yang baik, dan otonomi daerah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup
Jurnal
Rosyidie, A. (2013). Banjir: fakta dan dampaknya, serta pengaruh dari perubahan guna lahan.
Jurnal perencanaan wilayah dan kota, 24(3), 241-249.
Azhara, M, A. dkk, (2023). Partisipasi Publik dalam Penyusunan Dokumen Analisis Dampak
Lingkungan Pasca Berlakunya Undang-Undang/Perppu Cipta Kerja, Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM, 32(2).
Afandi, Fachrizal, Daru Adianto, Prischa Listiningrum, and Monnachu Wemonicha Lovina.
(2023). Penggunaan Bukti Ilmiah Dan Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Putusan
Perkara Pidana Materiil Lingkungan Hidup Di Indonesia Tahun 2009–2020. Jurnal Hukum
Lingkungan Indonesia 9, no. 1
Angga, la ode. (2014). Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Kebijakan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Bidang Pertanian Untuk Keunggulan Varietas Produk
Rekayasa Genetik. SUPREMASI HUKUM vol 3, no. 2
16
Handayani, G, A, K, R. (2012). Green Constitution Sebagai Penguatan Norma Hukum
Lingkungan Dan Pedoman Legal Drafting Peraturan Daerah Dalam Rangka Praktik-Praktik
Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Di Daerah, Yusditia, 1.
Nugraha, A, A. dkk (2021). Peran Hukum Lingkungan Dalam Mencegah Kerusakan Dan
Pencemaran Lingkungan Hidup, Jurnal Hukum to-ra: Hukum untuk mengatur dan
melindungi masyarakat, 7(2).
Sahal, A, R. dkk (2022). Penerapan Asas Pencemar Membayar, Jurnal Hukum to-ra : Hukum
Untuk Mengatur dan Melindungi Masyarakat, 8(2).
Yulia, dkk (2013). Melindungi Keanekarahaman Hayati dalam Kerangka Protokol Nagoya,
Mimbar Hukum, 25(2).
Internet
https://www.mongabay.co.id/2017/07/22/opini-aturan-perlindungan-kearifan-lokal-belum-
sepenuhnya-melindungi/, diaskes pada 13 Maret 2024
17