Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm.

45-55, Juni 2017

ANALISA PERUBAHAN BATIMERI DI PERAIRAN KABUPATEN SERANG


AKIBAT PENAMBANGAN PASIR LAUT

BATHYMETRY CHANGES ANALYSIS IN SERANG DISTRICT WATERS CAUSED BY


SEABED SAND EXPLOITATION

Guntur Adhi Rahmawan1*, Semeidi Husrin1, dan Joko Prihantono2


1
Peneliti pada Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP, KKP
*E-mail: Guntura06@gmail.com
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, KKP

ABSTRACT
Morphological changes. i.e. shoreline change and bathymetry change of Serang District were
significantly influence by natural factors as well as human activities of sand mining (seabed sand
exploitation). Bathymetric data were obtained through direct bathymetry measurements using Single-
Beam Echosounder (Echotrac CVM Teledyne Odom Hydrographic) and GPS- Real Time Kinematic
(RTK) as well as through secondary data from digitization data of DISHIDROS and LPI BIG. The data
obtained is then processed to obtain the volume of moved bed sediment using 2 different topography
overlays, from the bathymetry analysis result, we obtained the volume of natural sediment transported
is 95,800 m3 with the value of average thickness is 0.036 m. therefore, the volume which is caused by
human factors (sand mining activities during 2003-2013) is 5,578,470 m3 with the sand mining area
extents of 261.9 Ha. Resulting the small basin with 2.13 m depth.

Keywords: bathymetry, lontar village, morphology, sand mining, coastal zone

ABSTRAK
Perubahan morfologi di Perairan Kabupaten Serang dipengaruhi oleh faktor alam yang menyebabkan
terjadinya perubahan garis pantai, serta faktor aktifitas manusia dalam mengeksploitasi pasir laut
(eksploitasi pasir dasar perairan). Data batimetri didapatkan dari pengukuran langsung dengan
menggunakan Single-Beam Echosunder (Echotrac CVM Teledyne Odom Hydrographic) dengan GPS-
Real Time Kinematic (RTK), dan data sekunder diperoleh dengan mendigitasi peta DISHIDROS dan
LPI BIG. Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan volume sedimen yang ter-transpor
dengan menumpang susunkan (overlay) 2 topografi perairan yang berbeda. Dari pengolahan data
batimetri tersebut didapatkan sedimen yang berasal dari faktor alami dengan volume sebesar 95.800 m3
dan ketinggian rata-rata 0,036 meter. Volume yang didapatkan dari faktor manusia (penambangan pasir
semenjak kurun waktu tahun 2003-2013) sebesar 5.578.470 m3 dengan luasan area penambangan pasir
261,9 Ha, sehingga menimbulkan cekungan sedalam 2,13 m.

Kata kunci: batimetri, desa lontar, morfologi, penambangan pasir, wilayah pesisir

I. PENDAHULUAN kondisi yang menggambarkan keadaan mudah


terkena (susceptibility) dari suatu sistem alami
Wilayah pesisir merupakan tempat serta keadaan sosial pantai (manusia,
pemusatan berbagai kegiatan, seperti pe- kelompok atau komunitas) terhadap bencana
mukiman, pertambakan, rekreasi dan sarana pantai. Perubahan garis pantai dan sedimen-
perhubungan (Satriadi, 2012). Banyak potensi tasi disebabkan oleh faktor alam dan/atau
kekayaan alam yang melimpah dan me- faktor manusia. Faktor alam diantaranya
merlukan perhatian serius dalam upaya pe- gelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi
manfaatan, agar dapat dimanfaatkan secara sungai, kondisi tumbuhan pantai serta
optimal. Menurut Kaiser dalam Wahyudi aktivitas tektonik dan vulkanik. Faktor
(2009), kerentanan pantai adalah suatu manusia antara lain pembangunan pelabuhan

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB


@ ISOI dan HAPPI 45
Analisa Perubahan Batimeri di Perairan Kabupaten Serang Akibat . . .

dan fasilitas-fasilitasnya (misalnya break- Berdasarkan sedikit uraian diatas


water), pertambangan, pengerukan, perusakan maka perubahan batimetri, khususnya di
vegetasi pantai, pertambakan, perlindungan perairan Desa Lontar, perlu ditelaah secara
pantai serta reklamasi pantai. lebih lanjut agar dapat diketahui bagaimana
Pemanfaatan lahan oleh masyarakat perubahan bentuk batimeri yang terjadi di
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan lokasi tersebut akibat penambangan pasir
ekonomi di wilayah hulu pesisir Teluk Banten yang dilakukan lebih dari 10 tahun (2003-
dan daerah sekitarnya sudah dimulai sejak 2013). Salah satu perubahan bentuk batimetri
lama. Alih fungsi mangrove menjadi daerah adalah pendangkalan yang disebabkan oleh
pertambakan sebagian dibuat di daratan pengangkutan dan penumpukan sedimen
pesisir dengan mengkonversi lahan (Jumarang et al., 2012). Penambangan pasir
mangrove, dan sebagian lainnya di lahan non- laut dimulai sejak tahun 2003 setelah
mangrove dekat pantai (Setyawan, 2010). dikeluarkannya ijin Bupati Kabupaten Serang
Akibat dari kesalahan pemanfaatan kawasan yaitu Perda No. 540/Kep.68/Huk/2003 dan
tersebut adalah besarnya sedimentasi di diganti dengan Perda Kabupaten Serang
sekitar wilayah perairan pantai. Menurut No.2/2003 tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pattipeilohy (2014), pengendapan sedimen Pesisir dan Pulau Kecil Kabupaten Serang
sangat mempengaruhi kehidupan ekosistem tahun 2013-2033 (Gambar 1).
mangrove. Selain itu erosi di wilayah pesisir Kajian dimulai dengan menganalisis
terjadi karena gempuran gelombang dan arus perubahan batimetri di kawasan antara Muara
yang begitu kuat. Pontang dan Delta Ciujung. Erosi dan akresi
Sedimen yang berukuran besar (misal- di sekitar lokasi ini cukup tinggi, yang
nya: pasir kasar dan kerikil) cenderung re- disebabkan oleh faktor alam maupun campur
sisten terhadap gerakan arus dan terangkut tangan manusia. Selanjutnya dilakukan kegi-
dengan kontak yang kontinu (menggelinding, atan analisis perubahan batimetri di dekat
meluncur atau melompat-lompat) dengan tambang pasir laut di perairan Desa Lontar
dasar perairan (Poerbandono dan Djunarsjah, yang dilakukan antara tahun 2003-2013.
2005 dalam Satriadi, 2012) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengiden-
Aktifitas penambangan pasir laut di tifikasi karakteristik perubahan batimetri
perairan Desa Lontar telah dimulai secara akibat penambangan pasir laut di Utara pantai
legal sejak tahun 2003 dan berhenti sementara Desa Lontar.
tahun 2013. Aktifitas penambangan pasir laut
sudah dilakukan lebih dari 10 tahun, sehingga II. METODOLOGI PENELITIAN
mempengaruhi morfologi di sekitar perairan
tersebut dan juga cukup mempengaruhi Delta Secara umum data yang digunakan
Ciujung dan merupakan bukti terjadinya ak- adalah data primer dan sekunder. Data primer
resi dengan munculnya delta baru (Setyawan, didapatkan dari hasil pengukuran batimetri
2003). lapangan pada bulan Desember 2014 dengan
Penambangan pasir laut juga dapat luas areal 70,89 km2. Data sekunder yang
mempengaruhi daratan pesisir Desa Lontar digunakan adalah peta Dishidros lembar 78
melalui adanya perubahan parameter oseano- tahun 1886, dan Peta Batimetri Lingkungan
grafi, khususnya arah arus, sehingga dapat Perairan Indonesia (LPI) tahun 1991. Data
juga menyebabkan abrasi di Desa Lontar batimetri tersebut kemudian didigitasi dan
(Kusumawati, 2008). Dampak dari penam- dikoreksi terhadap MSL (Mean Sea Level)
bangan pasir laut telah banyak dibahas dalam sejauh 6 dm dari surut terendah (LLWL).
beberapa publikasi, diantaranya penambangan Wilayah penelitian berada pada posisi
pasir laut di Banten (Husrin dan Prihantono, 5°54’09,21” LS -5º57’27,03” LS dan 106°
2014). 14’35” BT-106º22’48” BT.

46 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Rahmawan et al.

Gambar 1. Rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten.

Gambar 2. Lokasi penelitian di perairan pesisir Kabupaten Serang.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 47
Analisa Perubahan Batimeri di Perairan Kabupaten Serang Akibat . . .

Pengukuran batimetri difokuskan pada menggunakan tide master yang dipasang


areal penambangan pasir laut lepas pantai di selama 29 piantan yang dilakukan pada bulan
Desa Lontar. Alat yang digunakan untuk Desember 2014. Data kedalaman yang sudah
survei batimetri adalah single-Beam Echo- dikoreksi lalu ditransfer ke perangkat lunak
sunder (Echotrac CVM Teledyne Odom (software) dalam penyajian kontur batimetri
Hydrographic) dengan GPS- Real Time Kine- tiga dimensi (3D) menggunakan Surfer 10.1.
matic (RTK) dari Trimble untuk mengetahui dengan penggunaan metode kriging yang
posisi koordinat, dengan pengukuran yang dapat difungsikan sebagai interpolator yang
dilakukan menggunakan metode absolute eksak atau juga dapat digunakan sebagai
positioning GPS. Data tersebut kemudian di- penghalus bergantung pada parameter yang
koreksi terhadap draft tranducer dan koreksi digunakan (Rawley et al., 2003), sedangkan
pasang surut dari software HydroPRONav- untuk keperluan analisis horizontal dibuat
Edit. potongan secara melintang dengan penentuan
Input data pada pasang surut Hydro- jarak interval 500 meter pada tiap potongan
proNavEdit didapatkan dari pengukuran pasut (Gambar 4).

Gambar 3. Track lokasi survei batimetri.

Gambar 4. Pembagian profil horizontal.

48 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Rahmawan et al.

Perbandingan perubahan batimetri pengukuran batimetri tahun 2014.


dianalisis dari rentang waktu tertentu karena Perbedaan profil dasar laut meng-
proses yang dipengaruhi oleh alam maupun indikasikan bahwa selama kurun waktu
perubahan yang disebabkan oleh campur tersebut telah terjadi perubahan yang sig-
tangan manusia akibat penambangan pasir nifikan yang disebabkan oleh penambangan
laut yang dilakukan selama ini. Untuk pasir laut (Gambar 7). Dari hasil analisa
mendapatkan hasil perhitungan volume yang volume terdapat pengurangan sedimen seluas
telah dimanfaatkan maka digunakan metode 261,9 Ha dengan volume 5.578.470 m3 dan
perhitungan dengan potongan lintang rata-rata dapat ditemukan pada kedalaman 11,8 m,
(Takasaki, 1992): dengan rata-rata per bulan pemanfaatan pasir
pantai sebesar 38.739,375 m3. Sementara
𝐴1+𝐴2 wilayah konsesi eksploitasi yang telah
V=( ) ......................................... (1)
2 disepakati adalah seluas 31.508,7 Ha dengan
dimana, V = Volume; A1, A2 = Luas; ketebalan 2 m (Anonim, 2013). Perhitungan
Penampang; L = Jarak. volume yang diwakili luas area pada profil 15,
16, dan 17 didapatkan untuk volume sebesar
2.938.930 m3.

Tabel 1. Perhitungan volume area profil 15,


16, dan 17.

No. Luas Area Jarak (m) Volume


Profil (m2) (m3)
Gambar 5. Konsep perhitungan volume. 15 2.559,4 500 1.541.900
16 3.608,2 500 1.397.050
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 1980 - -
Total 2.938.950
Gambar 7 menampilkan adanya pe-
rubahan batimetri di sekitar daerah penelitian Hasil pengolahan data antara peta
yang disebabkan oleh faktor manusia, dan batimetri Dishidros dan peta LPI terdapat
terdapat aktifitas penambangan pasir yang perubahan kedalaman akibat perpindahan
mempengaruhi morfologi dasar perairan sedimentasi yang dipengaruhi oleh faktor
pantai. Akibat aktifitas tersebut menimbulkan alam, seperti gelombang, arus dan pasang
cekungan penambangan pasir sedalam 2,13 surut yang berakibat adanya pendangkalan
meter pada area seluas 261,9 Ha. Kedalaman dan pendalaman pada suatu daerah, pada
cekungan tersebut sudah melebihi batas yang gambar dibawah ini dapat dilihat secara visual
ditentukan pemerintah yaitu setebal 2 meter perbedaan topografi dasar laut antara
(Anonim, 2013). Berdasarkan data kedua bathimeri Dishidros dan LPI BIG pada
batimetri tersebut terdapat perbedaan ke- rentang kurun waktu 1886-1991.
dalaman, dimana pada tahun 1991 kedalaman Topografi dari Dishidros terlihat lebih
berkisar 0 m dari garis pantai sampai 27 m landai (dapat dilihat pada gambar 9 a)
sementara pada tahun 2014 kedalaman dibandingkan dengan topografi dari LPI
berkisar antara 0 m dari garis pantai sampai (dapat dilihat pada Gambar 8 b) yang lebih
dengan kedalaman 25 m. terlihat adanya perubahan kedalaman pada
Tujuan analisa profil horizontal dasar beberapa areal tertentu. Dalam hal ini ke-
laut, dibuat potongan melintang dari garis telitian pada peta sangat mempengaruhi ke-
pantai ke arah laut dengan tumpang susun adaan interpolasi terhadap data pada hasil
(overlay) batimetri LPI tahun 1991 dengan yang didapatkan.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 49
Analisa Perubahan Batimeri di Perairan Kabupaten Serang Akibat . . .

a)

b)

Gambar 6 a) Morfologi dasar laut LPI BIG tahun 1991, b) Morfologi dasar laut tahun 2014.

Gambar 9 memperlihatkan kondisi Penumpukan sedimen tersebut di-


perubahan topografi dari digitasi peta sebabkan oleh faktor alam, yaitu pasang surut
batimetri Dishidros dan peta LPI BIG, dimana dan gelombang yang membawa transpor
terjadi penumpukan sedimen pada area 15, 16 sedimen ke arah laut lepas. Perubahan dari
dan area 17. Volume sedimen yang me- dinamika pada alam tersebut menyebabkan
ngendap sebesar 95.800 m3 yang saat ini endapan sedimen yang tertumpuk rata-rata
dieksploitasi untuk pasir laut di sekitar setinggi 0,036 m.
perairan laut Desa Lontar.

50 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Rahmawan et al.

Gambar 7. Profil melintang a) Area 15, b) Area 16, c) Area 17.

a)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 51
Analisa Perubahan Batimeri di Perairan Kabupaten Serang Akibat . . .

b)
Gambar 8 a) Morfologi Dishidros tahun 1886, b) Morfologi LPI BIG tahun 1991 Perubahan
batimetri secara alami (Sebelum penambangan pasir laut).

a)

b)

c)

Gambar 9. Profil Melintang a) area 15,b) area 16, c) area 17.

Dari hasil Studi Perubahan Garis yang tidak terabrasi adalah Desa Pedaleman
Pantai di Pesisir Kecamatan Tirtayasa Ka- dan Sukajaya. Adapun akresi sebagian besar
bupaten Serang Provinsi Banten (Prihantono terjadi di Desa Tenjoayu sebesar 115,08 ha
dan Hadiwijaya, 2014) menunjukkan bahwa dan sebagian kecil terjadi di Desa Wanayasa
di wilayah penelitian dari tahun 1991 hingga sebesar 0,13 ha. Untuk periode 2001 hingga
2001 terjadi abrasi sebesar 96,47 ha dan akresi 2013 terjadi abrasi sebesar 322,98 ha dan
sebesar 235,85 ha. Abrasi terbesar terjadi di akresi sebesar 224,95 ha.
Desa Lontar sebesar 38,17 ha, dan daerah

52 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Rahmawan et al.

Gambar 10. Abrasi dan akresi (Diolah kembali).

Periode tersebut Desa Susukan meng- sebesar 384,15 ha dan akresi sebesar 425, 50
alami abrasi paling besar, yaitu sebesar 113, ha, dengan desa terdampak abrasi dominan
33 ha diikuti oleh Desa Lontar sebesar 70,36 adalah Desa Susukan sebesar 141, 90 ha, dan
ha. Akresi paling dominan terjadi di Desa untuk akresi dominan terjadi di Desa
Tenjoayu sebesar 187,26 ha, sehingga di Desa Tenjoayu sebesar 290, 46 ha. Proses abrasi
Tenjoayu ini terjadi penambahan akresi pada periode tahun 1991 sampai dengan 2001
dibandingkan dengan periode sebelumnya relatif kecil dibandingkan dengan periode
sebesar sekitar 72 ha. Secara keseluruhan dari sesudahnya. Hal tersebut sesuai dengan
periode 1991 hingga 2013, terjadi abrasi analisis SIG yang dilakukan oleh peneliti

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 53
Analisa Perubahan Batimeri di Perairan Kabupaten Serang Akibat . . .

(Kusumawati, 2008) yang menyatakan bahwa Serang 2013-2033. Pemda Kabupaten


erosi pantai tiga kali lebih cepat selama Serang-Banten. Banten. 45hlm.
aktivitas penambangan pasir dilakukan (2003 Husrin, S. dan J. Prihantono. 2014. Penam-
– 2007) daripada sebelum aktivitas terjadi bangan pasir laut. Institut Pertanian
(1991 – 2002). Bogor. IPB press. Bogor. 134hlm.
Husrin, S., J. Prihantono, and H. Sofyan.
IV. KESIMPULAN 2014. Pengaruh aktifitas penambang-
an pasir laut terhadap komunitas
Perubahan morfologi karena faktor perkampungan Lontar, Serang, Ban-
alam di perairan Desa Lontar mengakibatkan ten. Bulletin of the Marine Geology,
terbentuknya endapan sebesar 95.800 m3, 29(2):81-90.
dengan ketinggian rata-rata 0,036 m antara Jumarang, M.I., Muliadi, Ningsih, dan N.S.
kurun waktu 1886-1991. Dampak dari penam- Hadi. 2012. Perubahan dasar perairan
bangan pasir laut secara fisik menimbulkan estuari Sungai Kapuas Kalimantan
perubahan morfologi perairan laut yang me- Barat (Studi Kasus: Bulan Januari s.d.
ngakibatkan terbentuknya cekungan dengan April). J. SIMETRI, 1(1):42-46.
kedalaman rata-rata sebesar 2,13 m, dengan Rawley, H.R., McClain, T., Malone, M. 2003.
volume sebesar 5.578.470 m3 pada lokasi Static water level mapping in east
penelitian yang telah dilakukan semenjak central michigan. J. Of The American
kurun waktu tahun 2003-2014, dan telah Water Resources Association, 5:99-
melebihi ketentuan pemanfaatan pasir laut 111
dengan ketebalan 2 m. Dari perhitungan Kusumawati, L. 2008. Penambangan pasir
volume tersebut didapatkan rata-rata perbulan laut di Kabupaten Serang: studi kasus
pasir laut yang hilang sebesar 38.739.375 m3. di perairan Desa Lontar Kecamatan
Penelitian mengenai dinamika sedimen di Tirtayasa. Thesis. Universitas Gadjah
sekitar lokasi akan lebih baik dilakukan secara Mada. Yogyakarta. 194hlm.
kontinyu untuk mengetahui perubahan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
sedimentasi dan juga untuk mengantisipasi Masyarakat. 2006. Studi sedimentasi
adanya berubahan morfologi yang lebih besar dan penangkap sedimen di Pelabuhan
lagi. Tanjung Perak, Gresik dan Tegal.
Kerjasama PT. Pelabuhan Indonesia
UCAPAN TERIMAKASIH III dan LPPM-ITS. 56hlm.
Pattipeilohy, M. 2014. Fenomena pendang-
Ucapan terimakasih diberikan kepada kalan zona pasang surut hutan mang-
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber rove Teluk Dalam Ambon serta upaya
Daya Laut dan Pesisir (P3SDLP) atas DIPA pengembangan ekowisata. J. Pena
APBN 2014 kegiatan riset di Serang Banten, Sains, 1(2):56-63.
Terimakasih juga diucapkan kepada Dr-Ing. Prihantono, J. dan L. Hadiwijaya. 2014. Studi
Semeidi Husrin, M.Sc. dan Ulung Jantama perubahan garis pantai di Pesisir
Wisha, S.Kel. atas bantuan dan arahan dalam Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Se-
penyelesaian artikel ini. rang Provinsi Banten. P3SDLP.
Jakarta. 10hlm.
DAFTAR PUSTAKA Pusat Penelitian Pengembangan Sumber Daya
Laut dan Pesisir. 2014. Kajian dampak
Anonim. 2013. Lembaran daerah Kabupaten penambangan pasir laut pantai Utara
Serang, Perda No. 2 tahun 2013 Banten untuk reklamasi Teluk Jakarta
tentang Rencana Zonasi Wilayah terhadap sumber daya laut dan pesisir.
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab.

54 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91
Rahmawan et al.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sukmantaliya, N. 2010. Morfodinamika


Jakarta. 232hlm. kepesisiran Teluk Banten dengan
Satriadi, A. 2012. Analisis sebaran sedimen menggunakan citra penginderaan jauh
tersuspensi di Perairan Paciran multitemporal. Disertasi. Universitas
Lamongan Jawa Timur. Bulletin Gajah Mada. Yogyakarta. 289hlm.
Oseanografi Marina, 1:13-30. Takasaki, M. 1992. Pengukuran topografi dan
Setyawan, W.B. 2003. Karakteristik garis teknik pemetaan. Pradnya Paramita:
pantai Propinsi Banten 1: Per- Jakarta. 313hlm.
tumbuhan Delta Ciujung-Cidurian Wahyudi, 2009. Assesment of the coastal
Baru. Temu Ilmiah ISOI – Bidang vulnerability to coastal erosion in the
Geologi Kelautan Bandung, 25 Tegal Regency, Central Java Indo-
Agustus 2003. 5hlm. nesia. Department of Ocean Engineer-
Setyawan, W.B. 2010. Pengembangan tam- ing, Faculty of Marine Technology,
bak, kehadiran mangrove dan peru- Institut Teknologi Sepuluh nopember
bahan garis pantai di pesisir utara (ITS) Surabaya. 8hlm.
Propinsi Banten. J. Alami, 15(2):51-
59. Diterima : 14 November 2016
Direview : 6 Desember 2016
Disetujui : 20 Mei 2017

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 55

Anda mungkin juga menyukai