Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
karunia-Nya sehingga Makalah mengenai Pengelolaan Laboratorium pada mata kuliah
Kimia Pengembangan Laboratorium berhasil diselesaikan.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat membantu para pembaca atau
mempermudah para pembaca dalam mempelajari Pengembangan Laboratorium terutama
dalam menejemen Laboratorium khususnya di sekolah. Pembuatan makalah juga diharapkan
juga semakin menambah wawasan bagi semua, agar tujuan pembuatan dan target yang
diharapkan tercapai.
Selesainya laporan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Melalui prakata ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Jamalum Purba selaku dosen pembimbing
2. Semua Pihak Sekolah SMA Negeri 1 Berastagi baik guru Kimia, Laboran, dan para Staf
Sekolah yang telah banyak membantu.
3. Semua teman-teman kami mahasiswa yang telah banyak memberikan motivasi.
Kami berharap makalah yang penulis susun ini dapat diterapkan dan diaplikasikan
oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari . Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih
dan memohon maaf bila ada salah kata atau penulisan dalam makalah ini.
Mohon kiranya dapat memberi saran dan kritik kepada penulis agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah pada
Medan,
Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
5
1
1.1 Pendahuluan
12
12
14
15
15
17
20
20
21
21
22
BAB II
24
24
24
29
33
BAB III
37
37
40
42
BAB IV
45
45
45
46
4.3 Alat-Alat
47
4.4 Bahan-Bahan
48
48
4.6 Penerangan
49
4.7 Keselamatan
49
50
BAB VI
53
53
5.1 Kesimpulan
53
5.2 Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN - LAMPIRAN
56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
56
Lampiran 2
57
Lampiran 3
58
3
Lampiran 4
59
Lampiran 5
60
Lampiran 6
61
BAB I
4
Supervisor merupakan manajer lini terdepan yang melaksanakan pekerjaan manajemen untuk
merencanakan, mengorganisir, mengeksekusi rencana, serta mengendalikan dan mengontrol
proses pekerjaan menuju hasil yang diharapkan.
Oleh karena itu supervisor wajib bekerja secara :
1. Efektif, melakukan sesuatu dengan membawa hasil.
2. Efisien, melakukan sesuatu dengan hemat sumber daya.
Manajemen Laboratorium , dalam hal ini manajemen mutu, harus didesain untuk
selalu memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerjanya, disamping harus mempertimbangkan
kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
manajemennya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan penggunaan
laboratorium.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Seorang laboran yang bertugas untuk menjaga dan memelihara laboratorium dan
mengawasi jalannya praktikum atau penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Mengetahui prosedur yang benar tentang pengoperasian alat dan mampu
mengoperasikan semua peralatan yang ada di laboratorium.
b. Mengetahui cara-cara penyimpanan bahan-bahan kimia sesuai dengan MSDS
(Material Safety Data Sheet).
c. Mengetahui sumber-sumber bahaya yang ada di laboratorium dan mampu
melakukan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan di laboratorium.
d. Bertanggung jawab terhadap stok peralatan dan bahan yang ada di laboratorium.
e. Mampu membuat larutan standar dan bisa melakukan pengenceran bahan.
Manajemen Sarana Prasarana
Penataan laboratorium yang meliputi penataan peralatan dan bahan harus
teridentifikasi secara baik. Berikut beberapa kriteria penataan laboratorium :
a. Almari (tempat peralatan) harus dilengkapi dengan daftar alat yang tersimpan di
dalamnya.
b. Setiap wadah bahan kimia harus dilengkapi dengan label karakteristik bahan.
c. Penempatan bahan harus terklasifikasi sesuai tingkat bahayanya dan rak
penyimpanan bahan dilengkapi dengan label tanda bahaya.
Manajemen Penggunaan Laboratorium
Setiap penggunaan laboratorium baik untuk praktikum maupun penelitian harus
menyerahkan terlebih dahulu jadwal penggunaannya sehingga tidak terjadi tumpang tindih
7
jadwal penggunaan laboratorium. Selain itu pengguna laboratorium harus memakai peralatan
laboratorium seperti jas, masker dan sarung tangan (jika diperlukan) dan mengikuti prosedur
peminjaman alat dan permintaan bahan yang berlaku di laboratorium. Manajemen
laboratorium sangat penting untuk dilaksanakan guna terciptanya laboratorium yang nyaman
sehingga produktifitas laboratorium dapat dipacu.
1.2.3 Fungsi Manajemen Laboratorium
Fungsi manajemen adalah sebagai rangkaian kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan
memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Manajemen
laboratorium terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Secara jelas kita bahas satu persatu berikut ini :
1.
Perencanaan (Planning)
Dalam manajemen, perencanaan merupakan salah satu bagian yang sangat penting,
karena perencanaan yang matang akan lebih memungkinkan tercapainya tujuan yang
diharapkan. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
dan menetapkan cara dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut seefisien
dan seefektif mungkin. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang satu
sama lain saling berhubungan. Ketiga kegiatan tersebut, yaitu : (1) perumusan tujuan yang
ingin dicapai, (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan, dan (3) identifikasi dan
pengerahan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dapat pula dianggap suatu seri dari
langkah-langkah atau tahapan yang dapat diikuti secara sistematis.
Perencanaan laboratorium kimia / IPA meliputi perencanaan dan pemeliharaan alatalat dan bahan-bahan serta sarana / prasarana, perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta rencana pengembangan lab. Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam manajemen
laboratorium adalah :
a. Pengadministrasian Alat-alat dan Bahan-bahan Laboratorium
Tujuan pengadministrasian alat-alat dan bahan-bahan lab ini adalah agar dapat dengan
mudah diketahui : (1) jenis alat atau bahan yang ada, (2) jumlah masing-masing alat dan
bahan, (3) jumlah pembelian atau tambahan, dan (4) jumlah yang pecah, hilang, atau habis .
Untuk keperluan pencatatan alat dan bahan lab ini diperlukan format atau buku
perangkat administrasi yang meliputi buku inventaris, kartu stok, kartu permintaan / peminjaman alat / bahan, buku catatan harian, kartu alat / bahan yang rusak, kartu reparasi, dan
8
format label. Buku lainnya yang dapat melengkapi perangkat administrasi antara lain daftar
alat dan bahan yang sesuai dengan LKS, jadwal kegiatan lab, dan program semester kegiatan
lab.
b. Pengadaan Alat / Bahan Laboratorium
Untuk melengkapi atau mengganti alat / bahan kimia / IPA yang rusak, hilang, atau
habis dipakai diperlukan pengadaan. Sebelum pengusulan pengadaan alat / bahan, maka perlu
dipikirkan : (1) percobaan apa yang akan dilakukan, (2) alat / bahan apa yang akan dibeli
(dengan spesifikasi jelas), (3) ada tidaknya dana / anggaran, (4) prosedur pembelian (lewat
agen, langganan, beli sendiri), dan (5) pelaksanaan pembelian (biasanya awal tahun pelajaran
baru). Prosedur pengadaan dimulai dengan penyusunan alat / bahan yang akan dibeli yang
dikumpulkan dari usulan masing-masing guru IPA yang dikoordinasi oleh penanggung jawab
lab. Sebelum pembelian, hendaknya ditentukan terlebih dahulu di toko atau perusahaan mana
alat / bahan itu akan dibeli. Sebaiknya setiap sekolah telah membuat jalinan kerja sama
dengan perusahaan atau toko alat dan bahan kimia tertentu, sehingga akan memperoleh harga
yang relatif murah dan sewaktu-waktu memerlukan tambahan alat / bahan kimia di luar
jadwal pengadaan dapat dengan mudah dikontak dan disuplai.
c. Alokasi Dana Laboratorium
Bagi sekolah Negeri, sumber dana sekolah dibagi menjadi dua, yaitu dana dari
Pemerintah yang umumnya berupa dana rutin (biaya operasional dan perawatan fasilitas) dan
dana dari masyarakat yang dapat berasal dari orang tua peserta didik maupun sumbangan
masyarakat luas / dunia usaha. Dana laboratorium diperoleh dari proyek OPF (Operasional
dan Perawatan Fasilitas) yang dituangkan dalam APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah) yang disediakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan
kegiatan penunjang proses belajar-mengajar.
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi laboratorium adalah suatu sistem kerja sama dari kelompok orang, barang,
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, karena
tanpa pelaksanaan terhadap apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan tidak akan
pernah menjadi kenyataan. Kegiatan laboratorium kimia / IPA diartikan sebagai kegiatan
yang berkaitan dengan pengamatan atau percobaan yang menunjang kegiatan belajarmengajar kimia / IPA. Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium kimia / IPA perlu
perencanaan secara sistematis agar dicapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan laboratorium kimia / IPA adalah :
a.
Setiap guru IPA pada awal semester / tahun pelajaran baru sebaiknya menyusun
program semester / tahunan sesuai kegiatan lab yang ditandatangani Kepala Sekolah.
Tujuan penyusunan program ini adalah mengidentifikasi kebutuhan alat / bahan yang
dibutuhkan untuk kegiatan praktikum selama satu semester / tahunan dan menyusun
jadwal bagi penanggung jawab teknis untuk ketiga mapel (Kimia, Fisika, Biologi) agar
tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian lab. Selain itu berguna untuk keperluan
supervisi / pengawasan bagi Kepala Sekolah.
b.
c.
Setelah kegiatan lab selesai sebaiknya guru mengisi buku harian untuk mengetahui
kejadian-kejadian selama kegiatan lab serta untuk keperluan supervisi.
d.
Alat / bahan yang telah selesai digunakan segera dibersihkan dan disimpan kembali di
tempat semula.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan atau sering disebut pula supervisi ditentukan oleh apa yang telah
dilakukan, yaitu evaluasi terhadap tindakan dan bila perlu menggunakan pengukuran koreksi
sehingga tindakan tersebut sesuai dengan rencana. Proses pengawasan terdiri atas beberapa
tindakan pokok, yaitu : (1) penentuan ukuran / pedoman baku sebagai pembanding / alat ukur
untuk menjawab pertanyaan dari hasil pelaksanaan, (2) penilaian / pengukuran terhadap tugas
yang sudah atau yang sedang dikerjakan, baik secara lisan maupun tertulis, atau pertemuan
langsung dengan petugas, (3) perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran /
pedoman yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan / perbedaan yang terjadi
11
dan perlu tidaknya perbaikan, (4) perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi agar
pekerjaan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Untuk mengelola laboratorium yang baik juga harus dipahami perangkat-perangkat
manajemen laboratorium, yaitu:
1. Tata ruang
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
3. Infrastruktur
4. Administrasi laboratorium
5. Inventarisasi dan keamanan
6. Pengamanan laboratorium
7. Organisasi Laboratorium
8. Fasilitas pendanaan
9. Disiplin dan keterampilan
10. Peraturan dasar di Lab
11. Keterampilan SDM
12. Penanganan masalah umum dan jenis-jenis pekerja
Semua perangkat-perangkat manajemen laboratorium yang sudah disebutkan tersebut,
jika dikelola secara optimal akan mendukung terwujudnya penerapan manajemen
laboratorium yang baik. Dengan demikian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai
suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak dari perencanaan tata ruang
sampai dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya.
1.3 Perangkat Laboratorium
1.3.1 Tata Ruang Laboratorium
Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan
laboratorium. Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada
seorang arsitektur bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor
tersebut
antara
lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang menuju
bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas
berbahaya. Bangunan laboratorium tidak berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air.
Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium
harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya misalnya
apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium.
Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan
laboratorium
untuk
pembelajaran
sain
umumnya
12
terdiri
dari
ruang
utama dan
ruang-ruang pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para sisa atau mahasiswa
melakukan praktikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang
penyimpanan. Ruang
yang akan dipakai praktikum atau percobaan baik untuk siswa maupun untuk guru.
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan baik. Tata
ruang yang sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan
pembangunan. Tata ruang yang baik mempunyai:
a. pintu masuk (in)
b. pintu keluar (out)
c. pintu darurat (emergency-exit)
d. ruang persiapan (preparation-room)
e. ruang peralatan (equipment-room)
f. ruang penangas (fume-hood)
g. ruang penyimpanan (storage - room)
h. ruang staf (staff-room)
i. ruang teknisi (technician-room)
j. ruang bekerja (activity-room)
k. ruang istirahat/ibadah
l. ruang prasarana kebersihan
m. ruang toilet
n. lemari praktikan (locker)
o. lemari gelas (glass-rack)
p. lemari alat-alat optik (opticals-rack)
q. pintu jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat masuk.
merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya. Teknisi laboratorium yang ada harus
senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan ada kemungkinan alat
tidak berfungsi dengan baik. Beberapa peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur
13
pada tempat tertentu, berupa rak atau meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk
melakukan suatu kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu.
Karenanya alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat digunakan.
Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan penggunaannya.
Setelah selesai digunakan, harus segera dibersihkan kembali dan disusun seperti semula.
Semua alat-alat ini sebaiknya
terutama
bagi
alat-alat
diberi
penutup
(cover)
misalnya
plastik
transparan,
penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.
Peralatan dan bahan Laboratorium sebaiknya disimpan dengan pengelompokkan sebagai
berikut :
a) Alat-alat gelas (Glasware)
Alat-alat gelas harus dalam keadaan bersih, untuk alat-alat gelas yang memerlukan
sterilisasi, sebaiknya disterelisasi sebelum dipakai. Semua alat-alat gelas ini seharusnya
disimpan dalam lemari khusus.
b) Bahan-bahan kimia
Untuk bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya ditempatkan pada
ruang fume. Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ruangan fume
perlu dilengkapi fan, agar udara yang ada dapat terhembus keluar. Bahan-bahan kimia
yang ditempatkan dalam botol berwarna gelap, tidak boleh langsung terkena sinar
matahari dan sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c) Alat-alat Optik/ Mikroskop
Alat-alat optic seperti mikroskop harus disimpan pada tempat yang kering dan tidak
lembab, untuk menjaga kelembaban dikendalikan dengan melengkapi lampu 15-20 watt.
Alat-alat optic lainnya seperti lensa pembesar, alat kamera juga dapat ditempatkan pada
lemari khusus. Pada waktu penyimpanan mikroskop dimasukkan dalam kotaknya yang
biasanya berisi silicagel untuk menyerap uap air.
1.4 Infrastruktur, Administrasi dan Organisasi Laboratorium
1.4.1 Infrastruktur laboratorium
Infrastruktur adalah segala sarana dan prasarana yag dimiliki oleh suatu laboratorium
dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Semua fasilitas fisik maupun non-fisik yang
14
tersedia harus berfungsi dengan baik agar tercapai hasil yang optimal, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Hal ini dimungkinkan apabila fasilitas infrastruktur laboratorium yang tersedia
maupun menunjang semua kegiatan yang dilakukan.
Pada dasarnya Infrastruktur dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
a. Laboratory Assesment
1) Lokasi Laboratorium
Lokasi laboratorium sebaiknya didirikan dalam satu gedung dan terpisah dengan
gedung yang bukan laboratorium. Jika ada beberapa laboratorium sebaiknya
dibuat dalam satu lokasi dan ditata denagn teratur, yang dikenal dengan istilah
laboratorium terpadu. Semua laboratorium yang ditata dengan baik akan
memberikan pelayanan yang memuaskan. Kebersihan dan kerapian serta tata letak
peralatan laboratorium yang sesuai dengan fungsinya akan memudahkan
pekerjaan. Keberhasilan pelaksanaan tugas yang optimal harus didukung oleh
adanya infrastruktur yang cukup, sehingga displin kerja yang baik dapat
ditegakkan.
2) Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan sebaiknya disesuaikan dengan fungsi laboratorium, karena
setiap laboratorium memerlukan konstruksi yang spesifik, tepat guan dalam
menunjang sarana dan prasarana yang akan ditempuh didalamnya. Untuk
konstruksi bangunan laboratorium perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
Pintu, Jendela, Ventilasi
Pintu, semua pintu laboratorium harus diatur sedemikian rupa,
sehingga jika terjadi kebakaran/ kecelakaan dapat berfungsi dengan
cepat, sehingga dapat mengurangi bahaya yang mungkin timbul.
Dimensi dari pintu juga harus menjadi perhatian agar barang/
peralatan laboratorium dapat keluar/masuk dengan mudah.
Jendela, diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Ada
juga
15
Dinding ada yang terbuat dari batu-batu, semen, blok semen, kayu,
plywood, atau yang lainnya. Atap ada yang terbuat dari asbes, aluminium,
kemarik, tanah liat dan sebagainya, sedangkan langit-langit ada yang
terbuat dari semen, plywood, asbes, chipboard atau yang lainnya. Hal ini
semuanya disesuaikan dengan fungsi laboratorium serta jenis barang yang
akan disimpan/ ditempatkan didalamnya. Pada prinsipnya semua bahan
bangunan tidak menyebabkan peralatan menjadi cepat rusak, tidak
memilki kelembaban tinggi, dapat meredam panas, dan tidak mudah
jamuran.
Jenis meja kerja/pelataran, jenis lantai, jenis pintu, jenis lampu yang
dipakai, kamar penangas, jenis pembuangan limbah, jenis AC, jenis tempat
penyimpanan, jenis lemari bahan kimia, jenis alat optik, jenis timbangan
dan instrumen yang lain, kondisi laboratorium.
b) General services (Fasilitas Umum)
Fasilitas umum yang terutama diperlukan dalam mendukung operasional laboratorium
antara lain air, listrik dan gas.
1) Suplai Air
Air sangat dibutuhkan di dalam laboratorium, baik untuk membersihkan atau mencuci
alat maupun untuk bahan kebutuhan terhadap percobaan. Distribusi air harus cukup
dengan tekanan air yang cukup keras pada setiap mata kran yang ada, terutama pada
bak pencuci (shink) ataupun di tempat lain yang memerlukan tekanan yang keras.
2) Suplai Listrik
Semua laboratorium sangat memerlukan listrik, karena listrik adalah sumber tenaga
yang diperlukan untuk menjalankan sebagian besar peralatan laboratorium. Semua
yang terkait dengan pemanfaatan energi listrik, seperti sumber tegangan, stabilitas
tegangan, distribusi arus serta jenis socket yang digunakan harus diperhatikan dan
harus sesuai standar dengan spesifikasi peralatan yang dipakai. Selain itu juga
diperlukan regulator dan unit pembangkit disel.
3) Suplai Gas
Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboratorium untuk sumber
bahan bakar dan juga untuk keperluan percobaan/ penelitian. Bagi laboratorium yang
memiliki penyakuran pipa gas alam, semua bunsen yang dipasang pada peralatan/
meja dapat langsung dioperasikan. Sedangkan bagi laboratorium yang menggunakan
tabung gas elpiji, hendaknya tabung ditempatkan pada suatu ruangan khusus dengan
16
kelengkapan selang anti bocor dan alat pengamanan lainnya. Sebaiknya tabung gas
ditempatkan di luar gedung, sehingga hanya pipa gas saja yang masuk ke dalam
laboratorium, sehingga bahaya ledakan dapat dihindarkan.
4) Alat komunikasi, lemari asam, kipas angin (blower), papan tulis, kotak obat-obatan,
peralatan P3K, dan pendukung keselamatan kerja seperti pemadam kebakaran, hidran
dan sebagainya. Jenis sockets, pendistribusiannya cukup/tidak cukup, jenis kran yang
dipakai. Jenis-sink (bak pembuangan air, apakah tekanan air cukup/tidak, instalasi air.
instalasi listrik, keadaan toilet/kamar kecil, jenis kamar/ruang persiapan dan kamar
khusus lainnya seperti kamar perbaikan/workshop, penyediaan tenaga teknisi,
penyediaan dana Lab.
1.4.2 Administrasi Laboratorium
Pengadministrasian merupakan suatu proses pendokumenan seluruh sarana dan
prasarana serta aktivitas laboratorium. Dalam kaitannya dengan pengadaan alat dan bahan.
Pengadministrasian sarana dan prasarana laboratorium bertujuan untuk mencegah kehilangan/
penyalahgunaan, memudahkan
oprasional
dan
pemeliharaan,
mencegah
duplikasi/
sektor
pendidikan
yang
relatif
mahal,
sudah
sewajarnya
sistem
i. Daftar zat
j. Dafatar pengeluaran/ penerimaan zat
k. Daftar usulan/ permintaan zat
Dalam pengadministrasian ruangan laboratorium, setiap laboratorium harus memiliki
denah yang menggambarkan keadaan macam ruangan yang ada, jaringan listrik, jaringan air
dan jaringan gas. Ruangan ruangan tersebut harus tercatat namanya, ukurannya, dan
kapasitasnya, dan data ini tercantum dalam data ruangan laboratorium.
Untuk
Ruangan komputasi
Ruangan staf (pengelola lab)
Ruangan bengkel mekanik / logam
Ruangan pengerjaan gelas
WC., dsb.
Setiap laboratorium harus memiliki denah yang menggambarkan keadaan macam ruangan
yang ada, jaringan listrik, jaringan air, dan jaringan gas. Ruangan-ruangan tersebut di atas
harus tercatat namanya, ukuran, dan kapitasnya dalam Format A.
Untuk keperluan pengembangan laboratorium, rambu-rambu tentang beberapa ukuran
ruangan adalah sebagai berikut :
Ruangan praktikum
: + 2,5 m2/orang
Ruangan persiapan
: + 20 % dari R.praktikum
Ruangan timbang
Ruangan instrumen
Ruangan komputasi
WC., dsb.
20
4. Kejelasan Jalur Hubungan. Dalam rangka pelaksaan tugas dan tanggung jawab setiap
karyawan atau pegawai dalam sebuah organisasi, maka dibutuhka kejelasan hubungan
yang tergambar dalam struktur, sehingga jalur penyelesaian pekerjaan akan semakin
efektif dan dapat saling menguntungkan.
1.4.3.3 Manfaat Organisasi Laboratorium
1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif
dengan adanya organisasi yang baik.
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika
organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan
memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi
mudah yang tangguh dan ksatria.
3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi
dapat menjadi solusi.
4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring
dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan
pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir
sejarah ilmu pengetahuan.
1.4.3.4 Struktur Organisasi Laboratorium
Pengorganisasian atau pengelolaan laboratorium dapat diartikan sebagai pelaksanaan
dalam pengadministrasian, perawatan, pengamanan, serta perencanaan untuk pengembangan
secara efektif dan efisien. Sesuai dengan fungsi laboratorium sekolah, sebagai salah satu
fasilitas penunjang proses pembelajaran, maka kedudukan laboratorium dalam organisasi
sekolah berada di bawah koordinasi Wakil Kepala Sekolah dengan penugasan dari Kepala
Sekolah. Salah satu contoh struktur organisasi laboratorium disajikan pada gambar berikut:
21
Orang-orang atau petugas yang terlibat langsung dalam organisasi laboratorium IPA adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah:
Tugas-tugas kepala sekolah:
1. Memberi tugas kepada penanggung jawab teknis laboratorium IPA, penanggungjawab
mata pelajaran ( fisika, biologi, kimia)
2. Memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada petugas-petugas
laboratorium
3. Memberikan motivasi kepada guru-guru IPA dalam hal kegiatan laboratorium IPA
22
BAB II
PENANGANAN BAHAN KIMIA DAN PERALATAN GELAS
2.1 Penanganan Bahan Kimia
23
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah
peralatan serta memiliki harga yang yang bervariasi mulai dari yang murah hingga yang
tergolong mahal, untuk itu di dalam laboratorium memiliki banyak aturan-aturan yang wajib
ditaati guna memberikan keselamatan dalam penanganan setiap alat dan bahan kimia yang
ada didalamnya. Didalam laboratorium sangat membutuhkan perhatian khusus pada setiap
isinya. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko
bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium aspek penyimpanan,
penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan.
Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia
diantaranya meliputi aspek pemisahan, tingkat resiko bahaya, pelabelan, fasilitas
penyimpanan, wadah sekunder, bahan kadaluarsa, inventarisasi, dan informasi resiko bahaya.
Penggunaan bahan kimia merupakan hal penting bagi laboratorium. Sifat B-3 dari
bahan kimia seperti mudah meledak, toksik, korosif, mudah terbakar dan merusak
lingkungan, dapat menimbulkan kecelakaan atau gangguan kesehatan. Hal ini menuntut
pekerja Laboratorium untuk dapat mengelola penggunaan dan penyimpanan bahan kimia
secara baik sesuai dengan karakteristiknya.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia di laboratorium:
1. Aman
Karena alat dan bahan laboratorium relative mahal maka alat disimpan untuk
menghindairi pencurian dan kerusakan. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat
2.
menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci)
3. Mudah diambil
Penyimpanan alat dan bahan membutuhkan ruang penyimpanan seperti lemari, rak
dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Selain prinsip di atas, hal - hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat
resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage
facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate
chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard
information). Dan dalam penyimpanan bahan bahan kimia yang juga harus
diperhatikan diantaranya adalah wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat, label,
24
kepekaan
zat
terhadap
cahaya,
dan
kemudahan
zat
tersebut
menguap.
yang
tidak
Syarat-syarat
berbahaya
penyimpanan
dapat
disimpan
bahan-bahan
dalam
kimia
lemari
di
tersendiri.
laboratorium.
25
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -40 C, misalnya karbon disulfida, eter,
benzena, aseton.
b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -40 C 210 C, misalnya etanol
dan methanol
c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 210 C 93,50 C, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
1) Temperatur dingin dan berventilasi
2) Tersedia alat pemadam kebakaran
3) Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara
2.
rokok.
Bahan mudah Meledak
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya explosive (E) dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat,
nitrogliserin, TNT.
Syarat penyimpanan:
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari panas dan api
3) Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
3. Bahan Beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya very toxic (T+) dan toxic
(F) dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),
atau kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin,
sublimat, persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
1)
2)
3)
4)
5) Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
4.
Bahan Korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi corrosive (C) adalah merusak jaringan hidup.
Contoh asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi
dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan :
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Wadah tertutup dan beretiket
3) Dipisahkan dari zat-zat beracun
5.
Bahan Oksidator
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing (O)
biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan
ledakan dahsyat, terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam
Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang mudah
bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu).
Syarat penyimpanan :
1) Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
3) Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor
6.
27
Syarat penyimpanan:
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
3) Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantongkantong hidrogen
4) Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
8.
Gas Bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
1)
2)
3)
4)
waktu penyimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar
jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering
menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter
tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka
harus dihabiskan selama enam bulan. Dan juga bahan bahan kimia lainnya yang memiliki
sifat khasnya masing- masing yang harus diperhatikan oleh pengelola laboratorium.
Selain penanganan untuk bahan bahan kimia yang belum dipergunakan, maka
penanganan untuk proses pembuangan limbah laboratorium juga tak kalah pentingnya untuk
diperhatikan.
Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
1.
dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalamj air dibuang langsung
melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung
asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia
sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya,
endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
2.
Pembakaran terbuka.
28
Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar
racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat
yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
3.
yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat
toksik.
4.
oleh
kotoran,dsb.
Lalu
bagaimanakah
cara
membersihkan alat
gelas
laboratorium yang baik dan benar, maka simaklah beberapa penjelasan dibawah ini.
Cara Membersihkan Alat Gelas Laboratorium
Proses pembersihan suatu alat gelas dalam sebuah laboratorium tergantung dari
kegiatan apa yang dilakukan alat ini sebelum dibersihkan dan tipe material apa yang
terkandung di dalamnya. Salah satu bahan yang umum digunakan dalam pembuatan alat
gelas laboratorium adalah bahan borosilikat. Alat Gelas yang terbuat dari borosilikat
mempunyai
pertahanan
yang
sempurna
29
dari
kebanyakan
asam
kecuali
Asam
Hidroflorat. Larutan Basa kuat akan mempengaruhi gelas, inilah sebabnya kenapa detergen
yang dilarutkan tidak boleh melebihi dari 2%. Menghindari reaksi terhadap deterjen dalam
jangka waktu panjang dan menghindari pengeringan yang sama pada alat gelas harus
dibersihkan secepatnya untuk mencegah pengerasan residu.
Membersihkan alat gelas laboratorium dapat dilakukan dengan membersihkan dengan
mesin pencuci atau secara manual, untuk lebih jelasnya simak ulasan dibawah ini.
Pembersihan dengan Mesin Pencuci
Pilih dari sekian banyak macam campuran detergent yang ditawarkan oleh spesialis
laboratorium untuk Mesin Pencuci, detergent yang dipilih harus sesuai dengan type kotoran
apa yang akan dihilangkan. Beberapa jenis campuran ini memang dikhususkan untuk
bermacam-macam kotoran di laboratorium, jadi pastikan anda memilih campuran yang tepat
untuk membersihkan alat gelas anda. Lalu periksa rak penunjang dan penjaganya diletakkan
menempel dengan material non-abrasive secara baik untuk menghindarkan gelas dari gesekan
atau kerusakan oleh permukaan yang keras.
Pembersihan Secara Manual
Metode ini merupakan metode yang sederhana karena metode ini hanya
menggunakanbusa halus, kain halus atau sikat plastik yang lembut dan tidak mengadung
bulu-bulu keras. Pilih dari sekian banyak macam campuran detergent yang ditawarkan oleh
spesialis laboratorium untuk pencucian manual, tergantung dari residu yang ingin
dihilangkan. Lalu bersihakan menggunakan alat tadi secara perlahan dan teliti.
Lalu selain membersihkan dengan mesin pencuci dan secara manual masih ada cara
pembersihan khusus, dimana cara ini digunakan jika ada noda tertentu yang sangat sulit
dibersihkan menggunakan detergen, sehingga dalam kasus ini perlu diberikan perhatian dan
tindakan yang khusus, Beberapa noda yang membutuhkan perilaku khusus serta cara
penanganannya bisa anda simak di ulasan di bawah ini.
Metode Pembersihan khusus
Noda Permanganat : Gunakan campuran yang dari 3% Asam Sulfat dan 3% Hidrogen
Peroxida.
30
Noda lemak : Gunakan larutan asam kromat, adalah larutan kalium dikromat dalam
asam sulfat pekat.
Selama permbersihan alat gelas ini ada beberapa tindakan pencegahan dalam membersihkan
alat gelas laboratorium, beberapa tindakan ini diantaranya :
Tindakan Pencegahan Khusus Selama Proses Pembersihan :
Jangan gunakan busa spons yang sudah terkikis seperti yang digunakan di dapur
untuk membersihkan piring
Hindari beberapa deterjen atau larutan pembersih yang mengandung Partikel pengikis
Pindahkan barang-barang keras seperti spatula logam, tongkat pengaduk, atau sikat
secepatnya. Mereka dapat memecahkan gelas atau menggoresnya.
Basa kuat domestic atau deterjen pabrikan akan melarutkan gelas dan bahkan
mengakibatkan kerusakan.
Lepaskan bermacam2 logam perhiasan seperti cincin dengan batu jika anda akan
menggunakan tangan di dalam glassware.
Dan setelah semua proses dijalankan dengan baik, maka proses terakhir dalam pembersihan
alat gelas laboratorium adalah proses pengeringan beberapa langkah proses ini diataranya :
Setelah dicuci dan dibilas aquadest, glassware di keringkan dengan cara di tiriskan di
rak peniris
Untuk basic glassware boleh dikeringkan dengan cara di masukkan ke dalam oven
dengan suhu dibawah 60 C
31
Setelah dicuci dan dibilas aquadest, glassware di keringkan dengan cara di tiriskan di
rak peniris
Untuk basic glassware boleh dikeringkan dengan cara di masukkan ke dalam oven
dengan suhu dibawah 60 C
Alat gelas adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan dalam sebuah laboratorium
dan memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah lab. Karena perannya yang sangat vital
ini lah pastinyanya alat ini sering digunakan dalam hampir semua kegiatan di dalam
laboratorium, dengan semakin intensifnya alat ini digunakan tentunya akan timbul sebuah
efek dasar akibat dari kegiatan tersebut, salah satunya adalah problem kebersihan dari alat ini.
Seperti kita ketahui salah satu dasar pengoperasionalan sebuah laboratorium yang
sehat adalah dengan selalu terjaganya kebersihan alat-alat laboratorium ini dari segala
kotoran. Dengan alat yang bersih maka kita dapat mencegah kesalahan pengukuran yang
disebabkan oleh kotoran,dsb.
Untuk perawatan terhadap peralatan yang terbuat dari gelas bukanlah perkara yang
sulit akan tetapi menuntut ketekunan laboran. Dengan memperhatikan keunggulan dan
kelemahan dari bahan baku gelas, maka untuk perawatan peralatan berbahan baku gelas harus
memperhatikan :
1) Ruang penyimpanan peralatan harus bertemperatur antara 270 C 370 C dan diberi
tambahan lampu 25 watt.
2) Ruang penyimpanan diberi bahan silicon sebagai zat higroskopis.
3) Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya ditempatkan di atas kawat kasa.
Boleh menggunakan pemanasan secara langsung asalkan bahan gelas terbuat dari
pyrex.
4) Gelas yang akan direbus hendaknya tidak dimasukkan langsung ke dalam air yang
sedang mendidih melainkan gelas direndam dengan air bersih dan dingin kemudian
32
Jagalah agar semua senyawa dan pelarut jauh dari mulut, kulit, mata dan pakaian.
2.
Hindarilah dari menghirup uat atau debu. Untuk mencium gas kibaskas gas
menggunakan tangan sampai bau tercium.
3.
33
4.
Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang
volatil dan mudah terbakar.
5.
Menggunakan kacamata pengaman atau gunakan penutup yang lebih besar untuk
menutupi seluruh wajah.
6.
Bagi yang menggunakan lensa kontak berhati-hati agar tidak ada bahan kimia yang
masuk ke mata. Zat-zat yang bersifat korosif atau beracun dapat masuk dengan cepat ke
bagian belakang lensa kontak, sehingga tidak mungkin dapat dicuci.
7.
8.
9.
Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia dekat wajah
dan tubuh sendiri ataupun orang lain.
10.
11.
Berhati-hati terhadap asam dan basa kuat khusunya bila dipanaskan dan jangan
pernah menambah air ke asam atau basa pekat.
12.
Bahan-bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di lemari asam
dan menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah
halida fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam, asam nitrat berasap, larutan
amonia pekat, cairan amonia, belerang dioksida.
13.
Bahan-bahan kimia yang telah di ambil tidak boleh dikembalikan ke dalam botol stok
dan jangan membuang pelarut ke wadah yang telah disediakan terutama bahan-bahan
organik. Untuk bahan-bahan yang lain dibuang sesuai petunjuk pembimbing.
34
14.
Jangan pernah memanaskan cairan organik meskipun sedikit atau dekat api. Selalu
gunakan penangas air atau penangas minyak atau mantel pemanas listrik. Bila bekerja
dengan eter, petroleum eter dan karbon disulfida diperlukan perhatian khusus karena
bersifat volatil dan mempunyai titik nyala yang rendah, sehingga harus dipastikan tidak
ada nyala api atau sumber api.
15.
Jangan memanaskan cairan atau larutan terutama cairan organik ditempat yang
terbuka. Jika ingin dipanaskan harus menggunakan kondensor yang dapat disusun
sebagai refluks atau destilasi. Untuk semua cairan organik jangan pernah menguapkan ke
udara.
16.
17.
Beberapa pelarut misalnya eter dan hidrokarbon dapat membentuk peroksida yang
eksplosif secara spontan waktu disimpan. Destilasi pelarut yang mengandung peroksida
sangat berbahaya, sebab residu peroksida dapat meledak dengan hebat bila
dipanaskan. Oleh karena itu pelarut seperti ini tidak boleh diuapkan atau didestilasi.
Laboratorium kimia agak spesifik karena banyak menggunakan bahan kimia dengan
bermacam sifat bahaya, maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan
keselamatan standar berikut :
1. Jas Laboratorium
Setiap orang
mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi akibat percikan bahanbahan kimia yang berbahaya. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu diperlukan pakaian berupa
disposable protective garment, yaitu pakaian peindung yang dibuang atau dimusnahkan
sesudah digunakan.
2. Sarung Tangan
Sarung tangan (gloves) sangat penting karena daya tahan tangan terhadap bahan kimia
dan suhu yang tinggi terbatas. Bahan sarung tangan dapat berupa karet alam, karet neopren,
karet nitril, asbes, dan lain-lain dengan mutu dan ketebalan yang beragam. Untuk menjamin
35
keselamatan pekerja maka sarung tangan hasus selalu dipakai dengan jenis sarung tangan
sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Untuk melindungi tangan dari bahan yang sangat
panas.
3. Pelindung Mata Dan Muka
Disamping mencegah muka dan mata dari percikan bahan kimia maka penguunaan
pelindung mata dan muka juga untuk mencegah muka dari kontak dengan cahaya ultra violet
(UV), sinar laser dan api pengelasan. Untuk mencegah muka dari sinar dan pengelasan ini
maka digunakanan kaca mata khusus. Jangan menggunakan kontak lensa bila bekerja di
laboratorium karena asap/ uap dapat menumpuk di bawah kontak lensa yang dapat
menimbulkan keruakan mata.
beranggapan bahwa semua bahan kimia yang digunakan di laboratorium adalah berbahaya
apalagi bila masuk dalam tubuh dan mulut. Untuk bahan kimia yang sangat berbahaya
bisanya disertai dengan etiket berupa larangan dihisap dengan mulut.
10. Tanda Peringatan Keselamatan
Tanda ini perlu untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi setiap orang yang
melakukan aktivitas di laboratorium.
BAB III
PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM SEKOLAH
Secara umum limbah laboratorium dapat berupa limbah (sampah), bahan kimia, sampah
biologi (bahan tanaman, binatang, mokroorganisme), sampah kertas, plastik, pecahan kaca,
dan air buangan. Banyak dari bahan-bahan tersebut yang merupakan ancaman bahaya bagi
pekerja di laboratorium atau lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu seharusnya sampah
laboratorium harus ditangani secara baik.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan
Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Karakteristik limbah dipengaruhi oleh ukuran partikel (mikro), sifatnya dinamis,
penyebarannya luas dan berdampak panjang atau lama. Sedangkan kualitas limbah
dipengaruhi oleh volume limbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan
limbah. Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 yaitu
37
limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) Untuk mengatasi limbah diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi: pengolahan menurut tingkatan
perlakuan pengolahan menurut karakteristik limbah.
Laboratorium kimia sekolah merupakan salah satu penghasil limbah cair, padat maupun
gas. Kuantitas dan frekuensi limbah laboratorium sekolah termasuk kecil, sedangkan
kandungan bahan pencemar termasuk bervariasi dan bahkan ada yang mengandung bahan
buangan berbahaya. Limbah padat di laboratorium kimia relatif kecil, biasanya berupa
endapan atau kertas saring terpakai, sehingga masih dapat diatasi. Demikian pula limbah
yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif masih aman untuk dibuang
langsung di udara. Tetapi berbeda dengan limbah cair, umumnya laboratorium sekolah
berlokasi di sekitar kawasan hunian, sehingga akumulasi limbah cair yang meresap ke dalam
air tanah dapat membahayakan lingkungan sekitar.
Penanganan dan Pembuangan Bahan Kimia
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan
secara fisika, secara kimia dan secara biologi. Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga
metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan
pengolahan secara fisika agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi
yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan
ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga
dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau
pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation). Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor,
38
dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahanbahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasikoagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.
Penanganan limbah secara umum tergantung jenis sampahnya dengan pedoman
penanganan penanganan sebagai berikut :
Penanganan Sampah Kimia
Setelah menyelesaikan aktivitas dengan berbagai bahan kimia, maka akan ditinggalkan
sisa berupa residu (sisa), slurries ( campuran encer dari bahan-bahan tidak terlarut, endapan
endapan, zat warna dan lain-lain dan larutan sisa yang harus dibuang.
Aturan Pembuangan Sampah Kimia
1. Jangan membuang sampah asam dan basa pekat atau slurries ke sink. Membuang sampah
tertentu ke sistim saluran air (sink) di labioratorium mungkin diijinkan tetapi harus
mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan. Sebaiknya bahan-bahan yang larut dalam air
seprti asam dan basa yang diijinkan dibuang melalui sink itupun sebaiknya diencerkan
terlebih dahulu dengan pH 3-11 dan kecepatan pembuangan yang harus di batasi.
2. Ketika membuang sampah asam, basa, slurries ke sink maka air harus dialirkan secara
terus-menerus untuk mengencerkan bahan yang dibuang. Bila proses pembuangan telah
selesai maka bilas sink untuk membuang bahan-bahan korosif.
3.
Sampah-sampah dan bahan-bahan pelarut yang tidak bersifat korosif dan tidak reaktif
serta tidak mengandung benda padat biasanya di kumpulkan dalam wadah gelas atau
logam.
4.
Sampah kimia berbahya harus ditempatkan dalam wadah yang diberi label. Sampahsampah yang sangat berbahaya biasanya diubah terlebih dahulu (dioksidasi,direduksi,
dinetralisasi dan lain-lain) menjadi bahan yang tidak berbahaya sebelum di tempatkan
dalam wadah pembuangan.
5. Penanganan sampah organic dan residu yang tidak larut dalam air.
6. Tempatkan residu dalam wadah pembuangan yang aman
7.
Tempatkan semua pelarut yang mudah menguap dalm satu wadah penampung pelarut
yang berisi/menghasilkan uap air dan tidak terdapat bahaya api. pelarut-pelarut yang
mudah menguap adalah yang menguap pada suhu relative rendah. Uap yang dihasilkan
39
dapat berupa racun, menimbulkan rasa mual, menyebabkan iritasi, mudah terbakar, dan
dapt menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan.
8.
Sampah natriun dan kalium dihancurkan dengan cara memasukkannya secara perlahan
pada etanol absolute yang akan membentuk alkoksida yang larut dalam air.
9. Sampah cairan yang mudah terbakar tidak boleh dibuang di sink. Sampah tersebut harus
di kemas dalam botol belabel untuk di hancurkan di luar laboratorium dengan cara
membakar.
10. Hindari pembuangan sampah kimia yang sembarangan untuk mencegah terjadinya reaksi
spontan, peledakan dan kebakaran.
11. Untuk pembuangan yang menggunakan wadah maka harus diperhatikan kemungkinan
terjadinya reaksi bahan dengan wadah.
Bahan Kimia yang Tertumpah
a. Tumpahan bahan kering dan padat
Dapat di sapu dan dimasukkan dalam wadah pembuangan yang sesuai
b. Tumpahan larutan asam/larutan alkali
Disiram dengan air dan di sapu dan di tarik ke drainase
c. Tumpahan bahan-bahan yang berminyak
Dibersihkan dengan cara mengelapnya secara langsung atau dengan dengan menaburi
bahan berminyak dengan serbuk gergajian/abu kayu kemudian disapu dan di kumpulkan
dalam wadah logam
d. Tumpahan pelarut yang mudah menguap
Menjauhkannya dari sumber api dan membersihkan dengan kain pel dan air
e. Tumpahan merkuri
Ditarik dengan lempengan tembaga bentuk lingkaran yang diberi tangkai. Bila tumpahan
masuk ke lantai yang retak maka lantai ditutup dengan lilin untuk mencegah atau
mengurangi penguapan merkuri. Tepung sulfur dapat juga digunakan untuk mengikat
merkuri.
Penanganan Sampah Biologi
Sampah berupa preparat biologi seperti stains, fixative, dan clearing agen yang
kemungkinan menyebabkan bahaya tidak dibuang ke sink. Sampah tersebut harus
dikumpulkan dalam wadah gelas tertutup dan diberi label.
Penanganan Sampah Plastik Kertas dan Tajam
40
Sampah plastik dapat di kumpulkan pada wadah khusus dan dapat di jual keperusahaan
yang mendaur ulang sampah plastik. Sampah kertas dapat dibakar pada tempat pembakaran
khusus. Sampah-sampah tajam seperti pisau, jarum suntik dan lain-lain ditempatkan pada
wadah khusus dan juga dapat di daur ulang.
Berdasarkan hasil observasi sampah limbah yang dihasilkan pada saat praktikum, baik
sampah kimia maupum sampah biologi tidak dipisah. Sampah-sampah kimia lansung dibuang
dalam satu wadah dan lansung dibuang dalam saluran air, tanpa adanya penanganan atau
pengolahan terlebih dahulu.
3.1 Pembuangan Bahan-Bahan Sisa Hasil Praktikum
Pembuangan Limbah
Limbah laboratorium dikumpulkan dan dibuang dalam wadah terpisah menurut tipe
wadah/penampungnya :
Hindari sumber nyala (api terbuka, loncatan listrik, elektris statis, permukaan panas)
Grounding (Bumikan) wadah penampungan
Persyaratan Wadah
Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran.
Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang
hendak dikemas.
Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam (teflon, baja,
karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak bereaksi bereaksi dengan limbah B3
yang disimpannya.
41
Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari materi diatas seperti :
Manajemen limbah yang baik mengurangi efek buruk dari material terhadap
lingkungan
Jangan buang limbah langsung ke lingkungan atau ke saluran air (meledak!)
Limbah juga memberikan potensi polusi terhadap air
Kelompokan limbah laboratorium berdasarkan klasifikasinya
Wadah juga harus dipilih yang sesuai dengan limbah yang ditampung
Perhatikan sifat inkompetibelitas tiap zat kimia yang dibuang yang bisa
memunculkan reaksi eksotermis hingga ledakan.
Berdasarkan observasi laboratorium yang dilakukan bahwa kondisi laboratorium di
sekolah tersebut belum dapat dikatakan laboratorium yang ideal, terkhusus pada pengolahan
atau penanganan limbah laboratorium tersebut. Pengakuan guru pembimbing laboratorium,
bahwa pembuangan limbah padat (misalnya kertas saring, plastik ataupun jenis limbah padat
lain) dbuang atau ditempatkan di keranjang sampah, sementara pembuangan limbah cair
(misalnya sisa larutan yang dipakai waktu praktikum) langsung dibuang ke dalam westafel.
Alasan guru tersebut pembuangan limbah hanya dilakukan seperti itu karena praktikum yang
dilakukan di tingkat SMA zat-zat yang digunakan tidak berbahaya sehingga limbahnya pun
pasti lah tidak berbahaya juga.
3.2 Pembuangan Bahan Kimia yang telah Kadaluarsa
Pada banyak sekolah atau kampus, pengelolaan bahan kimia belum terlalu baik
sehingga banyak sekali bahan kimia yang menumpuk dan sudah kadaluarsa. Bahan kimia
kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak harus dibuang
melalui unit pengelolaan limbah. Ingat bahwa biaya pembuangan bahan kimia akan
meningkat jika ditunggu sampai waktu cukup lama, oleh karena itu limbah kimia harus
dibersihkan setiap saat.
Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan kimia yang ada di laboratorium. Perbaharui
label-label yang rusak secara secara periodik. Inventarisasi harus melibatkan nama bahan,
rumus, jumlah, kualitas, lokasi penyimpanan, dan tanggal penerimaan, nama industri, bahaya
terhadap kesehatan, bahaya fisik, lama dan pendeknya bahaya terhadap kesehatan.
Di suatu laboratorium, MSDS (Materials Safety Data Sheets) atau sumber lain yang
memberikan informasi tentang resiko bahaya dari setiap bahan harus ada. Hubungi rumah
sakit terdekat untuk mendapatkan informasi itu, atau jalin hubungan dengan Rumah Sakit
42
e.
Lengkapi data bahan kimia tersebut dengan rumus kimia beserta MSDS melalui
lembar kartu kontrol yang digantungkan pada tutup kemasan bahan kadaluarsa;
f. Kaji ulang secara menyeluruh sistem inventory bahan kimia untuk dengan segera
dapat mampu telusur apabila diketemukan bahan kimia kadaluarsa kembali.
Berikut adalah alternatif ataupun langkah-langkah lain yang dapat digunakan untuk
penanganan terhadap bahan kimia yang telah Kadaluarsa :
1. Lakukan evaluasi terhadap bahan kimia yang dipertimbangkan sudah menjadi
timbulan limbah, kondisi secara fisik apakah merupakan senyawa tunggal atau
campuran, masuk kedalam kategori limbah B3 atau tidak.
2. Identifikasi penamaan tempat penampung limbah (labelling of waste container);
3. Tentukan tempat yang akan dijadikan gudang utama penyimpanan reagen atau bahan
kimia.
4. Tempat
penampung
limbah
mutlak
harus
diberi
identifikasi LIMBAH
44
BAB IV
DESAIN LABORATORIUM SEKOLAH
4.1 Laboratorium Tempat Penyimpanan Alat Dan Bahan
Ruangan laboratorium khusus penyimpanan bahan dan alat itu digabung dalam satu
gedung, namun diletakkan pada lemari yang berbeda diruangan dalam gedung yang sama.
45
baik, lampu di ruangan laboratorium ada 1 yang terletak di tengah ruangan dan satu lampu di
ruangan alat dan bahan. Terdapat satu lemari penyimpanan bahan di bagian depan ruangan
praktikum dan penyimpanan alat praktikum berada di belakang ruangan dan terdapat juga
lemari bahan. Terdapat 2 lemari alat, 1 lemari bahan padat, dan 1 lemari bahan cair.
: Papan tulis
: Washtafel
: Pintu masuk
: Meja praktikum
: Meja guru
47
48
49
50
51
BAB V
FOTO DOKUMENTSI
Foto Sekolah
Bahan-Bahan
52
Lemari Bahan
53
54
Sarana Kebersihan
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Laboratorium kimia SMA NEGERI 1 TANJUNG BERINGIN
belum dapat
dikatakan sebagai laboratorium kimia SMA yang standar, karena laboratorium standar itu
memiliki kriteria-kriteria tertentu sedangkan laboratorium SMA NEGERI 1 TANGJUNG
BERINGIN masih memiliki banyak kekurangan, dan sangat mengkhawatirkan diantaranya
kondisi laboratorium yang tidak layak untuk dilakukan praktikum, pintu laboratorium yang
seharusnya ada tiga tetapi di SMA NEGERI 1 TANJUNG BERINGIN hanya ada 1 pintu,
kemudian instalasi air di laboratorium belum dapat beroperasi dengan baik. Untuk letak alat
dan bahan-bahan tidak sesuai dengan kondisi laboratorium standar yaitu letak bahan-bahan
kimianya tidak teratur, lemari tempat penyimpanan bahan-bahanya pun tidak layak digunakan
.Tempat penyimpanan alat-alat laboratoriumnya juga tidak layak digunakan dan alat-alatnya
juga tidak layak untuk digunakan. Kemudian tatanan meja praktikumnya tidak tersusun rapi.
Struktur orgnisasi laboratorium di SMA NEGERI 1 TANJUNG BERINGIN tidak terlihat
jelas dipampangkan , tata tertib laboratoriumnya tidak ada serta inventaris alat dan bahanya
juga tidak ada. Untuk ventilasi , infrastruktur laboratorium juga tidak memadai .
5.2 Saran
a. Laboratorium SMA NEGERI 1 TANJUNG BERINGIN sebaiknya dimanfaatkan dan
difungsikan sebaik mungkin untuk menunjang dan proses pembelajaran siswa.
b. Sebaiknya kursi yang tidak digunakan dikeluarkan dari Laboratorium karena dapat
mengganggu kelancaran dalam melakukan praktikum.
c. Sebaiknya alat-alat laboratorium yang sudah rusak disimpan ditempat khusus tempat
penyimpanan alat-alat praktikum yang sudah rusak.
d. Sebaiknya bahan-bahan praktikum yang sudah kadaluarsa dan tidak layak digunakan
lagi disimpan ditepat khusus penyimpanan.
e. Sebaiknya lemari tempat penyimpanan alat-alat dan bahan-bahan praktikum yang
sudah tidak layak digunakan diganti dengan lemari yang lebih layak.
f. Sebaiknya westafel diperbanyak dan diusahakan dapat beroperasi dengan baik.
g. Sebaiknya instalasi air di dalam laboratorium segera diperbaiki.
56
Adreli,
(2011),
Pengelolaan
Laboratorium
Kimia,
http://adreli31.blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
(diakses 7 Mei 2015).
Anggra,
(2014),
Laporan
Observsi
Pengelolaan,
(2015),
Organisasi
dan
Manajemen
Laboratorium,
https://gustinasari.wordpress.com/2015/01/09/organisasi-dan-menejemen-laboratoriu/
(diakses 6 Mei 2015).
Hadi,
L.,
(2008),
Pengelolaan
Lab
Bagian
(Administrasi
Fasilitas
Di
(2010),
Manajemen
Laboratorium,
https://ikawcollections.files.wordpress.com/2010/07/manajemen-laboratorium.pdf
(diakses 9 Mei 2015).
Lasut, R., (2006), Implementasi Manajemen Bahan Kimia dan Limbah Laboratorium Kimia
(Studi Kasus di Laboratorium PT Pupuk kaltim, Tbk), Tesis, Program Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
57
Rahayu,
S.,
(2012),
Pengelolaan
Laboratorium
Kimia,
kimia.blogspot.com/2012/03/pengelolaan-laboratorium-kimia.html
http://sri-rahayu(diakses
Mei
2015)
Salirawati,D.,
(2009),
Manajemen
Laboratorium
Kimia
IPA,
58
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Alat Alat Laboratorium
No
Nama Alat
Ukuran
59
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
25 x 100
16 x 150
100 mm
250 ml
100 ml
1000 ml
600 ml
500 ml
250 ml
100 ml
250 ml
100 ml
500 ml
10 ml
20 ml
100 ml
500 ml
-
14 unit
17 unit
4 unit
12 unit
50 unit
97 unit
57 unit
75 unit
50 unit
12 unit
4 Unit
5 unit
6 unit
6 unit
1 unit
12 unit
15 unit
17 unit
3 unit
2 unit
2 unit
3 unit
4 unit
3 unit
2 unit
4 unit
2 unit
9 unit
Lampiran 3
Daftar Inventaris Laboratorium
No
Hari/Tanggal
Judul
Kelas
Praktikum
Selasa/13
Maret Rolarisa S.
Praktikum
Mekanika
XII IPA 1
2014
Kamis/20
Pengujian
XII IPA 1
2014
Sabtu/22 Maret 2014
Kamis/27
5
6
2014
Sabtu/5 April 2014
Senin/5 Mei 2014
Nutrisi Makanan
Transformasi
XII IPA 2
pada tanaman
Koloid
XI IPA 2
Koloid
XI IPA 1
Pengujian Asam XI IPA 2
dan Basa
Identifikasi
XI IPA 1
Lampiran 4
2. Desain Laboratorium Kimia di Sekolah SMA NEGERI 1 TANJUNG BERINGIN
61
Keterangan :
: Lemari penyimpanan bahan kimia
: Papan tulis
: Washtafel
: Pintu masuk
: Meja praktikum
: Meja guru
: 01
Golongan Alat
Nama Alat
: Buret
Spesifikasi Alat
Merek
Dimensi
:
:
Kapasitas Alat
Voltage/ Daya:
Kode Alat
62
No Kartu
: 02
:
Kartu Bahan Laboratorium Kimia
SMA NEGERI 1 TANJUNG BERINGIN
Nama Bahan
: NaOH
Spesifikasi Bahan
Rumus Kimia
Mr
Kemurnian
Konsentrasi
BJ
Wujud
Warna
Pabrik
63
Tanggal
Masuk
Baik
Rusak
Keadaan
Keluar
Baik Rusak
64
Persediaan
Baik
Rusak
Paraf
Petugas
Keterangan