Penyusun:
Kelompok 6
Fiqrli Nur Anwarudin
Nura Nurfazriah
Aghist Gina Hayati
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Perencanaan Program Kerja Laboratorium Kimia 3
B. Pengorganisasian Laboratorium Kimia 3
C. Pelaksanaan Program Kerja Laboratorium Kimia 3
D. Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan terhadap Pelaksanaan Program Kerja
Laboratorium Kimia 4
E. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Laboratorium Kimia 4
F. Keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium Kimia 7
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Perencanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
2. Bagaimana Pengorganisasian Laboratorium Kimia
3. Bagaimana Pelaksanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
4. Bagaimana Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan terhadap Pelaksanaan Program
Kerja Laboratorium Kimia
5. Apa saja Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Laboratorium Kimia
6. Bagaimana Keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium Kimia
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Perencanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
2. Untuk mengetahui Pengorganisasian Laboratorium Kimia
3. Untuk mengetahui Pelaksanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
4. Untuk mengetahui Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan terhadap Pelaksanaan
Program Kerja Laboratorium Kimia
5. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Laboratorium
Kimia
6. Untuk mengetahui Keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium Kimia
BAB II
PEMBAHASAN
Laboratorium kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya terdapat peralatan dan
bahan-bahan kimia untuk pelaksanaan eksperimen.
1. tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang ingin dicapai.
2. tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan sehingga banyak
pemborosan.
3. rencana adalah dasar pengendalian, karena tanpa ada rencana pengendalian tidak akan
dilakukan.
4. tanpa ada perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen
pun tidak ada.
Perencanaan juga dapat diartikan sebuah proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis
tentang kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Menurut Arikunto (2004: 13) ada tiga fungsi supervisi atau pengawasan, yaitu: 1) sebagai
kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran, 2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya
perubahan pada unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran, 3) sebagai kegiatan memimpin
dan membimbing. Begitu juga halnya Fatta (2002:107) menyatakan bahwa supervisi atau
pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan masalah
dan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil
perbaikan dan mencegah timbulnya masalah serupa. Menurut Permendiknas no 12 tahun 2007
tentang standar kompetensi supervisi akademik dan supervisi manajerial dijelaskan bahwa
pengawas maupun kepala sekolah dalam melakukan pengawasan dan pembinaan sekolah mampu
memahami bidang garapan dan kompetensi yang harus dilakukan. Sedangkan menurut Muktar
(2013: 44) supervisi merupakan kegiatan mengamati, mengawasi, dan membimbing serta
menstimulir kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk memperbaiki.
Menurut Roberrt J. Mocker dalam Ditjen PMPTK (2010:121), pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan–tujuan
perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan efisien dalam pencapaiaan
tujuan-tujuan perusahaan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kemendiknas Ditjen PMPTK Dittendik, (2010:17).
Kurangnya pengetahuan dan pengalaman dari personil laboratorium sering menjadi
penghambat dalam pengelolaan laboratorium. Untuk itu sangat diperlukan adanya pelatihan
dan penataran khusus mengenai pengelolaan laboratorium kimia sehingga menghasilkan
tenaga laboratorium yang handal terutama kepala laboratorium. Karena Kepala laboratorium
merupakan unsur terpenting dalam suatu laboratorium. Sesuai dengan tupoksinya, kepala
laboratorium kimia diantaranya harus mampu mengelola semua hal yang berhubungan dengan
laboratorium, yaitu personil, peralatan dan bahan, sarana dan prasarana, serta kegiatan yang
dilaksanakan di laboratorium.
a. Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal - hal sebagai berikut :
• Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang
tidak diinginkan;
• Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium;
• Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower, respirator
dan alat keselamatan kerja yang lain;
• Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat (P3K);
• Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk laboran dan
kepala Laboratorium;
• Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di laboratorium;
• Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas meja kerja.
b. Pakaian di Laboratorium
Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana yang dikenakan di
laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari.
• Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang yang tidak
terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut pada alat yang berputar;
• Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dengan baik meskipun,
penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman;
• Bekerja dengan Bahan Kimia Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan
perhatian dan kecermatan dalam penanganannya.
• Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus ( cukup
dengan mengkibaskan kearah hidung );
• Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih dan gatal).
Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada setiap kerjanya.
Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
• Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan dalam
pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat;
• Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut;
• Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh kotoran yang
ada diatas meja;
• Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume sehingga lebih mudah.
• Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam;
• Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu sendok untuk
bermacam macam keperluan.
Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja, oleh karena itu harus
diperhatikan hal hal sebagai berikut :
Botol reagen harus dipegang dengan cara pada bagian label ada pada telapak tangan . Banyak
peralatan terbuat dari gelas, hati - hati kena pecahan kaca. Bila memasukkan gelas pada prop -
karet gunakan sarung tangan sebagai pelindung. Ketika menggunakan pembakar spritus hati -
hati jangan sampai tumpah di meja karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan
selang apakah masih baik atau tidak. Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfat
lah yang dituang sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya.
Kecelakaan kerja biasa saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati.
Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
• Jangan panik;
• Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang bekerja
sendirian di laboratorium;
• Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan tersebut, bila
memungkinkan bilas sampai bersih, bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata;
Terjadi Kebakaran Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak
tersimpan bahan yang mudah terbakar.
• Jangan Panik;
• Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A; B atau C), padamkan dengan kelas pemadam
yang sesuai ( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dan lain – lain tidak boleh disiram
dengan air );
• Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung dengan sapu
tangan;
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Praktikan, guru dan laboran perlu memahami dan terampil dalam menggunakan alat-alat
dan zat-zat Kimia dalam laboratorium Kimia.
2. Tata tertib kerja di laboratorium merupakan pedoman penting untuk menjaga keselamatan
kerja.
3. Tata tertib kerja di laboratorium merupakan pedoman penting untuk memelihara fasilitas
laboratorium.
6. Klasifikasi zat-zat Kimia di laboratorium disertai simbol khas sesuai sifat yang dimilikinya
7. Perlu adanya alat antisipasi untuk menanggulangi kecelakaan kerja di laboratorium Kimia,
seperti:
Kaca mata pengaman, sarung tangan, masker, alat tabung pemadam kebakaran, pasir, karung, air
yang mengalir lancar dan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang terdiri dari:
Desinfektan (obat merah), perban, plester, boorwater, gunting, cairan pencuci mata, salep luka
bakar, dan lain-lain.
14. Tata ruang laboratorium Kimia dengan rapi agar para praktikan leluasa bekerja dan tidak
kuatir dan takut jatuh.
b. Saran
Kedua, Pengorganisaian laboratorium kimia jangan hanya dibuat dalam rapat tetapi tidak
dituangkan kedalam struktur organisasi yang tertulis dan ditempel di laboratorium agar seluruh pihak
mengetahui tupoksinya masingmasing.
Ketiga, Pelaksanaan program kerja laboratorium kimia perlu usaha kepala sekolah untuk
memberdayakan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini personil yang ada dalam pengelolaan
laboratorium dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan laboratorium
agar kepala laboratorium dan personil yang lain memahami dalam menghadapi permasalahan dalam
pelaksanaan program kerja dan lain-lain.
Keempat, Kepala sekolah harus mengintensifkan pembinaan dan supervisi terhadap pengelolaan
laboratorium kimia.
Kelima, Pada faktor pendukung dan penghambat pengelolaan terlihat belum adanya tenaga
laboran dan teknisi. Untuk itu diharapkan kepada kepala sekolah maupun Diknas Pendidikan untuk
melakukan pengadaan tenaga laboran dan teknisi agar tercapai hasil yang memuaskan pada proses
pengelolaan laboratorium.
Daftar pustaka
Ditjen PMPTK, 2010. Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah dalam pembelajaran inovatif.
Jakarta : Binatama raya.
Hasibuan, Malayu. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit. Bumi Aksara.
Kholilah, dkk.2015.Budaya Organisasi.
Moran, L., dan Masciangioli, T., (2010), Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia,
Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak, The National Academies Press, Washington,
D. C., http://www.nap.edu.pdf.
Pudak Scientific, (2010), Furniture Laboratorium Fisika, Biologi, Kimia SMP, SMA,
Esales@pudak.com, Bandung, http://www.pudak.com.
Sukartini, dan Alatas Abu Bakar, (2006), Program Video Pendidikan Sekolah Tata Laksana
Pengelolaan laboratorium, PUSTEKKOM DEPDIKNAS, CV. Duta Sarana Ilmu, Jakarta
https://media.neliti.com/media/publications/270892-manajemen-laboratorium-kimia-
058da1cf.pdf