Anda di halaman 1dari 18

KERUSAKAN PANTAI

MAKALAH

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Rekayasa Pantai

Oleh
RATIH FATMALIZA
19311302

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Kerusakan Pantai” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Rekayasa
Pantai jurusan Teknik Sipil di Universitas Bandar Lampung.

Demikianlah makalah ini disusun.semoga dapat bermanfaat untuk pembaca, agar kita
dapat mengetahui sebab dan menanggulangani kerusakan pantai.. Saya menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,namun demikian telah
memberikan manfaat bagi saya selaku penyusun,dan semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Oleh karena itu saya menerima
segala kritik dan saran dari para pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
selanjutnya. Penyusun memohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini ada banyak
kekurangan baik kualitas isi maupun tulisan

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang masalah kerusakan pantai ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Lampung Tengah, Desember 2022


Penyusun,

Ratih Fatmaliza

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I ..................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................................................... 3

1.3 Ruang Lingkup................................................................................................................. 3

BAB II .................................................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Pantai ............................................................................................................ 4

2.2 Proses Terjadinya Pantai ................................................................................................. 5

2.3 Jenis – Jenis Pantai ......................................................................................................... 5

2.4 Penyebab Keruskan Pantai.............................................................................................. 8

2.5 Macam – Macam Perlindungan Pantai........................................................................... 11

2.6 Cara Melindungi Pantai Yang Rusak.............................................................................. 12

BAB III ................................................................................................................................. 14

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan yang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada
dekade yang lalu memang telah dapat menaikkan taraf hidup masyarakat di segala
bidang. Akan tetapi pembangunan yang berlangsung cepat tersebut terkadang
membawa dampak. Begitupun terhadap lingkungan wilayah pantai dengan berbagai
pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan kerusakan ataupun bencana ekolohis
di kawasan pantai dan pesisir.

Pelaksanaan pembangunan yang dillakukan yang berdampak terhadap kerusakan


disekitar wilayah pesisir seperti misalnya pencemaran perairan terus berlangsung, bukan
saja berasal dari kegiatan di daratan dan di daerah aliran sungai, tetapi juga di kawasan
pantai dan pesisir dari arah laut.

Perusakan habitat sumber daya hayati melalui berbagai cara yang tidak wajar, bukan
saja berakibat buruk pada sumber daya hayatinya (hutan mangrove, terumbu karang,
ikan dan sebagainya) yang berakibat pada pemusnahan plasma nutfah, juga telah
membawa akibat pada penurunan pendapatan masyarakatnya.

Berbagai kegiatan pembangunan yang berlangsung di kawasan pantai dan pesisir


seperti pembangunan pelabuhan, industri, perumahan, pariwisata, pertambangan dan
perikanan memunculkan berbagai isu dan masalah sebagai hasil dari penggunaan dan
pemanfaatannya serta konflik kepentingan antara berbagai pihak.

Keadaaan di atas terjadi karena ketidakjelasan pengaturan pemanfaatan kawasan pantai


dan pesisir. Terlalu banyak pihak (lembaga maupun departemen) terkait dan mungkin
mengaitkan diri dengan kawasan ini. Ironisnya pemerintah daerah sendiri sebagai pemilik
kawasan boleh dikatakan tidiak berdaya dalam mengatur dan memanfatkan kawasan
dan pesisir (Mulyadi, 2008 : 129).

Padahal pesisir merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia di bumi.
Sebagai wilayah peralihan darat dan laut yang memiliki keunikan ekosistem, dunia
memiliki kepedulian terhadap wilayah ini, khususnya di bidang lingkungan dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara historis, kota- kota
1
penting dunia bertempat tidak jauh dari laut. Alasannya, kawasan ini memiliki potensi
sumber daya kelautan dan perikanan, serta memudahkan terjadinya pedagangan antar
daerah, pulau dan benua.

Selain itu, wilayah pesisir juga merupakan daerah penghambat masuknya gelombang
besar air laut ke darat, yaitu dengan keberadaan hutan mangrove. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30
pohon/100 m2 dengan diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi
gelombang tsunami (Harada dan Fumihiko, 2003 sebagaimana dikutip oleh Anwar dan
Gunawan, 2006). Gelombang laut setinggi 1,09 m di Teluk Grajagan, Banyuwangi
dengan energi gelombang sebesar 1.493,33 Joule tereduksi gelombangnya oleh hutan
mangrove menjadi 0,73 m.

Pada masa Orde Baru, pengaturan wilayah pesisir dan laut lebih banyak dilakukan oleh
pemerintah pusat. Hal ini dapat dilihat pada UU nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan
Ruang pasal 9 ayat 2 dimana dinyatakan bahwa wilayah lautan dan wilayah udara diatur
secara terpusat menurut undang-undang. Namun di masa reformasi, dengan kelahiran
UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, 2 Kabupaten/Kota memiliki
kewenangan mengatur wilayah perairan yang ada di wilayahnya sejauh 4 mil dari garis
pantai. Selain itu juga diterbitkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sebagai negara kepulauan, wilayah
pesisir dimiliki oleh seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Berdasarkan data jumlah
Kabupaten/kota yang ada di Indonesia pada tahun 2002, sebanyak 219 kabupaten/kota
(68%) diantaranya memiliki wilayah pesisir. Kabupaten/kota di Indonesia masing-masing
memiliki karakteristik fisik wilayah pesisir yang satu sama lain berbeda.

Disamping itu masing-masing kabupaten/kota juga memiliki perhatian yang berbeda di


dalam pengelolaan wilayah pesisir. Konsekuensi dari perbedaan perhatian tersebut
menghasilkan kebijakan dan instrumen kelembagaan yang berbeda satu sama lain
dalam mengelola wilayah pesisirnya. Akan tetapi, hingga akhir tahun 2004, perencanaan
dan pengelolaan wilayah pesisir baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah lebih
banyak bersifat sektoral. Pemerintah Daerah kabupaten/kota umumnya tidak
membedakan secara khusus kawasan pesisir dengan kawasan lainnya.

2
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulis makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
kerusakan pantai, macam – macam jenis perlindungan pantai, dan cara melindungi
pantai yang rusak.

1.3 Ruang Lingkup


Pantai atau pesisir adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di
daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan
laut.[1] Kawasan pantai berbeda dengan pesisir walaupun antara keduanya saling
berkaitan. Panjang garis pantai diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan
daerah teritorial suatu negara. Menurut koreksi PBB tahun 2008, Indonesia merupakan
negara dengan garis Pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika
Serikat (USA), Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai Indonesia tercatat sebesar
95.181 km.

Kawasan pantai adalah kawasan transisi dari lahan daratan dan perairan laut. Proses
pembentukan kawasan pantai sangat di pengaruhi oleh gaya – gaya dinamis yang
berada di sekitarnya. Gaya – gaya dinamis dan dominan yang mempengaruhi kawasan
pantai adalah gaya gelombang. Seperti yang kita ketahui, gelombang laut yang sehari –
hari mempengaruhi kawasan pantai adalah gelombang yang diakibatkan oleh energy
angin dapat menyebabkan keruskan pantai. Gelombang angin terdiri dari dua jenis yaitu
gelombang normal dan gelombang badai (strom wave).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PANTAI

Menurut Permen PU Nomor 09/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pengaman Pantai


disebutkan bahwa Pantai adalah daerah yang merupakan pertemuan antara laut dan
daratan diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah. Sedangkan Daerah pantai
adalah suatu daratan beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih saling
dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun laut (marine).

Sementara oleh B Triadmodjo Pantai merupakan batas antara wilayah daratan dengan
wilayah lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas daa dibawah
permukaan daratan dimulai dari batas garis passing tertinggi. Sedangkan daerah lautan
adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan laut dimana dari sisi laut
pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya.
(Triadmodji, 1999)

Kawasan pantai adalah merupakan kawasan yang memiliki dimensi yang sangat dinamis
dengan berbagai ekosistem kehidupannya. Dimana seluruh kehidupan yang ada memiliki
keterkaitan satu sma lainnya. Perubahan garis pantai merupakan salah satu bentk
dinamisasi kawasan pantai, dimana terjadinya secara terus menerus.

Beberapa istilah kepantaian yang juga perlu untuk dimengerti dan diingat, antara lain :

a. Daerah pantai atau pesisir, adalah suatu daerah beserta perairannya dimana
pada daerah tersebut masih dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun oleh
aktivitas marine.

b. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan lautan.

c. Daratan pantai, addalah daerah ditepi laut yang masih dipengaruhi oleh aktivitas
marine.

d. Peraiaran Pantai, adalah perairan yang masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan.

e. Sempadan Pantai, adalah daerah sepanjang pantai yang dperuntukkan bagi


pengamanan dan pelestarian pantai.

4
2.2 PROSES TERJADINYA PANTAI

Pantai merupakan sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di
daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut.
Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah
teritorial suatu negara.

Pantai terjadi karena adanya gelombang yang menghantam tepi daratan tanpa henti,
sehingga mengalami pengikisan, gelombang penghancur tersebut dinamakan
gelombang destruktif.

2.3 JENIS – JENIS PANTAI

a. Berdasarkan Proses Pembentukannya


1) PantaiSpit, yaitu pantai yang salah satu ujungnya bersambung dengan
daratan.
2) PantaiBaymouth, yaitu bukit endapan pada pantai yang memotong teluk
dengan lautan.
3) PantaiTambolo, yaitu bukit endapan pada pantai yang menghubungkan
pulau dengan pulau utama.
4) Pantai Fyord, yaitu pantai yang berlekuk lekuk panjang sempit dan tebingnya
curam. Pantai ini terjadi karena kikisan Gletsyer.
5) Pantai Ria, pantai ini menyerupai Pantai Fyord, bedanya pada pantai Ria
pada bagian muaranya dan lebih besar dan tebingnya lebih curam, pantai ini
terbentuk karena lembah sungai yang tergenang air.
6) Pantai Sekaren, pantai ini tidak jauh masuk ke darat di mukanya terdapat
banyak pulau – pulau kecil.
7) Pantai berbukit pasir. Pantai yang terjadi karena perbedaan pasang naik dan
pasang surut yang besar.
8) Pantai berdanau (half) atau disebut pantai laguna (etang) adalah danau
pantai yang terpisah dari laut oleh Nehrung (lidah tanah) dan ke dalamnya
ada sungai yang bermuara.
9) Pantai Liman ialah teluk kecil pada muara sungai yang terajadi karean
penurunan dasar sungai dan karean erosi sungai.
10) Pamtai estuarium, mirip dengan pantai Liman yaitu muara sungai nya lebar
(berbentuk corong) bedanya adalah dasarnya lebih dalam karena terjadi
pengikisan pasang naik dan pasang surut.
11) Pantai Delta, adalah pantai yang memiliki Delta. Delta terjadi karena hasil
erosi sungai bertumpuk – tumpuk di muara sungai (sedimentasi).

5
12) Pantai Karang, pantai yang mempunyai banyak pulau – pulau atau batu
karang di sepanjang pantai.
b. Berdasarkan Bentuk Geografisnya
Menurut bentuknya ada empat macam pantai, yaitu pantai landai, pantai curam,
pantai bertebing dan pantai karang.

1) Pantai Landai
Pantai landai, yaitu pantai yang permukaannya relatif datar. Termasuk pantai
jenis ini adalah pantai mangrove, pantai bukit pasir, pantai delta. dan pantai
estuari.

Gambar II. 1 Pantai Landai

Sumber : Teknik Pantai, Widi dkk

2) Pantai Curam
Pantai curam biasanya bergunung-gunung. Karena peretakan yang
memanjang sejajar pantai dan terkikis ombak yang besar, terjadilah tebing-
tebing curam dan laut dalam.
Contohnya, pantai di selatan pulau Jawa dan barat Pulau Sumatera.
3) Pantai Bertebing (Flaise)
Pantai bertebing (Flaise) adalah pantai yang curam di muka tebing karena
adanya pegunungan melintang tegak lurus terhadap pantai. Di pantai ini
sering dijumpai laut yang dangkal. Terjadinya flaise karena penimbunan hasil
perusakan tebing pantai itu sendiri yang disebabkan oleh abrasi atau erosi
marine.

6
Gambar II. 2 Pantai Bertebing (Flaise)

Sumber : Teknik Pantai, Widi dkk

4) Pantai Karang
Pantai karang terjadi jika di dasar laut sepanjang pantai terdapat terumbu
karang, misalnya pantai di pulau sulawesi, maluku, dan nusa tenggara.
Pantai seperti ini biasanya dijadikan objek wisata laut. Misalnya, Taman
Bunaken di Manado.

Gambar II. 3 Pantai Karang

Sumber : Teknik Pantai, Widi dkk

7
2.4 PENYEBAB KERUSKAN PANTAI
Daerah – daerah tepian pantai mengalami kerusakan akan mudah bertambah parah
dengan datangnya terjangan gelombang yang besar dan tidak sesuai dengan
kemampuan daya tahan tanah. Dampak yang di timbulkan adalag rusaknya daerah
pantai, tempat timggal, kebun-kebun, saran dan prasarana umum jalur perekonomian.
Demikian pula daerah yang berbatasan langsung dengan Negara lain akan
menyebabkan batas Negara jadi berkurang. Daerah pantai yang mempunyai
perlindungan alami seperti tanah mangrove, berbatu dan berpasir bila terganggu maka
akan dengan mudah energy gelombang merusaknya. Besarnya energy gelombang yang
terjadi pada suatu daerah mengikuti siklus alam, sehingga pada pantai yang tidak
memiliki perlindungan alami akan sering dan mudah terjadi kerusakan. Umumnya
kerusakan pantai akan dapat terjadi akibat ulah manusia dan kerusakan yang timbul
oleh siklus alami, dan bila keduanya terjadi bersamaan akan semakin mempercepat
proses kerusakan tersebuat. Penyebab kerusakan Pantai diantaranya :
a. Abrasi
Abrasi adalah suatu proses alam berupa pengikisan tanah pada daerah pesisir
pantai yang diakibatkan oleh ombak dan arus laut yang sifatnya merusak
terkadang juga disebut dengan erosi pantai. Salah satu kerusakan garis pantai
ini dapat dipicu karena terganggunya keseimbangan alam di daerah pantai
tersebut. Akan tetapi meskipun pada umumnya abrasi diakibatkan oleh gejala
alam, namun cukup banyak perilaku manusia yang juga ikut menjadi penyebab
abrasi pantai. Sederhananya abrasi adalah pengikisan di daerah pantai akibat
gelombang dan arus laut yang sifatnya destruktif atau merusak. Karena adanya
pengikisan tersebut sehingga menyebabkan berkurangnya daerah pantai di
mana wilayah yang paling dekat dengan air laut menjadi sasaran pengikisan.
Oleh karenanya apabila dibiarkan abrasi akan terus mengikis bagian pantai dan
air laut bisa membanjiri daerah di sekitar pantai tersebut. Abrasi disebabkan oleh
naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di
daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari
pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita
ketahui,pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap
pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya
gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas
tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan
suhu di permukaan bumi meningkat.

8
Gambar II. 4 Abrasi Pantai

b. Penebangan Mangrove
Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan air
laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil
dari alam. Tanaman mangrove tidak dilindungi/dilarang untuk memanfaatkan
bagian-bagian tanaman tersebut, misalnya dimanfaatkan untuk dijadikan bahan
baku kosmetik/farmasi atau bahan tambahan tekstil.

Hutan mangrove adalah salah satu jenis hutan yang banyak ditemukan pada
kawasan muara dengan struktur tanah rawa dan/atau padat. Mangrove menjadi
salah satu solusi yang sangat penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah
lingkungan terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan
oleh rusaknya habitat untuk hewan. Kerusakan ini tidak hanya berdampak untuk
hewan tapi juga untuk manusia. Mangrove telah menjadi pelindung lingkungan
yang sangat besar

Akibat utama dari penggundulan hutan mangrove adalah abrasi pantai di


beberapa bagian pulau. Selain itu, penggundulan hutan mangrove mengganggu
keseimbangan ekosistem ikan laut.

9
Gambar II. 5 Penebangan Mangrove

c. Penambangan Terumbu Karang


Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan
sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk
dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas
Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia)
dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-
usul. Morfologi dan Fisiologi.

Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam
bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk
tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi
oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan
berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki
bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan
CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan
laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.

Habitat Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah
yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan
laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak
memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan
zooxanhellae dan tidak membentuk karang.

Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat


sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
10
sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine).
Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global
yang melanda perairan tropis pada tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan
karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%.
Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan
Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.

2.5 MACAM – MACAM PERLINDUNGAN PANTAI


Bangunan pelindung pantai adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi
pantai terhadap kerusakan yang disebabkan oleh serangan gelombang dan arus.
Berikut ini ada beberapa contoh banguan pelindung pantai:
a. Artificial Headland
Sebuah tanjung buatan (artificial headland) akan mencegah pasir bermigrasi di
sepanjang pantai. Biasanya berbentuk struktur rubble mound (bentuknya seperti
trapesium), dengan batu pada bagian luar untuk memberikan perlindungan dari
gelombang badai. Biasanya dibagian atas dari struktur ini dapat dijadikan akses
pejalan kaki, dan tidak jarang digunakan sebagai tempat memancing. Tujuan
menggunakan tanjung buatan (artificial land) adalah untuk membentuk profil
pantai yang stabil di sekitar belakang Tanjung, salah satunya pemulihan bagian
pantai yang mengalami erosi, akibat pasir yang terkikis.

b. Jetty
Jetty merupakan bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan di kedua sisi
muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen
pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai jalur pelayaran, pengendapan
di muara dapat mengganggu lalu lintas kapal. Dengan jetty panjang tranport
sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan pada alur pelayaran, kondisi
gelombang tidak pecah sehingga memungkinkan kapal untuk masuk ke muara
sungai.
c. Breakwater
Breakwater atau pemecah gelombang merupakan struktur yang dibuat sejajar
dengan garis pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah
gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap
erosi dengan menghancurkan energi gelombang tersebut sebelum sampai ke
garis pantai. Breakwater berfungsi untuk melindungi pantai yang berada
dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada

11
pantai.
d. Bulkhead
Struktur pantai-paralel vertikal yang dirancang untuk mencegah limpasan, banjir,
atau erosi tanah. Bulkheads biasanya ditempatkan di sepanjang daerah yang
mudah terkikis atau lereng curam dan dibangun dari kayu, baja, atau lembaran
vinyl.

e. Groin
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak
lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton
(pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus pantai
sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang
berlanjut. Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah
efektif. Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri
bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak
tertentu. Hal ini dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan

2.6 CARA MELINDUNGI PANTAI YANG RUSAK


Rusaknya ekosistem berarti rusak pula sumber daya di dalamnya. Agar akibat negatif
dari pemanfaatan beranekaragam dapat dipertahankan sekeci-kecilnya dan untuk
menghindari pertikaian antar kepentingan, serta mencegah kerusakan ekosistem di
wilayah pantai, pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan wilayah perlu
berlandaskan perencanaan menyeluruh dan terpadu yang didasarkan atas prinsip-
prinsip ekonomi dan ekologi.
Penanggulangan kerusakan lingkungan pantai, pesisir dan laut perlu dilakukan
secara hati-hati agar tujuan dari upaya dapat dicapai. Mengingat bahwa subjek dan
objek penanggulangan ini terkait erat dengan keberadaan masyarakatnya, dimana
mereka juga mempunyai ketergantungan cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber
daya di sekitar, seperti ikan, udang, kepiting, kayu mangrove, dll., maka
penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut yang berbasis masyarakat
menjadi pilihan yang bijaksana untuk diimplementasikan.
Tujuan khusus penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis
masyarakat dalam hal ini dilakukan untuk:
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menanggulangi
kerusakan lingkungan;

12
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam
pengembangan rencana penanggulangan kerusakan lingkungan secara
terpadu yang sudah disetujui bersama;
c. Membantu masyarakat setempat memilih dan mengembangkan aktivitas
ekonomi yang lebih ramah lingkungan; dan
d. Memberikan pelatihan mengenai system pelaksanaan dan pengawasan
upaya penanggulangan kerusakan lingkungan pesisir.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sebelum kerusakan pantai di Indonesia semakin bertambah parah, sebaiknya
masyarakat pesisir harus menyadari akan dampak dari kerusakan pantai yang dapat
merugikan diri sendiri dan sekitarnya. Hal ini masih bisa di cegah dengan mengelola
kawasan pantai terpadu seperti menjaga, melestarikan, memelihara, dan memanfaatkan
secara berkelanjutan.

Disamping itu pula, masyarakat harus menyadari dan wajib melindungi keberadaan
ekosistem laut sebagai penopang hidup mereka. Hal ini di terbukti di beberapa Negaera
seperti kepulauan Karabia yang hingga saat uni terjaga kondisi alamnya, karena
masyarakat ikut serta dalam konservasi terumbu karang, baik secara alami maupun
buatan.

Untuk menjaga, melestarikan dan memanfaatkan secara keseluruhan ekosistem laut


hendaknya semua elemen masyarakat baik tokoh masyarakat, ulama, swasta maupun
Pendidik dan Peserta didik, yang juga membantu dengan aparat pemerintah dan
penegak hukum secara porposional di lapangan, serta memberikan sanksi hukum yang
tegas bagi perusak ekosistem laut.

14
DAFTAR PUSTAKA

1 MODUL 04 Pengetahuan Tenik Pantai


2 https://www.situstekniksipil.com/2017/12/9-macam-bangunan-pantai-beserta.html?m=1
3 https://www.scribd.com/document/331131684/Makalah-Kerusakan-Pantai-Akibat-
Reklamasi-Pantai
4 https://core.ac.uk/download/pdf/18605647.pdf
5 https://duniapendidikan.co.id/abrasi-pantai/
6 https://kkp.go.id/brsdm/bdasukamandi/page/541-mangrove-dan-
manfaatnya#:~:text=Hutan%20mangrove%20menjadi%20sumber%20yang,nyaman%20
untuk%20mencegah%20bencana%20alam.
7 https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4332-terumbu-karang
8 https://civil-eng.binus.ac.id/2019/03/14/bangunan-pelindung-pantai/
9 https://bobo.grid.id/read/08675256/mari-jaga-pantai-dan-cegah-abrasi?page=all

15

Anda mungkin juga menyukai