Anda di halaman 1dari 16

KEBEBASAN SOSIAL POLITIK DAN ANATOMI KEBEBASAN INDIVIDUAL

Disusun guna memenuhi tugas terstruktur


Matakuliah : Etika Kepegawaian
Dosen pengampu : Dr.H. M Ali Hasan , M.Pd

Penyusun:
Kelompok 6
Fiqrli Nur Anwarudin
Nura Nurfazriah
Aghist Gina Hayati

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa pula kami berikan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga, sahabat, kerabat, dan pengikut
beliau hingga akhir zaman nanti.
Alhamdulillah pada kali ini, saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kebebasan
sosial politik dan anatomi kebebasan individual ”.Tentunya pembuatan makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan para mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati
Cirebon, serta melengkapi tugas mata kuliah Etika Kepegawaian oleh Bapak Dr. H M Ali Hasan
M.Pd.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, dari segi
cara penulisan maupun penyusunannya. Untuk itu saya mohon maaf sebesar-besarnya. Dan saya
juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar pada pembuatan makalah
selanjutnya saya bisa melakukannya dengan lebih baik lagi.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Majalengka,20 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Perencanaan Program Kerja Laboratorium Kimia 3
B. Pengorganisasian Laboratorium Kimia 3
C. Pelaksanaan Program Kerja Laboratorium Kimia 3
D. Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan terhadap Pelaksanaan Program Kerja
Laboratorium Kimia 4
E. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Laboratorium Kimia 4
F. Keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium Kimia 7
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Laboratorium adalah tempat melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan


praktikum/percobaan maupun penelitian (riset), dimana untuk melakukan kegiatan tersebut
harus memperhatikan aspekaspek keselamatan kerja serta aspek tatakelolanya (manajemen).
Keselamatan kerja dan pengelolaan laboratorium hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan
utuh dalam penyelenggaraan kegiatan di laboratorium. Dengan demikian jika kita
melaksanakan kegiatan di laboratorium, maka merupakan suatu keharusan kita untuk
melaksanakan segala hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja di laboratorium. Setiap
detail dari kegiatan pelaksanaan praktikum dan penelitian harus diteliti sedemikian rupa
untuk melihat berbagai kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan (berbahaya).
Semua kemungkinan yang mungkin muncul harus dicatat dan diantisipasi alternatif
keselamatannya, dari mulai yang sederhana sampai yang rumit. Pengetahuan terhadap
berbagai hal yang mungkin membahaya kan dapat diperkirakan sebelum melakukan kegiatan
di laboratorium berdasarkan pengamatan sifat – sifat bahan kimia yang akan digunakan. serta
mempelajari cara penggunaan peralatan yang akan digunakan. Begitu pentingnya aspek
keselamatan kerja di laboratorium, sehingga keselamatan kerja merupakan inti untuk
melakukan aktivitas di laboratorium. Suatu laboratorium sebaiknya mempunyai suatu buku
pedoman tentang keselamatan kerja, yang dirancang untuk dapat mengidentifikasi dan
mengenali semua kemungkinan yang dapat menimbulkan keadaan berbahaya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Perencanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
2. Bagaimana Pengorganisasian Laboratorium Kimia
3. Bagaimana Pelaksanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
4. Bagaimana Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan terhadap Pelaksanaan Program
Kerja Laboratorium Kimia
5. Apa saja Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Laboratorium Kimia
6. Bagaimana Keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium Kimia

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Perencanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
2. Untuk mengetahui Pengorganisasian Laboratorium Kimia
3. Untuk mengetahui Pelaksanaan Program Kerja Laboratorium Kimia
4. Untuk mengetahui Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan terhadap Pelaksanaan
Program Kerja Laboratorium Kimia
5. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Laboratorium
Kimia
6. Untuk mengetahui Keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium Kimia
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perencanaan Program Kerja Laboratorium Kimia

Laboratorium kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya terdapat peralatan dan
bahan-bahan kimia untuk pelaksanaan eksperimen.

Tujuan praktikum kimia antara lain :

a. Sebagai ilustrasi prinsip-prinsip dalam teori,

b. Sebagai pembentuk sikap ilmiah (scientific attitude),

c. Sebagai pengembangan skill, yakni agar praktikan mampu dan terampil


mengoperasikan alat, menangani bahan kimia, mengajarkan percobaan-percobaan dan
pengukuran kimia,

d. Untuk mendapatkan pengalaman praktek kimia sebagai dasar melakukan penelitian


lebih lanjut sesuai dengan latar belakang keahlian masing-masing.

Jadi, selain sebagai tempat penyelenggaraan praktikum kimia mahasiswa,


laboratorium kimia juga berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan penelitian, baik
penelitian mahasiswa (Tugas Akhir) maupun penelitian Dosen dan sarana layanan umum,
yaitu untuk masyarakat umum di luar universitas sendiri, baik untuk pendidikan maupun
untuk keperluan uji mutu dan lain-lain.

Dalam kegiatan di laboratorium maka dibutuhkan perencanaan pengelolaan dan program


kerja laboratorium.Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan rencana. Menurut
Hasibuan, (2005 :91) dalam manajemen perencanaan dan rencana merupakan bagian yang sangat
penting karena:

1. tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang ingin dicapai.
2. tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan sehingga banyak
pemborosan.
3. rencana adalah dasar pengendalian, karena tanpa ada rencana pengendalian tidak akan
dilakukan.
4. tanpa ada perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen
pun tidak ada.

Perencanaan juga dapat diartikan sebuah proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis
tentang kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.

2. Pengorganisasian Laboratorium Kimia

Penentuan personil dalam pengorganisasian laboratorium kimia dilakukan dalam rapat


tahun ajaran baru atau awal tahun pelajaran. Orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
pengelolaan laboratorium yaitu: kepala sekolah, kepala laboratorium, guru bidang studi kimia.
Menurut Sudaryanto (1998:5) organisasi laboratorium adalah suatu sistem kerja sama dari
kelompok orang, barang, atau unit tertentu tentang laboratorium untuk mencapai tujuan.
Mengorganisasi laboratorium kimia berarti menyusun kelompok orang atau petugas dan sumber
daya yang lain untuk melaksanakan suatu rencana atau program kerja guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Torang (2014: 4) organisasi adalah entitas sosial yang
terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih dengan batasan yang relative
teridentifikasi yang berfungsi secara berkelanjutan untuk mencapai seperangkat sasaran bersama.

3. Pelaksanaan Program Kerja Laboratorium Kimia

Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen untuk mengarahkan dan memberikan


perintah. Melalui pelaksanaan, penyimpangan dalam bentuk apapun dari rencana yang telah
disusun akan diperkecil, juga memudahkan manajemen untuk melakukan evaluasi. Menurut
Arikunto (2004:25) pengarahan adalah usaha untuk menjaga agar apa yang direncanakan dapat
berjalan seperti yang dikehendaki. Terlihat dari hasil penelitian bahwa kepala laboratorium sudah
membuat inventarisasi alat dan bahan walaupun kegiatan inventarisasi hanya sebatas untuk
pelaporan kondisi sarana dan prasarana di laboratorium kimia. Menurut Terry dalam Ditjen
PMPTK, (2010: 121) mengemukakan bahwa pelaksanaan (actuating) merupakan usaha
menggerakan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut
karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran– sasaran tersebut. Selain itu pelaksanaan
bisa juga diartikan menggerakkan semua anggota kelompok agar mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan dan cita-cita yang telah ditetapkan bersama. Pelaksanaan program kerja
laboratorium kimia meliputi pengadaan peralatan laboratorium, penataan dan pengadministrasian
peralatan laboratorium, serta pelaporan keuangan laboratorium.

4. Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan terhadap Pelaksanaan Program Kerja


Laboratorium Kimia

Menurut Arikunto (2004: 13) ada tiga fungsi supervisi atau pengawasan, yaitu: 1) sebagai
kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran, 2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya
perubahan pada unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran, 3) sebagai kegiatan memimpin
dan membimbing. Begitu juga halnya Fatta (2002:107) menyatakan bahwa supervisi atau
pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan masalah
dan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil
perbaikan dan mencegah timbulnya masalah serupa. Menurut Permendiknas no 12 tahun 2007
tentang standar kompetensi supervisi akademik dan supervisi manajerial dijelaskan bahwa
pengawas maupun kepala sekolah dalam melakukan pengawasan dan pembinaan sekolah mampu
memahami bidang garapan dan kompetensi yang harus dilakukan. Sedangkan menurut Muktar
(2013: 44) supervisi merupakan kegiatan mengamati, mengawasi, dan membimbing serta
menstimulir kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk memperbaiki.
Menurut Roberrt J. Mocker dalam Ditjen PMPTK (2010:121), pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan–tujuan
perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan efisien dalam pencapaiaan
tujuan-tujuan perusahaan.

5. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Laboratorium Kimia


Belum adanya tenaga laboran menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan
laboratorium kimia karena semua tugas pokok dan fungsi (tupoksi) laboran secara tidak
langsung harus dikerjakan oleh kepala laboratorium dan guru mata pelajaran ketika
pelaksanaan kegiatan praktikum.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kemendiknas Ditjen PMPTK Dittendik, (2010:17).
Kurangnya pengetahuan dan pengalaman dari personil laboratorium sering menjadi
penghambat dalam pengelolaan laboratorium. Untuk itu sangat diperlukan adanya pelatihan
dan penataran khusus mengenai pengelolaan laboratorium kimia sehingga menghasilkan
tenaga laboratorium yang handal terutama kepala laboratorium. Karena Kepala laboratorium
merupakan unsur terpenting dalam suatu laboratorium. Sesuai dengan tupoksinya, kepala
laboratorium kimia diantaranya harus mampu mengelola semua hal yang berhubungan dengan
laboratorium, yaitu personil, peralatan dan bahan, sarana dan prasarana, serta kegiatan yang
dilaksanakan di laboratorium.

Menurut Kemendiknas Ditjen PMPTK Dittendik, (2010:9-10) tata bangunan laboratorium


seharusnya mengikuti berbagai aturan yang dikembangkan baik oleh lembaga internasional
atau pemerintah. Pada dasarnya, hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan
pembangunan laboratorium kimia adalah:

(1) Tata Letak Bangunan (arsitektur),

(2) Persyaratan ruang,

(3) Pengaturan spasial peralatan dan bangku,

(4) Jalan keluar darurat,

(5) Persyaratan penyimpanan,

(6) instalasi pengelolaan limbah,

(7) Kontrol akses,

(8) Fitur pengamanan,


(9) Pencahayaan dan ventilasi.

Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan, laboratorium kimia setidaknya memiliki


dua pintu, yaitu pintu masuk dan pintu keluar. Selain itu juga harus diperhatikan letak
bangunan laboratorium, hendaknya laboratorium kimia dibangun di tempat yang agak jauh
agar tidak mengkontaminasi lingkungan.

6. Keselamatan dan kesehatan kerja Laboratorium Kimia

a. Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal - hal sebagai berikut :

• Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang
tidak diinginkan;

• Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan


kimia, alat alat dan cara pemakaiannya;

• Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium;

• Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower, respirator
dan alat keselamatan kerja yang lain;

• Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat (P3K);

• Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan saja;

• Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk laboran dan
kepala Laboratorium;

• Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di laboratorium;

• Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas meja kerja.

b. Pakaian di Laboratorium

Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana yang dikenakan di
laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari.

Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti aturan sebagai berikut :


• Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu safety yang
terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi. Harus menggunakan sepatu safety yang memenuhi
standar. Bagi wanita juga harus menggunakan sepatu safety khusus wanita;

• Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang yang tidak
terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut pada alat yang berputar;

• Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dengan baik meskipun,
penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman;

• Bekerja dengan Bahan Kimia Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan
perhatian dan kecermatan dalam penanganannya.

Adapaun hal umum yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

• Hindari kontak langsung dengan bahan kimia;

• Hindari menghirup langsung uap bahan kimia;

• Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus ( cukup
dengan mengkibaskan kearah hidung );

• Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih dan gatal).

c. Memindahkan Bahan Kimia

Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada setiap kerjanya.

Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :

• Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan dalam
pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat;

• Pindahkan sesuai jumlah yang diperluka;

• Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan;

• Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk menghindari


kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros Memindahkan Bahan Kimia Cair. Ada
sedikit perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia yang wujudnya cair.
Hal yang harus diperhatikan adalah :

• Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut;

• Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh kotoran yang
ada diatas meja;

• Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari percikan;

• Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume sehingga lebih mudah.

d. Memindahkan Bahan Kimia Padat

Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai berikut :

• Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam;

• Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan;

• Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu sendok untuk
bermacam macam keperluan.

e. Peralatan dan Cara Kerja

Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja, oleh karena itu harus
diperhatikan hal hal sebagai berikut :

Botol reagen harus dipegang dengan cara pada bagian label ada pada telapak tangan . Banyak
peralatan terbuat dari gelas, hati - hati kena pecahan kaca. Bila memasukkan gelas pada prop -
karet gunakan sarung tangan sebagai pelindung. Ketika menggunakan pembakar spritus hati -
hati jangan sampai tumpah di meja karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan
selang apakah masih baik atau tidak. Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfat
lah yang dituang sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya.

f. Terkena Bahan Kimia

Kecelakaan kerja biasa saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati.

Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
• Jangan panik;

• Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang bekerja
sendirian di laboratorium;

• Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan tersebut, bila
memungkinkan bilas sampai bersih, bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata;

• Bawalah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup oksigen;

• Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik secepatnya.

Terjadi Kebakaran Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak
tersimpan bahan yang mudah terbakar.

Bila terjadi kebakaran maka :

• Jangan Panik;

• Segera bunyikan alarm tanda bahaya;

• Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A; B atau C), padamkan dengan kelas pemadam
yang sesuai ( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dan lain – lain tidak boleh disiram
dengan air );

• Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung dengan sapu
tangan;

• Gunakan sepatu safety yang tahan minyak;

• Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat;

• Cari Bantuan Pemadam Kebakaran , oleh karenanya No Telpon Pemadam Kebakaran


haru ada di Lab.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

1. Praktikan, guru dan laboran perlu memahami dan terampil dalam menggunakan alat-alat
dan zat-zat Kimia dalam laboratorium Kimia.

2. Tata tertib kerja di laboratorium merupakan pedoman penting untuk menjaga keselamatan
kerja.

3. Tata tertib kerja di laboratorium merupakan pedoman penting untuk memelihara fasilitas
laboratorium.

4. Perencanaan, penataan, pengawasan yang baik akan memberikan kenyamanan bekerja


didalam laboratorium.

5. Botol/wadah zat-zat Kimia dilabeli dengan spesifikasi yang khas.

6. Klasifikasi zat-zat Kimia di laboratorium disertai simbol khas sesuai sifat yang dimilikinya

7. Perlu adanya alat antisipasi untuk menanggulangi kecelakaan kerja di laboratorium Kimia,
seperti:

Kaca mata pengaman, sarung tangan, masker, alat tabung pemadam kebakaran, pasir, karung, air
yang mengalir lancar dan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang terdiri dari:

Desinfektan (obat merah), perban, plester, boorwater, gunting, cairan pencuci mata, salep luka
bakar, dan lain-lain.
14. Tata ruang laboratorium Kimia dengan rapi agar para praktikan leluasa bekerja dan tidak
kuatir dan takut jatuh.

b. Saran

Pertama, perencanaan laboratorium kimia sangat diperlukan dalam mengelola laboratorium


kimia untuk meningkatkan pemanfaatan dan mutu pembelajaran di laboratorium agar dapat tercapai
sesuai dengan rencana. Untuk itu kepala sekolah harus mampu mengarahkan personil terutama kepala
laboratorium untuk membuat perencanaan yang baik mengusulkan pelatihanpelatihan dalam
pengelolaan laboratorium. Adapun dalam perencanaan pengadaan tenaga laboran dan teknisi harus
yang sudah memiliki sertifikat dan sehingga memahami tugas-tugas yang harus diemban.

Kedua, Pengorganisaian laboratorium kimia jangan hanya dibuat dalam rapat tetapi tidak
dituangkan kedalam struktur organisasi yang tertulis dan ditempel di laboratorium agar seluruh pihak
mengetahui tupoksinya masingmasing.

Ketiga, Pelaksanaan program kerja laboratorium kimia perlu usaha kepala sekolah untuk
memberdayakan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini personil yang ada dalam pengelolaan
laboratorium dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan laboratorium
agar kepala laboratorium dan personil yang lain memahami dalam menghadapi permasalahan dalam
pelaksanaan program kerja dan lain-lain.

Keempat, Kepala sekolah harus mengintensifkan pembinaan dan supervisi terhadap pengelolaan
laboratorium kimia.

Kelima, Pada faktor pendukung dan penghambat pengelolaan terlihat belum adanya tenaga
laboran dan teknisi. Untuk itu diharapkan kepada kepala sekolah maupun Diknas Pendidikan untuk
melakukan pengadaan tenaga laboran dan teknisi agar tercapai hasil yang memuaskan pada proses
pengelolaan laboratorium.
Daftar pustaka

Arikunto, S. 2004. Dasar – Dasar Supervisi. Jakarta : PT. Rineke Cipta

Ditjen PMPTK, 2010. Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah dalam pembelajaran inovatif.
Jakarta : Binatama raya.

Hasibuan, Malayu. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit. Bumi Aksara.
Kholilah, dkk.2015.Budaya Organisasi.

Dunia kimia, 2011. Strategi Pengelolaan Laboratorium Kimia. Dkimia.blogspot. com /


2013/01/manajemen-laboratoriumsains.html (diunduh 19 Mei 2015)

Moran, L., dan Masciangioli, T., (2010), Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia,
Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak, The National Academies Press, Washington,
D. C., http://www.nap.edu.pdf.

Pudak Scientific, (2010), Furniture Laboratorium Fisika, Biologi, Kimia SMP, SMA,
Esales@pudak.com, Bandung, http://www.pudak.com.

Sukartini, dan Alatas Abu Bakar, (2006), Program Video Pendidikan Sekolah Tata Laksana
Pengelolaan laboratorium, PUSTEKKOM DEPDIKNAS, CV. Duta Sarana Ilmu, Jakarta

https://media.neliti.com/media/publications/270892-manajemen-laboratorium-kimia-
058da1cf.pdf

Anda mungkin juga menyukai