Anda di halaman 1dari 14

PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGELOLAAN

WILAYAH PESISIR DI DESA SENGGIGI KABUPATEN LOMBOK BARAT

DISUSUN OLEH:
INEZ TOVA KIRANI RAHMAN (L1C021040)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
NYA sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan judul “Profesionalisme Sumber Daya
Manusia dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Senggigi Kabupaten Lombok Barat”
sebagai salah satu syarat penilaian mata kuliah Pengantar Sosiologi Pesisir dan Kepulauan kini
telah selesai, serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta para sahabatnya. Dengan mengingat segenap kekurangan yang ada, penulis telah
berusaha memaksimalkan diri untuk menulis dan menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin.
Penulis makalah ini bukan merupakan hasil tunggal penulis, melainkan tidak terlepas dari pikiran
dan budi baik banyak orang dengan kesungguhan hati penulis ucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua yang senantiasa penulis hormati.
Penulis berharap dengan selesainya makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi penulis sendiri serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Allah SWT membalas
amal kebaikan semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penyusunan makalah ini,
Aamiin.

Mataram, 21 Mei 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................3

1.4 Pemanfaatan Penelitian ...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................4

2.1 Kondisi Desa Senggigi .......................................................................................................4

2.2 Profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan wilayah pesisir...............5

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Pengelolaan Wilayah Pesisir ...............7

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................9


Daftar Pustaka ...........................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Wilayah Pesisir merupakan suatu wilayah yang tidak bisa dipisahkan dalam luas
wilayah Indonesia, mengingat garis pantai yang dimiliki. Secara umum wilayah pesisir
adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut. Supriharyono dalam buku A.
Syahrin (2012:75) mendefinisikan, kawasan wilayah pesisir sebagai wilayah pertemuan
antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan
manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Kawasan pesisir pantai
Indonesia yang memiliki kekayaan sangat besar tersebut harus dijaga kelestariannya dengan
melakukan pemanfaatan fungsi wilayah secara terencana, serasi, seimbang dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kekayaan alam kelautan dan sumberdaya pesisir yang
dimiliki Indonesia tersebut antara lain berupa sumberdaya perikanan, sumberdaya hayati
(biodiversity) seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun, serta sumberdaya mineral
seperti minyak bumi dan gas alam termasuk bahan tambang lainnya yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Kini banyak terungkap bahwa wilayah lautan Indonesia memiliki harta
karun yang banyak di dasar laut akibat kapal-kapal pelayaran niaga yang karam pada masa
lalu. Sumberdaya alam pesisir dan laut, dewasa ini sudah semakin disadari banyak orang
bahwa sumberdaya ini merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan dalam mendukung
tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Di sisi lain, konsekuensi logis dari
sumberdaya pesisir dan laut sebagai sumberdaya milik bersama (common property) dan
terbuka untuk umum (open acces) maka pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut
dewasa ini semakin meningkat di hampir semua wilayah. Pemanfaatan yang demikian
cenderung melebih daya dukung sumberdaya (over eksploitatiton). Ghofar (2004)
mengatakan eksploitasi sumberdaya alam laut dan pesisir dewasa ini (penangkapan,
budidaya, dan ekstraksi bahan-bahan untuk keperluan medis) telah menjadi suatu bidang
kegiatan ekonomi yang dikendalikan oleh pasar (market driven) terutama jenis-jenis yang
bernilai ekonomis tinggi, sehingga mendorong eksploitasi sumberdaya alam laut dan pesisir
dalam skala dan intensitas yang cukup besar. Namun demikian, sejauh ini pengelolaan
sumberdaya kelautan masih jauh dari optimal. Pembangunan yang dilakukan selama PJP II
yang ditekankan pada wilayah daratan menyebabkan kurang berkembangnya wilayah pesisir
sehingga pada umumnya masyarakat pesisir merupakan masyarakat miskin. Selain itu,
kegiatan pengelolaan wilayah pesisir juga menyisakan beragam permasalahan yang
mengancam kesinambungan pembangunan, seperti pencemaran, gejala penangkapan ikan
berlebih (overfishing), penangkapan ikan dengan bahan peledak, penambangan terumbu
karang untuk bahan bangunan, degradasi fisik habitat pesisir, konflik pemanfaatan ruang,
dan lain sebagainya. Potensi yang dimiliki oleh wilayah pesisir memerlukan sentuhan
pendayagunaan secara profesional oleh Sumber Daya Manusia yang mengelolanya. Apabila
hal tersebut tidak dikelola secara professional, maka akan timbul berbagai macam masalah
lingkungan seperti, kerusakan fisik habitat ekosistem pesisir, pencemaran, over-eksploitasi
sumberdaya pesisir, konflik pemanfaatan ruang, dan banyak permasalahan lain yang
merupakan permasalahan klasik meliputi keterbatasan sumber dana pembangunan,
rendahnya kualitas sumberdaya manusia, kemiskinan masyarakat pesisir, kurangnya
koordinasi antar pelaku pembangunan, dan lemahnya penegakan hukum dan hal yang paling
di khawatirkan adalah terjadi kelangkaan sumber daya hayati di kawasan pesisir tersebut.
Selain itu, akan terjadi konflik yang tak terkendali di kalangan masyarakat itu sendiri karena
memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu diperlukan profesionalisme dalam
pengelolaan wilayah pesisir di daerah Senggigi, berdasarkan permasalahan tersebut perlu
dilakukan penelitian tentang “Profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan
Wilayah Pesisir di Desa Senggigi Kabupaten Lombok Barat”
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang penulis ambil adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan wilayah pesisir?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme Sumber Daya Manusia
dalam Pengelolaan wilayah pesisir di Desa Senggigi?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan wilayah
pesisir di Desa Senggigi Kabupaten Lombok Barat
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme Sumber Daya
Manusia dalam Pengelolaan wilayah pesisir di Desa Senggigi

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
a. Menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca mengenai profesionalisme Sumber
Daya Manusia dalam mengelola wilayah pesisir dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
b. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian dengan topik yang sama.
b. Membantu pemerintah dalam rangka penentuan kebijakan mengenai profesionalisme
Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan wilayah pesisir
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Desa Senggigi


Desa Senggigi merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Batulayar
Kabupaten Lombok Barat dengan jumlah penduduk 3.420 Jiwa. Desa Senggigi
merupakan desa yang memilki penduduk yang setiap tahunya mengalami peningkatan
jumlah yang disebabkan oleh kelahiran, kematian pendatang dan perpindahan, sehingga
pada saat ini jumlah penduduk Desa Senggigi 3.420 jiwa dengan perincian laki-laki 1.690
jiwa dengan perempuan 1.730 jiwa dengan total kepala keluarga 1.790 dengan kepadatan
penduduk 1.196 Jiwa/km2. Sebagian besar masyarakat Desa Senggigi Kecamatan Batu
layar hidup Bertani buruh tani dan nelayan, pariwisata, selain itu masyarakat ada yang
menjadi PNS, pedagang, pengrajin, pengusaha kecil dan menengah dan lain-lain. Desa
Senggigi secara administratif termasuk di dalam wilayah Kecamatan Batulayar,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB. Desa ini terdiri dari 4 Dusun yakni Loco,
Senggigi, Kerandangan, dan Mangsit dimana masing-masing dusun tersebut dipimpin
oleh seorang Kepala Dusun. Secara Geografis desa Senggigi berbatasan dengan:
a)  Sebelah utara berbatasan dengan desa Malaka kecamatan Pemenang Barat
b)  Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pususk Lestari Kecamatan Batulayar
c)  Sebelah barat selat Lombok.
Objek wisata pantai Senggigi di Kabupaten Lombok barat menyimpan banyak
keindahan alam yang tersembunyi dan belum terekspos ke khalayak ramai, tetapi aneka
wisata nusantara mencoba menjelajahi seluruh tempat wisata yang belum diketahui
sekalipun. Di pantai Senggigi terdapat pasir yang gesar dan bagus dan air laut yang cukup
menarik yaitu ombak nya sangat bagus, namun perjalanan menuju pantai tersebut harus
ekstra hati-hati karena jalur menuju pantai kita di sugguhi pemandangan yang sangat
bagus yang terpandang sepanjang jalan, pasalnya anda akan melewati kompleks hotel dan
tempat hiburan lainnya yang berjarak kurang lebih 20 meter dari gerbang menuju wisata.
Disisi kiri anda akan melihat pemandangan yang indah, dan disisi kanan anda akan
melihat lembah dan tempat hiburan yang cukup menarik, jadi sebaiknya anda berhati-hati
karena jalannya sangat ramai menuju parkiran. Selain air laut anda juga bisa menemukan
budidaya tukik pantai senggigi yang sudah di buat semenarik mungkin dengan fasilitasi
budidayanya sudah di lengkapi dengan alat yang sangat baik dan menunjang keperluan
para wisatawan dan para pengunjung yang datang ke tempat budidayanya ini. Dengan
adanya pemandangan serta air lautnya yang bagus dan indah dan kolam tukik yang
menunjang keperluan para wisatawan pengunjung akan bertambah, pengunjung
meningkat yang biasanya hanya sekitaran 50 orang di hari biasa namun akan meningkat
mencapai 150- 250 orang di hari libur akhir pekan. Bahkan puncak kepadatan
pengunjung juga biasa terjadi saat libur hari raya dan libur sekolah yang biasa mencapai
300 hingga 500 pengunung. Namun kondisi pesisir Senggigi sendiri masih kurang rapi di
karenakan banyaknya tumpukan beton berserakan dan tidak terurus yang merupakan
limbah atau bekas dari proyek Pelabuhan, dimana hal ini sangat merusak kerapian tata
ruang wilayah Pesisir Senggigi dan tentunya hal ini membutuhkan Tindakan yang serius
dari Dinas Perhubungan Kabupaten Lombok Barat

2.2 Profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan wilayah Pesisir


Pengelolaan pesisir sudah sesuai dengan regulasi antara pemerintah desa dan
pemerintah daerah serta tidak mengganggu aktivitas atau kebutuhan antara masyarakat
satu dengan masyarakat yang lain serta tidak mengganggu ekosistem wilayah peesisir
malah sebaliknya, mereka pemerintah setempat dan masyarakat sudah melakukan
pengelolaan wilayah secara professional sehingga wilayah tersebut lebih terjaga dan lebih
lestari. Adapun bentuk profesionalitasannya yakni tidak merubah struktur dengan tidak
adanya bentuk-bentuk pelanggaran seperti tidak adanya reklamasi atau perubahan
struktur pantai dan tetap terjaganya pepohonan yang tumbuh secara alami, justru hal
tersebut dimanfaatkan sebagai sumber keindahan sehingga menimbulkan daya Tarik
tersendiiri. Profeionalisme mereka dalam mengelola wilayah pesisir Senggigi juga terlihat
dari keseharian mereka seperti, nelayan tetap melakukan aktivitas seperti biasa dan tetap
diberikan ruang tersendiri serta kegiatan mereka tidak terganggu oleh majunya sektor
pariwisata. Selain itu, penertiban pedagang pedagang kecil juga sudah dilakukan sehingga
membuat tata ruang di wilayah pesisir Senggigi lebih baik, tamu-tamu pengunjung lebih
terkesan, karena dalam pengelolaannya tetap terlihat natural dan teratur sesuai dengan
adat, budaya dan aktivitas masyarakat sehingga terlihat lebih menarik dan tertib. Semua
hal tersebut terbukti dengan banyaknya wisatawan yang terkesan dengan terjaganya adat-
istiadat dan norma setempat, serta keasrian dan kebersihan pesisir selalu terjaga. Semakin
bertambahnya peluan masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomian dengan
membuat kerajinan-kerajinan tangan dan hal-hal lain yang menggugah minat wisatawan.
Pengelolaan pesisir juga dilakukan oleh Lembaga pemerintah, swasta, organisasi
kemasyarakatan yang terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang terjadi di wilayah pesisir.
Keseluruhan proses diatas menurut Sorensen dan McCreary (1990), harus dilaksanakan
secara berkesinambungan dan dinamis dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial,
ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat pengguna Kawasan pesisir dan lautan serta
konflik pemanfaatan sumberdaya dan konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
lautan yang mungkin ada. Keterpaduan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan ini
mencakup empat aspek (Dahuri et Al 2001);
1) Keterpaduan Ekologis
Secara ekologis wilayah pesisir memiliki keterkaitan antara lahan atas(daratan) dan
lautan. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan
antara daratan dan lautan. Dengan keterkaitan Kawasan tersebut maka pengelolaan
Kawasan pesisir tidak terlepas dari pengelolaan lingkungan di kedua wilayah
tersebut. Berbagai dampak lingkungan yang terjadi pada Kawasan pesisir merupakan
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan yang dilakukan dilahan atas
seperti pemukiman, pertanian dan lain sebagainya.
2) Keterpaduan sectoral
Sebagai konsekuensi dari besar dan beragamnya sumberdaya alam di Kawasan pesisir
adalah banyaknya instansi atau sector-sektor pembangunan yang bergerak dalam
pemanfaatan sumberdaya pesisir. Akibatnya sering terjadi tumpeng tindih pemanfaat
sumberdaya pesisir antara satu sector dengan sector lainnya. Kegiatan suatu sector
tidak dibenatkan mengganggu apalagi sampai mematikan kegiatan sector lainnya.
Oleh karena itu pengelolaan wilayah ini dalam perencanaannya harus
mengintegrasikan kepentingak semua sectoral.
3) Keterpaduan Disiplin Ilmu
Wilayah pesisir memiliki sifat dan karakteristik yang unik dan spesifik, baik sifat
maupun karakteristik ekosistem pesisir maupun sifat dan karakteristik sosial budaya
masyarakatnya. Oleh karena itu dibutuhkan ilmu dalam pengelolanan wilayah pesisir,
mengikuti karakteristik ekosistem dan sosial budaya masyarakatnya.
4) Keterpaduan Stakeholders
Segenap keterpaduan diatas akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh
keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembagunan di wilayah pesisir. Seperti
diketahui bahwa pelaku pembangunan dan pengelola sumberdaya pesisir antara lain
terdiri dari pemerintah, masyarakat, swasta, dan juga Lembaga swadaya masyarakat
yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya
pesisir.Penyusunan perencanaan pengelolaan terpadu harus mampu mengakomodir
segenap kepentingan pelaku pembangunan pesisir. Oleh karena itu perencanaan
pengelolaan pembangunan harus menggunakan pendekatan dua arah, yaitu
pendekatan top down dan pendekatan bottom up.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Pengelolaan Wilayah Pesisir


Ada beberapa factor yang umumnya mempengaruhi profesionalitas Sumber
Daya Manusia dalam pengelolaan wilayah pesisir terutama masyarakat yang berdomisili
di wilayah setempat dan memanfaatkan wilayah pesisir Desa Senggigi dengan
anggapan-anggapan bahwasanya akan terjadi perubahan dari aktivitas mereka dan
disamping itu ada juga kekhawatiran akan rusaknya tradisi setempat, hilangnya mata
pencaharian para nelayan. Adapun factor-faktor penyebabnya sebagai berikut:

A.) Faktor pendidikan dan Pelatihan


Pendidikkan merupakan tempat atau wahana meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) agar menjadi manusia yang produktif, budaya dan memahami
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Arah peningkatan sumber daya manusia harus
memperihatinkan dua aspek yaitu kualitas intelektual dan kualitas moralitas.
Pemerintah desa harus melakukan analisis dan pengkajian secara mendalam tentang
potensi yang ada di desa Senggigi kecamatan batu layar sehingga anak-anak mereka
bisa mendapatkan yang layak dan menjadi manusia berilmu sehingga tidak ada lagi
korban kebohongan. Masyarakat desa Senggigi merupakan masyarakat yang
memiliki angka pernikahan dini yang cukup banyak itu disebabkan karena kurang
Pendidikan dan penanaman ilmu agama.
B.) Faktor Lingkungan
Dewasa ini, sumber daya alam dan lingkungan telah menjadi barang langka
akibat eksploitasi yang berlebihan dan kurang memperhatikan aspek keberlanjutan.
Kendati secara ekonomi dapat meningkatkan nilai jual, namun di sisi lain dapat
menimbulkan ancaman kerugian ekologi yang jauh lebih besar, seperti hilangnya
lahan, langkanya air bersih, banjir, longsor dan sebagainya. Salah satu akibat dari
kelangkaan tersebut adalah pemanfaatan Sumber Daya Alam yang kini mulai
bergeser dari Sumber Daya Alam yang ada di darat kea rah pemanfaatan Sumber
Daya Alam daerah pesisir laut

C.) Faktor Wawasan


Dalam pengelolaannya, dibutuhkan wawasan dan pengetahuan khusus agar
pengelolaan dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang
berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan
pembangunan yang ada di kawasan tersebut akan dapat mempengaruhi produktivitas
sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda
dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal
balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir harus dilakukan dengan
professional dengan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir,
sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari.
BAB III
KESIMPULAN

Pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara professional dan terpadu


dengan mengintegrasikan berbagai perencanaan sektor oleh pengambil kebijakan baik di
pusat maupun di daerah, sehingga saling terjadi keharmonisan dan penguatan pemanfaatan
dengan pengelolaan yang melibatkan masyarakat. Perbaikan dapat dilakukan apabila
pemerintah daerah dan pemerintah pusat berkonsentrasi pada pengembangan SDM lokal
di wilayah pesisir, infrastruktur, dan keberlangsungan ekosistem sebagai sebuah rangkaian
yang tidak terpisahkan. Penulis menyarankan sinergitas berkesinambungan antara elemen
pemerintah dan sektoral pembangunan serta masyarakat dalam penyusunan sebuah
kebijakan dalam sebuah tim maupun forum pertemuan, serta penggantian UU tentang
wilayah pesisir secara menyeluruh untuk mengakomodasi pembangunan ekonomi di wilayah
pesisir yang sejalan dengan aspek pelestarian yang mengutamakan keterlibatan masyarakat
lokal.
DAFTAR PUSTAKA

(Adisasmita, 2006). Perencanaan Kawasan Perairan dan Pantai. Yogyakarta: Graha Ilmu

(Rahmawaty, 2004). Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan Secara Terpadu dan
Berkelanjutan. Sumatera Utara: Universitas Sumatra Utara

(Dahuri, R., J Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996). Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu., PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

(Dahuri, R. 1999). Pengelolaan Wilayah Pesisir dalam Kontek Pengembangan Kota Pantai dan
Kawasan Pantai Secara Berkelanjutan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
Kemaritiman, Jakarta.

(Ghofar A., 2004). Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Terpadu dan Berkelanjutan,
Cipayung-Bogor.

(Nababan, 2003). Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat Adat, Tantangan dan
Peluang

(Dahuri, Rokhmin 1996) Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Jakarta, PT. Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai