Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR

“Selumit Pantai”

Kelompok 2:

ITA (17.403010.05)
YOGA JUANDICHA Y. (17.403010.06)
BESSE MUTIARA (17.403010.23)
SUTIKA SURYA INDAH P. (17.403010.01)
KHAIRINI MEGA ASTUTI (17.403010.29)
RAHMAT (17.403010.13)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pengembangan Wilayah Pesisir
Selumit Pantai.

Terima kasih saya ucapkan kepada Eko Prihartanto,S.T,M.T yang telah membantu kami
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan Pengembangan Wilayah Pesisir Selumit Pantai yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga laporan Pengembangan Wilayah Pesisir Selumit Pantai ini bisa menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Tarakan, 7 Oktober 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan
dan pencemaran.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002
tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir
didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi,
di mana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu
(kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi
kabupaten/kota.
Wilayah pesisir Indonesia memiliki arti yang sangat strategis, karena potensi sumber
daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dimilikinya, serta potensi geografiknya yang terletak
pada pertemuan wilayah darat dan laut. Kekayaan sumber daya alam wilayah pesisir, antara lain
berupa bentangan garis pantai sepanjang 81.000 km, luas laut sekitar 3,1 km2 dan ekosistem
pesisir, seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan lain-lain.
Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup
manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumber daya alam. Di dalam aktivitas ini
sering dilakukan perubahan-perubahan pada ekosistem dan sumber daya alam. Perubahan-
perubahan yang dilakukan tentunya akan memberikan pengaruh pada lingkungan hidup. Makin
tinggi laju pembangunan, makin tinggi pula tingkat pemamfaatan sumber daya alam dan makin
besar pula perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam
perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi yang berimplikasi pada perencanaan
penggunaan sumber daya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah ekologis yang berlaku untuk
mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri
secara menyeluruh. Perencanaan pemamfaatan dan pengelolaan sumber daya alam perlu
dipertimbangkan secara cermat dan terpadu dalam setiap perencanaan pembangunan, sehingga
dapat dicapai suatu pengembangan lingkungan hidup dalam lingkup pembangunan
Meninjau arti pentingnya suatu pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu, maka
kami, mahasiswa jurusan Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan, mengadakan praktek lapang
untuk mengetahui metode pengelolaan wilayah pesisir di wilayah Selumit Pantai, dengan
meninjau beberapa faktor, yaitu pola pemukiman, sarana dan prasarana serta pengembangan kota
pesisir.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil adalah :

a) Bagaimana pola pemukiman yang ada diwilayah pesisir Selumit Pantai?


b) Bagaimana perkembangan wilayah pesisir Selumit Pantai berdasarkan infrastrukturnya
(sarana dan prasarana)?
c) Menganalisis baik atau tidaknya perkembangan wilayah pesisir Selumit Pantai?

1.3. Tujuan
Tujuan diadakannya observasi wilayah pesisir:
a) Untuk mengetahui pola pemukiman yang ada di wilayah pesisir Selumit Pantai.
b) Untuk mengetahui perkembangan wilayah pesisir Selumit Pantai berdasarkan
infrastrukturnya.
c) Untuk mengetahui apakah wilayah pesisir Selumit Pantai memiliki perkembangan dengan
baik.
BAB II

METODOLOGI OBSERSAVASI

2.1 Waktu dan Tempat

Observasi wilayah pesisir kami laksanakan pada hari Jumat tanggal 04 Oktober 2019,
bertempat di RT 28 Kelurahan Selumit Pantai, Kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan.

2.2 Alat dan Bahan Observasi

Peralatan yang digunakan dalam observasi pengembangan wilayah pesisir di Selumit Pantai
adalah :

a) Kamera (handphope)
b) Formulir kuisioner
c) Alat tulis
d) Meteran
2.3 Metodologi

Metodologi observasi yang kami gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode analisis tetangga. Teknik pengumpulan data yaitu angket, observasi,
pengukuran dan dokumentasi.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Geomorfologi Pesisir

Letak Kelurahan selumit pantai di daerah pesisir laut dengan ketinggian wilayah
kelurahan dari permukaan laut 1, 75 m dpl, dengan suhu minimum 28 oC dan maksimum 40 oC
memiliki curah hujan 2,819 mm/hh.

Dan memiliki luas wilayah 3,200 Km2 . yang terbagi dari luas permukiman penduduk
2,84 km2 , dan daerah perkantoran 0,10923 km2 , serta luas prasarana umum lainnya 0, 500 km2
. Adapun jarak kantor kelurahan dengan kelurahan yang terjauh 5 km, dan dengan jarak ke kota 6
km.

mempunyai perbatasan antara lain, di sebelah barat berbatasan dengan laut, di sebelah
timur berbatasan dengan kelurahan selumit, di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan
sebengkok, dan di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan karang rejo.

3.2. Pola Persebaran Pemukiman Pada Wilayah Pesisir Selumit Pantai

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan primer) yang
harus terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai dengan derajat
kemanusiaannya. Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan perorangan (individu) namun
dapat berkembang menjadi kebutuhan bersama jika manusia berkeluarga dan bermasyarakat.
Selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial maka manusia tidak hidup
sendirisendiri akan tetapi hidup bersama dan membentuk kelompok-kelompok, demikian pula
halnya dengan rumah tempat tinggalnya akan dibangun secara bersama-sama sehingga
berkelompok atau tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang
diperlukan penghuninya, selanjutnya disebut dengan permukiman (settlement). Dalam dimensi
permukiman, secara harfiah pola permukiman dapat diartikan sebagai susunan (model) tempat
tinggal suatu daerah. Model dari pengertian- pengertian permukiman mencakup didalamnya
susunan dari pada persebaran permukiman.

Pengertian pola permukiman dan persebaran permukiman memiliki hubungan yang


sangat erat. Persebaran permukiman menekankan pada hal yang terdapat permukiman, dan atau
dimana tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah (Sumaatmadja, 1981 dalam Banowati
2006).

Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh penghuni permukiman itu sendiri.


Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin pesat akan mengakibatkan kebutuhan
permukiman semakin besar. Masalah ini hampir terjadi disetiap daerah perkotaan, karena kota
merupakan daerah yang sangat dinamis yaitu pertumbuhan penduduknya setiap hari semakin
bertambah banyak, sehingga daerah perkotaan menghadapi ancaman semakin tingginya
kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan tempat tinggal yang merupakan indikator
penurunan kualitas lingkungan permukiman.

Menurut hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pola persebaran
pemukiman di wilayah pesisir Kelurahan Selumit Pantai Kecamatan Tarakan Tengah Kota
Tarakan yaitu berpola mengelompok. Dikarenakan antar rumah masyarakatnya rata-rata
mempunyai jarak kurang dari 1 meter. Faktor utama yang mempengaruhi pola persebaran
pemukiman di wilayah pesisir Selumit Pantai adalah karena sebagian besar mata pencaharian
masyarakatnya adalah seorang nelayan.

3.3. Perkembangan Infrastruktur (Sarana dan Prasaran)

Infrastruktur adalah semua struktur dan fasilitas dasar, baik fisik maupun sosial (misalnya
bangunan, jalan, dan pasokan listrik) yang diperlukan untuk operasional kegiatan masyarakat
atau perusahaan.

Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak


pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat
diperlukan dan menjadi bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat.
Berbagai fasilitas fisik merupakan hal yang vital guna mendukung berbagai kegiatan
pemerintahan, perekonomian, industri dan kegiatan sosial di masyarakat dan pemerintahan
(Soemardi dan Reini D, 2009).

Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi dan


sosial karena infrastruktur yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik bagi
dunia usaha maupun bagi sosial kemasyarakatan. Infrastruktur yang memadai menyebabkan
biaya produksi, transportasi, komunikasi dan logistik semakin murah, jumlah produksi
meningkat, laba usaha meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Ketersediaan infrastruktur juga akan mempercepat pemerataan pembangunan melalui
pembangunan infrastruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan antar
wilayah sehingga mendorong investasi baru, lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Suroso, 2015).

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada wilayah pesisir Selumit Pantai hasil
analisis tingkat perkembangan wilayah berdasarkan kelengkapan infrastruktur wilayah
menunjukkan bahwa kelurahan Selumit Pantai mempunyai tingkat perkembangan wilayah yang
cukup rendah. Hal ini dikarenakan infrastruktur atau srana dan prasarana yang ada tidak cukup
lengkap. Adapun sarana dan prasarana yang ada di wilayah Pesisir Selumit Pantai adalah jalan
(jembatan), posyandu balita dan lansia, TPA (Tempat Pendidikan Agama), persediaan air untuk
bencana kebakaran dan tempat wisata (Taman Barokah).

Sebenarnya terdapat banyak infrastruktur atau sarana dan prasarana yang ada di wilayah
pesisir Selumit pantai, namun tidak di pergunakan atau dimanfaatkan dengan baik. Contoh
infrastruktur yang tidak dimanfaatkan dengan baik adalah bangunan posyandu lama yang sudah
tidak dirawat yang seharusnya masih bisa untuk dimanfaatkan, dan terdapat peti peti besar untuk
pembuangan air kotor yang sekarang tidak dimanfaatkan dengan baik.

3.4. Perkembangan Wilayah

Pengembangan wilayah digambarkan sebagai upaya membangun dan mengembangkan


suatu wilayah berdasarkan pendekatan keruangan (spasial) dengan mempertimbangkan aspek
sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan kelembagaan dalam suatu kerangka perencanaan.
Seluruh alokasi pemanfaatan ruang tersebar sesuai dengan potensi dan nilai relatif lokasi yang
mendukungnya. Perkembangan suatu daerah akan terus terjadi sejalan dengan perkembangan
jumlah penduduk, kegiatan sosial ekonomi, dan infrastruktur yang menyertainya.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan wujud dari upaya pemerintah untuk
menyelaraskan aspek fisik lahan dengan aspek sosial ekonomi. Namun demikian, kompleksitas
permasalahan sosial ekonomi masyarakat dan upaya meningkatan Pendapat Asli Daerah (PAD)
seringkali melahirkan kebijakan-kebijakan baru yang kurang memperhatikan aspek fisik lahan
sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya
bencana seperti degradasi lahan, banjir, tanah longsor dan sebagainya yang dapat merugikan
generasi sekarang maupun yang akan datang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Pasal 3 menyatakan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional. Upaya untuk mencapai tujuan ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan dirasakan masih cukup mendapatkan tantangan yang berat. Hal ini
dapat dilihat dari masih banyaknya permasalahan yang harus tetap diupayakan pemecahannya.

Ruang adalah tempat untuk melangsungkan pengembangan wilayah melalui upaya


penataan ruang yang mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan. Sebagai konsekuensi dari
pengembangan wilayah, tidak dapat dihindari adanya penyimpangan pemanfaatan ruang akibat
kurangnya kesadaran dan pengetahuan atau juga penegakan hukum yang tidak tegas, sehingga
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di wilayah pesisir Selumit Pantai


perkembangan wilayahnya dapat dikatakan berkembang dari segi ekonomi dan sosial, namun
kurang berkembang dari segi pembangunan fasilitas. Adapun dilihat dari uraian 3.3 diatas,
pembangunan fasilitas tergolong minim, dan hanya diadakan pembangunan apabila terjadi
bencana seperti kebakaran. Jadi penataan ruang di wilayah pesisir Selumit Pantai dapat dikatakan
belum baik.

Namun, dari segi ekonomi perkembangan wilayah pesisir Selumit Pantai ini dapat
dikatakan berkembang dikarenakan pendapatan rata rata masyarakatnya berkisar 2 juta lebih
perbulan. Dari hasil wawancara kami terhadap salah satu masyarakat, nelayan yang hanya ikut
mencari ikan dengan orang lain (anggota) bisa mendapatkan 2-3 juta perbulan dan nelayan yang
mempunyai kapal sendiri untuk mencari ikan bisa mendapatkan lebih dari 5 juta perbulan.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pola persebaran pemukiman di wilayah pesisir Kelurahan Selumit Pantai Kecamatan


Tarakan Tengah Kota Tarakan yaitu berpola mengelompok. Dikarenakan antar rumah
masyarakatnya rata-rata mempunyai jarak kurang dari 1 meter. Faktor utama yang
mempengaruhi pola persebaran pemukiman di wilayah pesisir Selumit Pantai adalah karena
sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah seorang nelayan.

Analisis tingkat perkembangan wilayah berdasarkan kelengkapan infrastruktur wilayah


menunjukkan bahwa kelurahan Selumit Pantai mempunyai tingkat perkembangan wilayah yang
cukup rendah. Hal ini dikarenakan infrastruktur atau srana dan prasarana yang ada tidak cukup
lengkap. Adapun sarana dan prasarana yang ada di wilayah Pesisir Selumit Pantai adalah jalan
(jembatan), posyandu balita dan lansia, TPA (Tempat Pendidikan Agama), persediaan air untuk
bencana kebakaran dan tempat wisata (Taman Barokah).

Sebenarnya terdapat banyak infrastruktur atau sarana dan prasarana yang ada di wilayah
pesisir Selumit pantai, namun tidak di pergunakan atau dimanfaatkan dengan baik. Contoh
infrastruktur yang tidak dimanfaatkan dengan baik adalah bangunan posyandu lama yang sudah
tidak dirawat yang seharusnya masih bisa untuk dimanfaatkan, dan terdapat peti peti besar untuk
pembuangan air kotor yang sekarang tidak dimanfaatkan dengan baik.

Perkembangan wilayahnya dapat dikatakan berkembang dari segi ekonomi dan sosial,
namun kurang berkembang dari segi pembangunan fasilitas. Adapun dilihat dari uraian 3.3
diatas, pembangunan fasilitas tergolong minim, dan hanya diadakan pembangunan apabila terjadi
bencana seperti kebakaran. Jadi penataan ruang di wilayah pesisir Selumit Pantai dapat dikatakan
belum baik.

Namun, dari segi ekonomi perkembangan wilayah pesisir Selumit Pantai ini dapat
dikatakan berkembang dikarenakan pendapatan rata rata masyarakatnya berkisar 2 juta lebih
perbulan.
LAMPIRAN

1. Kuisioner yang digunakan

Kuisioner warga

Nama warga (Kepala Keluarga) :

No. rumah / RT :

1. Apa pekerjaan bapak (kepala keluarga)?


o Nelayan
o Pedagang
o Petani
o PNS
o Pengusaha
o Lainnya
2. Berapa kira-kira penghsilan bapak ?
o 500-1 juta
o 1 juta-2juta
o 3juta-4juta
o 4juta-5juta
o > 5juta
3. Transportasi apa yang bapak gunakan dalam kegiatan sehari-hari?
o Mobil
o Motor
o Angkutan umum
o Sepeda
o Perahu
4. Menurut bapak apakah ada banyak pembangunan baru di daerahRT sini? Apa saja?
5. Apakah bapak menggunakan fasilitas atau prasarana yang ada dengan baik ?
6. Menurut bapak apakah ada kukurangan dari fasilitas yang ada di daerah ini ?

2. Dokumentasi

Saat wawancara

Pola persebaran
Infrastruktur yang masih dimanfaatkan dengan baik
Infrastruktur yang tidak dimanfaatkan dengan baik

3. Hasil wawancara dengan warga sekitar (kuisioner)

Anda mungkin juga menyukai