CSL V
SIKLUS HIDUP
CSL V
SIKLUS HIDUP
2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
VISI
Terdepan Dalam Pengembangan Pendidikan Kedokteran Berbasis Peradaban Islam
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi kedokteran dengan
mengedepankan profesionalisme dan mempertimbangkan kearifan lokal yang berbasis
integrasi keislaman
2. Menyelenggarakan penelitian yang kreatif dan inovatif di bidang kesehatan ibu dan
anak yang berbasis integrasi keislaman
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang aplikatif untuk peningkatan
kesehatan ibu dan anak yang merefleksikan kedinamisan integrasi keilmuan
4. Mewujudkan tata kelola yang baik yang mencerminkan nilai-nilai universal Islam
TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan kedokteran yang profesional dan unggul serta mampu
memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan, perkembangan ilmu
kedokteran, dan perkembangan masyarakat
2. Terwujudnya pendidikan tinggi kedokteran sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak yang berbasis integrasi
keilmuan
3. Terciptanya manajemen pengelolaan kelembagaan yang sehat, mandiri, dan akuntabel,
serta terwujudnya lingkungan kampus yang islami
4. Terwujudnya kerjasama dengan lembaga lokal, nasional, dan internasional yang
menunjang peningkatan mutu organisasi dan daya saing lulusan
3
MANUAL KETERAMPILAN KLINIK
CSL V
SIKLUS HIDUP
2020
Tim Penyusun :
4
DAFTAR ISI
Sampul 1
Visi dan Misi 3
Daftar Isi 5
Tata Tertib CSL 6
Sanksi Pelanggaran Tata Tertib CSL 7
Ketrampilan Teknik Menyusui 8
Penuntun Belajar Teknik Menyusui 12
Teknik Perawatan Metode Kanguru 17
Penuntun Belajar Teknik Perawatan Metode Kanguru 23
Penuntun Belajar Ketrampilan Resusitasi pada Bayi baru Lahir 26
Prosedur Vaksinasi 38
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan 51
Penuntun Pembelajaran Pemeriksaan KPSP 53
Ketrampilan Klinik Manajemen Edukasi Pasien 74
Ketrampilan Klinik Manajemen Pola Diet dan Olahraga 76
Ketrampilan Klinik Senam Lansia 78
Ketrampilan Klinik Penilaian Kemandirian Lansia 82
Integrasi Ketrampilan Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah 85
5
TATA TERTIB CSL
Sebelum Kegiatan
Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan klinis dan bahan bacaan tujukan tentang
keterampilan yang akan dilakukan.
Selama Kegiatan
1. Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada kegiatan OSCE minimal 80%.
2. Membawa kartu kontrol yang telah ditandatangani oleh koordinator instruktur CSL.
3. Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa keterangan bukti
diagnosis dari dokter paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit.
6
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu tanpa alasan
yang jelas, maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL
pada jadwal berikutnya untuk materi tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai jadwal rotasinya, maka
dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang presentasi kehadiran kegiatan CSL <80% dari seluruh jumlah
tatap muka, maka mahasiswa tersebut tidak dapat mengikuti ujian CSL.
7
KETERAMPILAN
TEKNIK MENYUSUI
8
nyaman dan aman (hak asih) serta celoteh dan senandung yang dapat
merangsang memori dan keterampilan seorang anak (hak asah).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak lahir sampai sekitar 6 bulan.
Selama itu bayi tidak diharapkan mendapat tambahan cairan apapun (susu
formula, madu, teh, air jeruk, air putih) dan makanan tambahan apapun (pisang,
biskuit, bubur susu). Di atas usia enam bulan, bayi memerlukan makanan
tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun.
Dalam Al-Quran telah disebutkan juga hal ini secara jelas dalam surah Al-Baqarah
ayat 233 yang berbunyi:
Terjemahnya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya.Janganlah
seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena
anaknya.Ahli warispun (berkewajiban) seperti itu pula.Apabila keduanya ingin menyapih dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika
kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah: 233)
10
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Waktu Deskripsi
(menit)
1. Pengantar 10 Pengantar tentang kegiatan yang akan
dilakukan, pemaparan learning outcome,
persiapan alat, deskripsi kegiatan pembelajaran
2. Bermain peran 20 1. Mengatur mahasiswa
tanya jawab 2. Dua orang Instruktur memberikan contoh
bagaimana cara mengajarkan teknik
menyusui yang benar. Seorang instruktur
sebagai dokter dan seorang lagi sebagai ibu
bayi. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya.
3. Praktek bermain 90 1. Mahasiswa dikelompokkan secara
peran dan berpasangan.
umpan balik 2. Setiap pasangan berperan sebagai dokter
dan ibu bayi.
3. Mahasiswa yang berperan sebagai dokter
menjelaskan dan mengajarkan teknik
menyusui yang benar.
4. Instruktur mengawasi dan memberikan
pengarahan/umpan balik terhadap jalannya
kegiatan
4. Diskusi 30 Apakah ada masalah? Apa yang sulit?
Menanyakan bagaimana perasaan mahasiswa
yang berperan sebagai ibu dan sebagai dokter.
Total waktu 150
11
PENUNTUN BELAJAR
TEKNIK MENYUSUI
(Digunakan oleh peserta)
PENUNTUN PEMBELAJARAN
TEKNIK MENYUSUI
No. LANGKAH/KEGIATAN Keterangan
A. Medical Consent
1. Berikan salam kepada ibu dan keluarganya, sapa, senyum
dan perkenalkan diri anda serta tanyakan keadaannya.
2 Tanyakan masalah yang dialami ibu dan bantua napa yang
dapat anda berikan.
3 Berikandorongan kepada ibu dengan meyakinkan bahwa
setiap ibu mampu menyusui bayinya. Bantu ibu mengatasi
keraguannya karena pernah bermasalah ketika menyusui
pada pengalaman sebelumnya.
4 Berikan konseling dan motivasi pada ibu tentang manfaat
ASI (manfaat bagi bayi, ibu, keluarga)
5 Berikan konseling dan motivasi pada suami atau anggota
keluarga lain tentang keuntungan ASI dan menjelaskan
peran mereka dalam memberi dukungan terhadap ibu
menyusui
6 Berikan kesempatan ibu untuk bertanya setiap ia
membutuhkannya
7 Meminta persetujuan ibu untuk diajarkan tentang teknik
menyusui
B. Persiapan Ibu
8 Minta ibu mencuci tangan dengan sabun dan air
9 Tempatkan ibu pada posisi yang nyaman: duduk bersandar,
tidur miring, atau berdiri. Bila duduk, jangan sampai kaki
menggantung.
12
Gambar 1. Berbagai Posisi menyusui
10 Minta ibu untuk mengeluarkan sedikit ASI dengan cara
meletakkan ibu jari dan jari telunjuk sejajar di tepi areola,
kemudian tekan ke arah dinding dada lalu dipencet
sehingga ASI mengalir keluar. Minta ibu untuk mengoleskan
ASI tersebut pada puting susu dan areola sekitarnya.
Menjelaskan ke ibu bahwa hal ini bermanfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
C. Posisi Bayi
11 Minta ibu untuk menempatkan kepala bayi pada lengkung
siku ibu, kepala bayi tidak boleh tertengadah, sokong badan
bayi dengan lengan dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu
12 Minta ibu untuk memegang bayi dengan satu lengan saja.
13 Minta ibu untuk meletakkan bayi menghadap perut/payudara
ibu, perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara sehingga telinga dan lengan bayi
berada pada satu garis lurus.
14 Minta ibu untuk menempatkan satu lengan bayi di bawah
ketiak ibu dan satu di depan
15 Minta ibu untuk menatap bayinya dengan kasih sayang
D. Perlekatan bayi
16 Minta ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari di atas
dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan
puting susu atau areolanya saja.
13
Gambar 2. Posisi bayi dan memegang payudara yang benar
C Chin
A Areola
Lips
L
M Mouth
14
✓ X
Gbr.3. Perlekatan
E. Melepas isapan
20 Minta ibu untuk ganti menyusui pada payudara yang lain
apabila pada satu payudara sudah terasa kosong. Minta ibu
melepas isapan dengan cara:
- jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut, atau
- dagu bayi ditekan ke bawah
21 Minta ibu agar menyusui berikutnya dimulai dari payudara
yang belum terkosongkan (yang diisap terakhir)
22 Setelah selesai menyusui, minta ibu untuk mengeluarkan
ASI sedikit kemudian oleskan pada puting susu dan areola
sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya
F. Menyendawakan bayi
23 Minta ibu untuk menyendawakan bayi dengan cara:
- bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan, atau
- Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan
Jelaskan pada ibu tujuan menyendawakan bayi.
15
24 Tanyakan kepada ibu bila ada hal-hal yang masih belum
jelas dengan penjelasan saudara.
16
TEKNIK PERAWATAN
METODE KANGURU
17
sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin.Posisi bayi
diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.Kepala bayi dipalingkan ke
sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi).Ujung pengikat tepat
berada di bawah kuping bayi.
Kriteria BBLR yang akan menggunakan PMK adalah:
- Berat badan lahir < 2500 gram
- Kondisi secara umum baik dan stabil
- Mempunyai cukup kemampuan untuk mengisap dan menelan
- Ibu atau pengganti ibu ingin melakukan PMK.
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:
1. PMK intermiten
2. PMK kontinu
Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus
dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.Kemampuan untuk
minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan
utama, karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya
dengan menggunakan pipa lambung.Dengan melakukancPMK, pemberian ASI
dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI.
Hal-hal yang penting dilakukan untuk memonitor bayi pada PMK adalah :
19
Kepercayaan Tidak percaya Sedikit percaya Sangat
dalam diri diri percaya diri
pemberian
vitamin dan zat
besi
Pengetahuan Tidak tahu Cukup tahu Sangat tahu
PMK
Penerimaan dan Tidak Terima / Terima/ Menerapkan tanpa
penerapan PMK menerima/ terapkan Terapkan disuruh
menerapkan sebagian semua
Catatan :
Produksi ASI : bila bayi menyusui, timbang sebelum dan setelah menyusui. Bila
berat badan naik 20-30 gram berarti produksi ASI cukup.
20
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu memberikan bimbingan kepada ibu/pengganti ibu dalam
melakukan perawatan metode kanguru yang benar
21
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Waktu Deskripsi
(menit)
1.Pengantar 5 Pengantar
2.Bermain peran 20 1. Mengatur mahasiswa
tanya jawab
2. Dua orang Instruktur memberikan contoh
bagaimana cara mengajarkan PMK yang
benar. Seorang instruktur sebagai dokter dan
seorang lagi sebagai ibu bayi. Mahasiswa
menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya.
4.Praktek bermain 90 1. Mahasiswa dikelompokkan secara
berpasangan.
peran dan umpan
2. Setiap pasangan berperan sebagai dokter dan
balik
ibu bayi.
3. Mahasiswa yang berperan sebagai
dokter menjelaskan dan mengajarkan
teknik PMK yang benar.
4. Instruktur mengawasidan memberikan
pengarahan bila ada hal-hal yang diperlukan
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan:Langkah-langkahtidakdilakukandenganbenardanatau
tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu:Langkah-langkahdilakukandenganbenardansesuaiurutannya,
tetapi tidak efisien.
3. Mahir :Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai urutannya, dan
efisien.
No. LANGKAH/KEGIATAN
Medical Consent
1. Sapalah ibu atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri
anda,
2 serta tanyakan
Tanyakan keadaannya
masalah ibu dan berikan penjelasan kepada ibu/pengganti
ibu dengan meyakinkan bahwa mereka telah memilih cara yang tepat
dan mudah dalam merawat bayinya. Bantu ibu mengatasi
keraguannya karena ini adalah pengalaman baru baginya.
3 Yakinkan ibu akan keuntungan PMK
23
9 Bila memakai kain penyangga yang mempunyai kantong
celana,masukkan kedua kaki bayi kelubangnya sehingga bayi
nampak seperti memakai celana
Posisi Bayi
10 Minta ibu membersihkan dan
mengeringkan daerah dada dan
payudaranya terlebih dahulu.
11 Minta ibu meletakkan bayi di antara
payudara dengan posisi tegak. Keempat
ekstremitas dalam posisi fleksi (Frog
position) dan sebagai patokan adalah
xyphoid bayi bertemu dengan xyphoid ibu
agar ibu dapat mengamati bayi (dada,
leher dan kepala bayi menempati bidang
sternum ibu atau badan bayi menempel
di badan ibu). Metode konvensional
sesuai panduan dalam kemenkes.
12 Arahkan kepala bayi kekanan/kekiri dengan sedikit tengadah
(ekstensi),
13 agar jalan
Minta ibu napas
untuktidak tersumbat. tepi
menempatkan
kain/selendang pengikat bagian bawah
meliputi bokong bayi (sehingga bayi
seperti duduk diatas gendongan) dan
menyusuri badan ibu, kemudian diikat di
pungung bawah satu kali dengan
kuat, dibawa kedepan melingkari tubuh
dan diikat di bagian depan.
Tepi kain/ selendang pengikat bagian
atas
ditempatkan di sisi bawah telinga bayi,
usahakan dagu sedikit tengadah,
selanjutnya tali pengikat dibawa
menyusuri puncak ketiak ibu dan
disilangkan pada bagian punggung ibu
dengan kuat, kemudian dibawa ke
depan melalui pundak ibu dan
dipertemukan dengan ujung tali pengikat
14 bagian bawah
Minta ibu untuk . menatap bayinya dengan kasih sayang
Menguji kekuatan ikatan
15 Minta ibu untuk melepaskan tangan dari bayinya dan menundukkan
badan kearah kaki. Bila ibu masih belum dapat melepaskan tangan
dari bayinya berarti tali ikatan belum kuat
Melonggarkan ikatan untuk persiapan menyusui
24
16 Bila bayi bangun,minta ibu untuk mengendorkan ikatan kain/selendang
dan arahkan kepala bayi untuk dapat menyusu.
25
PENUNTUN BELAJAR
Pendahuluan
26
untuk merekomendasikan lama waktu penjepitan tali pusat pada bayi yang
memerlukan resusitasi.
27
28
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan resusitasi pada bayi baru lahir secara mandiri.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Mampu melakukan resusitasi pada bayi lahir yang mengalami gangguan
pernafasan yang mengancam jiwa
2. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan nafas pada bayi baru
lahir
3. Mampu memberikan nafas bantu pada bayi asfiksia
4. Mampu melakukan pijat jantung luar pada bayi yang mengalami henti
jantung
5. Mampu melakukan intubasi endotracheal pada bayi dengan apnu
6. Mampu memasang kateter umbilical pada bayi baru lahir
7. Mampu memberikan obat-obatan dengan tepat pada resusitasi neonatus
29
Daftar Tilik Resusitasi Neonatus
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
1. Mengucapkan basmalah
2. Konsultasi antenatal
3. Persiapan tim penolong
4. Persiapan tempat dan memastikan alat lengkap
dan berfungsi dengan baik
Langkah awal
1. Letakkan bayi di bawah pemancar panas yang telah
dinyalakan sebelumnya.
2. Letakkan bayi dengan kepala sedikit
tengadah/sedikit ekstensi.
3. Hisap lendir dari mulut kemudian hidung
4. Keringkan tubuh dan kepala dari cairan amnion
5. Singkirkan kain basah.
6. Perbaiki posisi kepala bayi agar leher agak
tengadah.
7. Pada bayi prematur atau BBLSR, dapat langsung
dimasukkan dalam plastik untuk mencegah
kehilangan panas tubuh.
Buka jalan napas
1. Bersihkan mulut dan hidung bayi dengan penghisap.
2. Posisikan bayi terlentang, kepala posisi tengadah
jangan melakukan ekstensi yang berlebihan
3. Berikan ganjal punggung dengan kain setebal 2.5 cm
bila kepala bayi besar atau occiputnya menonjol.
4. Jika pernapasan dangkal atau tersengal-sengal
segera hisap lendir mulai dari mulut kemudian
hidung. Pengisapan jangan terlalu lama (6 detik).
5. Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung, dan warna
kulit.
30
6. Jika ketuban keruh atau bercampur meconium kental
bila bayi menunjukkan usaha napas yang baik, tonus
otot yang baik, dan frekuensi jantung lebih dari 100
kali/menit, anda cukup membersihkan sekret dan
mekonium dari mulut dan hidung dengan
menggunakan balon penghisap yang biasa
digunakan atau kateter penghisap berukuran 12F
atau 14F.
Rangsangan taktil
Cara rangsang taktil yang aman :
1. Menepuk / menyentil telapak kaki
2. Menggosok punggung/perut/dada/ekstremitas
Evaluasi kondisi bayi
1. Nilai pernapasan bayi dengan melihat pengembangan
dada dan warna kulit. Dengaran suara napas di seluruh
lapangan paru dengan stetoskop.
2. Nilai denyut jantung dengan mendengar irama jantung
dengan stetoskop. Hitung frekwensi denyut jantung
3. Nilai warna kulit apakah kemerahan/sianosis perifer atau
sianosis sentral. Pasang monitor saturasi.
Pemberian napas bantu
1. Jika pernapasan tetap tersengal atau apnu setelah
rangsangan singkat, segera berikan pernapasan buatan
atau ventilasi tekanan positif mulai dengan FiO2 21%
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau ganjal bahu
3. Bersihkan sekret terlebih dahulu dan pastikan jalan
napas bersih.
4. Pasang pipa orofaring
5. Letakkan sungkup di wajah bayi dengan rapat agar
tidak bocor melalui sisi sungkup
6. Berikan tekanan positif melalui bag-valve-mask
(ambubag) dengan lembut sambil melihat
pengembangan dada bayi.
7. Selanjutnya evaluasi lagi pernapasan dan denyut
31
jantung secara simultan.
8. Ventilasi tekanan positif yang efektif ditandai dengan
pengembangan dada, peningkatan laju denyut jantung
dan peningkatan saturasi pada monitor saturasi (SpO 2).
9. Langkah koreksi yang dilakukan agar VTP menjadi
efektif adalah sebagai berikut: reposisi sungkup (Mask)
agar perlekatan menjadi sempurna dan tidak bocor,
reposisi (reposition) kepala menjadi posisi menghidu,
membersihkan saluran napas dari lendir
yangmenyumbat (suction), membuka mulut (open
mouth) agar lebih terbuka, menaikkantekanan
(pressure) puncak inspirasi secara bertahap namun
tidak lebih dari 40 cmH2O, dan lakukan pemasangan
sungkup laring atau intubasi orotrakeal sebagai jalan
akhir
10. Bila ventilasi tekanan positif tidak efektif dapat
dilakukan intubasi endotrakeal atau pemasangan
sungkup laring dan
tingkatkan pemberian oksigen menjadi 100%.
32
Pijat Jantung (penekanan dada)
1. Indikasi pijat jantung bila setelah 45-60 detik dilakukan
VTP dengan 100% O2 , FJ tetap < 60 kali / menit
2. Diperlukan 2 orang : 1 orang yang melakukan pijat
jantung dan 1 orang yang terus melanjutkan ventilasi.
Pelaksana kompresi : menilai dada & menempatkan
posisi tangan dengan benar
Pelaksana ventilasi : menempatkan sungkup wajah
secara efektif & memantau gerakan dada.
3. Penekanan dada dilakukan pada sepertiga bagian tengah
sternum, dibawah garis imajiner yang menghubungkan
papilla mammae.
4.Teknik ibu jari :
a. Kedua ibu jari menekan tulang dada
b. Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari
tangan menopang bagian belakang bayi
5. Teknik dua jari :
a. Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis
dari satu tangan digunakan untuk menekan
tulang dada
b. Tangan yang lain digunakan untuk menopang
bagian belakang bayi.
6. Lokasi untuk kompresi dada :
• Gerakkan jari sepanjang tepi bawah iga sampai
mendapatkan sifoid
• Letakkan ibu jari atau jari-jari lain pada tulang dada,
tepat diatas sifoid dan pada garis yang
menghubungkan kedua puting susu.
7. Tekanan saat kompresi dada :
• Kedalaman + 1/3 diameter antero-posterior dada
• Lama penekanan lebih singkat dari pada lama
pelepasan
• Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari
33
dada di antara penekanan.
8. Frekuensi : ”satu-dua-tiga-pompa-...”
Satu siklus kegiatan terdiri atas tiga kompresi + satu
ventilasi.
Rasio 3:1 →1 siklus ( 2detik)
→ 1½ detik : 3 kompresi dada
→ ½ detik : 1 ventilasi
→ 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
9. Setelah 45-60 detik kompresi dada dan ventilasi, periksa
frekuensi jantung. Jika frekuensi jantung :
a. Lebih dari 60 kali/menit, hentikan kompresi dan
lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali
pompa/menit.
b. lebih dari 100 kali/menit, hentikan kompresi
dada dan hentikan ventilasi secara bertahap jika
bayi bernapas spontan.
c. kurang dari 60 kali/menit, lakukan intubasi pada
bayi jika belum dilakukan, dan berikan epinefrin,
lebih disukai dengan cara intravena. Intubasi
menyediakan cara yang lebih terpercaya untuk
melanjutkan ventilasi
34
10. Bila HR < 60x/menit, walaupun telah diberikan ventilasi
efektif dengan oksigen 100% dan kompresi dada secara
sinkron selama 60 detik, maka terindikasi pemberian
obat Adrenalin atau Epinefrin. Konsentrasi
adrenalin/epinefrin yang direkomendasikan adalah
1/10.000 (0,1 mg/mL adrenalin/epinefrin). Terdapat 2
jalur pemberian adrenalin/epinefrin yaitu intratrakeal dan
intravena. Dosis adrenalin/epinefrin intratrakeal yang
direkomendasikan adalah 0,05-0,1 mg/kgBB setara
dengan 0,5-1 mL/KgBB larutan adrenalin/epinefin.
Diberikan tanpa dilakukan flushing dengan larutan NaCl
0,9% dan dilanjutkan dengan VTP. Sementara dosis
intravena yang direkomendasikan adalah 0,1 - 0,3
mL/KgBB larutan 0,1 mg/mL larutan adrenalin/epinefrin
(perbandingan 1:10.000). Dosis IV lebih kecil dari dosis
intratrakeal dan membutuhkan flushing NaCl 0,9% 2-3
ml sesudah diberikan. Pemberian dapat diulang 2-3
menit kemudian apabila frekuensi nadi masih kurang
dari 60 kali/menit
35
12. Kateter vena umbilical merupakan jalur intravaskuler
yang paling cepat didapat untuk pemberian cairan dan
obat walau dalam keadaan sirkulasi perifer buruk.
Sebelum dipasang, sambungkan kateter dengan katup
three-way, dan pastikan baik kateter maupun three-way
diisi cairan NaCl 0,9%. Kateter vena umbilical
dimasukkan sedalam kira-kira 5 cm dan bila darah dapat
ditarik maka cairan dan obat dapat segera diberikan.
Prosedurnya sebagai berikut:
a. Alat dan bahan: antiseptik (povidon iodine, kasa
steril, nierbeken, duk steril, benang steril, pinset,
pisau bisturi nomor 11, kateter umbilical ukuran 3.5F,
spoit 5 ml, spoit 10 ml, NaCl 0,9%, 3-way-stopper
b. Pelaksanaan:
- Cuci tangan 6 langkah
- Lihat kondisi pasien dan keperluan pasien dalam
terapi
- Memakai sarung tangan steril
- isi kateter umbilical yang telah disambung dengan
spoit dan 3-way-stopper steril. Isi dengan NaCl 0,9%,
tutup keran untuk mencegah masuknya udara.
- Bersihkan umbilicus dan kulit sekitar dengan
antiseptik, lalu ikat benang steril mengelilingi dasar
umbilicus. Ikatan dapat dikencangkan saat terjadi
perdarahan.
- Potong umbilicus 1-2 cm dari perbatasan kulit dan
wharton’s jelly dengan pisau steril. Tentukan vena
umbilicus (pembuluh darah dengan dinding tipis) dan
arteri umbilicus (dua pembuluh darah berdinding
tebal). Pegang wharton’s jelly terdekat dengan
pembuluh vena dengan forceps steril
- tekan ringan bila ada perdarahan, bersihkan dan
asepsis kembali
- Pegang bagian dekat ujung kateter dengan forceps
36
steril dan masukkan kateter ke dalam vena (kateter
harus dapat masuk dengan mudah) sepanjang 4-5
cm.
37
PROSEDUR VAKSINASI
Pengertian
Vaksinasi adalah proses memberikan vaksin (antigen) yang dapat
merangsang pembentukan kekebalan (antibodI) sistem imun di dalam tubuh.
Vaksinasi merupakan upaya untuk membentuk kekebalan yang bersifat
primer, untuk mencegah penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan
vaksinasi.
Prosedur vaksinasi mulai dari penyiapan dan membawa vaksin,
mempersiapkan anak dan orangtua, teknik penyuntikan yang aman,
pencatatan, pembuangan limbah, teknik penyimpanan (cold chain), dan
penggunaan sisa vaksin dengan benar. Selain itu, seorang dokter harus
mampu memberikan penjelasan kepada orangtua serta pengasuhnya
sebelum dan sesudah vaksinasi, memahami tentang kualitas vaksin yang
masih boleh diberikan pada bayi/anak, jenis-jenis vaksin yang
direkomendasikan, ukuran jarum, lokasi suntikan, cara mengatasi ketakutan
pada anak dan rasa nyeri pada anak. Seorang dokter juga diharapkan
mampu menjawab dan memberikan penjelasan dengan baik, bila orang tua
menanyakan kontroversi seputar vaksin yang berkaitan dengan kehalalan
vaksin, sehingga tidak terjadi penurunan cakupan imunisasi yang berdampak
pada herd immunity. Vaksinasi perlu dicatat dengan lengkap termasuk bila
terjadi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Pelaksanaan vaksinasi sesuai prosedur yang benar diharapkan akan
meningkatkan kekebalan yang optimal, penyuntikan yang aman, Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang minimal, serta pengetahuan dan
kepatuhan orangtua pada jadwal vaksinasi.
38
TUJUAN PEMBELAJARAN
39
5. Jarum: Suntikan subkutan : Jarum no 25 panjang 26 mm, bayi kecil
jarum no 27 panjang 12mm
Suntikan intramuskuler : org dewasa yang gemuk jarum no 23 panjang
38 mm
Suntikan intradermal (BCG) : jarum no 25 -27 dengan panjang 10 mm
6. Kapas alkohol
7. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.
8. Metode Pembelajaran (skenario)
9. Video (mata rantai vaksin)
10. Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar
40
menggunakan ceklis/daftar tilik.
4. Diskusi 40 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa
terhadap praktek vaksinasi: apa yang
dirasa mudah, apa yang sulit.
2. Mahasiswa memberikan saran atau
koreksi tentang jalannya praktek hari itu.
Instruktur mendengar dan memberikan
jawaban.
3. Instruktur menjelaskan penilaian umum
tentang jalannya praktek vaksinasi:
apakah secara umum berjalan baik,
apakah ada yang belum dipahami dan
apakah sudah sesuai prosedur. Bila
perlu mengumumkan hasil masing-
masing mahasiswa.
Total waktu 150
menit
41
CHECKLIST PELATIHAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI
No Kegiatan Nilai
1 Mengucapkan salam, menyapa orang tua, dan
memperkenalkan diri
2 Menanyakan dan mencatat identitas anak (nama pasien dan
orang tua, usia, tanggal lahir pasien, alamat dan nomor
telepon)
3 Mengecek imunisasi yang sudah didapat
4 Menanyakan KIPI sebelumnya
5 Menanyakan kontra indikasi
6 Melakukan pemeriksaan fisik
7 Menjelaskan vaksin yang akan diberikan dan cara
pemberiannya
8 Menjelaskan manfaat vaksin
9 Menjelaskan kemungkinan KIPI dan tatalaksana
10 Mengambil vaksin yang benar, mengecek tanggal kadaluarsa
11 Melihat VVM ( Vaccine Vial Monitor) dan uji kocok
VVM:
A. Segi empat lebih terang dari lingkaran sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin dapat
DIGUNAKAN
B. Segi empat berubah gelap tapi lebih terang
dari lingkaran sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin SEGERA
DIGUNAKAN
C. Segi empat berwarna sama dengan lingkaran
sekitar
Vaksin JANGAN DIGUNAKAN
D. Segi empat berwarna lebih gelap dari lingkaran
sekitar
Vaksin JANGAN DIGUNAKAN
Uji Kocok Vaksin
- Siapkan vaksin kontrol yang telah dibekukan di dalam
freezer
- Pilih sampel vaksin yang akan diuji
- Kocok vaksin kontrol dan vaksin yang akan diuji
selama 10-15 menit
- Biarkan sesaat, bandingkan keduanya
- Jika kecepatan mengendap keduanya sama, mungkin
vial tersebut sudah rusak karena pembekuan dan
tidak boleh digunakan lagi.
12 Mencuci tangan 6 langkah
13 Menyiapkan jarum suntik dan spoit steril yang sesuai
14 Mengambil vaksin dengan dosis yang benar
15 Membuang udara dalam spoit
16 Memposisikan anak dengan benar
Posisi anak duduk di pangkuan orang tua, dipeluk
menghadap ke dada orang tua. Tangan/kaki yang akan
disuntik dipegang oleh orang tua. Tangan/kaki yang tidak
42
disuntik diusahakan dijepit di ketiak atau di antara kedua paha
orangtua.
17 Desinfeksi kulit sebelum penyuntikan
18 Mengucapkan basmalah setiap kali akan melakukan tindakan
19 Menyuntik di tempat yang benar
20 Menyuntik dengan sudut yang benar
Intrakutan
- Pegang anak dengan tangan kiri kita sedemikian rupa,
sehingga tangan kiri kita berada di bawah lengannya;
ibu jari dan jari-jari lainnya mengelilingi lengan anak
dan meregangkan kulit.
- Pegang spuit dengan tangan kanan, dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
- Posisikan spuit hampir sejajar dengan kulit anak
kemudian masukkan jarum ke dalam kulit.
- Pegang plunger di antara jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan. Tekan plunger dengan ibu jari,
suntikkan vaksin dan keluarkan jarum.
Intramuskular
- Regangkan kulit di bagian yang akan disuntik
- Masukkan jarum dengan posisi tegak lurus, sehingga
masuk ke dalam otot.
- Tekan plunger dengan ibu jari untuk memasukkan
vaksin
- Keluarkan jarum dan tekan tempat bekas suntikan
dengan kapas
Subkutan
- Pegang lengan anak dan regangkan kulitnya
- Masukkan jarum menembus kulit dengan sudut 45°
- Tekan plunger untuk memasukkan vaksin
- Cabut jarum dan tekan tempat bekas suntikan dengan
kapas
Penetesan Vaksin Oral
- Buka mulut anak dengan cara menekan lembut
pipinya sehingga bibir anak akan terbuka
- Pegang OPV di depan mulut anak dengan sudut 45°
- Masukkan 2 tetes vaksin ke lidah anak
21 Membuang limbah dengan benar
- Letakkan jarum dan suntik di kotak buangan khusus
- Jangan menutup kembali jarumnya atau mencopot
jarum dari spuit
- Bakarlah jika kotak tersebut sudah penuh
- Kubur sisa bakaran
22 Melakukan pencatatan
- Tanggal, bulan, dan tahun kunjungan
- Lokasi penyuntikan
- Nama vaksin yang diberikan, merk dagang, no batch
23 Menjelaskan kepada keluarga tanggal dan waktu vaksinasi
berikutnya
24 Mencuci tangan setelah tindakan
43
25 Memantau ada tidaknya reaksi anafilaksis
26 Mengucapkan hamdalah, mendoakan pasien dan
keluarganya, dan mengucapkan banyak terima kasih
44
LAMPIRAN
1. Jadwal Imunisasi IDAI
45
3. Jenis Vaksin Berdasarkan Cara Pemberian
Cara Pemberian Vaksin
Intramuskular DPT, DT, Td, Hepatitis B, Hib, PCV, IPV, Influenza,
Hepatitis A, Tifoid
Subkutan Campak, MMR, Varicela, IPV
Intrakutan BCG
Oral OPV, Rotavirus
Vaksinasi BCG
Indikasi kontra
• Bayi HIV positif dengan atau tanpa
gejala
• Bayi status HIV? Dengan gejala HIV,
46
ibu HIV+
• Keganasan (misalnya: leukemia,
limfoma)
• Imunodefisiensi primer/ sekunder
• Mendapat imunosupresif (radio/
kemoterapi, steroid)
Vaksinasi DPT
Indikasi kontra Bukan Indikasi kontra
• Encefalopati dalam 7 hari pasca • Demam <40,50C pasca DTaP/DTwP
DTaP/DTwP sebelumnya sebelumnya
• Riwayat kejang dalam keluarga
• Riwayat SIDS dalam keluarga
• Riwayat KIPI dalam keluarga pasca
Perhatian Khusus DTaP/DTwP
• Demam >40,5 C, kolaps dan episode
0
47
LAMPIRAN GAMBAR
1. Tempat Penyuntikan
48
2. Cara Pemberian Vaksin
49
3. Mata Rantai Vaksin (Cold Chain)
50
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)
PEMERIKSAAN KUESIONER PRASKRINING PERKEMBANGAN
SASARAN BELAJAR
Mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan cara melakukan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan ketrampilan ini mahasiswa :
1. Dapat menentukan umur anak (usia kronologis, usia koreksi, usia mental)
2. Dapat memberikan penjelasan pada orangtua/keluarga tentang tujuan
pemeriksaan ini
3. Memilih alat skrining dan format KPSP yang sesuai usia.
4. Melakukan pemeriksaan KPSP dengan benar dan tepat
5. Memberikan kesimpulan dan argumentasi dari hasil KPSP pada
orangtua/keluarga
6. Memberikan penjelasan bentuk-bentuk stimulasi yang diberikan
7. Mengarahkan orang tua bila ada masalah perkembangan yang ditemukan
51
MEDIA DAN ALAT BANTU
1. Formulir KPSP menurut usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48,
54, 60, 66, dan 72 bulan. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.
2. Alat bantu pemeriksaan berupa: bola, boneka, kubus sisi 2,5 cm, benang
wol merah, kertas, krayon, kismis, kerincingan, lonceng.
DESKRIPSI KEGIATAN
52
PENUNTUN PEMBELAJARAN
PEMERIKSAAN KPSP
NO LANGKAH/KEGIATAN SKOR
A. PERSIAPAN 1 2 3
1. Ucapkan salam, sapalah anak, ibu /keluarga dengan
ramah dan perkenalkan diri
2. Jelaskan tujuan pemeriksaan anak pada ibu/keluarga
3. Tanyakan tanggal lahir dan adakah keluhan ibu/keluarga
tentang anaknya.
4. Jika anak belum mencapai usia skrining, minta ibu datang
pada usia skrining terdekat. Apabila ada keluhan masalah
tumbuh kembang, sedang usia anak bukan usia skrining,
pemeriksaan digunakan KPSP terdekat yang lebih muda.
5. Periksa pasien dalam ruangan yang tenang dan perhatian
anak tidak mudah teralihkan
B. PEMERIKSAAN 1 2 3
6. Menetukan formulir KPSP berdasarkan tanggal lahir dan
tanggal pemeriksaan ( bila usia >16 hari dibulatkan 1
bulan)
Bayi premature ≤ 35 minggu dan usia di bawah 2 tahun
pakai usia koreksi.
7. Memilih alat bantu pemeriksa yang sesuai
53
10. SESUAI
- Beri pujian ibu karena telah mengasuh anak dengan
baik.
- Teruskan pola asuh sesuai dengan tahapan
perkembangan
- Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai usia dan kesiapan anak.
- Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP pada usia 3 bulan
selanjtnya
MERAGUKAN :
- Beri petunjuk pada ibu/keluarga agar melakukan
stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi,
setiap saat dan sesering mungkin.
- Ajari ibu untuk mengintervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengejar ketinggalannya.
- Lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk menunjang
adanya penyakit yang menyebabkan keterlambatan
perkembangan
- Evaluasi kembali setelah 2 minggu jika tetap 7 atau 8
lakukan pemeriksaan lanjutan lainnya
PENYIMPANGAN
- Lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh
Anamnesis, pemeriksaan fisis umum dan neuorologik
dan pemeriksaan penunjang bila ada indikasi
LAMPIRAN 1.
54
sisi yang lain?
gambar ?
9. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat
mengangkat kepalanya dengan tegak seperti pada gambar?
10. Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik atau diraba-raba?
55
lain?
56
Kuesioner Praskrining untuk Bayi 9 bulan
57
7. Tanpa disanggah oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah bayi duduk
sendiri selama 60 detik?
58
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia
kenal? la akan menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada
saat permulaan bertemu dengan orang yang belum dikenalnya.
7. Apakah anak dapat mengambil Benda kecil seperti kacang atau
kismis, dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya seperti pada
gambar?
59
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis,
atau potongan biskuit dengan menggunakan ibu seperti pada gambar
ini
60
Kuesioner Praskrining untuk Anak 21 bulan
61
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang
mempunyai arti selain "papa" clan "mama"?
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa
kehilangan keseimbangan?
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).
5. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau
celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai).
6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik
tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada dinding atau
pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan
merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak
harus berpegangan pada seseorang.
7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak
menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut,
mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain)?
8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
9. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta?
10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan
tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.
62
9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti
“minta minum”, “mau tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut
dinilai.
10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa
bantuan?
63
4. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa
bantuan?
5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari
jarak 1,5 meter?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”
64
2. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3
meter?
3. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan tangannya
dengan balk sehingga anda tidak perlu mengulanginya?
4. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan
caranya dan beri anak anda kesempatan melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik
atau lebih?
5. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah anak
dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?
6. Jangan membantu anak clan jangan menyebut lingkaran. Suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia.
Dapatkah anak menggambar lingkaran?
65
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik
atau lebih?
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah anak
dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia.
Dapatkah anak menggambar lingkaran?
66
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab
TIDAK jika ia hanya menyebut sebagian namanya atau ucapannya
sulit dimengerti.
5. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu
kecuali mengulangi pertanyaan.
67
seperti contoh ini?
10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mats pads saat memberikan perintah berikut ini:
"Letakkan kertas ini di atas lantai".
"Letakkan kertas ini di bawah kursi".
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di
depan" dan "di belakang”
68
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik
atau lebih?
4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata “lebih
panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi
pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang
sebanyak 3 kali dengan benar?
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini,
suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang
tersedia. Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini?
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”, “di
depan” dan “di belakang”
69
“Tunjukkan segi empat merah”
70
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di
depan" dan "di belakang”
71
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah
seorang pria)?
10. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis/bola
kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya? (Bola besar
tidak ikut dinilai).
72
Jika api panas maka es
10. lsi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu
kecuali mengulangi pertanyaan sampai 3 kali bila anak
menanyakannya.
"Sendok dibuat dari apa?"
BUKU ACUAN
73
KETERAMPILAN KLINIK
MANAJEMEN EDUKASI PASIEN
(Aspek Sosial dan Spritual)
74
PENUNTUN PEMBELAJARAN
MANAJEMEN EDUKASI PASIEN
(Aspek Sosial dan Spritual)
75
KETERAMPILAN KLINIK
76
PENUNTUN PEMBELAJARAN
MANAJEMEN POLA DIET DAN OLAHRAGA
77
KETERAMPILAN KLINIK
SENAM LANSIA
PENGANTAR
Senam lansia adalah serangkaian gerakan yang dilakukan dengan teratur, terarah
serta terencana yang diikiuti oleh orang lanjut usia dengan tujuan meningkatkan
kemampuan fungsional pada lansia dengan adanya kemunduran fisik. Senam lansia
ini dirancang secara khusus untuk melatih bagian-bagian tubuh serta pinggang, kaki
serta tangan agar mendapat peregangan bagi para lansia, namun dengan gerakan
yang tidak berlebihan.Senam lansia dapat menjadi program kegiatan olahraga rutin
yang dapat diakukan di posyandu lansia atau di rumah dalam lingkungan masarakat.
Senam lansia dilakukan dengan senang hati untuk memperoleh hasil latihan yang
lebih baik yaitu kebugaran tubuh dan kebugaran mental sperti lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak dan pikiran tetap segar.
78
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan Senam Lansia dengan benar.
PENUNTUN PEMBELAJARAN
SENAM LANSIA
79
Pertemukan ibu jari kanan dan kiri dengan arah menyilang (4x8
hitungan)
11. Adu sisi kelingking
Buka telapak tangan menghadap ke atas dan pertemukan
kelingking kanan dan kiri (2x8 hitungan)
12. Adu sisi telunjuk
Buka telapak tangan menghadap ke bawah dan pertemukan
telunjuk kanan dan kiri (2x8 hitungan)
13. Ketok Pergelangan
Rentangkan kedua tangan kedepan, lalu ketuk peregelangan
tangan kanan kiri secara bergantian (2x8 hitungan)
14. Ketok Nadi
Rentangkan kedua tangan kedepan, lalu ketuk nadi yang berada
di pergelangan tangan kanan dan kiri secara bergantian (2x8
jl;.pgn,mhnjh8imjijmhitungan)
15. Buka dan mengepal
Rentangkan kedua tangan lalu kepal dan buka jari-jari tangan
(2x8 hitungan)
16. Menepuk punggung tangan
Rentangkan tangan kedepan lalu tepuk punggung tangan kanan
dan kiri secara bergantian (4x8 hitungan)
17. Menepuk lengan dan bahu
Rentangkan tangan kedepan lalu tepuk lengan dan bahu kanan
dan kiri secara bergantian (4x8 hitungan)
18. Menepuk pinggang
Dengan posisi berdiri agak membungkuk, tepuk pinggang dengan
kedua tangan (2x8 hitungan)
19. Menepuk paha
Dengan posisi berdiri tepuk paha kanan dan kiri dengan kedua
tangan (4x8 hitungan)
20. Menepuk samping betis
Dengan posisi berdiri agak membungkuk, tepuk kedua betis
kanan dan kiri dengan kedua tangan (2x8 hitungan)
21. Jongkok berdiri
Dengan posisi keuda tangan di rentangkan kedepan, lalu naik
turun kebawah dengan posisi setengah jongkok dan berdiri (2x8
hitungan)
22. Menepuk perut
Tepuk perut dengan kedua tangan secara bergantian (2x8
hitungan
23 Kaki jinjit
Dengan posisi berdiri tegap dan kedua tangan berada didepan
80
perut, lalu lakukan gerakan memijit (2x8 hitungan)
C. Evaluasi
24. Laporkan hasil kerja setelah melakukan senam lansia
81
KETERAMPILAN KLINIK
PENILAIAN KEMANDIRIAN LANSIA
PENGANTAR
Indeks Bartel
Indeks Bartel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah suatu alat instrument ukur
status fungsional dasar berupa kuisioner yang berisi atas 10 butir pertayaan terdiri
atas mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air
kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur,
cuci muka), penggunaan toilet- masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana,
membersihkan/menyeka, menyiram) makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke
kursi dan sebaliknya, mobiltas/berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi.
82
PENUNTUN PEMBELAJARAN
PENILAIAN KEMANDIRIAN LANSIA
83
membersihkan diri (lap muka,
sisir rambut, sikat gigi)?
5 Bagaimana kemampuan Kontinen teratur 2
Bapak/Ibu mengontrol BAB? Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
6 Bagaimana kemampuan Mandiri 2
Bapak/Ibu mengontrol BAK? Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen/kateter 0
7 Bagaimana kemampuan Mandiri 1
Bapak/Ibu dalam membersikan Tergantung orang lain 0
diri (mandi)?
8 Bagaimana kemampuan Mandiri 2
Bapak/Ibu dalam berpakaian Sebagian dibantu 1
(mengenakan baju)? Tergantung orang lain 0
9 Bagaimana kemampuan Mandiri 2
makan Bapak/Ibu? Perlu pertolongan 1
Tergantung pertolongan orang 0
lain
Bagaimana kemampuan Mandiri 2
Bapak/Ibu untuk naik turun Perlu pertolongan 1
tangga? Tidak mampu 0
Skor :
- Skor 20 : mandiri
- Skor 12-19 : ketergantungan ringan
- Skor 9-11 : ketergantungan sedang
- Skor 5-8 : ketergantungan berat
- Skor 0-4 : ketergantungan total
84
KETERAMPILAN
TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH
PENGANTAR
Setiap yang akan hidup pasti akan mati, menghadap kepada Ilahi
Rabbi Sang Pencipta. Seperti yang tertuang dalam QS. Al-Anbiya (21): 35
dan Ali Imran (2) 185 yang artinya bahwa setiap yang bernyawa pasti akan
merasakan kematian Kepastian akan kematian ini, tertuang dalam juga
dalam QS. Al Mulk (29): 1-2
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun”.
85
2.Talkinkan (ajarkan) kepadanya kalimat tauhid “Laa Ilaaha illallaaah”.
Ucapkan dengan lembut dan jelas dan jangan diulang-ulang, agar tidak
membingungkan. Dengan harapan semoga akhir kalimat yang keluar dari
mulutnya adalah kalimat tauhid.
علَى يس ا ْق َر ُءوا
َ َم ْوتَا ُك ِْم
Terjemahannya:
86
6.Memberitahukan orang-orang atas kematiannya, terutama familinya supaya
mereka menyaksikan jenazahnya.
“Siapa yang meratapi mayat, maka mayat itu akan tersiksa karena ratapan
tersebut”.
A. Memandikan
B. Mengafankan
C. Menyalati
D. Menguburkan
A. Memandikan
87
2. Jenazah perempuan : Orang yang diwasiatkannya. Kemudian ibu, nenek,
dan keluarga terdekat dan muhrim dari pihak perempuan, dan boleh
suaminya.
- Syafi’i, Maliki, Hambali dan Imamiyah : Suami BOLEH memandikan
isterinya dan sebaliknya
- Hanafi : Suami TIDAK BOLEH memandikan isteri atau sebaliknya, karena
sudah lepas tanggungjawabnya setelah meninggal
3. Jenazah anak laki-laki/perempuan, maka boleh dimandikan oleh laki-laki
ataupun perempuan
88
KETERAMPILAN TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH
NILAI
NO LANGKAH KEGIATAN
0 1 2
A MEMANDIKAN JENAZAH
Setelah terpenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
proses memandikan, maka dapat dilanjutkan proses
memandikan jenazah, yang diawali dengan niat
1.
memandikan jenazah
- Niat Mewudhukan :
89
Bagi yang melakukan proses istinja, dengan niat :
ً لِلِ فَر
ِ ضا ال ِميِتَ ِْة ِل َه ِذِْه
ُْاْلستِن َجا َْء ن ََويت ْ َتَعَال
َْ ِ ى
Do’a setelah istinja’ :
5.
Bagian kanan :
ُ ن
َْغف َرانَك َ َصي ُْر َوإِلَيكَْ َربَنَا ي
ُْ ٰارحم ِ ال َم
“Ampunilah kami ya Rahman dan kepada Engkaulah
90
tempat kembali”
- Telentangkan :
91
- Perempuan : 5 lembar kain putih.
20. Mengukur kain kafan untuk jenazah
90 cm
Digunting
Garis lipatan
1,5 m
90 cm
Sarung
Baju
1,5 m
Dijahit
50 cm
Kerudung
1,5 m
Model Potongan
Jahitan sambungan
Tumpang tindih
21.
2,5 m
90 cm 90 cm 45 cm 90 cm 90 cm 90 cm
92
URUTAN PELETAKAN KAFAN untuk Perempuan:
a. Tali Pengikat
b. Tikar
c. Tali Pengikat
22.
d. Pembungkus Luar
e. Pembungkus Dalam
f. Kerudung +Baju
g. Sarung
h. Popok
Cara mengukur panjang kain kafan yang dibutuhkan
Ambil tali/kain kafan, lalu luruskan ke satu sisi badan
mayat.
Bagian kepala dan kaki lebihkan satu kepalan tangan. Atau
bagian kepala dilebihkan sampai batas telinga bagian
sebelah dan bagian kaki dilebihkan sampai mata kaki
bagian sebelah.
90 cm
23. Dijahit
2,5 m
1 2
Dijahit
3 4
93
kain kafan 3 atau 5 ikatan, dan lepaskan ketika sudah
diletakkan dalam kubur/liang lahat.
C MENYALATKAN JENAZAH
94
3. Salam
Doa yang dibaca pada takbir ketiga
Untuk jenazah laki-laki :
95
Dalamnya kuburan sekurang-kurangnya hingga dada, kurang
33.
lebih 150 cm, dan agak lebar dan buatkan liang lahat.
34.
36.
96
Letakkan mayat di kuburan dengan membaca :
37. للا بسم
ْ ى ْ للا رسو ْل ملة وعل
“Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah”.-
38. Lepaskan ikatan kain kafan
غ ِإذَا
َْ ن ِمنْ فَ َر
ِْ ت َدف
ِْ ِف ال َميَْ َعلَي ِْه َوق
َ ل َْ ِِلَ ِخيكُمْ استَغ ِف ُروا فَقَا
42. سلُوْا
َ ت لَ ْهُ َو ُْ َ يُسأ
ِْ ل اْلنَْ فَإِنَ ْهُ بِالتَثبِي
“Nabi saw. jika telah selesai menguburkan jenazah, ia berdiri
di dekat kuburan dan berkata:“Mohonkanlah ampun
saudaramu dan ketetapan baginya, karena saat ini ia sedang
ditanyai.”
97