Anda di halaman 1dari 4

Aktivitas Tambang Pasir Diduga Cemari Sumber Air

Warga Di Pesisir Selatan Kabupaten Kulon Progo,


Yogyakarta
Oleh
Achmad Satrio Mulyo Ridho

23036010043

Teknik Mesin 2023 Paralel A

Abstrak

Pencemaran air merupakan kondisi yang diakibatkan adanya masukan beban


Pencemar atau limbah buangan yang berupai gas, bahan yang terlarut, dan partikulat.
Pencemar yang masuk ke dalam badan perairan dapat dilakukan melalui atmosfer, tanah,
limpasan dari lahan pertanian, limbah domestik, perkotaan, industri, dan lain-lain (Effendi,
2003). Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode hukum- empiris,
menggunakan pendekatan teoritis terhadap fakta dan peraturan perundang-undangan.
Kesimpulan dari permasalahan ini adalah dengan adanya pertambangan pasir yang kurang
akan pengelolahan yang baik akan berdampak terhadap tercemarnya sumber air warga.

I.Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pencemaran Lingkungan adalah hal yang sangat penting untuk di waspadai.Menurut


peraturan pemerintah no. 82/2001 Tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air menyatakan, bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang
memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk
memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama
pembangunan,air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan
hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, untuk melestarikan fungsi air perlu
dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan
memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis.

Fungsi produksi sumberdaya alam menjadi suatu pendorong bagi pertumbuhan


ekonomi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika suatu sumberdaya dilipat gandakan
penggunaannya maka pertumbuhan keluaran atau hasil dapat pula ditingkatkan. Sumberdaya
yang dimaksud adalah yang bersifat heterogen dan kompleks dan sudah dalam bentuk
sumberdaya siap pakai bukan sumberdaya alam yang masih tersimpan di alam. Salah satu
masalah dan kelemahan dalam pengelolaan sumberdaya alam di negara- negara sedang
berkembang termasuk Indonesia adalah usaha-usaha mengejar pertumbuhan ekonomi dengan
cara eksploitasi besar-besaran dari sumberdaya alamnya tanpa memperhatikan dampak
buruknya terhadap lingkungan sekitarnya, seperti Penambangan pasir yang secara terus
menerus dilakukan akibatnya akan terjadi kerusakan suatu ekosistem (Rizqan,2016).

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Dampak Pencemaran sumber air warga yang di sebabkan tambang
pasir.
2. Mengetahui cara pencegahan pencemaran air

II. Analisa Penyebab

2.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum
yuridis empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dalam penelitian hukum yuridis-empiris data
yang utama digunakan adalah data primer yaitu, data yang diperoleh secara langsung dari
sumber utama dilapangan yang berasal dari pengamatan (Soetrisno,1978).
Sifat penelitian ini adalah deskriptif yaitu yang berupaya untuk menggambarkan
secara lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Analisis yang
digunakan adalah dengan cara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif
kualitatif (Kartini Kartono,1986)

2.2 Penyebab Pencemaran Sumber Air Karena Tambang Pasir

Terdapat banyak oknum-okum yang melakukan tambang ilegal di dekat daerah pesisir
selatan dari kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Setiap tambang pasir memiliki minima tiga
unit mesin yang beroprasi. Tambang ilegal yang dilakukan juga berada pada zona merah yang
berarti miliki jarak yang tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu melakukan tambang pasir
dengan jarak kurang dari kilometer dari pantai sehingga akan berdampak buruk terhadap
warga pesisir. Menurut UU Penambangan pasir di laut dilarang dilakukan dilaut sebagaimana
diatur dalam UU 27 tahun 2007 dan direvisi dengan UU 1 tahun 2014, dimana dalam pasal 35
dilarang melakukan penambangan pasir, jika dapat merusak ekosistem perairan. Pasal 35 ayat
1, melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial,
dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan
dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya.

Dalam pelaksanaan Pengusahaan Penambangan pasir laut, Menteri Kelautan dan


Perikanan tanggal 8 Agustus 2002, telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kelautan No.
33 tahun 2002 tentang Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut untuk Kegiatan Pengusahaan Pasir
Laut. Dalam Kepmen pada Bab III dan Pasal 4, ditetapkan ZONA DILARANG melakukan
penambangan pasir adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari Taman Nasional dan Taman Wisata Alam;
2. Kawasan Suaka Alam, terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa;
3. Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, terdiri dari Taman
Laut Daerah, Kawasan Perlindungan bagi Mamalia Laut (Marine Mammals
Sanctuaries), Suaka Perikanan, Daerah migrasi biota laut dan Daerah Perlindungan
Laut, terumbu karang, serta Kawasan pemijahan ikan dan biota laut lainnya;
4. Perairan dengan jarak kurang dari atau sama dengan 2 (dua) mil laut yang diukur dari
garis pantai ke arah perairan kepulauan atau laut lepas pada saat surut terendah;
5. Perairan dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter dan berbatasan
langsung dengan garis pantai, yang diukur dari permukaan air laut pada saat surut
terendah;
6. Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter pada sisi
kiri dan kanan dari instalasi kabel dan pipa bawah laut;
7. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI);
8. zona keselamatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

2.3 Upaya Pencegahan Pencemaran Sumber Air Warga

Menurut Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dijelaskan, bahwa
pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan
masing-masing dalam rangka pengendalian pencemaran pada sumber air berwenang untuk:
Menetapkan daya tampung beban pencemaran, Melakukan inventarisasi dan identifikasi
sumber-sumber pencemar, Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau
sumber air, Memantau kualitas air pada sumbe air, Menetapkan persyaratan air limbah untuk
aplikasi pada tanah, Memantau fasilitas lain yang me- nyebabkan perubahan mutu air
(Bagir,1995).

Melakukan penegakkan hukum secara preventif yaitu dengan memperikan pengertian,


penyuluhan hukum, pembinaan, pemecahan dan diharapkan timbul kesadaran hukum,
ketaatan hukum. Apa bila penegakkan hukum secara preventif tidak berpengaruh terhadap
oknum tambang ilegal maka akan dilakukan penegakkan hukum secara represif yaitu kepada
pelanggar atau penambang ilegal akan di berikan pengusutan dan akan di beri sanksi secara
tegas (Heriamariaty,2020).

III. Kesimpulan

Dampak yang dihasilkan dari penambangan pasir ilegal adalah tercemarnya sumber air
warga yang berdampak pada kualitas air sehingga dapat menyebabkan air tidak dapat
digunakan seperti fungsi awalnya karena tercemar pertambangan. Solusi yang dapat dilakukan
adalah menegakkan hukum bagi oknum selaku pertambangan ilegal, melakukan pelaporan
pada pihak berwajib dan pelaku akan di berikan sanksi yang berat hingga sadar akan hal yang
dilakukan itu berdampak buruk pada lingkungan. Pada dasarnya pelestarian lingkungan
tergantung pada kesadaran individu masing masing.

Daftar Pustaka

Bagir, M. (1995). Aspek Hukum Penguasaan Daerah Atas Bahan Galian. Bandung:
Unpad

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Heriamariaty. (2020). Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Air


Akibat Penambangan Emas.

Kartini Kartono, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni, Bandung

Rizqan, A., dkk. (2016). Status Kualitas Air Sungai Sekitar Kawasan Penambangan
Pasir Di Sungai Batang Alai Desa Wawai Kalimantan Selatan. Kalimantan: EnviroScienteae.

Soetrisno, 1978, Metodologi Research, UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai