Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rahadeva Khuznul Khotimah

Nim : 010001900500
Mata Kuliah : Hukum Lingkungan
Nama Dosen : Wahyudi Siswanto, M.Hum.

Pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009


tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH”) adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 1

Pada dasarnya setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib
melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta melakukan pemulihan lingkungan hidup

Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan dengan: 2


a pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada
masyarakat;
b pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
d cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan:3


a penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
b remediasi (upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu lingkungan
hidup);
c rehabilitasi (upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup
termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan, dan memperbaiki
ekosistem);
d restorasi (upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi
kembali sebagaimana semula); dan/atau
e cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 
Jadi, seharusnya perusahaan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan melakukan penanggulangan
pencemaran, yang salah satunya adalah memberikan informasi peringatan pencemaran kepada masyarakat.
Adanya informasi peringatan dapat mencegah adanya masyarakat yang meminum air sungai yang sudah
tercemar. Selain itu, perusahaan juga wajib melakukan pemulihan terhadap pencemaran yang terjadi pada
sungai tersebut.

Ancaman Pidana Bagi Perusahaan Pelaku Pencemaran Lingkungan


Berdasarkan pernyataan Anda pencemaran sungai oleh perusahaan tersebut mengakibatkan warga
meninggal dan menimbulkan kerugian materiil yaitu matinya ikan pada kerambah warga.
 
Berdasarkan peristiwa tersebut ada beberapa ancaman pidana terhadap pencemar lingkungan menurut UU
PPLH.

Jika perusahaan tersebut sengaja membuang limbah ke sungai maka diancam pidana berdasarkan Pasal 60


jo. Pasal 104 UU PPLH sebagai berikut:

1
Pasal 53 Ayat (1) jo. Pasal 54 Ayat (1) UU PPLH
2
Pasal 53 Ayat (2) UU PPLH
3
Pasal 54 Ayat (2) UU PPLH dan Penjelasannya
 
Pasal 60 UU PPLH:
Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin.
 
Pasal 104 UU PPLH:
Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
 
Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau memasukkan limbah
dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media
lingkungan hidup tertentu.4
 
Selain pidana karena pembuangan limbah, ada beberapa pidana lain yang bisa dikenakan kepada perusahaan
tersebut:
1. ika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan sengajamelakukan perbuatan
(misalnya membuang limbah) yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal
tersebut mengakibatkan orang mati maka diancam pidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp15
miliar.5
2. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan lalai sehingga mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal tersebut mengakibatkan orang mati, maka dipidana
dengan pidana penjara paling singkat paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun
dan denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp9 miliar.6

Pertanggungjawaban Pidana
Jika tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan
sanksi pidana dijatuhkan kepada:7
a.    badan usaha; dan/atau 
b.    orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak
sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut.
 
Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana dalam huruf b di atas,
ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan sepertiga. 8
 
Jika tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha sebagaimana dalam huruf a di atas,
sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di
dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional. 9

Gugatan Ganti Kerugian Terhadap Akibat dari Pencemaran Lingkungan

4
Pasal 1 angka 24 UU PPLH
5
Pasal 98 ayat (3) jo. Ayat (1) UU PPLH
6
Pasal 99 ayat (3) jo. Ayat (1) UU PPLH
7
Pasal 116 ayat (1) UU PPLH
8
Pasal 117 UU PPLH
9
Pasal 118 UU PPLH
Prinsipnya, setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum
berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu. 10
 
Selain diharuskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula dibebani
oleh hakim untuk melakukan tindakan hukum tertentu, misalnya perintah untuk: 11
a memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku mutu
lingkungan hidup yang ditentukan;
b memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau
c menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.
 
Mengenai kerugian yang diderita warga yaitu ikan di kerambah yang mati, masyarakat bisa mengajukan
gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat
apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.12
 
Gugatan dapat dilakukan jika memenuhi syarat yaitu adanya terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar
hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.13
 
Jadi warga masyarakat dapat melakukan gugatan perwakilan kelompok dengan tujuan untuk meminta ganti
rugi atas ikan di kerambah yang mati karena pencemaran lingkungan. Di samping itu perusahaan juga dapat
dipidana karena pencemaran tersebut mengakibatkan orang meninggal dunia.

Lumpur Beracun Yang Ada Di Lahan Pemukiman

10
Pasal 87 ayat (1) UU PPLH
11
Penjelasan Pasal 87 ayat (1) UU PPLH
12
Pasal 91 ayat (1) UU PPLH
13
Pasal 91 ayat (2) UU PPLH
Pada Oktober 2019, diketahui adanya penguburan puluhan ton lumpur beracun di dalam tanah perumahan
Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari. 

Polisi mengungkap kasus pencemaran sludge atau lumpur beracun yang dikubur dalam tanah perumahan di
Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Rupanya lumpur beracun itu
berasal dari tiga perusahaan tekstil di Bandung.

Satuan Reskrim Polres Karawang berhasil mengungkap kasus Pencemaran Lingkungan yang melibatkan
beberapa perusahaan itu. Lumpur beracun itu berasal dari tiga perusahaan tekstil yang ada di Bandung.

"Limbahnya diambil dari PT FJ, PT BCP, PT TB. Bukannya dimusnahkan, limbah malah dikubur dalam lahan
pemukiman di Karawang," terang Kasat Reskrim Polres Karawang, Bimantoro Kurniawan, Jumat, 20
Desember 2019.

Menurut Bimantoro, limbah beracun itu seharusnya dibawa ke PT WI di Tangerang untuk dimusnahkan.
Diduga, demi meraup keuntungan, PT RPW dan PT LSA selaku pihak ke-3 yang mengantar limbah melakukan
penyelundupan limbah itu.

"Diduga motif mereka untuk mendapat keuntungan," katanya.

Bimantoto menjelaskan bahwa PT RWP dan PT LSA merupakan perusahaan transporter yang membuat
kesepakatan dengan tiga pabrik tekstil penghasil limbah. NH (inisial), direktur PT RPW dan PT LSA, kemudian
bersekongkol dengan koordinator lapangan, SI (inisial), untuk tidak memproses uang tersebut.

"Kami sudah tetapkan NH dan SI sebagai tersangka dalam kasus ini. SI berperan menggiring para sopir
membuang limbah ke Karawang," terang Kasat Reskrim Polres Karawang.

Sebanyak puluhan ton lumpur beracun diangkut menggunakan 5 dump truk bergerak dari Bandung ke
Karawang. Supaya tak mengundang perhatian, truk-truk tersebut tiba pada malam hari. Namun pada 29
Oktober 2019, aksi mereka diketahui warga.

"Pengembang perumahan awalnya tidak mengetahui penimbunan limbah di lahan mereka. Sebab pelaku
seringkali buang limbah di malam hari saat situasi gelap dan sepi. Meski dilakukan berulang kali," tutur
Bimantoro.

Setelah mendapat laporan warga, polisi mengintai dan menangkap lima sopir. Penyelidikan kemudian
membawa polisi ke NH dan SI.

Warga pun kemudian melaporkannya ke pihak berwajib. Setelah melakukan pengintaian, polisi berhasil
menangkap 5 sopir. Penyelidikan berlanjut dan mengarah ke NH dan SI.

Akibat perbuatan tersebut, NH dan SI terancam hukuman 3 tahun penjara dan denda maksimal Rp 30 miliar.
"Kami jerat Pasal 104 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,"
ucap Bimantoro.

Perbuatan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dapat dipidana. Apalagi jika pencemaran lingkungan
tersebut mengakibatkan orang meningggal.

Anda mungkin juga menyukai