Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP HAK ASASI ANAK

Mata Kuliah: Anak dan Perempuan dalam Hukum

Kelompok 18 Dosen
Rayi Putri Maheswari (010001900509) Dr. Hj. Wahyuni Retnowulandari, S.H., M.H.
Rehuel Natalia El (010001900511) Dr. Maria Silvya E.W, S.H., M.H.
Reyhan Virdian Asfari (010001900515) Dr. Indra Krestanto, S.H., M.H.
ABSTRAK
• Hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan
hak asasi anak akibat dari dilangsungkannya perkawinan dini.

• Kasus pernikahan dini masih banyak terjadi di Indonesia dengan


berbagai macam latar belakang seperti pendidikan, agama, sosial
ekonomi keluarga, wilayah atau tempat tinggal, kebudayaan, dan
pergaulan bebas.

• Perkawinan yang di lakukan pada usia dini dapat mempengaruhi


kesiapan untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

• Pernikahan dini menjadi permasalahan dalam perlindungan hak anak


sepeti hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial, dan hak budaya.

• Pernikahan dini juga sangat berdampak bagi pertumbuhan anak untuk


menjadi pribadi yang baik.

Kata Kunci : anak, hak asasi, perkawinan dini


PENDAHULUAN
• Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan sorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.

• Salah satu prinsip perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah calon suami isteri harus telah
masak jiwa dan raganya dengan syarat pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas)
tahun.

• Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs


(UNDESA, 2010), Indonesia merupakan negara ke-37 dengan jumlah
pernikahan dini terbanyak di dunia pada tahun 2007.

• Perkawinan dini di Indonesia tertinggi ke dua di Association of South


East Asia Nations (ASEAN) setelah Kamboja (Department of Economic
PENDAHULUAN
• Data SDKI (2012) menyebutkan bahwa 340 ribu anak perempuan
menikah pada usia dini setiap tahunnya. Serta data BPS
menyebutkan bahwa 21,75% anak perempuan di perkotaan menikah
pada usia dibawah 16 tahun, dan 47,79% di kawasan pedesaan.

• Berdasarkan (Riskesdas, 2013) diantara wanita usia 10-50 tahun,


sebanyak 2,6% melakukan pernikahan dini pada usia dibawah 15
tahun dan 23,9% pada usia 15-19 tahun (Kemenkes RI, 2013).

• Kesejahteraan dan perlindungan anak di Indonesia diatur dalam


berbagai kebijakan seperti Undang Undang Nomor 4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan Anak dan Indonesia meratifikasi Convention
on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women
(CEDAW) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang
Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita.
PERMASALAHAN
• Pernikahan dini merupakan masalah yang terjadi karena faktor
ekonomi, tradisi, dan budaya.

• Dilangsungkannya perkawinan di bawah umur dapat memicu


berbagai permasalahan hukum bagi anak dan permasalahan ini
dapat menjadi beban berat.

• Pemenuhan kebutuhan anak dan pemeliharaan seharusnya


menjadi hak dan kewajiban orang tua.

• Anak yang memiliki hak untuk memperoleh kesejahteraan,


kelangsungan hidup, dan perlindungan dari kekerasan akan
kehilangan haknya ketika melakukan pernikahan dini.

• Selain itu, hak anak yang lahir dari pernikahan dini pun tidak
dapat terpenuhi secara sempurna.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
• Dengan terjadinya pernikahan dini, maka hak anak yang diatur di dalam
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak, Pasal 60 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, dan Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 akan hilang.

• KPAI mendorong Kementrian Pemerdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak (KPPPA) dan Dinas-dinas PPPA di berbagai daerah untuk
mengkampanyekan bahayanya perkawinan anak dan mencegah terjadinya
perkawinan anak karena putus sekolah dimasa pandemic Covid-19.

• Pernikahan dini menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak serta


berdampak pada tercabutnya hak anak-anak.

• Pemerintah masih inkonsisten dalam menentukan batas usia anak.

• Pernikahan dini lebih berdampak besar bagi anak perempuan.


ANALISIS DAN PEMBAHASAN
• Kesejahteraan sosial anak sangat dipengaruhi oleh kewajiban orang tua
dalam pengasuhan anak, dan kewajiban orangtua, keluarga, masyarakat
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melindungi anak
dari tindak kekerasan dan perlakuan salah.

• Bila dilihat dari konvensi hak anak, permasalahan anak disebabkan oleh
tidak terpenuhinya hak-hak anak, yaitu:

1. Hak sipil dan kebebasan fundamental

2.Kesehatan, gizi, air dan sanitasi lingkungan

3.Lingkungan keluarga dan perawatan alternatif

4.Pendidikan, waktu bersantai dan main, dan kegiatan budaya

5.Perlindungan khusus.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
• Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 mejelasakan
bahwa kesejahteraan anak merupakan suatu tata
kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan
dan perkembangannya dengan wajar, baik secara
jasmani, rohani, maupun sosial.

• Rekomendasi Umum CEDAW No. 31 dan


Konvensi Hak Anak No. 18 menyebutkan
perkawinan anak sebagai pemaksaan perkawinan
mengingat anak belum mampu memberikan
persetujuan secara bebas. Oleh karena itu,
perkawinan anak merupakan bentuk harmful
practice.
KESIMPULAN
• Batasan usia perkawinan bertujuan agar orang yang akan
menikah diharapkan sudah memiliki kematangan berfikir,
kematangan jiwa, dan kekuatan fisik yang cukup memadai.

• Dalam praktiknya, seorang anak yang melangsungkan


pernikahan dini belum dapat memikul tanggung jawab yang
berat karena anak masih menjadi tanggung jawab orang tua.

• Hak-hak anak menjadi tujuan penting yang harus terpenuhi.

• Dalam praktiknya, terjadi diskriminasi terhadap anak


perempuan terutama terjadi pelanggaran terhadap hak anak
perempuan atas kesetaraan yang menghambat kemampuan
anak perempuan untuk hidup setara dalam masyarakat.
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1

DAFTER PUSTAKA
Bastomi, Hasan. Pernikahan Dini dan Dampaknya (Tinjauan Batas Umur Perkawinan Menurut Hukim Islam dan Hukum Perkawinan Indonesia), Hal. 355.

Yekti Sarriyandari S.ST., M.Kes, Fitria Siswi Utami.,S.ST.,MNS, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Nikah Dini
Mau atau Malu, (Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta,2018), hlm 1

Yekti Sarriyandari S.ST., M.Kes, Fitria Siswi Utami.,S.ST.,MNS, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Nikah Dini
Mau atau Malu, (Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta,2018), hlm 2
Annisa Nur Fitri, Agus Wahyudi, Muhammad Fedryansyah, Perlindungan Hak-Hak Anak Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Anak, hlm 45

Ruida Murni, Ahmad Suhendi, Mulia Astuti, Kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak “Studi Kasus Evaluasi Program Kesejahteraan Sosial Anak di
Provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Prov. Aceh, (P3KS Press,2013), hal 1

https://www.dw.com/id/kpai-catat-kenaikan-pernikahan-dini-dan-putus-sek
olah/a-56594205

Ali Imron, “Perlindungan dan Kesejahteraan Anak dalam Perkawinan di Bawah Umur,” Al-Tahrir : Jurnal Pemikiran
Islam 13, No. 2 (November 2013): 260-61, doi:10.21154/al-tahrir.vl3i.16; Supriyadi and Yulkarnain Harabah, “Perkawinan di Bawah Umur dalam

Anda mungkin juga menyukai