KELOMPOK 6:
Identifikasi Masalah:
1. Kemajuan garis Pantai.
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air
laut, dimana posisinya titdak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan
pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Garis pertemuan antara
pantai (daratan) dan air (lautan).secara periodik dalam waktu yang relatif
lama permukaan garis pantai selalu berubah, suatu tinggi muka air
tertentu yang tetap harus dipilih untuk menjelaskan posisi garis pantai.
Pada peta laut, garis pantai yang digunakan adalah muka air tinggi (High
Water Level). Sedangkan untuk acuan kedalaman perairan menggunakan
pengukuran terhadap muka air rendah (Low Water Level) sebagai garis
pantai (Triatmojo, 2012). Garis pantai merupakan batas pertemuan antara
bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Dan
perubahan garis pantai dapat diprediksi dengan membuat model
matematika yang didasarkan pada imbangan sedimen pantai pada daerah
yang ditinjau.Terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh
proses-proses yang terjadi pada daerah sekitar pantai (nearshore process),
dimana pantai selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi
(Kasim dan Salam, 2015).
Kemajuan garis pantai terjadi ketika garis pantai maju ke arah laut,
biasanya disebabkan oleh sedimentasi atau akresi. Sedimentasi terjadi
ketika material seperti pasir dan lumpur terbawa oleh air dan terendapkan
di pantai, sedangkan akresi terjadi ketika material tersebut terbentuk di
pantai. Beberapa daerah di Indonesia mengalami kemajuan garis pantai
yang signifikan, seperti Pulau Karimunjawa yang mengalami kemajuan
garis pantai rata-rata sebesar +1,02 meter per tahun. Perubahan garis
pantai dapat dipantau dan dianalisis menggunakan Digital Shoreline
Analysis System Program. Analisis spasial perubahan garis pantai dapat
dilakukan dengan menggunakan perangkat CoastSat. Data kemajuan garis
pantai dapat dinyatakan dalam jarak yang bernilai positif (+). Upaya-
upaya untuk memanfaatkan kemajuan garis pantai meliputi
pengembangan pariwisata pantai dan pemanfaatan lahan di sekitar pantai.
Akibat fenomena yang terjadi disekitar pantai mengakibatkan fluktuasi
perubahan yang relatif terhadap garis pantai baik dari segi kemiringan,
laju perubahan dan bentuk perubahannya. Garis yang bersifat semu
pergerakannya atau imajiner sangat dipengaruhi perubahan faktor
hidrooseanografi juga (Hegde dan Akshaya, 2015).
Hasil Wawancara
Pantai bangka jaya pada tahun 2007 kondisi air laut tidak seperti
pada tahun 2023 yang mana pada saat ini air laut sudah mengalami Abrasi
( pemunduran ). Sebelum mengalami kemunduran disekitaran pantai
Bangka Jaya tidak adanya permukiman penduduk/pondok. Namun setelah
terjadinya kemunduran barulah dibangun rumah-rumah atau pondok untuk
tempat rekreasi wisata.
Ada beberapa oknum penduduk disekitaran pantai Bangka Jaya
yang mengambil sedikit dari pasir pantai untuk membangun rurmah-
rumah penduduk yang berada disekitaran pantai tersebut. Namun pasir
pantai tersebut tidak untuk diperjual belikan hanya untuk keperluan
penduduk saja.
Banyaknya terdapat sampah disekitaran pantai baik itu sampah
plastic sampah kayu-kayu kering yang dibawak arus maupun sampah
sampah bekas batok kelapa yang banyak didapat desekitaran pondok
sekitaran pantai. Sesekali hanya pemilik pondok saja yang membersihkan
sampah-sampah.
PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) pernah mengalami Kebocoran
Amonia yang berakibatkan sekitar seratus warga terpapar gas ke udara
yang mengakibatkan terjadinya pusing dan mual-mual. Mereka dibawa ke
RS Arun dan PIM, 19 di antaranya harus dirawat intensif di arun.
Sementara yang lainnya diizinkan pulang dokter. Selain itu limbah dari
pabrik itu sendiripun dibuangnya kelaut.untuk solusi dari limbah itu
sendiri belum ada penanganan hanya obat obatan saja yang dibagikan dari
PIM.
Saran
Jalan menuju ke pantai Bangka Jaya terbilang kurang bagus dan warga
setempat menghimbau kepada pemerintah untuk memperbaiki bagian jalan
yang rusak supaya tempat rekreasi jadi lebih berkembang dan
memperbaiki ekonomi warga setempat. Harusnya warga sekitar lebih
memperhatikan sampah dengan lebih memberikan larangan kepada
pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarang seperti, membuat
plampet-plampet larangan membuang sampah sembarang atau
menyediakan tempat-tempat sampah khusur organic maupun non-organik.
Untuk pihak terkait yang membuang limbah sembarang untuk lebih
memperhatikan tempat pembuangan limbah agar tidak berdampak
kelingkungan sekitar maupun masyarakat untuk menghindari terjadinya
pembocoran amoniak seperti kejadian yang terjadi pada tahun 2016.