23036010043
Abstrak
I.Pendahuluan
1. Untuk mengetahui Dampak Pencemaran sumber air warga yang di sebabkan tambang
pasir.
2. Mengetahui cara pencegahan pencemaran air
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum
yuridis empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dalam penelitian hukum yuridis-empiris data
yang utama digunakan adalah data primer yaitu, data yang diperoleh secara langsung dari
sumber utama dilapangan yang berasal dari pengamatan (Soetrisno,1978).
Sifat penelitian ini adalah deskriptif yaitu yang berupaya untuk menggambarkan
secara lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Analisis yang
digunakan adalah dengan cara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif
kualitatif (Kartini Kartono,1986)
Terdapat banyak oknum-okum yang melakukan tambang ilegal di dekat daerah pesisir
selatan dari kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Setiap tambang pasir memiliki minima tiga
unit mesin yang beroprasi. Tambang ilegal yang dilakukan juga berada pada zona merah yang
berarti miliki jarak yang tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu melakukan tambang pasir
dengan jarak kurang dari kilometer dari pantai sehingga akan berdampak buruk terhadap
warga pesisir. Menurut UU Penambangan pasir di laut dilarang dilakukan dilaut sebagaimana
diatur dalam UU 27 tahun 2007 dan direvisi dengan UU 1 tahun 2014, dimana dalam pasal 35
dilarang melakukan penambangan pasir, jika dapat merusak ekosistem perairan. Pasal 35 ayat
1, melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial,
dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan
dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya.
1. Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari Taman Nasional dan Taman Wisata Alam;
2. Kawasan Suaka Alam, terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa;
3. Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, terdiri dari Taman
Laut Daerah, Kawasan Perlindungan bagi Mamalia Laut (Marine Mammals
Sanctuaries), Suaka Perikanan, Daerah migrasi biota laut dan Daerah Perlindungan
Laut, terumbu karang, serta Kawasan pemijahan ikan dan biota laut lainnya;
4. Perairan dengan jarak kurang dari atau sama dengan 2 (dua) mil laut yang diukur dari
garis pantai ke arah perairan kepulauan atau laut lepas pada saat surut terendah;
5. Perairan dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter dan berbatasan
langsung dengan garis pantai, yang diukur dari permukaan air laut pada saat surut
terendah;
6. Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter pada sisi
kiri dan kanan dari instalasi kabel dan pipa bawah laut;
7. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI);
8. zona keselamatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
Menurut Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dijelaskan, bahwa
pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan
masing-masing dalam rangka pengendalian pencemaran pada sumber air berwenang untuk:
Menetapkan daya tampung beban pencemaran, Melakukan inventarisasi dan identifikasi
sumber-sumber pencemar, Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau
sumber air, Memantau kualitas air pada sumbe air, Menetapkan persyaratan air limbah untuk
aplikasi pada tanah, Memantau fasilitas lain yang me- nyebabkan perubahan mutu air
(Bagir,1995).
III. Kesimpulan
Dampak yang dihasilkan dari penambangan pasir ilegal adalah tercemarnya sumber air
warga yang berdampak pada kualitas air sehingga dapat menyebabkan air tidak dapat
digunakan seperti fungsi awalnya karena tercemar pertambangan. Solusi yang dapat dilakukan
adalah menegakkan hukum bagi oknum selaku pertambangan ilegal, melakukan pelaporan
pada pihak berwajib dan pelaku akan di berikan sanksi yang berat hingga sadar akan hal yang
dilakukan itu berdampak buruk pada lingkungan. Pada dasarnya pelestarian lingkungan
tergantung pada kesadaran individu masing masing.
Daftar Pustaka
Bagir, M. (1995). Aspek Hukum Penguasaan Daerah Atas Bahan Galian. Bandung:
Unpad
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Rizqan, A., dkk. (2016). Status Kualitas Air Sungai Sekitar Kawasan Penambangan
Pasir Di Sungai Batang Alai Desa Wawai Kalimantan Selatan. Kalimantan: EnviroScienteae.