KELOMPOK 1
(MANAJEMEN IRIGASI)
Nama Kelompok :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
MARET 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
anugerah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PENERAPAN MANAJEMEN
IRIGASI”.
Makalah ini berisikan tentang pembahasan tentang dasar irigasi dan sistem
manajemen irigasi. Harapan penulis semoga Makalah ini dapat memenuhi tugas-tugas pada
matakuliah Irigasi dan Bagunan Air, guna untuk mendapatkan nilai yang baik di mata Kuliah
tersebut di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan .
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
sekali kekurangan, karena pengetahuan yang penulis miliki masih kurang dan wawasan
penulis yang belum cukup luas pada bidang irigasi dan bangunan air. Oleh kerena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya penulis bisa
membuat makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT , Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
( Penulis )
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................3
REFERENSI.........................................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian dan kebutuhan manusia, yang berfungsi untuk mengaliri lahan dan menampung air
di saat hujan dan mengalirkan air pada saat kemarau agar persediaan air tetap tersedia.
Sering pemberian air pada petakan irigasi terjadi kelebihan yang menyebabkan banyaknya air
yang terbuang sehingga air tidek efisiens di lapangan. Oleh karena itu perlu manajemen
irigasi untuk memanage sistem pemberian air irigasi yang lebih efisien, Dalam hal ini air
yang disalurkan ke lahan harus tepat waktu dan jumlah dengan yang dibutuhkan di lahan.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air sungai, maka penggunaan air dan
produktivitas irigasi Bila harus dimaksimalkan. Penerapan pola tanam (Padi-Padi) dan sistim
pemberian air terus menerus (continous flow system) ataupun dengan sistem terputus-putus
pada petak tersier daerah irigasi, Karena itu dalam rangka peningkatan efisiensi penggunaan
air irigasi, perlu dilakukan kajian terhadap hasil perencanaan sistem pemberian air pada petak
tersier dan pola tanam.
jenis- jenis sistem irigasi meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,irigasi air baeah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak, dan lain-lain.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IRIGASI
2.1.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa.
Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media
pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan
tanah ataupun yang mendorong degradasi tanah karna air.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air kepada lahan-lahan untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi
yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna
mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
4
2.1.5 Jaringan irigasi teknis
jaringan irigasi merupakan sekumpulan bangunan-bangunan bagi, sadap, bangunan
silang, pelengkap, saluran pembawa, saluran dan bangunan pembuang yang terdapat dalam
suatu lahan, yang petak sawahnya memanfaatkan air dari sumber yang sama.
Peta ikhtisar adalah peta di mana terlihat susunan suatu jaringan irigasi mulai dari
bendung sampai saluran pembuang. bangunan utama, jaringan dan trase saluran irigasi,
jaringan dan saluran
pembuang, petak tersier, petak sekunder, dan petak primer, lokasi-lokasi bangunan
(bagi, sadap, silang), batas-batas daerah irigasi, daerah yang tidak diairi (desa, makam, gedung-
gedung), jaringan dan trase jalan, dan daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, rawa,
bukit, dll).
· Petak tersier adalah, suatu lahan seluas maksimum 60 ha, yang berisikan petak-petak kuarter
yang luasnya maksimum 10 ha, yang mengambil air dari satu pintu bangunan sadap. Petak
tersier ini dilengkapi pula dengan boks-boks tersier, kuarter, saluran pembawa tersier,
kuarter, cacing, saluran pembuang, serta bangunan silang seperti yang ada di jaringan irigasi.
· Petak sekunder, terdiri dari kumpulan petak-petak tersier yang mengambil air dari satu pintu
di bangunan bagi. Luas petak sekunder ini tidak terbatas tergantung dari topografi lahan yang
ada. Salurannya sering terletak di punggung medan, sehingga air tersebut dapat dialirkan ke
dua sisi saluran.
· Petak primer, terdiri dari beberapa petak sekunder yang airnya mengambil dari sumber air
(sungai) berupa bendung, bendungan, rumah pompa, dll. Bila satu bendung terdapat dua pintu
(intake) kiri dan kanan, maka terdapat dua petak primer. Saluran primer diusahakan sejajar
dengan kontur atau garis tinggi.
5
Bentuk fisik yang paling utama dari sebuah proyek irigasi adalah lahan dan air.
Berdasarkan hubungan antara elemen tersebut, terdapat berbagai jenis manajemen air:
6
Tipe fasilitas umum
Tipe fasilitas umum adalah tipe manajemen air yang terjadi di area di mana lahan dimiliki
oleh banyak pihak, namun eksploitasi dan distribusi sumber daya air dikelola oleh organisasi
tunggal, biasanya adalah pemerintah. Sejak tahun 1900an, berbagai pemerintahan mengambil
alih pengelolaan irigasi dikarenakan:
air dipertimbangkan sebagai fasilitas milik pemerintah yang harus dikelola dengan baik
karena peningkatan permintaan dan berkurangnya ketersediaan
pemerintah membangun proyek irigasi skala besar karena dinilai lebih efisien
pengembangan skema irigasi yang baru menjadi lebih rumit secara teknis dan finansial
sehingga berada di luar jangkauan masyarakat umum
kebijakan pemerintah mengenai ekspor-impor komoditas pertanian membutuhkan budi
daya tanaman yang menguntungkan, sehingga dengan mengendalikan sumber daya air,
petani dapat lebih mudah dipandu untuk menanam tanaman pertanian jenis tertentu.
Eksploitasi sumber daya air melalui bendungan pembangkit listrik, dibutuhkan
bangunan bendung pembagi air yang "menjatahkan" antara kebutuhan air untuk pembangkit
listrik dan untuk kebutuhan irigasi, yang juga merupakan tanggung jawab pemerintah
dikarenakan adanya isu lingkungan terkait ketersediaan air untuk kedua kebutuhan tersebut,
dan isu ekonomi-sosial karena berpotensi menghadirkan konflik.
Kanal irigasi di Gezira, Sudan, 1997, yang memiliki manajemen air tipe fasilitas umum.
Air bersumber dari sungai Nil Biru.
Tarif
Air irigasi memiliki harga untuk menutupi biaya pengelolaan air. Berbagai jenis tarif untuk
pengelolaan air irigasi ada pada berbagai bentuk:
7
tarif musiman yang bersifat tetap biasanya memiliki harga lebih mahal di musim
kering
tarif volumetrik yang bersifat tidak tetap, dihitung dengan volume air yang
digunakan oleh setiap pihak
tarif per luasan lahan pertanian yang dihitung berdasarkan luas wilayah pengairan
yang dikelola seiap pihak
Penggunaan air tanah untuk irigasi juga seringkali diatur oleh pemerintah dan pemilik
sumur diizinkan untuk mengambil sejumlah volume air maksimum per tahunnya, bisa dikenai
biaya dan bisa juga tidak.
Pendapatan pengelolaan air mungkin tidak sesuai dengan target, dikarenakan:
Cakupan biaya (cost coverage) pengelolaan irigasi umumnya tidak memenuhi. Hal ini
menyebabkan biaya pengelolaan harus ditutup dengan cara lain, seperti melalui subsidi
pemerintah atau menjual sebagian air ke fasilitas pengolahan air minum.
8
2.2.1.3 Prinsip Pengiriman Air
Bergiliran
Pada skema irigasi besar, penyaluran air irigasi ke lahan pertanian umumnya diatur
secara bergiliran, misal setiap beberapa hari sekali saluran dibuka selama dua jam. Kuantitas
air yang dikirimkan proporsional terhadap ukuran lahan pertanian yang menentukan dimensi
saluran air. Tipe seperti ini umum dilakukan di manajemen air bertipe fasilitas umum.
Berdasarkan kebutuhan
Pada skema irigasi yang lebih kecil, air dikirimkan berdasarkan kebutuhan dan
ditarifkan berdasarkan volume air yang digunakan. Karena kebutuhan bisa bervariasi
sepanjang waktu, hal ini membutuhkan sistem pencatatan dan sistem distribusi harus bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan terutama ketika kebutuhan terhadap air memuncak atau
ketika sedang musim kering. Berbagai kriteria pembatasan jumlah air mungkin diperlukan
untuk mengantisipasi hal tersebut.
Dalam proyek yang memiliki suplai air yang tidak menentu karena variasi limpahan
sumber air, pengguna air utama dari sistem irigasi (misal yang terdekat dengan bendung
pembagi) mendapatkan air terlebih dahulu. Contoh kasus yang terjadi di Bolivia, pihak yang
diprioritaskan untuk mendapatkan air berada dekat dengan bendung, dan merupakan tetua atau
tokoh adat setempat yang menyumbang paling banyak dalam pembangunan dan perawatan
irigasi.[11]
Perlindungan
Di wilayah dengan kelangkaan struktur air, prinsip water duty seringkali diaplikasikan,
di mana petani diberikan air hanya sebagian dari kebutuhan penuh sehingga petani harus
memprioritaskan bagian mana dari lahan yang harus diairi lebih banyak atau tanaman apa yang
harus diairi. Hal ini membuat petani menanam tanaman lebih dari satu jenis, yaitu tanaman
yang membutuhkan banyak air (padi, tebu, dan sebagainya) dengan tanaman yang
membutuhkan lebih sedikit air (barley, sorghum, dan sebagainya). Umumnya dipraktekan di
India yang bertujuan untuk meratakan distribusi air sehingga mencegah kelaparan pada satu
bagian wilayah
9
2.2.2 Penerapan Manajemen Irigasi
Masalah setelah daerah irigasi dibangun dan untuk memanfaatkan sumber daya air
yang terbatas, adalah bagaimana cara pengelolaan sistem irigasi tersebut sehingga dapat
selalu berfungsi dan memberikan pelayanan yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi permasalahan yang muncul di kemudian hari di butuhkan penerapan
manajemen irigasi yang baik, dan pengelolaan sistem irigasi yang baik pula, di antaranya
pemeliharaan bangunan irigasi secara berkala, renovasi bangunan yang rusak atau sudah tak
layak untuk menghindarkan terhambatnya supply air, atau berlebihannya air yang mengalir,
sehingga air yang mengalir tidak di gunakan secara optimal.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab belum maksimalnya sistem dan manajemen irigasi di
indonesia antara lain yaitu masih terbatasnya pengelolaan terhadap prasarana fisik, air irigasi,
manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya
manusia serta kurangnya pembinaan pemerintah pada sistem irigasi, untuk itu di harapkan
agar pengelolaan sistem irigasi dilakukan secara koordinasi antar beberapa instansi
pemerintah agar sistem irigasi di negara kita menjadi lebih optimal.
10
KESIMPULAN
Jadi pengaplikasian manajemen irigasi adalah adalah serangkaian proses untuk menyediakan
air, mengelola air, menyalurkan air pada lahan-lahan pertanian, dan membuang air yang
tidak terpakai ke saluran pembuangan air, dengan se efisien mungkin dan se efektif mungkin.
Tujuan irigasi adalah untuk menampung kelebihan air pada musim hujan dan akan
dimanfaatkan pada musim kemarau atau untuk mengatur distribusi ketersediaan air untuk
memenuhi kebutuhan air pada waktu dan tempat tertentu.
11
REFERENSI
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_irigasi
2. ^ Claessen, H J M; Skalník, Peter, ed. (1978). The Early state. New Babylon, studies in the
social sciences. 32. Walter de Gruyter. hlm. 11. ISBN 978-90-279-7904-9. Diakses
tanggal 2012-03-21.
3. ^ a b Effectiveness and Social/Environmental Impacts of Irrigation Projects: a Review. In:
Annual Report 1988, International Institute for Land Reclamation and Improvement (ILRI),
Wageningen, The Netherlands, pp. 18 - 34 . Download from web page : under nr 10, or
from : , under nr. 6 , or directly as PDF :
4. ^ Bruce Sundquist, 2007. Chapter 1- Irrigation overview. In: The earth's carrying capacity,
Some related reviews and analysis. On line:
5. ^ The World Bank, Cost Recovery and Water Pricing for Irrigation and Drainage Projects.
Agriculture and Rural Development Discussion Paper 26, on line:
6. ^ Svendsen, M., Trava, J. and S.H. Johnson III. 1997. “Participatory Irrigation Management:
Benefits and Second Generation Problems.” International Irrigation Management Institute,
Colombo, Sri Lanka.
7. ^ Govt. of the People’s Republic of Bangladesh. 2000. “National Water Management Plan
Project.” Draft Development Strategy, Vol. 5. Ministry of Water Resources. Dhaka.
8. ^ Azevedo, L.G.. 1997. “Brazil.” In Water Pricing Experiences An International Perspective,
ed. A. Dinar and A. Subramanian. Technical Paper Number 386, World Bank, Washington,
D.C.
9. ^ Dinar, A. and Mody, J. 2004. “Irrigation water management policies: Allocation and pricing
principles and implementation experience” Natural Resources Forum 28 (2) 112.
10. ^ Easter, K. W. 1993. “Economic Failure Plagues Developing Countries’ Public Irrigation:
An Assurance Problem.” Water Resources Research 29(7): 1913-22.
11. ^ Palacios, E.V. 1999.Benefits and Second Generation Problems of Irrigation Management
Transfer in Mexico. Economic Development Institute Participatory Irrigation Management
Case Studies Series, Economic Development Institute, World Bank and Irrigation Water
Management Institute.
12. ^ R.J. Sevenhuijsen, R.J. Oosterbaan and K. Zijderveld, 1988. : The Punata-Tiraque
irrigation project near Cochabamba, Bolivia. International Institute for Land Reclamation
and Improvement (ILRI), Wageningen, The Netherlands. On line
13. ^ M.Jurriens, PP.Mollinga and P.Wester, 1996. Scarcity by Design: Protective irrigation in
India and Pakistan. International Institute for Land Reclamation and Improvement,
Wageningen, The Netherlands. On line
12