Anda di halaman 1dari 41

IMPLEMENTASI MANAJEMEN HALAL DI PONDOK PESANTREN

(STUDI PADA PONDOK PESANTREN AL-AMIN HIDAYATULLAH


MATARAM)

Oleh
Ulia Nurul Aeni
NIM 200305059

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2023
A. Judul

Implementasi Manajemen Halal Di Pondok Pesantren (Studi Pada Pondok

Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram)

B. Latar Belakang Masalah

Dalam ajaran (hukum) Islam, halal dan haram merupakan

persoalan sangat penting dan dipandang sebagai inti beragama, karena

setiap muslim yang akan melakukan atau menggunakan, dan

mengkonsumsi sesuatu sangat dituntut untuk memastikan terlebih dahulu

kehalalan dan keharamannya. Seperti yang telah tertera di dalam Al-

Qur,an Surah Al-Baqarah:168, yang berbunyi:


ُ ُ ۟ َّ َ ‫َٰ اًل َ اَل‬ ۟ ُ ُ ُ َّ َ ُّ ‫ََٰٓأ‬
ْ ‫وا ِم َّما فى ٱَأْل‬
‫ض َحل ط ِّي ًبا َو تت ِب ُعوا خط َٰو ِت‬
ِ ‫ر‬ ِ ‫ي يها ٱلناس كل‬

َُ َٰ َّ 1
‫ٱلش ْيط ِن ۚ ِإ َّن ُهۥ لك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِب ٌين‬

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu”. (QS. Al-Baqarah: 168).2

Ayat diatas tidak hanya menyatakan bahwa mengkonsumsi yang

halal dan suci hukumnya wajib, tetapi juga menunjukan bahwa hal

tersebut merupakan perwujudan rasa syukur, ketakwaan dan keimanan

kepada Allah SWT.

1
QS Al-Baqarah [2]: 168.
2
Gema Rahmadani, “Halal dan Haram dalam Islam”, Ilmiah Penegakan Hukum, Vol. 2,
Nomor 1, Juni 2015, hlm. 21.
Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk muslim

terbesar di dunia yang mencapai 87.18% dari populasi 232,5 juta jiwa

menurut Global Economic Report 2018/2019, Indonesia memiliki pangsa

pasar produk dan jasa berbasis ekonomi syariah yang sangat besar

dibandingkan negara-negara lain di dunia. Permintaan terhadap produk

halal di dunia meningkat pada setiap harinya. Hal ini sesuai dengan fakta

bahwa jumlah penduduk muslim di dunia yang semakin bertambah.3

Dengan kuantitas penduduk beragama Islam, menjadi pendorong

lahirnya Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk

Halal. Pasal 2 Undang-Undang ini menyatakan bahwa “Penyelenggaraan

jaminan produk halal berasaskan pada asas perlindungan, asas keadilan,

asas kepastian hukum, asas akuntabilitas dan transparansi, asas efektivitas

dan efisiensi, serta asas profesionalitas”.

Selain itu, terdapat pula Fatwa MUI No. 519 Tahun 2001 tentang

Lembaga pelaksanaan pemeriksaan pangan halal, pasal 2 menyatakan

“Pelaksanaan pangan sebagaimana dimaksud pasal 1, meliputi:

pemeriksaan atau vertifikasi data pemohon, pemeriksaan proses produksi,

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pengepakan, pengemasan dan

penyimpanan produk, pemeriksaasn sistem transportasi, distribusi,

pemasaran dan penyajian, pemrosesan dan penetapan sertifikasi Halal”.4

3
Mumfarida. Dzikrulloh, “Implementasi Halal Pada Proses Produksi Produk Bisnis
Pesantren (Metode: Multicase Studi)”, Ekonomi Syariah, Vol. 1, Nomor 2, Desember 2021, hlm.
12.
4
Sodiman, “Sertifikasi Halal Produk Makanan Sebagai Perlindungan Konsumen Muslim:
Studi di Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
Sulawesi Tenggara” Studi Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 3, Nomor 1, Juni 2018, hlm. 86-87.
Pengaturan penggunaan produk halal di Indonesia memiliki 2 (dua)

hal yang saling terkait, yaitu sertifikasi dan lebelisasi. Sertifikasi halal

adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai

syariat Islam melalui pemeriksaan yang terperinci oleh LPPOM MUI.

Sertifikasi halal ini merupakan UUD 1945 terutama Pasal 28 dan 29

(Hazairin, 1990).5

Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang

dilakukan oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi tersebut dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya

yang dimiliki.6

Pondok pesantren yang melembaga di masyarakat, terutama di

pedesaan merupakan salah satu Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia.

Awal kehadiran pondok pesantren bersifat tradisional untuk mendalami

ilmu-ilmu agama Islam sebagai pedoman hidup (tafaqquhh fi al-adin)

dengan menekankan pentingnya moral dalam bermasyarakat.7

Munculnya pesantren di Indonesia diperkirakan sejak 300-400

tahun yang lalu dan menjangkau hampir di seluruh lapisan masyarakat

muslim, terutama di Lombok. Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan

yang unik. Tidak saja karena keberadaannya yang sudah sangat lama,

5
Panji Adam Agus Putra, “Kedudukan Sertifikasi Halal Dalam Sistem Hukum Nasional
Sebagai Upaya Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam”, Ekonomi dan Keuangan Syariah,
Vol. 1, Nomor. 1, Januari 2017, hlm. 152-153.
6
Burhanudin Gesi. Rahmat Laan. Fauziyah Lamaya, “Manajemen Dan Eksekutif”
Manajemen, Vol. 3, Nomor 2, Oktober 2019, hlm. 53.
7
Imam Syafe,I, “Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter”,
Pendidikan Islam, Vol. 8, Nomor. …, Mei 2017, hlm. 86.
tetapi juga karena kultur, metode, dan jaringan yang diterapkan olah

Lembaga agama tersebut.8

Yayasan Pondok pesantren Al-Amin Hidayatullah merupakan

salah satu pondok pesantren yang ada di Kota Mataram. Pondok pesantren

ini berlokasi di Jl. Dukuh Saleh, Pejeruk, Kec. Ampenan, Kota Mataram,

Nusa Tenggara Barat. Pondok Pesantren Al-Amin HIdayatullah berdiri

pada tahun 1991. Pesantren ini membuka jenjang Pendidikan setingkat

SMA dan SMP, yaitu MA Hidayatullah (MADAYA), dan MTS

Hidayatullah Mataram.

PP Al-Amin Hidayatullah ini menerapkan peraturan konsep halal

dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berupa tidak diperbolehkan membawa,

memakai, dan memakan makanan atau produk yang berlebel “Unilever”,

karena mereka meyakini bahwa produk-produk dari Unilever ada unsur

kandungan pork di dalamnya. Karena belum tentu semua produk itu ada

unsur pork di dalamnya.9

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, perlu kiranya

mengeksplorasi bagaimana pemahaman manajemen halal pada Pondok

Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram dan bagaimana

implementasinya. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui dan

meneliti tentang “Implementasi Manajemen Halal di Pondok

Pesantren (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah

Mataram)”.
8
Panji Adam Agus Putra, “Kedudukan…, hlm. 152-153.

9
Hikma Faradila, Wawancara, Mataram, 10 Mei 2023.
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman halal menurut Pondok Pesantren Al-Amin

Hidayatullah?

2. Bagaimana implementasi manajemen halal di Pondok Pesantren Al-

Amin Hidayatullah?

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, ada beberapa tujuan yang akan

dicapai oleh peneliti ini adalah untuk:

a. Untuk mengetahui persepsi halal menurut Pondok Pesantren Al-

Amin Hidayatullah.

b. Untuk memahami bagaimana implementasi manajemen halal di

Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah.

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

Manajemen Halal di Pondok Pesantren.

b. Praktis

1) Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dalam keilmuan

Manajemen Dakwah.

2) Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan refrensi dan wawasan

dalam menyempurnakan penelitian selanjutnya, tentang

keilmuan Manajemen Dakwah.


3) Bagi Lembaga, diharapkan menjadi masukan bagi Lembaga

Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah, sehingga Manajemen

Halal yang ditulis oleh peneliti dapat diterima sebagai alternatif

dalam membangun rasa semangat baik bagi santri maupun

pengelola di Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah

Mataram.

c. Akademis

Sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana di Jurusan Manajemen

Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Mataram.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas dan terfokus pada

bagaimana implementasi manajemen halal di pondok pesantren Al-

Amin Hidayatullah.

2. Setting Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah yang diteliti, peneliti akan

melakukan penelitian pada Manajemen Halal di Pondok Pesantren Al-

Amin Hidayatullah Mataram. Lokasi penelitian bertempat di Jl. Dukuh

Saleh, Pejeruk, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

F. Telaah Pustaka

Telaah Pustaka yang memberikan hasil penelitian sebelumnya

yang konsisten dengan topik yang akan diteliti oleh peneliti dalam skripsi.

Pada bagian ini mengemukakan kelebihan, kekurangan dari peneliti.


Peneliti akan memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan

dengan judul peneliti antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Faiqotul Mualifah, Tahun 2020, Skripsi

dengan judul “Analisis Persepsi Santri Tentang Produk Makanan

Berlebel Halal (Studi di Pondok Pesantren Al-Burhany YASINAT Kesilir

Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember”. Penelitian ini dan penelitian

yang akan dilaksanakan sama-sama menggunakan metode penelitian

kualitatif deskriptif.10 Hasil dari penelitian terdahulu menunjukan bahwa:

1) Persepsi santri tentang produk makanan berlabel halal adalah produk

makanan tersebut sudah diuji kehalalan bahan dan cara pembuatannya,

sehingga yakin aman dan halal dikonsumsi oleh pembeli. 2) Pertimbangan

label halal dalam keputusan pembelian produk makanan oleh santri

Pondok Pesantren Al-Burhany adalah ketika santri akan membeli produk

makanan yang familiar dan sering mencoba sebelumnya, mereka

cenderung langsung membeli dan jarang memperhatikan label halal.

Sedangkan terhadap makanan yang belum pernah mereka coba

sebelumnya ada yang memutuskan membeli karena yakin bahwa makanan

itu halal walau hanya melihat dari bungkus dan ada yang memutuskan

tidak membeli karena untuk berjaga-jaga.11

Letak persamaannya antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilaksanakan adalah sama-sama menggunakan pendekatan

10
Faiqotul Mualifah, “Analisis Persepsi tentang produk Makanan Berlebel Halal
(Studi di Pondok Pesantren Al-Burhany YASINAT Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten
Jember)”, (Skripsi, FEBI, IAIN Jember, Jember, (2020), hlm. 53
11
Ibid., hlm viii
kualitatif, dan prosedur pengumpulan data dengan cara observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan letak perbedaannya, yaitu

terletak pada tujuan dan fokus penelitian, lokasi, dan objek penelitian.

Objek penelitian terdahulu hanya santri saja sedangkan objek penelitian

yang akan dilaksanakan meliputi santri, Dewan Guru/Ustazd dan Ustazah,

Pimpinan Pondok atau Pengelola Pondok Pesantren Al-Amin

Hidayatullah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lutfi Mahda Handayani, Tahun 2018,

Skripsi dengan judul “Penerapan Bisnis Islam Pada De’Halal Mart

Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.12

Hasil penelitian terdahulu adalah De’Halal Mart telah

mengimplementasikan sistem operasionalnya sesuai dengan etika bisnis

Islam seperti tauhid, keadilan, tanggung jawab, kebebasan, kebenaran, dan

ihsan. Namun, untuk implementasi pada UU No. 53/M-Dag/PER/12/2008

De’Halal Mart sudah banyak menjalankan, namun ada beberapa yang

butuh disempurnakan.13

Persamaan penelitian terdahulu dengan rencana penelitian penulis

yaitu pada fokus penelitian mengenai apakah De’Halal Mart Yogyakarta

sudah menerapkan prinsip-prinsip bisnis Islam dengan baik. Jenis

pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif, dan prosedur

pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

12
Lutfi Mahda Handayani, Penerapan Etika Bisnis Islam Pada De’Halal Mart
Yogyakarta”, (Skripsi, Manajemen Dakwah, FDIK, UIN Sunan KaliJaga Yogyakarta 2018) hlm.
23
13
Ibid., hlm x
Perbedaan dengan rencana penelitian penulis yaitu penelitian terdahulu

fokus pada penerapan bisnis Islam pada De’Halal Mart Yogyakarta,

sedangkan rencana penelitian penulis membahas mengenai implementasi

manajemen halal pada Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram.

Letak persamaannya antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilaksanakan

3. Penelitian yang dilakukan oleh Indra Gunawan dan Maryono, Tahun 2022,

Jurnal dengan judul “Implementasi Manajemen Rantai Nilai Halal

Dimasa Kenormalan Baru: Studi Pada Badan Usaha Milik Pesantren Al

Mumtaz Kabupaten Gunungkidul”. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif.14 Hasil dari penelitian terdahulu yaitu: 1)

Adanya sinergi antara aktivitas pendukung (sekunder) yang secara optimal

menunkang aktivitas utama (primer) dalam rantai pasokan (supply chain).

Penjaminan ekosistem halal telah teroptimalkan dengan adanya aktivitas

halal dalam manajemen rantai nilai yang diimplementasikan dari proses

produksi, distribusi, dan konsumsi. Hal tersebut dapat menciptakan

efektifitas produksi pada unit-unit usaha BUMP Al Mumtaz dari hulu

hingga hilir khususnya dimasa kenormalan baru. 2) Keunggulan dapat

diidentifikasi dari optimalnya pengelolaan sumber daya pesantren dalam

mendukung aktivitas rantai nilai halal dan kendala yang dihadapi karena

terbatasnya sumber daya yang dimiliki Pondok Pesantren Al Mumtaz.15

14
Indra Gunawan dan Maryono, “Implementasi Manajemen Rantai Nilai halal Dimasa
Kenormalan Baru: Studi Pada Badan Usaha Milik Pesantren Al-Mumtaz Kabupaten Gunungkidul”
Jurnal Manajemen Dakwah, Vol. 8, Nomor 1, Juni 2022, hlm. 56.
15
Ibid., hlm. 52
Letak persamaannya yaitu, penelitian terdahulu dan penelitian yang

akan dilaksanakan yaitu pada fokus penelitian mengenai Implementasi

Manajemen Halal di Pondok Pesantren sebagai objek penelitian. Jenis

pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif, dan prosedur

pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Perbedaannya dengan rencana penelitian yang akan dilaksanakan yaitu

penelitian terdahulu fokus pada rantai nilai halal di masa kenormanalan

baru pada badan usaha milik pesantren Al-Mumtaz, sedangkan rencana

penelitian penulis membahas mengenai bagaimana pemahaman dan

implementasi manajemen halal di pondok pesantren Al-Amin

Hidayatullah Mataram.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Mumfarida, dan Dzikrullah, Jurnal dengan

judul “Implementasi Halal Pada Proses Produksi Produk Bisnis

Pesantrean”, pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan penerapan konsep

halal pada proses produksi dengan pendekatan konsep halal value chain

yang berfokus hanya pada makanan saja.

Adapun hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukan bahwa

implementasi halal pada proses produksi di Pondok Pesantren Nurul

Amanah baik dari input bahan baku, proses pengolahan, proses

pengemasan, serta bahan dan alat yang digunakan telah sesuai dengan

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 31 tahun 2019 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang


Jaminan Produk Halal serta bahan-bahan yang digunakan telah berstandar

LPPOM-MUI dan alat yang digunakan telah terdaftar pada Halal Positive

List Of Materials.16

Persamaan penelitian terdahulu dengan rencana penelitian penulis

yaitu sama-sama meneliti tentang implementasi halal di pondok pesantren,

jenis pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif, dan prosedur

pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Perbedaannya dengan rencana penelitian penulis yaitu penelitian terdahulu

fokus pada proses produksi produk pada bisnis pesantren, sedangkan

rencana penelitian penulis membahas mengenai pelaksnaan manajemen

halal di pondok pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Denny Kurniawati, Muhammad Ricky

Andriyani Asyathor, Tahun 2021, Jurnal dengan judul “Implementasi

Sistem Jaminan Halal HAS 23000 Pada Produk Beras Sehat Jawatan

(Studi Kasus di koppotren Taliati Jawatan Pomosda, Nganjuk)”. Penelitian

ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian

terdahulu yaitu: 1) Implementasi penerapan di Koppotren Taliati Jawatan

POmosda memegang kebijakan dalam melakukan kegiatan produksi halal

dengan berkomitmen pada prinsip halal. Kesesuaian terhadap pemenuhan

kriteria 11 Prosedur HAS 23000 secara optimal. 2) Adapun jaminan

kebersihan dan kehalalan pada produk beras sehat Jawatan harus segera

dibenahi untuk memberikan rasa kepercayaan pada konsumen, keamanan

16
Mumfarida, Dzikrulloh, “Implementasi Halal Pada Proses Produksi Produk Bisnis
Pesantren “ Jurnal Ekonomi syariah, Vol. 01, Nomor 02, Desember 2021, hlm. 18
dalam mengonsumsi makanan sehat dan halal, serta terpenuhinya

kenyamanaan konsumen dalam memilih produk yang bersih dan terjamin

kehalalannya.17

Letak persamaannya yaitu, sama-sama membahasa tentang

Implementasi Halal, dan sama-sama menggunakan metode penelitian

kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu, penelitian terdahulu meneliti

tentang Implementasi Sistem Jaminan Halal HAS 23000 Pada Produk

Beras Sehat, sedangkan penelitian yang dilaksanakan akan meneliti

tentang bagaiamana Implementasi Manajemen Halal di Pondok Pesantren

Al-Amin Hidayatullah Mataram.

G. Kerangka Teori

1. Manajemen

a. Pengertain Manajemen

Secara etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa

Inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,

dan pengolaan. Artinya, manajemen adalah sebagai suatu proses

koordinasi untuk mencapai sautu tujuan.18

Sedangkan secara terminology, ada beberapa definisi yang

dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

“The process of planning, organizing, leading, and


controlling the work of organization members and of using

17
Denny Kurniawati, Muhammad Ricky Anriyani Asyathor, “Implementasi Sistem
Jaminan Halal HAS 23000 Pada Produk Beras Sehat Jawatan” Jurnal Ilmu, Vol. 18, Nomor 3
Tahun 2021, hlm. 28.
18
Muhammad Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Kencana: Jakarta, 2021), hlm.
7
all available organizational resources to reach stated
organizational goals”19
(Sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan terhadap para anggota organisasi serta
penggunaan seluruh sumber-sumber yang ada secara tepat
untuk meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan).
Selanjutnya definisi manajemen Menurut Mary Parker

Follet, dikutip dari Stoner J.A, R. E Freeman dan D. R. gilbert Jr,

manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain.20

b. Unsur-Unsur Manajemen

Menurut Malayu S.P Hasibuan unsur-unsur manajemen terdiri

dari men, money. Methods, materials, machines, dan market.21

1) Man (Manusia)

Manusia memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi

yang menjalankan fungsi manajemen dalam operasional suatu

organisasi yang menetukan tujuan dan dia pula yang manjedi

pelaku dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan.

2) Momney (Uang)

Uang merupakan salah satu yang tidak dapat diabaikan. Uang

merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Uang merupakan

alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala

sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.

19
Ibid.,
20
Dian Wijayanto, Pengantar Manajemen, (PT. Gramedia: Jakarta, 2013), hlm. 1
21
Fajri Dwiyama, “Unsur Manejemen Dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam Di
Indonesia” Jurnal Manejemen Pendidika Islam, Vol. 7, Nomor 1, November 2018, hlm. 677.
3) Methods (Metode)

Methods adalah cara yang ditempuh Teknik yang dipakai untuk

jalannya pekerjaan manajer dalam mewujudkan rencana

operasional. Cara kerja atau ketode yang tepat sangat

menentukan kelancaran setiap kegiatan proses manajemen dari

suatu organisasi.

4) Material (Bahan/Perlengkapan)

Material adalah bahan-bahan baku yang dibutuhkan biasanya

terdiri dari bahan setengah jadi dan bahan jadi dalam operasi

awal guna menghasilkan barang atau jasa.

5) Machines (Mesin)

Mesin adalah alat peralatan termasuk teknologi yang digunakan

untuk membantu dalam operasi untuk menghasilkan barang

dan jasa. Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau

menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan

efisiensi kerja.

6) Market (Pasar)

Market merupakan pasar yang hendak dimasuki hasil produksi

baik barang atau jasa untuk menghasilkan uang dengan

produksi suatu hasil Lembaga/perusahaan dapat dipasarkan,

karena itu pemasar dalam manajemen ditetapkan sebagai salah

satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Pasar diperlukan untuk


menyebarluaskan hasil-hasil produksi agar sampai ketangan

konsumen.22

c. Fungsi Manajemen

Menurut George R. Terry, mengemukakan bahwa fungsi

manajemen diantaranya yaitu:23

1) Planning (Perencanaan)

Perencanaan adalah proses kegiatan yang rasional dan

sistematik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau

langkah-langkah yang ajan dilaksanakan di kemudian hari

dalam rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2) Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah proses mengatur orang-orang dan

sumber daya lainnya untuk bekerja kearah tujuan bersama

(Schermerhorn, 1996:218).24

3) Controlling (Pengawasan)

Controlling atau pengawasan adalah salah satu fungsi

manajemen yang berupaya mengadakan penilaian, mengadakan

koreksi terhadap segala hal yang telah dilakukan oleh bawahan

sehingga dapat diarahkan ke jalan yang benar sesuai dengan

tujuan.25
22
Faozan Tri Nugroho, “Pengertian Manajemen, Tujuan, Fungsi, dan Unsur-Unsurnya
Yang Perlu Diketahui” dalam https://www.bola.com/ragam/read/4466004/pengertian-manajemen-
tujuan-fungsi-dan-unsur-unsurnya-yang-peru-diketahui, diakses tanggal 6 Mei 2023, pukul 22.09.
23
FAthul Maujud, “Implementasi Fungsi-Fungsi Manejemen Dalam Lembaga Pendidikan
Islam” Jurnal Penelitian Islam, Vol. 14, Nomor 1, 2018, hlm. 33.
24
Cipta Pramana, Angka Utama, dkk, “Dasar Ilmu Manejemen”, (Jawa Barat: CV. Media
Sains Indonesia, 2021), hlm. 63.
25
Fathul Maujud
4) Actuating (Pelaksanaan), fungsi Actuating (menggerkkan) yaitu

penerapan atau implementasi dari rencana yang ditentukan.

Actuating merupakan Langkah dalam pelaksanaan rencan

dalam kondisi yang nyata melibatkan segenap SDM yang

dimiliki.26

2. Implementasi

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

pelaksanaan, penerapan. Adapun implementasi menurut para ahli

yakni, menurut Usman (2002), mengemukakan pendapatnya tentang

Implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut, “Implementasi adalah

bermuara pada aktivitas, aksi, Tindakan, atau adanya mekanisme suatu

sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

Implementasi merupakan serangkaian aktifitas dalam rangka

menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan

tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. 27 Dapat

dipahami bahwa implementasi merupakan salah satu tahap dalam

kebijakan publik. Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang

adalah jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan public penjelas

atau sering disebut sebagai persatuan pelaksanaan.

Teori implementasi menurut Edward dan Emerson, menjelaskan

bahwa terdapat empat variabel kritis dalam implementasi kebijakan


26
Alam, S. Ekonomi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 15.
27
Affan Gaffar, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, (Jogja: Pustaka Pelajar
Kedasama, 2009), hlm. 294.
publik atau program, diantaranay: komunikasi atau kejelasan

informasi, konsistensi informasi, ketersediaan sumber daya dalam

jumlah dan mutu tertentu, sikap dan komitmen dari pelaksana

program atau kebijakan birokrat, dan struktur birokrasi atau standar

operasi mengatur tata kerja dan tata laksana.28

Pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat

dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi

suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi

oleh objek berikutnya.29

3. Halal

a. Pengertian Halal

Halal adalah sesuatu yang jika digunakan tidak

mengakibatkan mendapat siksa (dosa). Menurut hadis yang

diriwiyatkan Imam Muslim dari Nu’man bin Basyir, bahwa ada

tiga kategori hukum, yaitu: halal, haram, dan subhat. Sesuatu

yang halal sudah jelas kehalalannya, begitu juga yang haram

sudah jelas keharamannya. Sedangkan yang tidak jelas halal

dan haramnya adalah subhat.

28
Siti Umi Sartika, Implementasi Peraturan Jaminan Produk Halal Berdasarkan UU No.
33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Mahasiswa
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jemebr”, (Skripsi, HES,
Fakultas Syariah, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember), hlm. 29.
29
Ali Miftakhu Rosyid, “Implementasi Pendidikan Karakter Kegiatan Pembelajaran di
Lingkungan Sekoklah”. TARBAWI Vol. 5 Nomor. 02, Desember 2019, hlm. 176.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Salman al-Farisi

disebutkan bahwa sesuatu yang halal adalah apa saja yang

dihalalkan (dibolehkan) oleh Allah, dan yang haram adalah apa

saja yang dilarangnya. Sedangkan yang tidak disebutkan (halal

atau haramnya) hukumnya diampuni.30

b. Regulasi Produk Halal

1) UU No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

Jaminan produk halal perlu dilakukan di Indonesia untuk

memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan

kepastian ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam

mengonsumsi dan menggunakan produk.31 Meningkatkan

nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan

menjual produk halal. Dengan diterbitkannya UUJPH

terdapat perubahan kerja sama dengan Lembaga

penyelenggara sertifikasi halal.

2) Peraturan pemerintah No. 39 tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.

Pemerintah bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan JPH, maka dibentuklah yang

berkebutuhan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri. Dimana dalam penyelenggaraan JPH, BPJPH

mempunyai wewenang untuk:


30
Gema Rahmadani, “Halal…, hlm. 23.
31
Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, bab I, LN No. 295
tahun 2014, pasal 3.
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH.

b) Menetapkan norma, standar, prosedur, dan juga kriteria

JPH.

c) Menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal dan Label

Halal pada produk.

d) Melakukan registrasi Sertifikat Halal pada produk luar

negeri.

e) Melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi produk

halal.

f) Melakukan akreditasi terhadap LPH.

g) Melakukan registrasi Auditior Halal.

h) Melakukan pengawasan terhadap JPH.

i) Melakukan pembinaan Auditor Halal, dan

j) Melakukan kerja sama dengan Lembaga dalam luar

negeri dibidang penyelenggaraan JPH.

3) Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 26 Tahun 2019

tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal.

Dalam melaksanakan wewenangnya BPJPH bekerja

sama dengan kementrian atau Lembaga yang terkait, LPH,

dan juga MUI. Dimana kementrian terkait yang dimaksud

adalah kementrian negara yang menyelenggarakan urusan

pemerintah di bidang industry, perdagangan, Kesehatan,

pertanian, koperasi juga UMKM, luar negeri, dan yang


lainnya terkait dengan penyelenggaraan Jaminan Produk

Halal. Lembaga terkait adalah Lembaga yang non structural

yang menyelenggarakan tugas pemerintah di bidang

pengawasan obat dan makanan, standarisasi, akreditasi

Lembaga penilaian kesesuaian, dan lainnya.32

c. Label Halal

Label merupakan bagian dari suatu produk yang

menyampaikan informasi tentang apa yang ada dalam penjual

dan produk itu sendiri. Menurut Kotler, label adalah tampilan

sederhana pada produk atau gambar yang dirancang dengan

rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasana. 33 Label

biasanya hanya mencantumkan merek atau informasi.

Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP)

Nomor 69 Tahun 1999 yang disebut sebagai label pangan

adalah: setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk

gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang

disertakana pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelken

pada, atau merupakan bagian kemasan pangan yang selanjutnya

dalam peraturan pemerintah ini disebut label.

Sedangkan, yang disebut sebagai pangan halal adalah:

Pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram

atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang


32
Indonesai, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 26 tahun 2019 tentang
penyelenggaraan jaminan produk halal, bab II LN No. 1191 tahun 2019, pasal 4.
33
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo, 2000), hlm. 447
menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan,

bahan bantu dan bahan pendorong lainnya termasuk bahan

pangan yang diolah melalui proses rekayasa gentik dan iridiasi

pangan dan yang pengelolaannya dilakukan sesaui dengan

ketentuan hukum agama Islam.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, yang disebut

Jaminan Produk Halal adalah: “Kepastian hukum terhadap

kehalalan suatu produk yang dibuktikan dengan sertifikasi

halal”.

Bagi pelaku usaha yang telah memperoleh sertifikat halal

wajib mencantumkan label halal pada kemasan produk, bagian

tertentu produk dan tempat tertentu produk.34 Labelisasi halal

adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada

kemasan produk untuk menunjukan bahwa produk yang

dimaksud berstatus sebagai produk halal.35 Sertifikasi halal ini

merupakan syarat untuk mendapatkan percantuman label halal

pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang

berwenang.36

d. Sistem Jaminan Halal

34
DPR RI, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal Pasal
38.
35
Mashudi, Kontruksi…, hlm. 118.
36
Burhanuddin, S, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen (malang: UIN Maliki Press, 2011),
140.
Jaminan suatu produk halal memerlukan sistem yang

memuat jaminan kehalalan, baik ditinjau dari sisi bahan baku

dan turunannya maupun dari proses produksinya. Sistem harus

mampu menjamin bahwa produk yang dikonsumsi umat adalah

halal yang disertai Lembaga penentu kehalalan suatu produk,

adanya tanda halal yang dilihat secara mudah oleh konsumen

dan sistem pengawasan secara berkesinambungan agar tidak

terjadi penyimpangan. Sistem jaminan halal itu sendiri adalah

sistem yang disusun, dilaksanakan dan dipelihara perusahaan

pemegang sertifikat halal dengan tujuan untuk menjaga

kesinambungan prosess produsi halal sehingga produk yang

dihasilkan dapat dijamin kehalalannya, sesaui dengan aturan

yang digariskan oleh LP POM-MUI.37

e. Sertifikasi Halal

Sertifikasi halal adalah pengakuan kehalalan suatu produk

yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa tertulis yang

dikeluarkan oleh MUI. BPJPH (Badan Pengelenggara Jaminan

Produk Halal) adalah badan yang dibentuk pemerintah untuk

menyelenggarakan Jaminan Produk Halal (JPH).38 Bagi

konsumen, sertifikasi halal berfungsi:

1) Terlindunginya konsumen muslim dari mengkonsumsi pangan,

obat-obatab dan kosmetik yang tidak halal.

37
Mashudi, Kontruksi…, hlm. 124.
38
DPR RI, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
2) Secara kejiwaan perasaan hati dan batin konsumen akan tenang.

3) Mempertahankan jiwa dan raga dari keterpurukan akibat

produk haram.

4) Sertifikasi halal juga akan memberikan kepastian dan

perlindungan hukum terhadap konsumen.

Bagi produsen, sertifikasi halal mempunyai peran sangat

penting, yaitu:

1) Sebagai pertanggung jawaban produsen kepada konsumen

muslim, mengingat masalah halal merupakan bagian dari

prinsip hidup muslim.

2) Mengingatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen.

3) Mengingatkan citra dan daya saing perusahaan.

4) Sebagai alat pemasaran serta untuk memperluas area jaringan

pemasaran.

5) Memberi keuntungan pada produsen dengan mengingatkan day

saing dan omzet produksi serta penjualan.39

Sertifikasi produk halal diberlakukan tidak hanya terdapat

produk dalam negeri tetapi juga produk luar negeri. Mengenai

produk yang bersertifikat halal dari Lembaga sertifikat luar negeri,

perlu diperhatikan bahwa tidak semua standar luar negeri atau

internasional dapat diterapkan di Indonesia karena di Indonesia

39
Mashudi, Kontruksi dan Respon Masyarakat Terhadap Sertifikasi Produk Halal,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), hlm. 116.
Batasan halal adalah hal yang paling ketat dan tidak dapat

disimpangi. Misalnya diluar negeri babi yang telah berubah

menjadi X dapat menjadi tidak diharamkan lagi, sedangkan di

Indonesi babi yang telah mengalami perubahan apapun tetaplah

diharamkan. Sertifikat halal luar negeri dapat diterima sepanjang

sesuai dengan sistem atau standar Indonesia. Hal ini karena

kenyataan pelaksanaan sertifikasi luar negeri terutama non-muslim

biasanya sistem satu Lembaga sebagai auditor, pengurus sekaligus

pemeriksa (one man show). Sedangkan di Indonesia terdapat

sejumlah Lembaga yang terlibat yaitu Departeman Agama, Badan

BPOM, dan MUI (Komisi Fatwa MUI, LP POM-MUI, Departemen

Pertanian) tergabung dalam Komite Halal Indonesia (KHI).40

Gambar 1.2 – Kerangka Konseptual

Kebijakan
Halal

Tindakan
Perencanaan
Perbaikan

Controlling
dan Pelaksanaan
Evaluasi

H. Metode Penelitian

40
Ibid.,
1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu

penelitian yang berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan,

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode

kualitatif, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada

hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria

untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat

sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak

baik peneliti maupun subjek penelitian.41

Pada penelitian kualitatif, peneliti akan mencoba untuk

memperoleh gambaran secara lebih mendalam tentang Implementasi

Manejemen Halal di Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah

Mataram. Yang dimana menggunakan beberapa Teknik, yaitu

observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat

mengungkapkan permasalahan yang ada dalam

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti adalah hal penting dalam penelitian kualitatif.

Peneliti akan melakukan pengamatan berperanserta (observasi

partisipan), yaitu melakukan pengamatan yang dilakukan dengan turut

aktif menjadi bagian dari objek penelitian.42

41
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), hlm. 6.
42
Lexy J Moleong, Metodologi…, hlm. 145.
Peneliti dalam hal ini akan meneliti secara langsung dan ikut serta

menjadi bagian dalam kegiatan yang dilaksanakan di Pondok

Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Al-Amin

Hidayatullah Jl. Dukuh Saleh, Pejeruk, Kec. Ampenan, Kota Mataram,

Nusa Tenggara Barat.

Penelitit memilih lokasi ini karena tertarik dengan Pondok

Pesantren yang memiliki peraturan tidak boleh membawa atau

memakai produk yang berlebel Unilever. Peneliti memasuki lokasi

penelitian ini dengan cara menyampaikan kepada Pengelola Pondok

Al-Amin Hidayatullah Mataram, kemudia beliau membantu

menyampaikan kepada Kepala Sekolah dan Dewan Guru Asatidz

Ustazd dan Ustazah bahwa peneliti ingin melakukan penelitian di

lokasi tersebut.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Data primer adalah data utama yang didapatkan

langsung dari narasumber. Data primer ini berupa kata-kata atau

Tindakan. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan


secara tidak langsung atau bukan dari informasi dan bersifat data

tambahan. Data sekunder ini berupa dokumen tarkait.43

Sumber data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

observasi tentang Implementasi Manajemen Halal di Pondok Pesantren

Al-Amin Hidayatullah Mataram, serta

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data dilakukan dengan

tig acara, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk memperoleh informasi dari pengalaman

langsung di lapangan. Pengamatan yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah jenis pengamatan berperan serta (observasi

partisipan), yaitu melakukan pengamatan yang dilakukan dengan

turut aktif selain menjadi subjek peneliti juga menjadi objek yang

diteliti.44

Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan dengan

datang langsung ke Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah

Mataram untuk mengamati secara langsung bagaimana berjalannya

pertauran tersebut.

b. Wawancara

43
Ibid…, hlm. 157.
44
Ibid…, hlm. 145.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu

yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan

terwawancara. Maksud wawancara dapat memperluas infromasi

yang diperlukan terkait suatu permasalahan. Wawancara yang

dilakukan menggunakan petunjuk umum wawancara, yaitu berupa

kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang disusun

secara berurutan.45

Proses wawancara akan dilakukan secara tatap muka dan

seluruh percakapan akan direkan menggunakan alat yang telah

disediakan. Wawancara dilakukan dalam rentang waktu yang telah

ditentukan dan berdasarkan daftar narasumber yang ada, yaitu

meliputi:

Tabel 1.1 – Daftar Narasumber Penelitian

No Kelompok Nama Keterangan

1 Pengelola Pemimpin Pondok Pesantren

2 Pengelola

5 Santriwati Hikma faradila Kelas 11 (MA Putri)

45
Ibid., hlm. 186-187.
7

Narasumber yang ada dipilih dengan menggunakan Teknik

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan informan yang

bertujuan untuk merinci kekhususan konteks yang unik dan

menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan teori.46

Kriteria yang digunakan adalah pertama memiliki jabatan tertentu

di Lembaga yang diteliti, kedua merupakan santri jenjang MTS dan

MA.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah Teknik pengumpulan data melalui

catatn peristiwa yang telah berlalu. Dokumen ini dapat berbentuk

tulisan, gambar atau karya monumental seseorang. Dokumen

berbentuk catatan seperti biografi, peraturan dan kebijakan.

Dokumen berbentuk gambar dapat berupa foto. Dokumen karya

monumental dapat berupa karya seni patung, film dan lain

sebagainya.47

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik

dokumentasi sebagai alat atau bukti nyata. Dokumentasi tersebut

berupa hasil tangkap gambar atau potretan dan peneliti akan

46
Ibid., hlm. 218-219.
47
Sugiyono, Metodelogi Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 240.
melampirkan dokumentasi profil, website, brosur, dan sosial media

dari Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode perbandingan tetap oleh Glaser dan Strauss. Dinamakan

perbandingan tetap, karena dalam analisis data, secara tetap

membandingkan data dengan data untuk mengalisis suatu tema

sehingga dpat diambil suatu kesimpulan. Teknik analisis ini meliputi:

a. Reduksi data

Melakukan identifikasi terhadap setiap data yang ada dan

menentukan data mana saja yang dianggap penting dan berkaitan

erat dengan tema penelitian. Setelah itu untuk memudahkan proses

selanjutnya, maka data-data tersebut akan dibuatkan kode-kode

khusus untuk pengelompokan.

b. Kategorisasi

Upaya untuk memilihi setiap satuan data yang ada ke dalam

bagian-bagian tertentu yang memiliki kesamaan. Masing-masing

kategori ini aan diberikan nama yang menggambarkan kesamaan

data tersebut. Nama-nama yang diberikan ini diberi istilah label.

c. Sintesisasi

Sintesisasi berarti mencari kaitan atau hubungan antara

kategori yang satu dengan yang lainnya. Kaitan atau hubungan ini
akan Kembali dibuatkan label penamaan. Sehingga memperjelas

dan membedakan masing-masing kategori tersebut.

d. Menyusun Hipotesa Kerja (Menyimpulkan)

Menyusun sebuah teori atau dugaan sementara berdasarkan

sejumlah data yang ada. Dugaan sementara ini akan berkaitan

dengan rumusan masalah yang telah ditentukan dan dapat

menjawabnya. Penarikan kesimpulan ini harus bersifat

proporsional, artinya sesaui porsi atau berasal dari penalaran

deduktif, yaitu dari hal yang bersifat khusus menjadi satu hal yang

bersifat umum dan dapat digeneralisasi.48

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan data dilakukan dengan

melaksanakan sejumlah hal, yaitu uji kepercayaan (creadibility),

keterangan (transferability), keberuntungan (dependability) dan

kepastian (confirmability). Data yang telah terkumpul harus melewati

sejumlah pengecekan untuk dapat menjadi data yang abash. Berikut ini

adalah penjabaran seluruh Teknik pengecekan tersebut.

a. Uji Kepercayaan (Credibility)

Uji Kredibilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengukur

kepercayaan terhadap data hasil penelitian49. Ada sejumlah

Langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur kepercayaan

tersebut, yaitu:

48
Lexy J Moleong, Metodelogi…, hlm. 288-289.
49
Lexy J Moleong, Metodelogi…, hlm. 324.
1) Perpanjangan keikutsertaan. Keikutsertaan peneliti sangat

menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut

tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan

perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan ini dapat meningkatkan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan dan membangun

kepercayaan diri dan kepercayaan subjek penelitian50.

Keikutsertaan peneliti akan diperpanjang selama 5 bulan

dimulai dari bulan Mei 2023 hinggan November 2023.

2) Ketekunan pengamatan yang bermaksud menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.51 Peneliti

akan melakukan pengamatan dengan tekun, memusatkan diri

pada hal-hal yang penting, guna memastikan keabsahan data.

Fokus utama penelitian adalah pada Implementasi Manajemen

Halal Pondok Pesantren pada Pondok Pesantren Al-Amin

HIdayatullah Mataram.

3) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Teknik ini dilakukan

dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan

sejawat. Pertama, untuk membuat peneliti tetap

50
Ibid., hlm 327
51
Ibid., hlm. 329
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua, diskusi

dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang

baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul

dari pemikiran peneliti.52 Peneliti akan melakukan diskusi

dengan rekan sejawat yaitu berdiskusi tentang

4) Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses

pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat

kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliput

data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan. 53 Setiap

anggota yang terlibat dalam proses penelitian akan dipilih

sesuai kompetensinya dan dipastikan dapat berkontribusi positif

terhadap proses penelitian yang berlangsung. Pemilihan

anggota diantaranya mencakup narasumber yang akan

diwawancara. Pemilihan narasumber didasarkan atas beberapa

aspek yang telah disebutkan sebelumnya. Narasumber berasal

dari pengelola/pengurus tetap pada Pondok Pesantren yang

akan diteliti. Narasumber memiliki jabatan sebagai Pemimpin

di Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram.

5) Kecukupan refrensial yang artinya bahwa setiap data yang

didapatkan harus memiliki refrensi data pendukung yang cukup

lengkap. Sebagai contoh hasil wawancara harus memiliki data

pendukung seperti rekaman percapakan dan transkip hasil

52
Ibid., hlm. 382
53
Ibid., hlm 335
wawancara.54 Peneliti akan memastikan bahwa setiap Teknik

pengumpulan data memiliki data pendukung yang lengkap.

Untuk wawancara akan dilengkapi dengan rekaman dan

transkip percakapan. Untuk observasi disertai dengan foto pada

saat pelaksanaan kegiatan dan catatan. Untuk dokumentasi akan

disertai dengan dokumen baik berupa softcopy maupun

hardcopy.

6) Langkah keenam adalah traingulasi, yaitu Teknik pengecekan

keabsahan data yang memanfaatkan sesautu yang lain. Sesuatu

yang lain ini dapat bermaksud sumber, Teknik dan waktu.

Triangulasi Teknik bermakna membandingkan hasil penelitian

yang didaptkan memalui berbagai Teknik pengumpulan data,

yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi

waktu bermakna membandingkan hasil penelitian terhadap

narasumber yang sama namun pada waktu yang berbeda. 55

Peneliti akan melakukan triangulasi sumber dengan

membandingkan setiap narasumber yang ada, yaitu peneliti

akan melakukan triangulasi metode dengan membandingkan

setiap data hasil penelitian dari ketiga Janis pengumpulan data

yang ada, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

b. Uji Keteralihan (Transferability)

54
Sugiyono, Metode…, hlm 275.
55
Ibid., hlm 274
Uji keteralihan adalah uji validitas ekstrenal yang

menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau

diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas

dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara

refresentatif mewakili populasi itu. Untuk melakukan pengalihan

tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan

kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian

peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif

secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan

tersebut.56

Peneliti akan melakukan seluruh proses penelitian dengan

seksama sehingga nantinya hasil penelitian dapat diuji validitas

eksternalnya, yaitu setiap sampel yang diteliti benar-benar dipilih

sesuai kompetensinya dan dapat mewakili populasinya. Pemilihan

narasumber dilakukan dengan mengacu kepada pengelolaan dan

pengurus Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram serta

beberapa santriwati.

c. Uji Kebergantungan (Dependability)

Uji kebergantungan adalah uji yang mengukur replikasi

studi, artinya jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan

suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara

esensial sama, maka dapat dikatakan pengujiannya tercapai

(dependable). Pengujian ini dapat dilakukan dengan memeriksa


56
Lexy J Moleong, Metodologi…, hlm. 324
keseluruhan proses dan hasil penelitian. Mulai dari data

pengumpulan, pengelolaan dan analisis data. Data diuji dengan

kriteria kelengkapan, ketuntasan, kebermanfaatan dan

keberkaitan.57

Penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada

sehingga hasil penelitian nantinya dapat direduplikasi dan

mendapatkan hasil yang tak jauh berbeda. Penelitian akan sangat

memperhatikan setiap Langkah dan prosedur yang ada dengan

harapan dapat menjadi landasan bagi peneliti lainnya untuk

melanjutkan atau melakukan penelitian ulang pada objek yang

berbeda, namun dengan substansi yang sama.

d. Uji Kepastian (Confirmability)

Uji kepastian adalah uji objektivitas yang memastikan

bahwa studi bersifat obejektif atau tidak bergantung pada

persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan

penemuan orang. Dapat dikatakan bahwa pengalaman orang itu

subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak

orang, barulah dapat dikatakan objektif. Jika sesuatu objektif

berarti dapat dipercaya, factual dan dapat dipastikan. Penelitian

kualitatif menekankan objektivitas pada data yang didapat, bukan

sekedar dari orang/narasumber yang diteliti.58

57
Ibid., hlm. 325
58
Ibid.,
Peneliti melakukan penelitian dengan objektif tanpa

memiliki kepentingan apapun terhadap hasil penelitian. Data yang

didapat akan disampaikan apa adanya, tanpa ada kepentingan

subjektif tertentu. Peneliti akan bertindak sebagai seorang peneliti

yang netral dan melihat kondisi yang ada secara apa adanya.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat

dan beberapa sub bab yang saling berkaitan. Untuk lebih jelas, sistematika

pembahasan ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat, Ruang Lingkup dan Setting Penelitian,

Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode penelitian dan Sistematika

pembahasan.

Bab II Paparan Data, Temuan dan Pembahsan yang berkaitan

dengan rumusan masalah pertama, yaitu bagaimana Persepsi Manajemen

Halal di Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah Mataram.

Bab III Paparan Data, Temuan dan Pembahasan yang berkaitan

dengan rumusan masalah kedua, yaitu tentang bagaimana Implementasi

Manajemen Halal di Pondok Pesantren Al-Amin Hidayatullah.

Bab IV Penutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran, pada bagian

bab ini berisi tentang Kesimpulan (menjelaskan secara singkat dari semua

isi bab) dan Saran (membuka semua saran-saran dari para pembaca).

J. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian


Table 1. 2 – Rencana Jadwal Kegiatan

2023
N
Kegiatan Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De
o
n b r r i n l u p t v s

1 Pengajuan

Judul

Proposal

2 Penyusunan

Proposal

3 Seminar

Proposal

4 Bimbingan

dan

Perbaikan

5 Persetujuan

Proposal

6 Pelaksanaa

n Penelitian

7 Penyusunan

Skripsi

8 Bimbingan

dan

Perbaikan

9 Persetujuan

Skripsi

10 Ujian

Skripsi
11 Perbaikan

12 Melengkapi

Administras

Anda mungkin juga menyukai