Anda di halaman 1dari 12

Praktikum

GEOGRAFI PANTAI DAN PESISIR

Di Desa Labuan Bajo, Kec Banawa, Kab Donggala


Tanggal 30 Bulan Maret Tahun 2019

Oleh:
NAMA : MEGAWATI
STAMBUK : A 351 15 049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
ABSTRAK

Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah memiliki wilayah pedesaan

yang cukup luas dengan karakteristik pegunungan, daratan dan pesisir pantai. Salah 

satu  desa di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut

terendah (Bambang Triatmojo, “Teknik Pantai”). Garis pantai adalah garis batas

pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berubah

sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Rumput laut satu

ekosistem berkembang dengan baik selain itu masyarakat setempat mengunakan atau

memanfaatka sebagai areal pantai sebagai pariwisata. Dan pada titik yang kedua kami

mendapatkan hasilnya denga ukuran material lumpur dan bongkahan batu dan juga

ekosistemnya terumbu karang klw tuimbuhan lain tidak bisa hidup terlalu lama di

daerah itu seperti rumput laut mengapa karena pantainya suda tercemar sudah oleh

sampah baik organik maupun non organanik dengan pemaanfatan pantai sebagai

perdagangan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Wisata Tanjung Karang terletak di Desa Tanjung Karang, Kelurahan

Labuan Bajo, Kecamatan Benawa, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah memiliki wilayah pedesaan

yang cukup luas dengan karakteristik pegunungan, daratan dan pesisir pantai. Salah 

satu  desa di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut

terendah (Bambang Triatmojo, “Teknik Pantai”). Garis pantai adalah garis batas

pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berubah

sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Perubahan garis

pantai disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia. Faktor alam diantaranya

gelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai, kondisi tumbuhan pantai serta

aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan faktor manusia antara lain pembangunan

pelabuhan dan fasilitas-fasilitasnya (misalnya breakwater), pertambangan,

pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan, perlindungan pantai serta

reklamasi pantai.
1.2 Masalah

Masalah yang di hadapi oloh masyarakat di tanjung karang kebupaten donggala

dipingir pantainya adalah adanya sampa plastik dan daun daunan yang berhamburan

dan abrasi pantai di sebagian areal pantai.

1.3 Metode
Adapun metode penelitian yang kami lakukan yaitu metode obserfasi di daerah

tanjung karang kelurahan Labuan bajo


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hasil dan Pembahasan

Desa wisata tanjung karang terletak di kelurahan bajo kecamatan banawa .Di

pantai tanjung kara ng kami meneliti sebanyak dua titik yaitu :

1.titik Satu

Titik satu berada pada titik kordinat 00 o38’40’9”, 119’58’’9,dan data yang kita

dapatkan yaitu

a) Bentuk garis pantai : clif, tidak teratur

b) Relereng pantai yaitu : 26, 55

c) Bentuk lahan yaitu :

d) Lereng pantai : 43,47 %

e) Topografi pantai : wicing, berbukit

f) Ukuran material gisik : bongkahan

g) Lebar gisik : 5-25

h) Relif pantai : -

i) Pemanfaatan ruang : parawisata

j) Jenis ekosistem pasisir : terumbuh karang dan padang lamun

k) Kerapatan magrove : rapat

l) Kondisi magrove : baik

m) Kecepatan padang lamun: sedang

n) Kondisi pantai pesisir : sedang


o) Kondisi air : < 100 cm (sedang)

p) Pengunaan lahan tambak : tidak ada

q) Pertanian : karang

r) Senabilitas magrove : tidak ada

2. titik dua ( tanjung korana )

Dengan titik kordinat yaitu : 00o45’28’’43,28,8” dengan hasil yang kita dapatkan

pada titik kedua dan satu hampit memiliki kesamaan dengan hasil yaitu :

a) Bentuk garis pantai : teluk/bays

b) Lereng pantai : -

c) Tofografi pantai : datar

d) Bentuk pantai : datar

e) Bentuk lereng : rata

f) Ukuran material gisik : lumpur

g) Lereng gisik : -

h) Relif : -

i) Pemenfaat ruang : konservasi

j) Jenis ekosistem : magrove, padang lamun

k) Kerapatan magrove : rapat

l) Kondisi magrove : baik

m) Kualitas air : < 100 cm ( rendah )

n) Rehabilitas magrove : baik


Menurut Nontji (2002), wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara

daratan dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh

sifat sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan ke arah

laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di

darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh

kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 27

tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut

yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir adalah daerah

pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian

daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut

seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut

wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses

alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang

disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan

pencemaran (Carlos, 2011)..

Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir mempunyai

dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan

batas yang tegak lurus garis pantai (cross shore). Untuk kepentingan pengelolaan,

batas ke arah darat suatu wilayah pesisir ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah

perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone)

atau pengelolaan keseharian (day to day management). Batas wilayah perencanaan

sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan dimana terdapat kegiatan manusia


(pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan

dan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas wilayah perencanaan

lebih luas dari wilayah pengaturan. sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup

bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan

seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan

manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Aqilah, 2011).

Menurut Atmaja (2010) karakteristik khusus dari wilayah pesisir antara lain:
a. Suatu wilayah yang dinamis yaitu seringkali terjadi perubahan sifat biologis,
kimiawi, dan geologis.
b. Mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayatinya dengan produktivitas yang
tinggi yang memberikan tempat hidup penting buat beberapa jenis biota laut.
c. Adanya terumbu karang, hutan bakau, pantai dan bukit pasir sebagai suatu sistem
yang akan sangat berguna secara alami untuk menahan atau menangkal badai, banjir
dan erosi..
Disamping itu, sumberdaya pesisir dan lautan juga potensial untuk
pengembangan berbagai sektor ekonomi seperti pariwisata, industri perikanan,
perhubungan dan sebagainya (Kordi, 2012). digunakan untuk mengatasi akibat-
akibat dari pencemaran, khususnya yang berasal dari darat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil yang kami dapatkan dari penelitian lapangan di kelurahan Labuan

bajo kabupaten donggala yang bertepatan di pantai tanjung karang dengan dua titik

masing mengalami perubahan yang terjadi disekitar pantai pada titik pertama dgn titik

kordinat 00o38’40’, 119’45’’8.dengan keadaan pantai yang masih memiliki berbagi

makhluk hidup seperti rumput laut. Rumput laut satu ekosistem berkembang dengan

baik selain itu masyarakat setempat mengunakan atau memanfaatka sebagai areal

pantai sebagai pariwisata. Dan pada titik yang kedua kami mendapatkan hasilnya

denga ukuran material lumpur dan juga ekosistemnya Tumbuhan Magrove.


KAJIAN PUSTAKA.

Nontji (2002), wilayah pesisir , Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 27 tahun


2007, (Carlos, 2011), (Aqilah, 2011), Atmaja (2010) karakteristik khusus dari
wilayah pesisir.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai