linier dengan persamaan: Y = 4,8967 X 9645,9 (R2 = 0,9636) dan laju kenaikan
sebesar 5,43 cm/tahun. Kenaikan muka laut global mengakibatkan kenaikan
muka laut di perairan Semarang sebesar 2,65 mm/tahun, laju penurunan tanah
yang terjadi di Stasiun Pasut Semarang sebesar 5,165 cm/tahun. Harga periode
pasang surut bervariasi dari 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang surut mempengaruhi sistem drainase melalui sungai dan saluran
yang langsung berhubungan dengan laut. Secara hidraulis aliran dalam sungai
dan saluran pada saat air pasang akan terjadi air balik, sehingga menghambat
aliran. Jika elevasi air pasang lebih tinggi dari tanggul dan/atau lahan di
sekitarnya maka akan terjadi limpas dan genangan banjir rob di lahan.
Dalam penyusunan Dokumen Master Plan Drainase Kota Semarang,
dipergunakan tinggi muka air laut rata-rata (Mean High Water Level = MHWL)
berdasarkan data yang diperoleh dari Perum Pelabuhan III Tanjung Emas
Semarang. Tabel Data Pasang Surut dapat dilihat di Lampiran 4 halaman 265.
Gelombang
Hasil pengukuran gelombang di perairan Semarang dengan posisi
geografis 110o2155,0 BT 6 o5527,1 LS, yang dilakukan pada Juli dan Agustus
dapat diperkirakan, bahwa tinggi gelombang tertinggi mencapai 1,82 meter
dengan periode tertinggi 6,48 detik. Tinggi gelombang signifikan (Hs) dan
periode gelombang signifi kan (Ts) adalah 0,31 meter dan 3,88 detik (Sumber:
Laporan Akhir Departemen Kelautan dan Perikanan Satker Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah (2007). Tinggi gelombang signifikan dan
periode gelombang signifikan pada bulan Juli adalah 0,24 meter dan 2,42 detik.
Bulan Agustus tinggi gelombang signifikan (Hs) 0,27 meter dengan periode
gelombang signifikan 2,62 detik.
Tabel 4.1 Tinggi Gelombang signifikan (Hs) dan Periode Gelombang Signifikan
(Ts) Bulan Agustus dan Juli
No Bulan Hs (meter) Ts (detik)
1 Juli 0,24 2,42
2 Agustus 0,27 2,62
Sumber: Laporan Akhir Departemen Kelautan dan Perikanan Satker
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah (2007)
98
Kondisi dan Tingkat Abrasi dan Akresi Wilayah Pesisir Kota Semarang
Karena wilayah pesisir dipengaruhi sifat-sifat laut, maka wilayah pesisir
sering mengalami proses erosi/abrasi dan akresi. Berdasarkan peta topografi
tahun 1999 dan Data Citra Satelit ETM-7 Tahun 2003 terlihat adanya daerah
abrasi sebagaimana tercantum pada Tabel 4.2.
Arus di Pantai
Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai
(nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi di
pantai. Pola arus pantai ini ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang
dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai.
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang (Karakteristik
Perairan Laut dan Pemetaan Potensi Sumberdaya Perikanan di Kota Semarang
Sebagai Hasil Inventarisasi Data), karakteristik non-biofisik kelautan di
sepanjang pantai Kota Semarang memperlihatkan bahwa pasang surut yang
terjadi di Kota Semarang tepian pantai berpola campuran condong ke harian
tunggal. Amplitudo pasang surut di perairan Semarang relatif kecil dan berkisar
antara 5-22 cm. Sedangkan arah dan kecepatan arus perairan dipengaruhi oleh
pola arus di Laut Jawa yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh musim. Pada
musim barat yang berlangsung dari bulan Desember-Februari, arus bergerak
lebih cepat dari arah Barat menuju ke Timur dengan kecepatan arus berkisar
antara 38-50 detik. Pada musim Timur yang ( bulan Juni-Agustus), kecepatan
arus lebih lambat berkisar antara 12-25 cm/detik. Kota Semarang mempunyai
beberapa sungai besar yang bermuara ke wilayah garis pantai sehingga faktor
sungai sangat berpengaruh terhadap pola arus yang terbentuk.
Suhu dan Salinitas
Suhu dan salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam
sirkulasi untuk mempelajari asal-usul massa air. Kedua parameter ini serta
tekanan menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas akan menghasilkan
perbedaan tekanan yang memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan
tinggi ke tempat bertekanan rendah.
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari; posisi matahari;
letak geografis; musim; kondisi awan; serta proses interaksi antara air dan udara,
seperti alih panas (heat), penguapan, dan hembusan angin. Suhu sangat
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan
hidup dan pertumbuhan ikan. Pada umumnya laju pertumbuhan ikan akan
meningkat dengan kenaikan temperatur sampai batas tertentu. Secara tidak
102
tidak diimbangi dengan kemampuan pengisian air tanah, serta naiknya muka air
laut sebagai dampak pencairan es di North Pole dan South Pole akibat
pemanasan global.
Banjir, Rob dan penanggulangannya memang tidak dibahas secara khusus
karena diluar fokus pembahasan water front city dengan paradigma baru:
banjir dan rob tidak di tanggulangi dan diatasi, tetapi dengan penyesuaian dan
memelihara harmoni dengan air .
Sumber: Laporan Akhir Departemen Kelautan dan Perikanan Satker Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah (2007)
b. Padang Lamun
Sangat disayangkan bahwa sangat sedikit lamun yang tumbuh di pesisir
Semarang sehingga dalam penelitian ini bisa di abaikan.
c. Terumbu Karang
Perlu disayangkan bahwa terumbu karang di pesisir Semarang telah rusak
sama sekali sehingga pada penelitian ini dapat di abaikan. Dalam rangka
peningkatan kualitas ekosistem laut dan produktifitas perikanan di perairan Kota
Semarang, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Semarang Propinsi Jawa
107
d. Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya Perikanan Kota Semarang dipenuhi dari : (1) Sarana dan
Produksi Perikanan Tangkap dan (2) Perikanan Budidaya dan Tambak
Sarana dan Produksi Perikanan Tangkap
Dalam rangka mendukung kegiatan perikanan tangkap,
menggunakan sarana penunjang berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI ) : Tambaklorok dan Boom lama.
e. Potensi Pariwisata
Lokasi wisata di daerah pesisir Kota Semarang yang termasuk kategori
lokasi rekreasi pantai adalah Komplek Pantai Marina dan Kawasan
Wisata Tanjung Mas. Kedua lokasi tersebut terletak bersebelahan dan
letaknya strategis karena berdekatan dengan Jalan Lingkar Utara Kota
Semarang. Di Komplek Wisata Marina kondisi alamnya telah dibuat
sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat bermain perahu, berenang
atau sekedar menyaksikan laut terbuka. Sedangkan di Tanjung Mas yang
semula didesain lagoon buatan, sekarang tanggulnya telah terabrasi
sehingga kolamnya menyatu dengan laut terbuka. Jalan yang dibuat
mengelilingi kolam telah rusak dan mengganggu kenyamanan
pengunjung.
Potensi pengembangan pariwisata terdiri dari wisata bahari
kerakyatan, wisata pantai modern, wisata budaya/belanja/kuliner, wisata
112
Kondisi arus relatif tenang sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan mangrove.
Luas areal Kecamatan Tugu adalah seluas 2.985,99 Ha (IKONOS-1m Perekaman
13 Juni 2009), dengan penggunaan areal tanah sebesar 656,92 Ha (22%) sebagai
tanah sawah, dan sebesar 2.329,07 Ha (78%) berupa tanah kering terdiri dari:
pekarangan untuk bangunan (20,30%), tegalan/kebun (9%), lapangan/padang
rumput (0,40%), tambak (67%) dan lainnya (3,30%).
Jumlah penduduk 26.976 orang dengan mata pencaharian sebagai petani
(4,70%), buruh (49,65%), nelayan (1,53%), pedagang/pengusaha (7,50%),
pegawai negeri/ABRI dan pensiunan (4,98%), dan jasa lainnya (31,64%).
Jumlah industri: industr besar dan sedang (26), industri keci (17), dan industri
rumah tangga (11). Kawasan industri berkembang pada daerah pinggiran Kota
Semarang yaitu koridor Tugu-Kaliwungu. Kawasan industri ini perlu
dimantapkan karena dapat berfungsi sebagai generator pertumbuhan wilayah,
dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang serta ditopang dengan
kebijakan yang mendukung. Kawasan industri yang ada harus dibatasi
perkembangannya agar tidak masuk ke dalam CBD kota dan tidak mengkonversi
lahan produktif yang ada, karena potensi pencemaran yang ditimbulkan.
memungkinkan untuk dijadikan daerah hutan lindung atau kawasan wisata alam
(ecotourism) berbasis sistem Sylvofishery (wisata mangrove di pematang
tambak) seperti di kawasan Mangrove Information Center (MIC) Bali.
Di sekitar muara Sungai Beringin, Kecamatan Tugu terdapat jalur pohon
mangrove 3 lapis sepanjang 500 m. Pohon mangrove yang ada dari jenis
Rhizophora sp. dan Avicenia sp. Tinggi pohon antara 2-3 m. dalam keadaan
baik dan memungkinkan untuk penghijauan. Mangrove membentuk
kelompok kecil.
Di wilayah pantai Kelurahan Mangunharjo, terdapat mangrove sepanjang
1500 m dengan ketebalan 15m dalam keadaan sedikit rusak tetapi masih
memungkinkan untuk penghijauan.
Di sekitar perbatasan dengan Kabupaten Kendal terlihat ada upaya
penghijauan mangrove Rhizophora sp. Dibeberapa lokasi terdapat spot-
spot pohon mangrove jenis Avicenia dan juga Rhizophora sp. Terlihat
adanya abrasi di wilayah ini yang perlu mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Dulunya pohon mangrove tersebut tertanam di pematang,
disebabkan terkena abrasi dan erosi area tersebut tenggelam dan tercipta
spot-spot tersebut dengan kedalaman air sekitar 1 m.
Potensi Terumbu Karang
Meskipun terumbu karang di pesisir Kota Semarang boleh dikatakan telah
punah, berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang dalam rangka peningkatan kualitas ekosistem laut dan produktifitas
perikanan di perairan pantai Kota Semarang dengan cara pembuatan terumbu
karang buatan (artificial reef) dengan teknik transplantasi karang. Survey
dilakukan pada tahun 2006, dengan hasil yang merekomendasikan bahwa lokasi
Perairan Karanganyar, Kecamatan Tugu dipilih sebagai kawasan penenggelaman
terumbu karang buatan dan transplantasi.
Sebagai tindak lanjut hasil survey penentuan lokasi, telah dibuat dan
melaksanakan penenggelaman terumbu karang buatan pada tahun 2007.
Sedangkan kegiatan transplantasi karang telah dilakukan pada tahun 2008.
115
Produksi perikanan
Luas areal perikanan budidaya tambak seluas 841,90 Ha (2006) bisa
menghasilkan 379 ton ikan per tahun: bandeng (206 ton), udang (136,70 ton) dan
lainnya, dengan total nilai Rp. 6.340.000.000,- (2006). Produksi ikan budi-daya
mengalami penurunan dari tahun ketahun yang disebabkan oleh tidak
berproduksinya lahan tambak akibat kegagalan panen dan berkurangnya areal
pertambakan yang digunakan untuk keperluan lain. Kecamatan Tugu merupakan
penghasil ikan budi-daya terbesar di Kota Semarang
Produksi pertanian
Dengan tanah sawah seluas 22% dari total area, Kecamatan Tugu dan Genuk
merupakan produsen padi terbesar diseluruh Kota Semarang tepian air.
Potensi Wisata
Wisata bahari dan wisata perahu menjadi kesatuan dengan wisata kerakyatan
muara sungai Plumbon, dengan memanfaatkan potensi wisata hutan mangrove
Potensi Industri
Berdasarkan RTRW Kota Semarang, Kecamatan Tugu merupakan wilayah BWK
X yang diperuntukkan sebagai kawasan industri. Terdapat dua kawasan industri
utama, yaitu: Kawasan Industri Guna Mekar dan Kawasan Industri
Wijayakusuma, dengan jenis-jenis industri: furniture, garment, elektronika,
pengolahan kayu, bahan kimia, bahan makanan dan minuman, dan juga berfungsi
sebagai gudang penyimpanan produk.
9,23 Ha (0,27%) sebagai tanah sawah, dan sebesar 3.407,77 Ha berupa tanah
kering terdiri dari: pekarangan untuk bangunan (72,93%), tegalan kebun
(0,82%), tambak (2%), dan lainnya (24,25%). Jumlah penduduk 286.115 orang
dengan mata pencaharian: buruh (18%), nelayan (1,28%), industri (13,78%),
pedagang/pengusaha (8,95%), jasa (47,47), PNS/ABRI/pensiunan (10,52%).
Jumlah dan kepadatan penduduk sangat tinggi, diatas 10.000 jiwa per km. dan
ber ada di wilayah Central Bisnis Distrik (CBD)
Potensi Sumberdaya Alam
b. Mangrove
Di sepanjang wilayah pantai Tambak Lorok dapat dikatakan sudah
tidak terdapat pohon mangrove, karena di wilayah tersebut
dimanfaatkan untuk kegiatan pelabuhan dan pendaratan.
c. Potensi Perikanan Budidaya
Kec. Semarang Barat dan Kec. Semarang Utara mempunyai luas areal
tambak sebesar 111,50 Ha. dan Sungai 12,25 Ha.dengan hasil ikan
48,7 ton per tahun (2006)
d. Potensi Pariwisata
Wisata pantai modern diarahkan pada optimalisasi pantai Marina dan
Kawasan Wisata Tanjungmas. Kegiatan wisata perairan darat
dikembangkan di kawasan folder Tawang. Adanya kendala kualitas
air yang menimbulkan aroma tidak sedap dapat diatasi melalui
pendekatan biologis dengan mengisi jenis ikan tertentu yang mampu
mengekstraksi permasalahan kualitas air tersebut, disertai/tanpa
deairasi.
Disepanjang pantai antara Sungai Babon dan Sungai Seringin Desa Terboyo
Wetan terdapat jalur tumbuhan mangrove setebal 20 m sepanjang 500 m.
Mangrove tersebut terutama dari jenis Rhizophora sp. dan Avicenia sp. dengan
ketinggian yang bervariasi dari yang < 1 m hingga 4 m. Kondisi jalur mangrove
ini baik dan sangat mungkin untuk dilakukan penanaman mangrove untuk lebih
meningkatkan kondisi nya. Selanjutnya di sebelah barat Sungai Seringin di
sebelah utara Terminal Bus Terboyo terdapat spot-spot pohon mangrove dari
jenis Rhizophora sp (Lihat Gambar 4.10)
Sama halnya dengan Kecamatan Tugu, Kecamatan Genuk juga
membutuhkan langkah-langkah penyelamatan /konservasi mangrove karena
mempunyai potensi yang sangat baik untuk pertumbuhan mangrove. Dengan
pemetaan area mangrove dengan resolusi tinggi, jumlah luasan mangrove bisa
terpantau secara detil (Lihat Gambar 4.11)
Sedang
Pengembangan fungsi ekonomi perkotaan yang mendukung
fungsi ekologis, seperti: kawasan wisata hutan kota, taman
buah, taman rekreasi air (danau/embung), pertanian
hydroponik, dan lain-lain.
Selain itu juga untuk menjaga keseimbangan antara kawasan terbangun seperti
peruntukan kawasan permukiman, industri, perdagangan jasa dan lain-lain
dengan kawasan yang diperuntukkan sebagai daerah resapan air yaitu kawasan
konservasidan RTH. Peruntukan tata guna lahan yang lain antara lain: jalan
12,5%, industri 8,97%, dan campuran 3,35%.
Definisi Ruang Terbuka Hijau: Menurut Departemen Pekerjaan Umum,
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open
spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan
vegetasi (endemik) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung
yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Menurut UU Tata Ruang, kriteria kota yang nyaman ditinggali adalah
masyarakat dapat mengartikulasikan seluruh aktifitas sosial, ekonomi, budayanya
dengan tenang dan damai. Kota aman dan tenteram, terbebas dari gangguan dan
bencana, adaptif dengan perubahan iklim, warga bisa berke giatan dengan
produktif dan mengaktualisasi jati dirinya. Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal
30% (20% publik, 10% privat).
Berdasarkan PERMEN PU No.5 tahun 2008 memberikan pengertian
Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, tang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam.
Ruang terbuka hijau dapat dikelompokkan berdasarkan letak dan
fungsinya sebagai berikut:
Ruang terbuka kawasan pantai (coastal open space)
Ruang terbuka di pinggir sungai (river flood plain)
Ruang terbuka pengaman jalanbebas hambatan (green ways)
Ruang terbuka pengaman kawasan bahaya kecelakaan di ujung
landasan Bandar Udara.
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007; Permen PU No. 5 Tahun 2008.
tanah hasil erosi/abrasi oleh gelombang air laut. Kawasan rawan akresi
berada di Pantai Terboyo Wetan.
3. Kawasan Rawan Rob/Banjir merupakan daerah yang ditandai oleh
genangan air yang muncul dari permukaan tanah akibat dorongan tekanan
dari dalam karena intrusi air laut secara berlebihan, pasang atas air laut
dan tidak berfungsinya resapan atau drainase. Daerah rawan rob/banjir
adalah seluruh wilayah Kecamatan Semarang Barat, Semarang Utara dan
Genuk.