Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TELUK JAKARTA TERHADAP

EKOSISTEM PERAIRAN
DI PANTAI UTARA JAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sumber Daya Lingkungan


TPW 21212

Dosen Pengampuh :
Ir. Agung Sugiri, MPSt
Dra. Bitta Pigawati, MT
Rukuh Setiadi, ST, MEM, PhD

Disusun oleh :

Frida Khairunisa 21040117130051


Rayhan Chansa Chaidir 21040117130089
Khafidha Erning A 21040117130094
Ersan Putro S 21040117140068

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TELUK JAKARTA TERHADAP
EKOSISTEM PERAIRAN
DI PANTAI UTARA JAKARTA
Frida Khairunisa K., Rayhan Chansa C., Khafidha Erning A., dan Ersan Putro S.
21040117130051, 2104011730089, 21040117130094, 21040117140068
Departemen Perencanaan Wilayah Kota,
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRACT
The availability of land is fundamental for every region. this condition is also no
exception for coastal area like Ancol Coastal Area in Northern of Jakarta. As a
evolving economic area, this area is diminished its carrying capacity of land. The
amount land is permanent, while increasing in population can cause reclamation of
Ancol Coastal Area in Northern of Jakarta. This reclamation is expected to push
economic in the area. However, this plan causes contra in community because can
cause damage to the aquatic ecosystem or coastal area.
Keyword : Reclamation, Aquatic Ecosystem, Coastal Area

ABSTRAK
Ketersediaan lahan sangatlah penting bagi setiap daerah. Hal ini juga tidak
terkecuali untuk daerah perairan atau pesisir seperti Pantai Ancol di Utara Jakarta.
Sebagai kawasan perekonomian yang terus berkembang, kawasan ini mulai
berkurang ketersediaan daya dukung lahan. Jumlah lahan yang tetap, sedangkan
meningkatnya jumlah penduduk dapat menyebabkan pembuatan reklamasi
terhadap Pantai Ancol di Utara Jakarta. Reklamasi ini diharapkan mempu
mendorong perekonomian daerah tersebut. Namun rencana ini menimbulkan kontra
di kalangan masyarakat karena dapat menyebabkan rusaknya ekosistem perairan
atau pesisir pantai.
Kata Kunci : Reklamasi, Ekosistem Perairan, Wilayah Pesisir
PENDAHULUAN
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
manfaat sumberdaya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi
dengan cara pengurungan, pengeringan lahan atau drainase (UU 27, 2007). Jakarta
Utara merupakan daerah yang terkenal dengan wilayah pesisir pantainya yang
sekarang biasa disebut Ancol. Daerah tersebut dahulunya merupakan daerah yang
jarang dikunjungi oleh masyarakat, tetapi sekarang berbanding terbalik karena
sekarang Ancol menjadi pusat kegiatan perekonomian seperti menjadi kawasan
industri, wisata, pertokoan, dan permukiman. Kegiatan perekonomian yang terus
berkembang pesat di daerah Ancol, maka akan berdampak juga pada ketersediaan
lapangan pekerjaan.
Peluang lapangan kerja yang tersedia dapat mengakibatkan pada
meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Jumlah penduduk yang
meningkat juga akan mengakibatkan menaiknya permintaan lahan. Luas lahan di
daerah Ancol hanya sebesar 552 hektar dan jumlah lahan yang tersedia luasnya akan
tetap sama, sedangkan jika jumlah penduduk terus meningkat maka permintaan
lahan juga akan meningkat. Kebutuhan lahan merupakan salah satu tantangan bagi
daerah Ancol.
Wilayah Jakarta Utara bukan hanya sebatas daratan saja, tetapi juga
memiliki wilayah perairan atau pesisir yang luas. Wilayah perairan atau pesisir juga
dapat memberikan keuntungan potensi dalam kegiatan perekonomian.
Perkembangan daerah Ancol dapat dilihat dengan semakin banyak obyek wisata
dan penginapan yang berada di sepanjang pantai. Pantai juga menjadi bagian yang
penting bagi para nelayan di daerah tersebut. Tidak hanya dengan meningkatkan
fasilitas pada daerah tersebut tetapi perkembangan pantai juga mengarah pada
perluasan daerah pantai. Reklamasi pantai merupakan salah satu upaya perluasan
pantai untuk memenuhi kebutuhan lahan.
Presiden ke-2 Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden RI
No.51 Tahun 1995 mengenai Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang mana keputusan
tersebut menjadi kebijakan pertama yang mengatur reklamasi di Indonesia.
Reklamasi pantai, merupakan aktivitas pembangunan yang dapat menjadi solusi
terhadap permasalahan tersebut, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif
seperti kerusakan ekosistem perairan atau pesisir pantai. Oleh karena itu sangat
penting untuk mengetahui urgensi dari reklamasi pantai ini dan pandangan
reklamasi pantai dari sudut pandang lingkungan hidup.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dampak reklamasi Teluk Jakarta sangat berkaitan erat dengan penurunan
kualitas ekosistem perairan di sekitarnya. Dampak yang sangat terasa bagi
ekosistem laut adalah rusaknya biota laut. Hal ini terjadi karena reklamasi
mengubah kondisi alam yang sesungguhnya.Reklamasi dengan cara pengurugan
tanah akan menjadi sedimentasi yang akan menyebabkan tingginya laju erosi tanah
dan pada akhirnya dapat membahayakan ekosistem perairan di Teluk Jakarta.
Bahan sedimentasi akan meningkatkan kekeruhan pada air sehingga mengganggu
masuknya cahaya kedalam air dan akan mengganggu pertumbuhan lamun
(seagrass) dan tumbuhan laut yang lain. Selain itu, sedimentasi akan menutupi
tubuh dari biota laut terutama pada bagian sistem pernafasan mereka (insang) yang
akan mengakibatkan biota-biota tersebut akan susah bernafas, dan berakhir mati
lemas. Sedimentasi yang merupakan tanah dari lahan pertanian yang banyak
mengandung Nitrogen dan Fosfat yang cukup tinggi, akan menimbulkan masalah
eutrofikasi. Alga dan Plankton akan meningkat pertumbuhan karenanya sehingga
keduanya akan mengalami blooming yang akan membahayakan bagi jenis ikan dan
kerang.
Pertumbuhan alga dan plankton yang tinggi pula akan mengakibatkan
konsumsi Oksigen menjadi meningkat sehingga akan terjadi anoxia (kekurangan
oksigen) di perairan. Kondisi itu akan menyebabkan kematian pada ikan. Terumbu
Karang yang mengalami kerusakan akan menyebabkan populasi ikan menurun
drastis karena ikan kehilangan tempat tinggal mereka. Perlu setidaknya 100 tahun
untuk memulihkan habitat terumbu karang. Hutan Mangrove juga akan terkena
imbasnya dengan adanya reklamasi. Luas hutan Mangrove di DKI Jakarta sendiri
saat ini hanya tersisa 25 Hektar. Hutan Mangrove merupakan benteng alami Pantai
Utara Jakarta dalam menghadapi abrasi pantai dan akan sangat membahayakan
apabila luasan hutan semakin berkurang.
KESIMPULAN
Reklamasi merupakan salah satu solusi dari permasalahan keterbatasan
lahan yang terjadi di Pantai Utara Jakarta. Sebab, pertumbuhan di Jakarta Utara
semakin lama semakin padat dengan berkembang pesatnya kawaasan
perekonomian terutama di wilayah pesisirnya, yaitu Ancol. Oleh sebab itu,
pemerintah menyetujui solusi tersebut dengan diberlakukannya Keppres RI No. 52
Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya, reklamasi di Teluk Jakarta justru membawa dampak negatif
terhadap ekosistem perairan di Pantai Utara Jakarta karena menyebabkan adanya
kenaikan muka air laut, pencemaran limbah dan sedimentasi, eutrofikasi, serta
mengubah keadaan alam yang sesungguhnya, sehingga terjadi penurunan kualitas
ekosistem perairan di Teluk Jakarta.

REKOMENDASI
1. Pemerintah melakukan rekayasa lingkungan untuk mengurangi dampak
negatif dari adanya reklamasi tersebut.
2. Membuat analisis dampak lingkungan bersifat regional dan terpadu.
3. Pemerintah dan developer membuat perencanaan yang lebih ramah
lingkungan di wilayah reklamasi agar terjaganya lingkungan perairan di
wilayah tersebut.
4. Developer memperhatikan teknik-teknik reklamasi yang benar dan
penggunaan material reklamasi, dalam hal perizinan sebaiknya
berkoordinasi dengan instansi terkait sehingga tidak ada developer yang
melakukan reklamasi tanpa izin dan tidak sesuai dengan Rencana Umum
Tata Ruang Kota (RUTRK).
DAFTAR PUSTAKA
Djainal, Herry. 2018. Reklamasi Pantai dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan
Fisik di Wilayah Kepesisiran Kota Ternate. Dalam jurnal.unissula.ac.id.
Diakses pada Jumat, 01 Juni 2018.
Fadheri. 2017. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Reklamasi Pantai
Utara Jakarta. Dalam repository.umy.ac.id. Diakses pada Jumat, 01 Juni
2018.
Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil. Lembaran Negara
RI Tahun 2007, No. 4739. Sekretariat Negara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai