Anda di halaman 1dari 49

2022/2023

Panduan Praktek
Laboratorium KMB 2

DISUSUN OLEH :
TIM DOSEN KMB :
AIDA SRI RACHMAWATI, MKep
YUYUN SOLIHATIN, MKep
BAYU BRAHMANTIA, MKep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

BIODATA MAHASISWA

Nama Mahasiswa :…………………………………….

NIM :…………………………………….

1
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahrabbi’alamin, penyusun bersyukur pada Illahi


Rabbi atas segala rahmat dan karunianya, serta kemudahan yang
diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku
panduan laboratorium keperawatan medikal bedah II ini. Semua ini
tak lepas dari do’a dan dorongan dari berbagai pihak.

Buku panduan laboratorium keperawatan medikal bedah II ini


berisikan kerangka acuan praktek, materi praktek, standar
operasional prosedur (SOP) dan contoh kasus di klinik berupa soal
objective structured clinical examination (OSCE) yang merupakan
panduan bagi mahasiswa di laboratorium dan khususnya dalam
menjalankan tugas praktek lapangan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih


yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian buku panduan ini. Akhirnya, semoga buku
panduan ini bermanfaat.

Tasikmalaya, Maret 2023

Penyusun,

Tim KMB

2
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
Visi Misi FIKes UMTAS
Visi Misi Program D III Keperawatan UMTAS
Penerapan AIK
Kerangka Acuan PBK
Kompetensi KMB II
Format Kompetensi Sistem Muskuloskeletal
Materi Praktek
SOP
Kasus OSCE
Format Kompetensi Sistem Persyarafan
Materi Praktek
SOP
Kasus OSCE
Format Kompetensi Sistem Penginderaan
Materi Praktek
SOP
Kasus OSCE
Format Kompetensi Sistem Endokrin
Materi Praktek
SOP
Kasus OSCE

Referensi

3
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

VISI, MISI DAN TUJUAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

Visi:
“Menjadi Fakultas Ilmu Kesehatan yang unggul, islami, dan terkemuka tingkat
global pada tahun
2035”.

Misi:

1. Menyelenggarakan Pendidikan kesehatan yang berkualitas;


2. Menyelenggarakan penelitian kesehatan dengan prinsif kebebasan berfikir
ilmiah;
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. Mengintegrasikan pembinaan dan pengembangan Al-Islam
Kemuhammadiyahan dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi
bidang kesehatan.
5. Menyelenggarakan kerjasama dalam meningkatkan kualitas pendidikan
kesehatan.

Tujuan:

1. Menghasilkan peserta didik menjadi sarjana muslim yang beriman dan


bertakwa, berakhlak mulia, memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional, dan beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan
makmur yang diridhoi Alloh SWT.
2. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat sebagai
landasan penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
4
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

dalam bidang kesehatan.


3. Menghasilkan, mengamankan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dalam skala nasional dan internasional dalam bidang kesehatan.
4. Mewujudkan pengelolaan FIKes yang terencana, terorganisir, produktif, efektif,
efisien, dan terpercaya.
5. Menjalin kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan dalam
lingkup nasional dan internasional untuk pengembangan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam bidang kesehatan.

5
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

VISI, MISI, TUJUAN


PRODI D3 KEPERAWATAN FIKES UMTAS

Visi :
“Menghasilkan lulusan Ahli Madya Keperawatan yang berkepribadian Islami, berpengetahuan
holistik integratif, kompetitif dan dinamis.”

Misi :
1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan Al-Islam
Kemuhammadiyahan
2. Menyelenggarakan pendidikan yang terintegrasi dengan tehnologi informasi
3. Menyelenggarakan penelitian dengan prinsip kebebasan berfikir ilmiah
4. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat berdasarkan nilai - nilai Al Islam,
hasil pengajaran dan penelitian
5. Menyelenggarakan kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan.

Tujuan
a. Menghasilkan peserta didik menjadi ahli madya muslim yang beriman dan bertakwa,
berakhlak mulia, yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional, dan
beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi oleh
Alloh SWT.

6
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

b. Meningkatkan kegiatan pengetahuan penelitian kesehatan sebagai landasan


penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
kesehatan.
c. Menghasilkan, mengamankan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dalam skala nasional dan internasional.
d. Mewujudkan pengelolaan yang terencana, terorganisir, produktif, efektif, efisien, dan
terpercaya.
e. Menjalin kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan dalam lingkup
nasional dan internasional untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat.

7
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

PENERAPAN AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN


DALAM KEGIATAN PROSES BELAJAR LABORATORIUM

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
“Awalilah pekerjaanmu dengan menyebut nama Allah” itulah makna yang terkandung
dari lafaz basmallah (bismillaahirrahmaanirrahiim). Pekerjaan yang diawali dengan
basmalah juga mengandung makna bahwa dalam menjalankan pekerjaan dibutuhkan
bimbingan dan hidayah dari Allah, karena hanya Allahlah satu-satunya tempat yang
sepantasnya kita jadikan gantungan hidup, ” Allah tempat bergantung” (QS. A. Ikhlas :
2)

‫ ثم صلته مع السالم‬# ‫الحمد هلل على الدوام‬


‫ محمد واالل واالبناء‬# ‫على إمام الرسل و األمبياء‬

“Segala puji bagi Allah untuk selamanya # Kemudian rahmat beserta salamNya.
Semoga tercurah pada pimpinan para rasul dan nabi # Muhammad dan keluarga serta
kerabatnya.”

Disamping mengawali dengan basmalah, maka tutuplah segala aktifitas dengan


hamdalah (Alhamdulillaahi Rabbil’aalamiin), sebagai ungkapan pujian kepada Allah
yang telah mencurahkan segala rahmat dan nikmat serta kemudahan dalam
melaksanakan aktifitas. Ungkapan hamdalah juga mengandung makna keredhaan atas
segala hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang telah dilakukan.

Ungkapan basmalah dan hamdalah mrupakan dua umgkapan yang memiliki


keterkaitan dan mengandung nilai-nilai kehambaan yang luar biasa dari seorang
hamba kepada Allah, diawali dengan penyerahan diri kepada Allah maka diakhiri
dengan senantiasa memuji keagungan dan kebesaran Allah, Tuhan yang memiliki
kekuasaan meliputi langit dan bumi, Tuhan semesta alam, “Segala puji bagi Allah
Tuhan sekalian alam” (QS. Alfatihah: 1). Kedua ungkapan ini mengandung nilai-nlai
ketauhidan yang sekaligus cerminan dari kualitas keimanan seorang hamba kepada
Allah, insya Allah.

Doa Ketika Sakit :

8
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


9
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

I. Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini memberikan pengalaman praktek di laboratorium seorang perawat
keperawatan medikal bedah dengan mengintegrasikan penerapan Al-Islam
Kemuhammadiyahan dalam melakukan keterampilan/kompetensi sistem
persyarafan, sistem penginderaan, sistem muskuloskeletal, sistem endokrin,
sistem integumen

II. Tujuan Mata Kuliah


Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan penerapan Al-Islam Kemuhammadiyahan dalam praktek
2. Melakukan keterampilan/kompetensi praktek laboratorium sistem persyarafan
3. Melakukan keterampilan/kompetensi praktek laboratorium sistem
muskuloskeleteal
4. Melakukan keterampilan/kompetensi praktek laboratorium sistem penginderaan
5. Melakukan keterampilan/kompetensi praktek laboratorium sistem endokrin

III. Kompetensi
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu
1. Melakukan keterampilan Al-Islam dan kemuhammadiyahan :
 Mampu melafalkan doa untuk orang sakit
2. Melakukan keterampilan/kompetensi sistem persyarafan :
 Pemeriksaan GCS
 Peradangan selaput meningen
 Pemeriksaan kekuatan otot
 ROM
3. Melakukan keterampilan/kompetensi sistem muskuloskeletal :
 Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal
 Pemasangan bidai, penggunaan alat bantu berjalan (Walker/Kruk)
4. Melakukan keterampilan/kompetensi system penginderaan:
 Pemeriksaan Visus
 Pemberian Obat Tetes Telinga
5. Melakukan keterampilan/kompetensi system endokrin
 Pemberian insulin
 Perawatan luka gangrene
6. Melakukan keterampilan/kompetensi sistem integument
 Menghitung luas luka bakar
 Pemberian obat topikal

IV. Metode Praktek


10
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

 OSCE
 Simulasi
 Demonstrasi

V. Tata Tertib
1. Mahasiswa hadir 15 menit sebelum praktikum di mulai
2. Mahasiswa selama praktikum berlangsung, tidak boleh meninggalkan
laboratorium tanpa izin dosen
3. Mahasiswa wajib membereskan alat-alat yang dipakai untuk praktikum dan
dikembalikan dalam keadaan rapid an bersih
4. Mahasiswa diwajibkan mengganti peralatan jika terjadi kerusakan paling lambat
2 hari setelah praktikum
5. Mahasiswa yang tidak dapat mengkuti praktikum karena berhalangan atau gagal
dalam praktikum harus mengulang atau mengganti pada hari lain sesuai dengan
jadwal yang telah diatur (sesuai kebijakan dosen)
6. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100% dari kegiatan praktikum
7. Mahasiswa selama melaksanakan praktek di laboratorium, mahasiswa
diwajibkan untuk memakai seragam dinas lengkap dan atribut sesuai dengan
ketentuan dari pendidikan.

VII. Evaluasi
a. Jenis evaluasi :
 Ujian Praktek Laboratorium Objective Structure Clinical Examination (OSCE)

 Perfomance
b. Kehadiran 100 % dan pencapaian target kompetensi 85 %
c. Syarat kelulusan : 3,00/70/B

VIII. Pembimbing
Aida Sri Rachmawati, MKep
Yuyun Solihatin, MKep
Bayu Brahmantia, MKep
Kartiwa, M.Kep

Tasikmalaya, Maret 2022


Koordinator Mata Kuliah

Aida Sri Rachmawati, MKep

11
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

Pemeriksaan Fisk Sistem Muskuloskeletal

Pengertian
Sistem musculoskeletal terdiri dari otot, tulang dan sendi. Pengkajiannya
tergantung pada kebutuhan dan masalaha yang ada pada klien. Untuk otot perawat
biasanya mengkaji mengenai kekuatan, tonus, ukuran, kesimetrisan perkembangan
otot dan ada tidaknya tremor. Tulang dikaji bentuknya, normal atau tidak. Sedangkan
persendian dikaji apakah ada kemerahan, bengkak, penebalan, krepitasi, ada nodul
atau tidak, dan range og motionnya. Postur tubuh juga dikaji mengenai cara berdiri
dan cara duduknya.

Indikasi
Pemeriksaan fisik sistem musuloskeletal dilakukan jika terdapat masalah pada otot,
tulang dan persendian.

Tahapan Prosedur
No. Tahapa Prosedur Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Pra Interaksi
a. Mengecek cacatan perawatan dan medis
pasien
b. Mempersiapkan diri (menggali perasaan,
fantasi dan rasa takut dalam diri sendiri)
c. Mempersiapkan peralatan:
 Goniometer
d. Cuci tangan
2. Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Menyebut nama klien dengan nama

12
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

kesukaannya
c. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
pemeriksaan fisik
d. Menyebutkan prosedur dan lama tindakan
yang akan dilakukan
e. Menanyakan adakah pertanyaan atau
keluhan pasien
f. Mengatur posisi pasien dan menjaga privasi
g. Memulai dengan cara yang baik
3. Kerja
a. Mencuci tangan
b. Mendekatkan peralatan
c. Memakai sarung tangan

OTOT
d. Inspeksi ukuran otot dan bandingkan bagian
kanan dan kiri
e. Inspeksi otot dan tendon, apakah ada
kontraktur (memendek)
f. Inspeksi apakah ada tremor misalnya pada
saat tangan klien memegang sesuatu
g. Palpasi otot pada saat istirahat untuk
mengkaji tonus otot
h. Palpasi otot ketika klien aktif dan pasif
apakah ada kelemahan, kelenturan, dan
kelancaran dari gerakan
i. Uji kekuatan otot, bandingkan antara kanan
dan kiri
 Sternocleidomastoid: minta klien
menoleh ke satu sisi kemudian lakukan
tahanan menggunakan telapak tangan
pemeriksa di bagian pipi
 Trapezius: minta klien mengangkat bahu
kemudian lakukan tahanan berlawanan
menggunakan dua tangan pemeriksa di
atas bahu
 Deltoid: minta klien untuk mengangkat
lengannya kemudian lakukan tahanan
berlawanan menggunakan kedua tangan
pemeriksa
 Biceps: minta klien untuk ekstensi lengan
kemudian pemeriksa berusaha untuk
melakukan gerakan fleksi lengan klien

13
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

 Tricep: minta klien untuk fleksi lengan


kemudian pemeriksa berusaha untuk
melakukan gerakan ekstensi lengan klien
 Pergelangan tangan dan jari-jari: minta
klien memisahkan jari-jari sedangkan
pemeriksa berusaha menahan dengan
cara menyatukan jari-jari
 Kekuatan pegangan: minta klien
memegang jari telunjuk dan jari tengah
pemeriksa sedangkan pemeriksa
berusaha untuk menarik jari tersebut
 Otot paha: minta klien mengangkat salah
satu kakinya (pada posisi supinasi)
kemudian pemeriksa berusaha menahan
gerakannya dengan cara menekannya ke
bawah
 Abduksi paha: posisikan klien terlentang,
minta klien membuka kedua kakinya
sedangkan pemeriksa berusaha
menahannya dengan cara menekan
bagian lateral dari lutut
 Adduksi paha: posisikan klien seperti pada
abduksi paha. Tempatkan tangan
pemeriksa di antara kedua kaki (di bagian
medial lutut) kemudian klien diminta
untuk menyatukan ke dua kakinya.
 Hamstrings: klien diminta untuk fleksi
lutut kemudian pemeriksa berusaha
meluruskan lutut tersebut
 Quadriceps: klien diminta untuk
meluruskan kaki kemudian pemeriksa
berusaha memfleksikan lutut klien
 Ankle dan kaki: minta klien dorsofleksi
kaki sedangkan pemeriksa berusaha
melakukan plantar fleksi kaki klien

Derajat Kekuatan Otot:


0: paralisis (0% dari kekuatan otot yang normal)
1: tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau diinspeksi (10% dari kekuatan otot
yang normal)
2: gerakan otot tidak mampu menahan gravitasi
(25% dari kekuatan otot yang normal)
14
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

3: gerakan otot mampu menahan gravitasi (50%


dari kekuatan otot yang normal)
4: gerakan otot mampu menahan gravitasi dan
resistensi minimal (75% dari kekuatan otot yang
normal)
5: gerakan otot mampu menahan gravitasi dan
resistensi maksimal (100% dari kekuatan otot
yang normal)

TULANG
j. Inspeksi struktur tulang
k. Palpasi tulang apakah ada edema atau
kemerahan

SENDI
l. Inspeksi sendi, apakah ada pembengkakan.
Palpasi setiap sendi apakah ada kemerahan,
kelenturan geraknya, pembengkakan,
krepitasi dan ada tidaknya nodule
m. Kaji rentang gerak atau range of motion.
Minta klien untuk menggerakan sendi
tertentu kemudian pergerakan sendinya
diukur menggunakan goniometer

Gambar penggunaan Goniometer untuk


mengukur derajat sudut persendian
4. Terminasi
a. Simpulkan hasil kegiatan
b. Berikan reinforcement positif kepada pasien
c. Buat kontrak waktu selanjutnya
d. Rapikan pasien dan peralatan
e. Cuci tangan

15
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

f. Akhiri pertemuan dengan mengucapkan


salam
5. Dokumentasi
Dokumentasikan hasil pemeriksaan fisik dan
respon pasien selama tindakan pada format
pengkajian yang sudah tersedia

KASUS OSCE
(OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)

Kasus 1:
Seorang wanita 70 tahun berobat ke puskesmas dengan keluhan nyeri hebat pada
daerah punggung bagian bawah yang dirasakan secara tiba-tiba. Pemeriksaan fisik
ditemukan kifosis berat dan foto rontgen menunjukkan adanya fraktur kompresi
vertebrae pada daerah lumbalserta penipisan tulang. Kadar kalsium, fosforus, dan
alkali fosfatase dalam batas normal.

Soal Kognitif
1. Tindakan pengkajian keperawatan yang harus dilakukan pada kasus diatas?
(Data focus pengkajian)
 Anamnesa
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
2. Apakah tindakan pengkajian keperawatan utama (prioritas) pada kasus diatas?

Soal Psikomotor
3. Demonstrasikan pemeriksaan yang dilakukan :
 Pemeriksaan fisik

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


Fakultas Kesehatan
16
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Program Studi D III Keperawatan


Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

PENGUKURAN GCS

Skala Koma Glaswof (Glasgow Coma Scale : GCS) , digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran
GCS menilai dua aspek kesadaran :
1. Terjaga atau keadaan sadar : menjadi waspada terhadap lingkungan
2. Kewaspadaan : menunjukkan suatu pemahaman mengenai apa yang dokter
katakana melalui suatu kemampuan untuk melakukan perintah.
GCS merupakan skala dengan nilai 15 yang menilai tingkat kesadaran pasien
meliputi membuka mata, respons verbal dan respon motoric. Masing masing kategori
mempunyai nilai numeric dalam bentuk skala. Dengan memberikan penilaian
anumeringk/angka maka didapatkan tiga gambaran dengan skor minimal 3 dan
maksimal 15. Dikatakan koma bila GCS < 8. Skor total 12 atau kurang harus diwaspadai.
Penurunan skor motoric satu atau penurunan secara keseluruhan sebesar dua adalah
keadan yang signifikan dan harus diwaspadai.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENGUKURAN GCS

N ITEM PENILAIAN DILAKUKAN


O
YA TIDAK

1. Respon Membuka Mata :


Nilai 4 : Membuka mata spontan
Nilai 3 : Membuka mata dengan perintah/panggilan
Nilai 2 : Membuka mata dengan rangsangan nyeri
Nilai 1 : Tidak membuka mata waktu dirangsang nyeri/tidak ada reaksi

Respon Verbal/Bicara
Nilai 5 : Berbicara adekuat, orientasi baik (waktu, orang dan tempat
Nilai 4 : Disorientasi/tempat bingung
Nilai 3 : Bicara dengan kata-kata jelas tapi kacau
Nilai 2 : Bergumam/merintih/tidak dimengerti makna katanya
Nilai 1 : Tidak bersuara walau diberi rangsangan/klien diam

17
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Respon Motorik
Nilai 6 : Mampu mengikuti perintah
Nilai 5 : Bereaksi menyingkirkan rangsangan
Nilai 4 : Mampu melokalisir rangsangan nyeri
Nilai 3 : Reaksi diekortikasi, fleksi pada pergelangan tangan/jari, fleksi
pada tungkai/abduksi lengan atas
Nilai 2 : Reaksi deserebrasi, ekstensi lengan bila dirangsang nyeri
Nilai 1 : Tidak ada reaksi
2 Sikap :

 Melakukan tindakan dengan sistematis


 Komunikatif
 Percaya diri

KASUS OSCE
(CLINICAL STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)

Kasus I :

Seorang laki-laki berusia 20 tahun di rawat di ruang penyakit syaraf akibat cedera
kepala, pada saat dilakukan pemeriksaan terdapat penurunan kesadaran, muntah (+),
racoon eye (+). Pasien terlihat tidur, namun membuka mata saat diberi rangsangan
dengan suara keras, melakukan gerak menarik dari sumber rangsang dan suaranya
tidak mengandung arti.

Soal Kognitif
1. Berapa nilai GCS pada kasus diatas?
2. Apakah masalah keperawatan pada kasus diatas?
3. Apakah kategori cedera kepala pada kasus diatas?
4. Tindakan yang pertama kali pada kasus diatas?

Soal Psikomotor
5. Demonstrasikan pemeriksaan GCS pada kasus diatas!

Soal Afektif
6. Sebutkan contoh bentuk penerapan etika keperawatan dalam intervensi diatas!
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Fakultas Kesehatan
18
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Program Studi D III Keperawatan


Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

PEMERIKSAAN FISIK
PERADANGAN SELAPUT MENINGEN

Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan pada
selaput otak (meningitis) atau adanya benda asing pada ruang suarachnoid (darah), zat
kimia(kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma). Pemeriksaan tanda
rangsang meninges meliputi : kaku kuduk, laseque, brudzinski I, brudzinski II, kernig’n
sign.

SOP
PEMERIKSAAN FISIK : Peradangan Selaput Meningen

Nama Mahasiswa :………………………………………………


N ITEM PENILAIAN DILAKUKAN
O YA TIDAK
1. Tanda kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak
dapat menempel pada dada —- kaku kuduk positif (+).

Tanda kerniq
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah
pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350
terhadap tungkai atas.
Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit
terhadap hambatan.

Tanda laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan
nyeri sepanjang m. ischiadicus.

Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain
didada klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala
klien difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua
tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi
panggul secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi

19
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

panggul dan lutut.

2 Sikap
 Melakukan tindakan dengan sistematis
 Komunikatif
 Percaya diri

KASUS OSCE
(CLINICAL STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)

Seorang laki-laki di ruang rawat inap (R. penyakit syaraf), dari hasil pemeriksaan
didapat keluhan utama klien mengeluh nyeri kepala hebat , menurut penuturan klien
dia menderita penyakit TBC 1 tahun lamanya dengan riwayat pengobatan tidak tuntas,
dari hasil pemeriksaan kaku kuduk (+), Brudznski I (+), Suhu : 39◦ C

1. Soal kognitif:
Bagaimana intrepretasi tanda Brudzinski I dinyatakan (+)?
2. Soal psikomotor:
Demonstrasikan pemeriksaan fisik fokus pada kasus tersebut!
3. Soal afektif:
Sebutkan contoh penerapan etik keperawatan pada intervensi tersebut!

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


Fakultas Kesehatan
20
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Program Studi D III Keperawatan


Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

PENGUKURAN KEKUATAN OTOT

Pengertian kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara kualitas
maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk melakukan kontraksi.
Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan serabut otot, atrofi,
pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain,
peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung dan lain-lain mengakibatkan
efek negative. Efek tersebut adalah penurunan kekuatan, penurun fleksibilitas,
perlambatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional.
Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya dipakai untuk
memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status
kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama
menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada penderita

SOP
PENGUKURAN KEKUATAN OTOT

Nama Mahasiswa :………………………………………………


N ITEM PENILAIAN DILAKUKAN
O YA TIDAK
1 Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien
secara aktif menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa.
Otot yang diuji biasanya dapat dilihat dan diraba. Gunakan
penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki
nilai 0 – 5)

0 = tidak ada kontraksi sama sekali.


1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau
melawan tahanan atau gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
2 Sikap :
 Melakukan tindakan dengan sistematis
 Komunikatif
 Percaya diri

21
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

KASUS OSCE
(OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)

Seorang laki-laki usia 27 tahun dirawat di Rumah Sakit Tasikmalaya, dengan diagnose
stroke, Hasil pemeriksaan didapatkan hemiparese bagian tubuh sebelah kanan,
Perawat akan mengajarkan pasien melakukan latihan mobilisasi. Sebelum pasien
melalukan latihan perawat perlu mengkaji kekuatan otot. Hasil pemeriksaan kekuatan
otot dimana pasien mempunyai kekuatan untuk bergerak tetapi tidak kuat melawan
gaya gravitasi

1. Soal kognitif:
Berapakah nilai kekuatan otot diatas?
2. Soal psikomotor:
Demonstrasikan pemeriksaan fisik kekuatan otot diatas!
3. Soal afektif:
Sebutkan contoh penerapan etik keperawatan pada kasus diatas!

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS KESEHATAN

22
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

RANGE OF MOTION

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
utnuk melakukan aktifitas apabila tidak terpenuhi dapat terjadinya sirkulasi darah tidak
lancer, kontraktur pada tulang dan otot-otot menjadi kaku. Intervensi keperawatan
pada pasien dengan hambatan mobilisasi salah satunya dengan : Range Of Motion
(ROM)

Range of Motion (ROM) adalah kemampuan pasien untuk menggerakan sendi agar
tidak terjadi kekakuan, pembengkaan, nyeri, keterbatasan sendi, dan gerakan yang
tidak seimbang. Hal ini bertujuan memelihara dan mempertahankan kekuatan otot
serta memelihara pergerakan sendi.

 Jenis Range Of Motion (ROM) :


 ROM pasif (PROM)
 ROM aktif (AROM)
 Active-Asistive ROM (AAROM)
 Jenis gerakan ROM
1.Fleksi, Ekstensi, dan Hiperekstensi
2. Pronasi dan Supinasi
3. Abduksi dan Adduksi
4. Infersi dan Efersi
5. Protaksi dan Retraksi
6. Rotasi
7. Circumduksi
8. Oposisi

RANGE OF MOTION
Nama Mahasiswa :……………………………………………...
23
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

N ITEM PENILAIAN DILAKUKAN


O YA TIDAK
1. Pengkajian :
1. Kaji indikasi ROM klien :
 Koma
 Kelumpuhan
 Bed Rest
 Kelemahan otot
2. Kaji Kontraindikasi ROM klien :
 Nyeri
 Bengkak dan kemerahan
 Kaku (Kontraktur)
2.
Persiapan Klien dan Lingkungan :
1. Jelaskan Tujuan dan prosedur tindakan
2. Cuci tangan
3. Jaga privasi klien

3. Implementasi :
Melakukan gerakan PROM dan AROM sesuai Indikasi :
1.Fleksi, Ekstensi, dan Hiperekstensi
2. Pronasi dan Supinasi
3. Abduksi dan Adduksi
4. Infersi dan Efersi
5. Protaksi dan Retraksi
6. Rotasi
7. Circumduksi
8. Oposisi
4.
Evaluasi
5.  Respon klien (Nadi, dan tanda hipotensi orthostatik)

Dokumentasi
 Tindakan dan respon klien
6.
Sikap :
1. Melakukan tindakan dengan sistematis
2. Komunikatif dengan klien
3. Percaya Diri

KASUS OSCE
(OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)

24
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Seorang perempuan berusia 57 tahun diraat di unit stroke dengan kelemahan anggota
gerak. Hasil pengkajian menunjukkan kekuatan otot tangan dan kaki kanan 2, kekuatan
otot tangan dan kaki kiri 4, terdapat kemerahan pada tumit kaki kiri, TD 140/85 mmHg,
frekuensi nadi 78x/menit, dan frekuensi napas 19 x/menit.

Soal :
Kognitif
1. Apakah tindakan keperawatan pada kasus diatas?
Psikomotor
2. Demonstrasikan Tindakan ROM pada kasus diatas?
Afektif
3. Sebutkan contoh penerapan etik keperawatan pada kasus diatas!

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

25
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

PEMERIKSAAN VISUS

Pengertian :

Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman mata.

Tujuan :

Untuk menentukan ketajaman visual terbaik dari setiap mata

Tindakan Dilakukan Tidak Dilakukan


FASE PRA INTERAKSI
1. Mempersiapkan diri
2. menyiapkan Alat :
a. Trial lens dan trial frame
b. Kartu Snellen
c. Kartu jaeger atau reading card
d. Kartu ishihara
e. Ruangan dengan Panjang 5 m atau 6 m
f. Penerangan yang cukup
FASE ORIENTASI
3. Mengucapkan salam terapeutik
4. Menanyakan nama pasien dan tanggal lahir
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pemeriksaan visus
6. Melakukan kontrak waktu lama waktu tindakan akan
dilakukan
7. Menanyakan apabila ada pertanyaan atau keluhan
pasien
8. Mengatur posisi pasien dengan Jarak pemeriksa 5
atau 6 meter
9. Menjaga privacy pasien
FASE KERJA
10. Melakukan Cuci tangan
11. Memakai sarung tangan
12. menutup salah satu mata (sebaiknya mata kiri dulu)
untuk memeriksa visus mata kanan. Menutup bisa
memakai telapak tangan kiri atau occlude yang
26
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

diletakkan didepan trial frame mata kiri


huruf/angka/gambar/huruf E yang berbeda-beda
arah dengan berbagai ukuran, makin ke bawah
makin kecil, dipinggir dari tiap baris terdapat angka
yang menunjuk jarak yang diperlukan bagi orang
normal untuk dapat melihat dengan jelas. Contoh :
bila pemeriksaan pada jarak 5 m, penderita <dengan
satu mata> hanya dapat membaca hurup yang
bertanda 10 m, maka visus mata tersebut adalah
5/10)
13. Bila huruf baris paling atas pun tidak terbaca, maka
diperiksa dengan hitungan jari tangan yang berarti
visusnya …../60
14. Bila tidak bisa menghitung jari, digunakan goyangan
tangan dengan 1 meter, yang berarti visusnya 1/300
15. Bila tidak bisa melihat goyangan tangan, digunakan
berkas cahaya dengan jarak 1 meter, yang berarti
visusnya 1/~
16. Bila visusnya kurang dari 5/5 atau 6/6, maka dicoba
untuk dikoreksi dengan lensa spheris negative atau
positive (lensa sferis negative dari kecil ke besar,
lensa sferis positif dari besar ke kecil)
17. Bila setelah koreksi maksimal visus belum mencapai
5/5 atau 6/6, dilakukan tes pinhole.
18. Bila dengan tes pinhole visus membaik (bisa
mencapai 5/5 atau 6/6), bila kelainan refraksi yang
belum terkoreksi, kemungkinan adanya
astigmatisme, yang kemudian diperiksa dengan
astigmen dial.
19. Bila dengan tes pinhole visus tidak membaik
kemungkinan terdapat kelainan organic di media
refrakta (kornea, bilik mata depan, lensa, vitreous),
retina maupun lintasan visual
20. Cara pemeriksaan kaca mata silinder : terlebih
dahulu diperiksa dengan astigma dial
21. Bila terlihat astigmat dial melihat garis yang paling
hitam atau tebal, diperiksa dengan lensa cylindris
negative atau positive dimana axisnya tegak lurus
pada garis tersebut, sampai dapat mencapai 5/5
atau 6/6
22. Demikian sebaliknya diperiksa visus mata kirinya
23. Menyebutkan macam refraksinya
24. Memeriksa visus sentralis dekat dengan kartu jaeger

27
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

atau reading card pada jarak 33 cm


25. Bila mengalami kesulitan dalam membaca dekat,
kedua mata dikoreksi dengan lensa spheris positif
(presbyop)
26. Diperiksa tajam penglihatan terhadap warna dengan
kartu ishihara. Pasien diminta melihat dan
menyebutkan beberapa angka yang tampak dikartu.
FASE TERMINASI
27. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
28. Memberikan reinforcment positif pada pasien
29. Membuat kontrak waktu selanjutnya
30. Merapikan pasien dan peralatan
31. Membuka sarung tangan dan cuci tangan
32. Mengucapkan salam
DOD DOKUMENTASI
33. Dokumentasikan hasil pemeriksaan visus dan respon
pasien selama tindakan
SIKAP
34. Melakukan tindakan dengan sistematis
35. Komunikatif dengan pasien
36. Percaya diri

KASUS OSCE
(OBJECTIVE CLINICAL EXAMINATION)

Seorang laki- laki usia 58 tahun datang ke poli mata dengan keluhan sakit kepala. Hasil
pengkajian diperoleh data pasien mengeluh pandangan mata sebelah kiri tidak jelas,
lensa tampak keruh, pasien tampak menyipitkan matanya saat menatap perawat.
Pada jarak 6 meter, pasien bisa membaca pada baris ke -3 dari atas kartu Snellen : TD
140/100 mmHg, frekwensi nadi 84 x/ menit, frekwensi napas 20 x/ menit, suhu 37,2 0C

A. Pertanyaan Kognitif
1. Berapakah visus pada pasien tersebut?
2. Jika pasien tidak bisa menyebutkan salah satu huruf pada paling atas dari kartu
Snelen, apa yang harus dilakukan pemeriksa?

B. Pertanyaan Psikomotor
Bagaimana cara pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus)? Silahkan
demonstrasikan
28
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
29
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA

PENGERTIAN

Memberikan obat pada telinga melalui kanalis eksternal

TUJUAN

1. Memberikan efek terapi lokal (peradangan, dan atau infeksi pada liang telinga)
2. Mengurangi nyeri
3. Melunakan serumen

Tindakan Dilakukan Tidak Dilakukan


FASE PRA INTERAKSI
1. Mempersiapkan diri
2. menyiapkan Alat :
sarung tangan bersih
Kapas bulat
Tissu
Perlak dan Handuk kecil
Obat sesuai yang diresepkan
Pipet (jika diperlukan)
Lidi kapas/ Cutton bud
Bengkok
Penlight
FASE ORIENTASI
3. Mengucapkan salam terapeutik
4. Menanyakan nama pasien dan tanggal lahir
5. Melakukan cek identitas dengan gelang identitas
pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pemeriksaan visus
7. Melakukan kontrak waktu lama waktu tindakan
akan dilakukan
8. Menanyakan apabila ada pertanyaan atau
keluhan pasien
FASE KERJA
9. Melakukan cuci tangan
10. Memakai sarung tangan
11. Menjaga privacy pasien
12. Mendekatkan alat- alat

30
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

13. Mengkaji kondisi telinga pasien


14. Mengatur posisi kepala pasien miring dengan
telinga yang akan ditindak berada diatas
15. Bila terdapat serumen , bersihkan dengan lidi
kapas, hati- hati jangan sampai serumen
terdorong
16. Meluruskan saluran telinga degan cara menarik
daun telinga kebawah dan kebelakang utuk
anak- anak dan ke atas dan kebelakang untuk
dewasa
17. Teteskan obat yang diresepkan, teteskan
dengan pipet atau wadah obat 1 cm diatas
saluran telinga
18. Minta pasien untuk tetap miring 2-3 menit, beri
pijatan atau tekanan lembut pada tragus telinga
dengan menggunakan jari tangan
19. Tutupi saluran telinga dengan bola kapas ( bila
di dianjurkan oleh dokter). Biarkan selama 15
menit
TERMINASI
20. Menyimpulkan hasil tindakan
21. Memberikan reinforcment positif pada pasien
22. Membuat kontrak waktu selanjutnya
23. Merapikan pasien dan peralatan
24. Membuka sarung tangan dan cuci tangan
25. Mengucapkan salam
26. Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil
SIKAP
27. Melakukan tindakan dengan sistematik
28. Komunikatif dengan pasien
29. Percaya diri

KASUS OSCE
(OBJECTIVE CLINICAL EXAMINATION)
31
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Seorang perempuan usia 60 tahun dirawat di ruang Bedah dengan keluhan nyeri pada
telinga kanan. Hasil pengkajian diperoleh data terdapat kemerahan pada kanalis
eksternal, terdapat serumen yang mengeras pada kanalis.

A. Pertanyaan Kognitif
1. Apakah tindakan yang harus dilakukan pada pasien tersebut?
2. Apakah tujuannya dilakukan pemberian obat tetes telinga?
3. Apakah yang harys dilakukan ketika obat sudah diteteskan ke telinga?
B. Pertannyaan psikomotor
1. Demonstrasikan bagaimana prosedur pemberian obat tetes mata pada
pasien

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
32
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

Pemberian Insulin/Injeksi Sub Kutan

A. Pengertian
Injeksi insulin subkutan adalah tindakan untuk memberikan insulin eksogen secara
subkutan kepada pasien diabetes untuk mengontrol kadar glukosa darah.

B. Tujuan
Tindakan ini bertujuan untuk mengontrol kadar glukosa darah

C. Indikasi
1) Diabetes melitus tipe 1
2) Diabetes melitus tipe 2 dengan :
 Infeksi
 Hamil
 Tidak terkontrol dengan obat anti-hiperglikemia
 Gangguan hati dan ginjal

D. Kontra indikasi
Alergi terhadap insulin

E. Tahapan Prosedur
Tidak
No. Kegiatan Dilakukan
Dilakukan
1 PRA INTERAKSI
a. Mengecek cacatan perawatan dan medis pasien
Perhatikan prinsip 6 Benar: Nama pasien,
obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara pemberian,
dan pendokumentasian
b. Mempersiapkan diri (menggali perasaan, fantasi

33
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

dan rasa takut dalam diri sendiri)


c. Mempersiapkan peralatan:
 Spuit insulin 40U/ 100U
 Vial Insulin
 Insulin pena + jarum
 Alkohol 70 %
 Kapas
 Sarung tangan bersih
 Daftar/formulir obat pasien
d. Cuci tangan

2 ORIENTASI
a. Mengucapkan salam
b. Menyebut nama pasien dengan nama
kesukaannya
c. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan injeksi
Insulin
d. Menyebutkan prosedur dan lama tindakan yang
akan dilakukan
e. Menanyakan adakah pertanyaan atau keluhan
pasien
f. Mengatur posisi pasien dan menyiapkan privasi
g. Memulai dengan cara yang baik
3 KERJA
a. Mencuci tangan
b. Memakai handscoen bersih
c. Mendekatkan peralatan

INJEKSI INSULIN VIAL DENGAN MENGGUNAKAN


SPUIT:
d. Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis
yang diperlukan untuk pasien (berdasarkan daftar
obat pasien/instruksi medik).
e. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah
dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan,
inflamasi, atau edema.
f. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan
insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.

34
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Gambar area injeksi subkutan

g. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas


alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah
secara sirkuler ± 5 cm.

Gambar desinfeksi area tusukan secara sirkuler

h. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada


klien yang kurus dan regangkan kulit pada klien
yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
i. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan
tangan yang dominan secara lembut dan perlahan
dengan sudut 45 o

35
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Gambar cara memegang spuit

Gambar injeksi insulin

j. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh


dimassage, hanya dilalukan penekanan pada area
penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol
30-60 detik.
k. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan
dalam keadaan jarum yang sudah tertutup
dengan tutupnya.

INJEKSI INSULIN DENGAN MENGGUNAKAN INSULIN


PEN:
d. Memeriksa apakah Insulin Pen berisi tipe insulin
yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum
36
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

yang baru.
f. Memasang cap Insulin Pen sehingga angka nol (0)
terletak sejajar dengan indikator dosis.
g. Memegang Insulin Pen secara horizontal dan
menggerakkan insulin pen (bagian cap) sesuai
dosis yang telah ditentukan sehingga indicator
dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin yang
akan diberikan kepada klien.
h. Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18
unit (setiap rasa ”klik” yang dirasakan perawat
saat memutar cap Insulin Pen menandakan 2 unit
insulin telah tersedia).
i. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah
dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan,
inflamasi, atau edema.
j. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan
insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.
k. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas
alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah
secara sirkuler ± 5 cm.
l. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada
klien yang kurus dan regangkan kulit pada klien
yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
m. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan
tangan yang dominan secara lembut dan
perlahan. Ibu jari menekan bagian atas Insulin
Pen sampai tidak terdengar lagi bunyi ‘klik’ dan
tinggi Insulin Pen sudah kembali seperti semula
(tanda obat telah diberikan sesuai dengan dosis).
n. Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di
dalam kulit klien sebelum dicabut supaya tidak
ada sisa obat yang terbuang.
o. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh
dimassage, hanya dilalukan penekanan pada area
penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol
30-60 detik.
4 TERMINASI
a. Simpulkan hasil kegiatan
b. Berikan reinforcement positif kepada pasien
c. Buat kontrak waktu selanjutnya
d. Rapikan pasien dan perlatan
e. Cuci tangan
f. Akhiri pertemuan dengan mengucapkan salam

37
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

5 DOKUMENTASI
Dokumentasikan: Obat (nama obat, dosis, rute,
tempat injkesi, waktu dan tanggal pemberian),
respon klien setelah pemberian injeksi insulin, apakah
ada efek yang tidak diinginkan akibat injeksi insulin.

KASUS OSCE
(OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)
Seorang perempuan berusia 66 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan
diagnosis Diabetes Mellitus. Hasil pengkajian didapatkan data pasien mengeluh pusing,
lemas, keluar keringat dingin, merasa lemas, letih gatal-gatal, serta terdapat ruam
pruritus di area ekstremitas atas. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu 300 g/dl.
Perawat akan melakukan intervensi keperawatan pada pasien tersebut.
1. Soal kognitif: Berapakah nilai normal glukosa darah? Jelaskan trias manifestasi
klinis pada penderita diabetes mellitus!
2. Soal psikomotor: Demonstrasikan cara pembelian insulin pen!
3. Soal afektif: Sebutkan contoh penerapan etik keperawatan pada intervensi
tersebut!

38
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

PERAWATAN LUKA GANGRENE

No. ITEM PENILAIAN DILAKUKAN

A PENGKAJIAN YA TIDAK

1. Cek perencanaan keperawatan klien


B PERENCANAAN

2. Persiapan alat :
 Satu set steril perawatan luka/packing set
(bakinstrumen besar, 1 pinset anatomi, 1 pinset
chirugis, 1 gunting jaringan, kom kecil 2 buah,
kassa steril)
 Pinset sirurgis 1 buah
 Bengkok 2 buah
 Pengalas
 Topical terapi (sesuai dengan kondisi luka)
 Sepasang sarung tangan bersih
 Sarung tangan steril
 Plester dan gunting
 Cairan Pencuci (NaCl 0,9% atau yang lainnya)
 Laruran desinfektan dalam tempatnya
 Kantong sampah medis
 Status pasien
 Pulpen
C TAHAP PRA INTERAKSI

3. Baca catatan keperawatan untuk rencana perawatan


luka
4. Siapkan alat-alat
TAHAP ORIENTASI

5. Memberikan salam, perkenalkan diri


6. Melakukan kontrak waktu dengan pasien
7. Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan untuk
meyakinkan pasien
8. Menggali informasi dari pasien tentang perawatan luka

39
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

9. Menyamakan persepsi perawat dan pasien tentang


protocol perawatan luka modern
10.Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menyampaikan ketidaknyamanan yang dirasakan selama
tindakan berlangsung
11.Memberikan informasi kepada pasien bahwa perawat
siap memberikan dukungan, kenyamanan, dan menjaga
privasi
TAHAP KERJA

12.Memberikan tindakan keperawatan dengan memberikan


kenyamanan pada pasien, menjaga privasi, menunjukkan
kompetensi/skill
13.Mencuci tangan dengan air mengalir dan membilas
dengan handscrup gel
14. Membaca Basmallah
15. Menggunakan sarung tangan bersih
16. Mendekatkan alat ke tempat kerja
17. Memasang perlak/under pad
18. Membuka balutan
19. Balutan yang telah dibuka dimasukkan ke dalam
bengkok/plastic sampah
20. Mencuci luka dengan menggunakan sabun dan bilas
dengan NaCl 0,9%
21. Membersihkan luka secara lembut dan gentel dengan
menggunakan kassa besar/kecil bersih
22. Mengeringkan luka dengan menggunakan kassa
besar/kecil steril
23. Menggantikan sarung tangan setelah mencuci tangan
dengan air mengalir dan handscrub jel
24. Mengangkat jaringan mati (slough dan nekrosis)
25. Mendokumentasikan kondisi luka : stadium luka, warna
dasar luka, ukuran luka, warna kulit sekitar luka, cairan
luka, dan melakukan foto pada luka
26. Memilih balutan sesuai jenis luka (cairan dan warna
luka)
27. Merapikan alat
28. Mencuci tangan
D TAHAP TERMINASI

29. Melakukan evaluasi validasi terhadap tindakan yang


telah dialkukan
30. Memberikan informasi berkaitan dengan peningkatan
kesehatan pasien
40
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

31. Membuat kontrak yang akan datang


32. Baca Hamdallah
E DOKUMENTASI

33. Mencatat waktu perawatan luka, kondisi luka, cara


perawatan

KASUS OSCE
(OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)
Seorang perempuan berusia 66 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
terdapat luka di tungkai kaki kanan. Hasil pengkajian didapatkan data nampak luka
pada bagian tungkai kaki kanan, panjang luka 5 cm, lebar luka 3 cm, kedalaman luka 1
cm, dasar luka tampak merah, terdapat nekrosis di sekitar luka, nampak nanah pada
bagian bawah tepi luka, nyeri saat di tekan dengan skala 2 (0-10), mengeluarkan bau,
dan tampak bengkak di tepi luka. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu 280 g/dl.
1. Soal kognitif: Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut?
2. Soal psikomotor: Demonstrasikan tindakan perawatan luka gangrene pada
kasus tersebut!
3. Soal afektif: Sebutkan contoh penerapan etik keperawatan pada intervensi
tersebut!

41
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

MENGHITUNG LUAS LUKA BAKAR

Estimasi luas luka bakar dapat dengan cepat diperkirakan pada ukuran luka bakar
dengan menggunakan Aturan Sembilan (Rule of Nine). Metode ini membagi luas
permukaan tubuh menjadi persentase luka bakar.

42
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

KASUS OSCE
(OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)
Seorang perempuan berusia 34 tahun dirawat diruang unit luka bakar. Hasil pengkajian
didapatkan riwayat pasien terkena air panas. Pasien mengeluh nyeri pada daerah luka bakar.
Luka bakar terapat pada daerah dada, tangan kanan dan paha kanan tampak melepuh dan
kemerahan. TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi napas 24x/menit. BB : 50
kg TB : 160 cm

Soal :

1. Berapa persentase luka bakar (rule of nine) ?


2. Berapakah derajat luka bakar?

43
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Jl. Tamansari Gobras PO.BOX 114 Telp (0265) 2350982 Tasikmalaya

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL KULIT

Obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya
menimbulkan efek lokal. Efek sistemik timbul jika kulit klien tipis, konsentrasi obat
tinggi, atau jika obat bersentuhan dengan kulit dalam jangka waktu yang panjang. Jika
tempat pemberian siap diberikan obat, obat dapat dengan mudah diberikan.

Cara pemberiann :
Obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit
 Bentuk :
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, atau salep. Tujuan
Melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang
terjadi
 Indikasi :
1. Cairan Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
a. Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami
eksaserbasi.
b. Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka
ditujukan untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti
eritema pada erisipelas.
c. Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus
menjadi bersih.
2. Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.
3. Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk
likenifikasi, hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang
telah bersih.
4. Krim dipakai pada lesi kering dan superi sial, lesi pada rambut, daerah intertriginosa.
5. Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfisial.
6. Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superfisial seperti miliaria.
7. Pasta Pendingin Pasta dipakai pada lesi kulit yang kering.
 Kontraindikasi :
1. Cairan : Riwayat alergi
44
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

2. Bedak : Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder
3. Salep : Salep tidak dipakai pada radang akut, terutama dermatosis eksudatif karena
tidak dapat melekat, juga pada daerah berambut dan lipatan karena menyebabkan
perlekatan.
4. Krim : Risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang
tinggi.

NO. KEUNTUNGAN KERUGIAN ATAU KONTRAINDIKASI


1 Efek lokal Pemberian obat yang luas dapat
menyebabkan kesulitan memberikannya
2 Tidak menimbulkan Klien dengan abrasi kulit berisiko
nyeri mengalami absorbsi obat yang cepat
dan menimbulkan efek sistemik
3 Efek samping minimal

SPO
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL KULIT

Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Cek dokumentasi klien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat :
Catatan pengobatan, sarung tangan disposible dua buah,
obat yang diberikan (krim, gel, lotion, salep), pengalas
atau perlak, sabun lunak, handuk kecil, air hangat dalam
baskom, tounge blade
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan nama yang
disukainya.
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
Tahap Kerja
1. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
2. Menanyakan keluhan utama klien
3. Memulai tindakan dengan cara yang baik
4. Jaga privasi klien
5. Turunkan side rail
6. Pakai sarung tangan disposible jika memberikan obat
dalam bentuk gel, krim, salep, atau lotion. Pakai sarung
tangan steril jika pada luka terbuka atau insisi dan
45
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

gunakan teknik steril selama prosedur.


7. Bersihkan area yang akan diberikan obat dengan air
hangat, air sabun dan keringkan. Jika memberikan obat
pada area kulit yang terbuka, gunakan cairan pembersih
yang steril dan kasa yang steril untuk membersihkan area
tersebut
8. Cuci tangan dan ganti sarung tangan
9. Tuangkan obat sejumlah yang diinstruksikan ke
p[ermukaan telapak tangan atau gunakan tounge blade
untuk mengambilnya jika obat berada dalam botol
10. Sebarkan dengan jari-jari yang lain obat yang ada di
telapak tangan
11. Oleskan pada area pengobatan, masage ringan sampai
terabsorpsi
12. Lepas sarung tangan
13. Pasang side rail
14. Bereskan alat-alat
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang didapat, bandingkan dengan kondisi
2. yang normal
3. Beri reinforcement positif
4. Kontrak pertemuan selanjutnya
5. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Cuci tangan
Dokumentasi
- nama, dosis, dan rute obat yang diberikan
- kondisi area yang diberikan obat
- efek medikasi
TOTAL NILAI

KASUS
OSCE (OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION)

Seorang perempuan berusia 12 tahun, dirawat di Ruang Penyakit Kulit , dengan


diagnosa Dermatitis. Hasil pengkajian didapat pasien mengeluh gatal-gatal, dan
kemerahan pada tangan. Perawat akan memberikan obat pada pasien tersebut.

Soal Kognitif :
1. Jenis Obat yang digunakan?
2. Apa prinsip 6 benar yang harus diperhatikan dalam pemberian obat?
Soal Afektif :
3. Sebutkan contoh penerapan etika keperawatan dalam pemberian obat!
46
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

Soal Psikomotor :
4. Demonstrasikan langkah-langkah/prosedur pemberian obat topical sesuai SOP
(standar operasional prosedur)

47
Panduan Praktek Laboratorium KMB 2

REFERENSI

Suryadi, E (2008), Pendidikan di Laboratorium Keterampilan Klinik, Yogyakarta : FK-


UGM
Ratna Aryani (2009), Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar KDM, Jakarta : CV
Trans Info Media
Mubarak (2008), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi Dalam Praktek,
Jakarta : EGC
Riyadi (2012), Standard Operatif Procedure dalam Praktek Klinik Keperawatan Dasar,
Yogyakarta : Pustaka Belajar
Rahayu (2016), Pelatihan Penilaian dalam Pendidikan Klinik/Profesi (Workplace-Based
Assessment), Yogyakarta : FK – UGM
Diploma III Nursing Curiculum Indonesia (2014), Kurikulum Diploma III Keperawatan
Indonesia, Jakarta : AIPDIKI
E.Doenges, M., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing Care Plane: Guidelines
for Individuaizing Client Care Across the Life Span (8 ed.). philade lphia: F.A
Davis Company
Majid, A & Sarwo, A.P. (2013). Buku Pintar Perawatan Pasien Luka Bakar. Yogyakarta :
Gosyen Publishing

Kozier,B., Erb., & Oliver, R. (2004). Fundamltal of Nursing; consept, process and
practice, (fourth edition), California : Addison-Wesley Publishing CO
Brunner dan Suddarth.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi
8.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Setiawati, Santun. (2007). Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi3.


Jakarta:Trans Info Media

48

Anda mungkin juga menyukai