Nim : 010001900500 Kelas : A6 Nama Dosen : Dr. Effendi Saragih, S.H., M.H. Tugas Resume Hukum Acara Pidana Bab 19
BAB 19 PELAKSANAAN PUTUSAN HAKIM
A. PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN OLEH JAKSA
Sebagaimana dalam peraturan lama, menurut KUHAP seperti tersebut di muka (Pasal 270), jaksalah yang melaksanakan putusan pengadilan. Tidak disebutkan bagaimana caranya jaksa melaksanakan keputusan tersebut. Tentulah hal itu diatur dalam peraturan pelaksanaan KUHAP. Dalam pelaksanaan keputusan pengadilan ini KUHAP menyebut “Jaksa", berbeda dengan pada penuntutan seperti penahanan, dakwaan, tuntutan, dan lain-lain disebut "penuntut umum". Di dalam Pasal 36 ayat 4 UUKK pun diatur tentang pelaksanaan keputusan hakim yang memperhatikan kemanusiaan dan keadilan. Mengenai pelaksanaan pidana mati, sebenamya sudah diatur dalam Pasal 11 KUHP. Apa sebab cara pelaksanaan pidana mati menurut Pasal 11 KUHP, yaitu dengan jalan menggantung terpidana oleh seorang algojo tidak dilaksanakan lagi dewasa ini merupakan suatu sejarah tersendiri. Pelaksanaan pidana mati dengan jalan menggantung terpidana menurut ketentuan Pasal 11 WvS£voor Nederlands Indie, itu berlangsung sampai tanggal 8 Maret 1942 ketika Pemeintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang. Baru pada tahun 1964 dengan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1964 No. 38 tanggal 27 April 1964, dikeluarkan peraturan tentang tata cara pelaksanaan pidana mati yang dijatuhkan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum dan militer. Dalam peraturan itu disebutkan bahwa pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan ditembak mati, Jika tidak ditentukan lain oleh Menteri Kehakiman, maka pidana mati dilaksanakan di suatu tempat dalam daerah hukum pengadilan yang menjatuhkan putusan dalam tingkat pertama (Pasal 2 ayat (1)). Pidana mati dilaksanakan tidak di muka umum dan dengan cara sesederhana mungkin, kecuali ditetapkan lain oleh Presiden. Ini senada dengan KUHAP (Pasal 271 KUHAP). Mengenai pelaksanaan putusan yang berupa pidana denda, KUHAP hanya mengatur dalam 1 pasal saja, yaitu Pasal 273 ayat (1). Dalam ayat (2) pasal tersebut, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama satu bulan.
B. BIAYA PERKARA KUHAP
hanya menyebut tentang biaya perkara tanpa memperinci bagaimana perhitungannya, dalam putusan yang bagaimana yang diharuskan terpidana membayar biaya perkara, dan bagaimana menagihnya. Dua pasal yang menyebut biaya perkara itu, yang pertama di bagian keputusan pengadilan dan yang lain di bagian pelaksanaan putusan. Dalam Pasal 197 ayat (1) KUHAP yang mengatur apa yang harus dimuat suatu putusan pada huruf i, Ketentuan kedua yaitu Pasal 275 KUHAP, menyatakan bahwa apabila lebih dari satu orang dipidana dalam satu perkara, maka biaya perkara dan/atau ganti kerugian dibebankan kepada mereka secara berimbang. Di sini ada perbedaan dengan peraturan lama (HIR), karena menurut HIR, pembayaran biaya perkara ditanggung oleh terpidana secara sendiri- sendiri (Hoofdelijk). Jadi, masing-masing bertanggung jawab membayar keseluruhan biaya perkara. Juga HIR jelas mengatur bahwa setiap orang yang dipidana harus dipidana pula membayar biaya perkara (Pasal 378), jadi bersifat imperatif. Kemudian tidak jelas pula bagaimana memperhitungkan besarnya biaya perkara itu. Kegiatan-kegiatan apa yang diperhitungkan untuk biaya perkaca.
C. PENGAWASAN DAN PENGAMATAN PELAKSANAAN PUTUSAN HAKIM
Sesungguhnya, pengawasan dan pengamatan putusan hakim yang dilakukan oleh hakim ini merupakan lembaga baru dalam hukum acara pidana di Indonesia. Semula hal ini dicantumkan dalam Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman Pasal 33 ayat (2) yang bertugas mengawasi pelaksanaan putusan hakim sejak putusan dijatuhkan bahkan sampai sesudah narapidana meninggalkan penjara. Mereka diangkat oleh Presiden atas usul Menteri Kehakiman dan setelah mendengar hakim-hakim senior Mahkamah Agung untuk masa jabatan tiga tahun, yang dapat diperpanjang.). Dengan adanya ketentuan tentang pengawasan hakim terhadap pelaksanaan putusan maka kesenjangan (gap). Hakim akan dapat mengikuti perkembangan keadaan terpidana, sehingga dapat aktif memberi penda- patnya dalam hal pelepasan bersyarat. Dengan demikian, tujuan pemidanaan dapat dicapai.
Pelaksanaan pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh hakim KUHAP
adalah sebagai berikut. Mula-mula jaksa mengirim tembusan berita acara pelaksanaan 1. putusan pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepada kepala lembaga pemasyarakatan, terpidana, dan kepada pengadilan yang memutus perkara tersebut pada tingkat pertama (Pasal 278 KUHAP). 2. Panitera mencatat pelaksanaan tersebut dalam register pengawasan dan pengamatan. Register tersebut wajib dibuat, ditutup, dan ditandatangani oleh panitera setiap hari kerja dan untuk diketahui ditandatangani juga oleh hakim pengawas dan pengamat (Pasal 279 KUHAP). 3. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan semestinya. Hakim tersebut mengadakan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, serta pengaruh timbal balik antara perilaku narapidana dan per: hinaan narapidana oleh lembaga pemasyarakatan. Pengam.n:elap dilaksanakan setelah terpidana selesai menjalani pidananya. Pengawasan dan pengamatan berlaku pula bagi pemidanaan bersyarat (Pasal 280 KUHAP). 4. Atas permintaan hakim pengawas dan pengamat, kepala lembaga pemasyarakatan menyampaikan informasi secara berkala atau sewaktu-waktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada dalam pengamatan hakim tersebut (Pasal 281 KUHAP). 5. Hakim dapat membicarakan dengan kepala lembaga pemasyarakatan tentang cara pembinaan narapidana tertentu. Hasil pengawasan dan pengamatan dilaporkai oici hakım pengawas dan pengamat kepada ketua pengadilan secara beikala (Pasai 282 dan 283 KUHAP).