Anda di halaman 1dari 11

SURVEI PERMASALAHAN YANG TERJADI DI SEKITAR AREA

PANTAI BANGKA JAYA

KELOMPOK 6:

MAULINA ZAKIRA 210110001


FITRA AULIA AZMI 210110032
LENA INDRYANA 210110037
AGHUYRALAWZA BR. GINTING 210110072
YAYUK LESTARI 210110111

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
 Lokasi Survey :

Pantai Bangka Jaya Didaerah keude krueng Geukueh,Kec


Dewantara,Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Termasuk salah satu pantai Landai.

 Identifikasi Masalah:
1. Kemajuan garis Pantai.
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air
laut, dimana posisinya titdak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan
pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Garis pertemuan antara
pantai (daratan) dan air (lautan).secara periodik dalam waktu yang relatif
lama permukaan garis pantai selalu berubah, suatu tinggi muka air
tertentu yang tetap harus dipilih untuk menjelaskan posisi garis pantai.
Pada peta laut, garis pantai yang digunakan adalah muka air tinggi (High
Water Level). Sedangkan untuk acuan kedalaman perairan menggunakan
pengukuran terhadap muka air rendah (Low Water Level) sebagai garis
pantai (Triatmojo, 2012). Garis pantai merupakan batas pertemuan antara
bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Dan
perubahan garis pantai dapat diprediksi dengan membuat model
matematika yang didasarkan pada imbangan sedimen pantai pada daerah
yang ditinjau.Terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh
proses-proses yang terjadi pada daerah sekitar pantai (nearshore process),
dimana pantai selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi
(Kasim dan Salam, 2015).
Kemajuan garis pantai terjadi ketika garis pantai maju ke arah laut,
biasanya disebabkan oleh sedimentasi atau akresi. Sedimentasi terjadi
ketika material seperti pasir dan lumpur terbawa oleh air dan terendapkan
di pantai, sedangkan akresi terjadi ketika material tersebut terbentuk di
pantai. Beberapa daerah di Indonesia mengalami kemajuan garis pantai
yang signifikan, seperti Pulau Karimunjawa yang mengalami kemajuan
garis pantai rata-rata sebesar +1,02 meter per tahun. Perubahan garis
pantai dapat dipantau dan dianalisis menggunakan Digital Shoreline
Analysis System Program. Analisis spasial perubahan garis pantai dapat
dilakukan dengan menggunakan perangkat CoastSat. Data kemajuan garis
pantai dapat dinyatakan dalam jarak yang bernilai positif (+). Upaya-
upaya untuk memanfaatkan kemajuan garis pantai meliputi
pengembangan pariwisata pantai dan pemanfaatan lahan di sekitar pantai.
Akibat fenomena yang terjadi disekitar pantai mengakibatkan fluktuasi
perubahan yang relatif terhadap garis pantai baik dari segi kemiringan,
laju perubahan dan bentuk perubahannya. Garis yang bersifat semu
pergerakannya atau imajiner sangat dipengaruhi perubahan faktor
hidrooseanografi juga (Hegde dan Akshaya, 2015).

2. Pengambilan pasir Pantai

Pengambilan pasir pantai ini bisa dikaitkan dengan peraturan-peraturan


yang berkaitan dengan perusakan lingkungan, misal UU No 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup. Sesuai
defenisi Pasir laut adalah bahan galian pasir yang terletak pada wilayah
perairan Indonesia yang tidak mengandung unsur mineral golongan A
dan/atau golongan B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi
ekonomi pertambangan. Pengusahaan pasir laut adalah kegiatan ekonomi
yang meliputi usaha pertambangan, pengerukan, pengangkutan dan
ekspor pasir laut, pengelolaan tambang pasir dapat memberikan dampak
negatif terhadap ekosistem perairan, diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kekeruhan perairan yang akan memberikan dampak
kepada ekosistem terumbu karang, penetrasi cahaya yang kurang
sehingga ekosistem lamun akan mengalami kerusakan.
2. Akan menurunkan produktivitas nelayan
3. Menyebabkan pola arus dan gelombang berubah
4. akan mengakibatkan abrasi di pantai.
Mengingat dampak yang sangat besar, Presiden Republik Indonesia
melalui Instruksi Presiden (INPRES) No. 2 tahun 2002, tanggal 13 Maet
20102, tentang Pengendalian Penambangan Pasir Laut. Inpres ini segera
ditindaklanjuti dengan Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2002 tanggal
23 Mei 2002 tentang Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan
Pasir Laut yang merupakan pembentukan Tim Pengendali dan pengawas
pengusahaan pasir laut.
Menindaklanjuti Inpres dan SK Presiden tersebut, Menteri Kelautan
dan Perikanan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. NOMOR 01/K-TP4L/VIII/2002 tanggal 1 Agustus 2002,
tentang KETUA TIM PENGENDALI DAN PENGAWAS
PENGUSAHAAN PASIR LAUT yang akan melakukan Pengendalian
dan pengawasan pengusahaan pasir laut meliputi pengendalian dan
pengawasan kegiatan usaha pertambangan, pengerukan, pengangkutan,
perdagangan ekspor, pemanfaatan hasil pengusahaanb pasir laut, dan
pencegahan perusakan laut yang dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan Pengusahaan Penambangan pasir laut, Menteri
Kelautan dan Perikanan tanggal 8 Agustus 2002, telah menerbitkan Surat
Keputusan Menteri Kelautan No. 33 tahun 2002 tentang Zonasi Wilayah
Pesisir dan Laut untuk Kegiatan Pengusahaan Pasir Laut. Dalam Kepmen
pada Bab III dan Pasal 4, ditetapkan ZONA DILARANG melakukan
penambangan pasir adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari Taman Nasional dan Taman
Wisata Alam;
2. Kawasan Suaka Alam, terdiri dari Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa;
3. Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil,
terdiri dari Taman Laut Daerah, Kawasan Perlindungan bagi
Mamalia Laut (Marine Mammals Sanctuaries), Suaka Perikanan,
Daerah migrasi biota laut dan Daerah Perlindungan Laut, terumbu
karang, serta kawasan pemijahan ikan dan biota laut lainnya;
4. perairan dengan jarak kurang dari atau sama dengan 2 (dua) mil
laut yang diukur dari garis pantai ke arah perairan kepulauan atau
laut lepas pada saat surut terendah;
5. perairan dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter
dan berbatasan langsung dengan garis pantai, yang diukur dari
permukaan air laut pada saat surut terendah;
6. instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar
500 meter pada sisi kiri dan kanan dari instalasi kabel dan pipa
bawah laut;
7. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI);
8. zona keselamatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
Penambangan pasir di laut dilarang dilakukan dilaut sebagaimana
diatur dalam UU 27 tahun 2007 dan direvisi dengan UU 1 tahun 2014,
dimana dalam pasal 35 dilarang melakukan penambangan pasir, jika
dapat merusak ekosistem perairan. Pasal 35 ayat 1, melakukan
penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis,
sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau
pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dirjen Pengawasan
Sumberdaya Kelautan, telah ditetapkan Petujuk Teknis Pengawasan
Pengusahaan Pasir Laut, No. 57 tahun 2011.
3. Banyaknya sampah-sampah yang berada disekitar Pantai
Sampah yang terdapat di Indonesia bukan hanya di darat saja,
melainkan di wilayah laut yang merupakan daerah perairan yang luasnya
dua pertiga dari luas negara Indonesia. bisa dibayangkan apabila laut
yang bagus harus tercemar oleh sampah plastik. Sampah-sampah yang
terdapat di di pantai tersebut disebabkan oleh pembuangan sampah yang
sembarangan dari sisa-sisa tempat makanan dan minuman. Sampah
plastik yang sulit terurai yang mengakibatkan pencemaran air laut.
Sayang sekali jika ekosistem yang ada di laut harus terganggu akan
adanya sampah yang berserakan di laut.
Tercatat menurut liputan6.com, pada awal tahun 2021,
permasalahan sampah terjadi di kawasan Pantai Kuta yang ada di Bali.
Sebanyak 30 ton sampah diangkut dari kawasan pantai Kuta dalam
kegiatan bersih-berish pantai yang dihadiri oleh personel TNI dan Polri,
anggota Pramuka , aparat instansi pemerintah dan masyaraka lokal
Badung. Hal ini merupakan ancaman bagi kita semua bahwa kesadaran
akan membuang sampah pada tempatnya masih sangat rendah dilakangan
wisatawan pantai Kuta, Bali.
Sampah plastik yang berserakan juga berdampak buruk terhadap
air, tanah, laut bahkan udara. Hal ini dkarenakan bahan baku dari plastik
itu sendiri yang terbuat dari poluchlorinated biphenyl (PCB) hal ini
menyerupai struktur yang mirip dari DDT dan kantong plastik tersebut
sangat sulit untuk terurai oleh tanah yang membutuhkan waktu antara
100 sampai 500 tahun lamanya. (dlh.bulelengkab.go.id)
Pantai tidak digunakan hanya untuk melihat pemandangan saja.
Namun digunakan untuk berenang, berselancar, melakukan aktifitas
ekonomi untuk masyarakat pesisir pantai dan lain sebagainya. Apabila
hal tersebut dibarengi dengan adanya sampah yang berserakan di pantai.
Maka sektor ekonomi di daerah tersebut akan menurun. Banyak ikan-
ikan yang pada pergi dari wilayah tercemar sampah plastik bahkan
sampai ika tersebut mati. Dari sektor pariwisata juga akan berdampak
buruk bagi wisatawan yang aan berkunjung apabila kawasan yang akan
dikunjungi terlihat buruk.
Dikutip dari mongbay.co.id, Seorang peneliti lingkungan
mengatakan bahwa mengangkat sampah-sampah yang terdapat di laut
merupakan suatu yang mustahil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
di bawah ini:
1. Laut yang luas
Tidak bisa dipungkiri luas bumi ini yang mendominasi adalah
perairan. Laut yang terdapat di dunia ini saling terhubung dan airnya
tidak akan diam, selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut
jika terdapat sampah dilaut maka sampah tersebut juga ikut bergeser
mengikuti arus air. Apalagi jika terdapat ombak yang besar. Hal ini
yang menyebabkan sulitnya mengangkat sampah dari laut.
2. Pengelolaan sampah masih di bibir pantai
Pembersihan sampah di pantai sudah banyak hal yang dilakukan,
namun kemampuan dari manusia tidak dapat mengelola sampah
tersebut jika sampah-sampah tersebut berada di lautan. Hal ini
menjadi kesulitan tersendiri. Bahkan hampur tidak ada ahli spesialis
khusus yang dapat menangani hal ini. Oleh karena itu, pemberisihan
sampah hanya terbatas di wilayah pantai saja.
3. Beragam jenis sampah plastik yang terdapat di laut
Sampah plastik yang beredar di lautan tidak hanya satu jenis saja,
terdapat beragam jenis mulai dari botol plastik, kantong plastik, sikat
gigi dan lain-lain. Masing-masing dari sampah tersebut mempunyai
ukuran yang berbeda, berat yang berbeda, bahan baku yang berbeda
sehingga daya apung yang dimiliki oleh barang tersebut juga berbeda-
beda. Hal ini membahayakan bagi organisme yang terdapat di bawah
laut. Tidak hanya itu, hal ini juga mengakibatkan sampah-sampah
yang tidak terapung yang justru mencemari langsung ekosistem
dibawah laut.
Apabila sampah-sampah tersebut masih saja menyuplai daerah
lautan. Maka dampaknya akan semakin memburuk. Untuk itu, segala
upaya harus dilakukan agar terciptanya lingkungan yang bersih.
Untuk itu, berbagai upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi
pembuangan sampah yang berserakan di pantai sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik
Hal ini menjadi tugas bagi kita semuauntuk memberikan edukasi
terhadap seluruh masyarakat terkait bahaya sampah plastik. Seperti
mengadakan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah. Hal ini
menjadi penting karena yang melakukan aktivitas dan mempoduksi
sampah adalah manusia itu sendiri.
2. Menyediakan tempat sampah yang mudah dijangkau di kawasan
pantai
Hal yang menyebabkan seseorang membuang sampah sembarangan
adalah keberadaan tempat sampah yang jauh. Oleh karena itu, Tempat
sampah yang banyak disekitar kawasan pantai memudahkan
wisatawan untuk memulai hidup bersih dengan membuang sampah ke
tempat yang benar. Dengan adanya tempat sampah yang mudah
dijangkau oleh wisatawan, maka wisatawan tidak merasa malas untuk
membuang sampah di tempatnya.
3. Memberikan teguran terhadap masyarakat yang membuang sampah
sembarangan di Pantai
Ketika dua poin di atas sudah dilakukan dan masih terdapat oknum
yang masih membuang sampah sembarangan, hal ini merupakan
tindak yang tidak baik. Oleh sebab itu, teguran dilakukan agar
meminimalisit terjadinya peningkatan jumlah sampah yang
berserakan di pantai.
4. Mengelola sampah dengan maksimal
Pengelolaan sampah yang baik membawa dampak yang baik juga
terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, bagi wisatawan, pengelola resto
dan pihak-pihak yang melakukan aktifitas di dekitar pantai, maka
diharapkan untuk mengelola sampahnya dengan baik untuk
lingkungan yang bersih dan sehat.

4. Pembuangan Limbah Pabrik Ke pantai.


Pasal 104 UU PPLH: Setiap orang yang melakukan dumping
limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah).
Wilayah laut merupakan kawasan yang mudah sekali tercemar.
Pencemaran yang terjadi di lautan ini disebabkan oleh buangan limbah
yang berasal dari darat seperti limbah industri, limbah pertanian maupun
dari limbah rumah tangga. Salah satu limbah yang menyebabkan
pencemaran laut yang sekarang ini menjadi perhatian dari masyarakat
adalah limbah plastik dari industri, pertanian maupun rumah tangga.
Menurut Churchill terdapat empat sumber utama pencemaran laut.
Sumber yang pertama berasal dari aktivitas perkapalan yang ada di laut,
pada saat melaut seringkali ditemukan nelayan yang membuang jaring
yang telah rusak ke dalam laut dan bukannya membawa kembali di darat.
Yang kedua adalah pembuangan sampah maupun limbah yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar maupun industri secara langsung ke laut maupun
ke aliran sungai. Yang ketiga adalah kegiatan di dasar laut dan yang
terakhir adalah kegiatan di darat dan udara seperti kegiatan pariwisata.

Gambar pembuangan limbah pabrik

 Hasil Wawancara
Pantai bangka jaya pada tahun 2007 kondisi air laut tidak seperti
pada tahun 2023 yang mana pada saat ini air laut sudah mengalami Abrasi
( pemunduran ). Sebelum mengalami kemunduran disekitaran pantai
Bangka Jaya tidak adanya permukiman penduduk/pondok. Namun setelah
terjadinya kemunduran barulah dibangun rumah-rumah atau pondok untuk
tempat rekreasi wisata.
Ada beberapa oknum penduduk disekitaran pantai Bangka Jaya
yang mengambil sedikit dari pasir pantai untuk membangun rurmah-
rumah penduduk yang berada disekitaran pantai tersebut. Namun pasir
pantai tersebut tidak untuk diperjual belikan hanya untuk keperluan
penduduk saja.
Banyaknya terdapat sampah disekitaran pantai baik itu sampah
plastic sampah kayu-kayu kering yang dibawak arus maupun sampah
sampah bekas batok kelapa yang banyak didapat desekitaran pondok
sekitaran pantai. Sesekali hanya pemilik pondok saja yang membersihkan
sampah-sampah.
PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) pernah mengalami Kebocoran
Amonia yang berakibatkan sekitar seratus warga terpapar gas ke udara
yang mengakibatkan terjadinya pusing dan mual-mual. Mereka dibawa ke
RS Arun dan PIM, 19 di antaranya harus dirawat intensif di arun.
Sementara yang lainnya diizinkan pulang dokter. Selain itu limbah dari
pabrik itu sendiripun dibuangnya kelaut.untuk solusi dari limbah itu
sendiri belum ada penanganan hanya obat obatan saja yang dibagikan dari
PIM.

 Saran
Jalan menuju ke pantai Bangka Jaya terbilang kurang bagus dan warga
setempat menghimbau kepada pemerintah untuk memperbaiki bagian jalan
yang rusak supaya tempat rekreasi jadi lebih berkembang dan
memperbaiki ekonomi warga setempat. Harusnya warga sekitar lebih
memperhatikan sampah dengan lebih memberikan larangan kepada
pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarang seperti, membuat
plampet-plampet larangan membuang sampah sembarang atau
menyediakan tempat-tempat sampah khusur organic maupun non-organik.
Untuk pihak terkait yang membuang limbah sembarang untuk lebih
memperhatikan tempat pembuangan limbah agar tidak berdampak
kelingkungan sekitar maupun masyarakat untuk menghindari terjadinya
pembocoran amoniak seperti kejadian yang terjadi pada tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai