INDONESIA
pabrik farmasi MEP akibat membuang limbah dan kandungan obat paracetamol
8 November 2021, tepatnya di laut Angke dan laut Ancol. Penelitian yang
dimuat dalam jurnal Science Direct pada Agustus 2021 yang dilakukanoleh
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan
Universitas Brighton, Inggris, serta para ahli lainnya telah menganalisis sampel
air yang telah diambil di Jakarta, tepatnya ada empat lokasi dan satu di pantai
utara Jawa Tengah. Diketahui dari empat titik yang diteliti di Teluk Jakarta, ada
sebesar 610 nanogram per liter dan di Ancol sebesar 420 nanogram per liter
yaitu di Angke. Ini adalah studi pertama yang melaporkan adanya keberadaan
Akibatnya air laut tercemar dan dikhawatirkan biota-biota laut seperti ikan
dapat punah.1 Pesisir adalah wilayah yang sangat penting bagi kehidupan
manusia di bumi. Sebagai wilayah peralihan antara darat dan laut yang
wilayah ini.2
Temuan yang diungkap para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi
yang pernah ditemukan dalam air laut. Temuan paracetamol ini menambah
hijau. Salah satu peneliti dalam studi ini, Dr. Wulan Koagouw, menjelaskan
bahwa kadar paracetamol yang ditemukan di Teluk Jakarta terlalu kecil untuk
mengindikasikan potensi bahaya obat sakit kepala ini bagi biota laut. Penelitian
1
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5802929/akhirnya-terungkap-ini-sumberpencemaran-
paracetamol-di-teluk-jakarta. Selasa 09 November 2021
2
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-58990747
sistem reproduksi kerang biru (Mytilus edulis), pemaparan paracetamol pada
kerang biru itu mengakibatkan terjadinya perubahan pada jaringan gonad atau
reproduksi pada kerang biru, dan juga modulasi dari beberapa transkripsi gen
administratif yang mewajibkan PT MEP untuk menutup saluran outlet IPAL air
Pengawasan Penaatan Sanksi Administratif terhadap pabrik farmasi ini. Jika tak
ada tindak lanjut dari perusahaan, tim akan turun tangan menutup saluran outlet
3
https://news.detik.com/berita/d-5806585/pabrik-sumber-pencemaran-paracetamol-di-teluk-jakarta-
bertambah
B. Upaya Hukum Perlindungan Lingkungan Laut Dalam Hukum Nasional
Indonesia
pahitnya (fiat justitia et pereat mundus: meskipun dunia ini runtuh hukum harus
ketentuan ini menghendaki agar siapa pun (tidak peduli jabatannya) apabila
berdasar sebab-akibat), tetapi karena adanya suatu peraturan yang ada terlebih
4
R. M. Gatot P. Soemartono, S.E., S.H., M.M, 2004, Hukum Lingkungan Indonesia,Sinar Grafika, hal
65-71
kepentingan masyarakat, sehingga jangan sampai terjadi bahwa, karena
hukum dan keadilan dikorbankan, demikian seterusnya. Oleh karena itu dalam
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan Sumber
dan bencana Kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dan Pasal 53,
Laut dan bencana Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
aktivitas di Laut.
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan
diatur dalam BAB VII. Bagian Kesatu tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun.
Sanksi pidana penjara dapat dijatuhkan sesuai Pasal 106 UUPPLH yaitu
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian
unsur kesalahan.
hukum yang tidak semua orang memahaminya dengan baik. Para pencari
pengadilan?
2009 pada BAB XIV Tentang Penyidikan Dan Pembuktian, Bagian Kesatu,
hidup;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan dengan
hidup;
hidup;
f. Melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat
menghentikan penyidikan;
h. Memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat rekaman audio visual;
hukum terpadu antara penyidik pegawai negeri sipil, kepolisian, dan kejaksaan di
tentang hak dan kewajiban menjadi syarat mutlak. Salah satu upaya untuk
mengatasi hal tersebut, antara lain, dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan, pelatihan singkat bagi aparat penegak hukum dan
ilmu lain yang terkait Penegakan hukum dilaksanakan melalui berbagai jalur
pencabutan ijin.
yang berupa ganti kerugian kepada penderita dan biaya pemulihan kepada
(polluter pays principle). Prinsip tersebut merupakan asas yang dianut dan
jalan keluar bagi kasus-kasus pencemaran di negara negara maju yang menjadi
anggota OECD.
Tentang penerapan sanksi perdata tersebut, pertama-tama yang perlu
diatur adalah mengenai tata cara pengaduan oleh penderita. Hal ini penting
sekali diatur, karena dalam banyak hal penderita adalah rakyat biasa yang
kerugian. Dalam tata cara pengaduan ini perlu diatur kepada siapa penderita
dapat melapor, disertai kemungkinan pula untuk minta pihak lain guna melapor
terjadinya pencemaran. Dalam tata cara penelitian ini perlu diatur mengenai tim
yang harus dibentuk untuk tiap-tiap kasus, yang terdiri dari pihak penderita atau
diberikan kepada penderita setelah diteliti tentang bentuk, jenis, dan besarnya
kerugian.
Pembayaran ganti kerugian kepada penderita tidak membebaskan
yang telah rusak atau tercemar kepada negara. dibayar kepada Negara karena
untuk melakuk upaya pemulihan yang telah rusak atau tercemar. Sanksi terakhir
adalah pidana, yang dapat meliputi pidana penjara, kurungan, dan atau denda
pengurus-pengurus lainnya.
perdata, dan sanksi pidana dapat dijatuhkan secara bersama sama (kumulatif).
Beratnya sanksi yang diterima oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam
dinilai terjadi apabila kualitas lingkungan telah turun sampai tingkat tertentu
adalah baku mutu ambien, yaitu kriteria pencemaran lingkungan yang dikaitkan
dengan kondisi lingkungan hidup itu sendiri; dan bukan pada buangan
limbahnya. Dalam kaitan ini, siapa pun dapat membuang limbah dengan
berisiko tinggi.
masalah pembuktian. Dengan kriteria baku mutu ambien tersebut, hal ini akan
limbah industri, limbah pertanian, limbah rumah tangga, dan lain-lain, sehingga
sulit untuk mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab apabila sungainya
telah tercemar.
emisi (limbah yang dikeluarkan), sehingga siapa pun yang membuang limbah
meskipun sumber dayanya (misalnya sungai) belum tercemar. Hal ini tentu
langsung siapa yang telah melanggar ambang batas; di samping itu dapat
lingkungan dapat dibedakan dalam tiga aspek: (i) penegakan hukum lingkungan
and other tools for resolving environmental disputes (proses litigasi dan alat-
5
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Edisi Kedua,
Airlangga University Press, Surabaya, 2000, hal. 208-210. Soerjono Soekanto, Faktor-faktor
yangMempengaruhi Penegakan Hukum, CV Rajawali, Jakarta, 1986, h. 5-51.
6
Siti Sundari Rangkuti, “Penegakan Hukum Lingkungan Administratif di Indonesia”, Pro Justitia,
Tahun XVII, No, 1 Januari 1999, h. 3-4
dengan prinsip pengawasan dan penerapan sanksi administrasi.Pengawasan
tertentu.
toestel”);
izin lingkungan, atau pencabutan izin lingkungan. terhadap badan usaha yang
sanksi ini tidak boleh kurang dari nilai ekonomik yang telah dinikmati pelanggar
7
Siti Sundari Rangkuti, Inovasi Hukum Lingkungan: Dari Ius Constitutum Ke Ius Constituendum,
Airlangga University Press, Surabaya, 1991, h. 8
8
Takdir Rahmadi, Pengaturan Hukum Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun di Indonesia,
Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga, Surabaya, 1998, h. 282-283
Diketemukan beberapa varian sanksi administrasi yang diterapkan oleh
penyegelan, pemanggilan dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa instansi
lingkungan dan ada pula yang lebih menekankan kepada pelaksanaan Amdal.9
hukum lingkungan administratif belum efektif dan berdaya guna sebagai instrumen
9
Siti Sundari Rangkuti et al., Penyusunan Pedoman ... op.cit., h. 110-111. Siti Sundari Rangkuti et al.,
Implementasi UUPLH Tentang Pengawasan dan Sanksi Administrasi Dalam Pengelolaan Lingkungan
di Daerah, Proyek Pendayagunaan Sistem dan Pelaksanaan Pengawasan Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan PPLH Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Jakarta-Surabaya, 2000, h.
50-69.