Anda di halaman 1dari 22

PENILAIAN LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

MAKALAH

Disusun oleh :

Regina Martha Clarinsa 16030234041 / KA 2016

Agustin Dwi Ayuningsih 16030234042 / KA 2016

Sevy Oktaviyanti 16030234043 / KA 2016

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan perguruan tinggi, salah satunya dibidang
pengetahuan alam pasti sangat erat kaitannya dengan keterampilan untuk
mengamati dan meneliti objek-objek alam yang terdapat di lingkungan
sekitar. Untuk melakukan pengamatan dan penelitian tersebut, mahasiswa
diberi sarana untuk mewujudkannya yang biasa disebut laboratorium.
Laboratorium merupakan sarana belajar untuk melakukan pengamatan dan
percobaan baik secara individu maupun berkelompok dengan menggunakan
segenap pancaindera, otak, dan tangannya, memecahkan berbagai masalahnya
sendiri atau dari sumber buku atas petunjuk guru, dan kemudian
memperbincangkan hasil-hasil penelaahnya untuk memperoleh pengetahuan
(Amaria 2017).
Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan
sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang
diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi
sumber daya. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, laboratorium
harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagus apapun suatu
laboratorium tidak akan berarti apabila tidak ditunjang oleh pengelolaan
laboratorium yang baik. Pengelolaan laboratorium hendaknya dijalankan
berkaitan dengan unsur-unsur dalam pengelolaan (Susilowati, 2012). Unsur-
unsur pengelolaan laboratorium yang paling pokok ada 6 unsur yaitu: 1)
perencanaan, 2) penataan, 3) pengadministrasian, 4) pengamanan, 5)
perawatan, 6) pengawasan. Unsur-unsur pokok tersebut menjadi dasar
peningkatan dan pengembangan laboratorium sebagai fungsi pengelolaan.
Tujuan dari unsur-unsur pengelolaan laboratorium tersebut adalah untuk lebih
meningkatkan hasil penelitian, kemitraan usaha dan kepedulian terhadap
masyarakat, serta kemampuannya sebagai income generating unit yaitu
produk lembaga pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi, baik
dari segi kualitas maupun kuantitas (Decaprio, 2013).

2|Page
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna,
fasilitas serta aktifitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga
keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelola dan pengguna laboratorium
terdiri dari kepala laboratorium, supervisor, penanggung jawab teknis,
koordinator laboratorium, laboran, dan praktikan. Pengelolaan laboratorium
merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna.
Setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran untuk mengatur,
memelihara dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara
laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi
sebagaimana mestinya, sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja
mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan.
Pengelolaan laboratorium dikatakan baik apabila pengelolaaan laboratorium
tersebut sudah sesuai dengan standar minimal pengelolaan laboratorium yang
telah ditentukan. Keberhasilan pengelolaan laboratorium yang baik sangat
berpengaruh terhadap kualitas suatu laboratorium. Selama ini belum diketahui
bagaimana kualitas pengelolaan laboratorium Kimia Anorganik di jurusan
Kimia, apakah pengelolaannya sudah baik atau belum. Kualitas pengelolaan
laboratorium dapat diketahui melalui evaluasi personal laboratorium meliputi
siswa/mahasiswa sebagai praktikan, tenaga administrasi, laboran, dosen
pengampu praktikum dan kepala laboratorium. Oleh karena itu, mahasiswa
diberi tugas untuk menganalisis tentang pengelolaan laboratorium kimia
anorganik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah arti dan peranan dari pengelolaan laboratorium ?
2. Bagaimanakah penilaian mengenai ruangan laboratorium Kimia
Anorganik di jurusan Kimia FMIPA UNESA?
3. Apakah laboratorium Kimia Anorganik di jurusan Kimia FMIPA UNESA
secara keseluruhan sesuai dengan peraturan dan kebutuhan laboratorium
pada umumnya?

3|Page
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti dan peranan dari pengelolaan laboratorium.
2. Untuk mengetahui penilaian mengenai ruangan laboratorium Kimia
Anorganik di jurusan Kimia FMIPA UNESA.
3. Untuk mengetahui bahwa laboratorium Kimia Anorganik di jurusan
Kimia FMIPA UNESA secara keseluruhan sesuai dengan peraturan dan
kebutuhan laboratorium pada umumnya.

4|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laboratorium sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat dilakukannya
percobaan atau penelitian. Ruang dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi
oleh dinding dan atap atau alam terbuka misalnya kebun botani (Riandi, Tanpa
Tahun).

Pada pembelajaran sain termasuk biologi di dalamnya keberadaan


laboratorium menjadi sangat penting. Pada konteks proses belajar mengajar sains
di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam pengertian
sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan
praktikum. Atas dasar inilah pembahasan kita tentang pengelolaan laboratorium
akan dibatasi pada laboratorium yang berupa ruang tertutup (Riandi, Tanpa
Tahun).

Penataan Alat Laboratorium


Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di
laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat
dengan keteraturan dalam penyimpanan (storing) maupun kemudahan dalam
pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu,
tentu memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan
mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada
kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian
penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur,
indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak
terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat,
serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan (Wahyudi, 2011).

Untuk memahami tentang penataan peralatan laboratorium dengan baik


diharapkan anda terlebih dahulu mempelajari bagian Pengenalan dan
Penggunaan Alat laboratorium. Dalam bagian ini hanya diperkenalkan
beberapa contoh alat secara terbatas untuk kepentingan pembahasan tentang
penataannya (Wahyudi, 2011).

5|Page
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun
peralatan. Beberapa contoh penataan fasilitas umum lab sudah dikemukakan
sebelumnya, pada bagian ini pembahasan akan difokuskan pada penataan alat.
Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama
cara penyimpanannya, diantaranya adalah :

1. Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan
bahan kimia saja
2. Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
3. Keperangkatan
4. Nilai/ harga alat
5. Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6. Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan
7. Bahan dasar penyusun alat, dan
8. Bentuk dan ukuran alat
9. Bobot / berat alat (Wahyudi, 2011).

Fasilitas Laboratorium

Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk


memudahkan pemakai laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas
tersebut ada yang berupa fasilitas umum (utilities) dan fasilitas khusus. Fasilitas
umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai
laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik,
gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja
siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan,
dan ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dll
(Riandi, Tanpa Tahun).

1. Penerangan

Ruang laboratorium harus memiliki pengatur penerangan yang dapat


diubah-ubah sesuai kebutuhan. Sumber cahaya dapat berasal dari cahaya matahari
atau dari listrik (Riandi, Tanpa Tahun).

6|Page
2. Ventilasi

Laboratorium IPA membutuhkan ventilasi yang baik, lebih-lebih untuk


laboratorium biologi yang sering menggunakan bahan-bahan mudah menguap.
Kadangkadang ventilasi tidak dapat dicukup dari jendela, sehingga dibutuhkan
alat perotasi udara seperti kipas penyedot (ceiling fans). Adanya kipas penyedot
ini dapat membantu pergantian udara menjadi lebih baik (Riandi, Tanpa Tahun).

3. Air

Air merupakan fasilitas yang penting dalam laboratorium IPA, terutama


untuk laboratorium biologi. Pasokan air ke dalam laboratorium tersebut harus
cukup. Selain jumlah pasokan, kualitasnya juga harus baik, kualitas air yang
kurang baik dapat mempercepat kerusakan alat-alat terutama alat-alat yang terbuat
dari logam. Aliran air yang masuk ke dalam laboratorium harus lancar. Demikian
juga aliran air yang ke luar laboratorium. Air yang masuk dan ke luar
laboratorium biasanya lewat pipa-pipa. Harus diperhatikan pembuangan air sisa
cucian yang mengandung bahan-bahan yang dapat merusakkan pipa-pipa tersebut.
Pembuangan sisa asam atau basa kuat atau bahan korosif (Riandi, Tanpa Tahun).

Penataan Bahan Kimia

Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah
peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat
menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab
aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian
penting yang harus diperhatikan (Wahyudi, 2011).

Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan


penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas
penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment),
bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi
resiko bahaya (hazard information) (Wahyudi, 2011).

7|Page
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis
tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses
pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan
kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama
tingkat kebahayaannya (Wahyudi, 2011).

Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti
api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia (Wahyudi, 2011).

Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya
yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat
dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada
cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet
bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat
bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya (Wahyudi, 2011).

Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif >


Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif
terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator >
Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak
memerlukan pemisahan secara khusus

Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas.
Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima
dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing
kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna
merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan
toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah
(Wahyudi, 2011).

8|Page
label bahan flammable label bahan oksidator

label bahan toksik label bahan korosif

Gambar. Label bahan dengan tingkat bahaya rendah

Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol


reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen
diantaranya :

- Nama kimia dan rumusnya


- Konsentrasi
- Tanggal penerimaan
- Tanggal pembuatan
- Nama orang yang membuat reagen
- Lama hidup
- Tingkat bahaya
- Klasifikasi lokasi penyimpanan
- Nama dan alamat pabrik
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara
tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih,

9|Page
kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping
itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang
asap atau ke luar ruangan (Wahyudi, 2011).

Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah
sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor
atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah
yang langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan cair yang ada
dalam wadahnya. Ukuran wadah bahan primer yang perlu disediakan wadah
sekundernya yaitu :

1. Cairan radioaktif ketika wadah berukuran  250 mL


2. Semua cairan berbahaya lain untuk wadah  2,5 L (Wahyudi, 2011)
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah
sekunder adalah :

1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya


alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat,
asam florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan
kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif (Wahyudi, 2011)

Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan
kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Ingat bahwa
biaya pembuangan bahan kimia akan meningkat jika ditunggu sampai waktu
cukup lama, oleh karena itu limbah kimia harus dibersihkan setiap saat (Wahyudi,
2011).
Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan kimia yang ada di
laboratorium. Perbaharui label-label yang rusak secara secara periodik.
Inventarisasi harus melibatkan nama bahan, rumus, jumlah, kualitas, lokasi
penyimpanan, dan tanggal penerimaan, nama industri, bahaya terhadap kesehatan,
bahaya fisik, lama dan pendeknya bahaya terhadap kesehatan (Wahyudi, 2011).

10 | P a g e
Di suatu laboratorium, MSDS (Materials Safety Data Sheets) atau sumber
lain yang memberikan informasi tentang resiko bahaya dari setiap bahan harus
ada. Hubungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan informasi itu, atau jalin
hubungan dengan Rumah Sakit untuk mempermudah penanganan jika terjadi
kecelakaan di laboratorium. Di dalam MSDS biasanya terdapat informasi tentang
nama produk dan industri, komposisi bahan, identifikasi tingkat bahaya,
pertolongan pertama bila terkena bahan itu, cara menangani kecelakaan,
penanganan dan penyimpanan, cara perlindungan fisik, kestabilan dan kereaktifan,
informasi toksikologi, ekologi, transportasi, pembuangan dan aturan pemerintah
yang diberlakukan (Wahyudi, 2011).

Keselamatan Kerja dalam Laboratorium


Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan
perhatian khusus, karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja
dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari. Oleh karena itu K3
seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium
(Osha dkk, 1997).

Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab


melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus.
Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.
Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau
kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan
pentingnya K3 di laboratorium (Osha dkk, 1997).

Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup


(tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium
dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu
dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg
dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya (Osha dkk, 1997).

11 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
Universitas Negeri Surabaya mempunyai beberapa laboratorium yang
dikelola oleh Fakultas. Laboratorium merupakan sarana belajar untuk melakukan
pengamatan dan percobaan baik secara individu maupun berkelompok dengan
menggunakan segenap pancaindera, otak, dan tangannya, memecahkan berbagai
masalahnya sendiri atau dari sumber buku atas petunjuk guru, dan kemudian
memperbincangkan hasil-hasil penelaahnya untuk memperoleh pengetahuan
(Amaria 2017).

Di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sendiri Laboratorium


yang dimiliki dikelolah oleh masing-masing Fakultas. Laboratorium yang ada
antara lain Laboratorium Kimia, Biologi, Fisika, Matematika dan Sains.

Laboratorium kimia yang meliputi Laboratorium Kimia Dasar, Kimia


Fisika, Kimia Analitik, Kimia Anorganik, Kimia Organik, Biokimia, Kimia
Instrumen dan Kimia Sekolah merupakan sarana penting untuk pendidikan,
penelitian, pelayanan (jasa) dan uji mutu atau quality control. Dengan empat
fungsi tersebut, maka jelaslah bahwa keberadaan Laboratorium Kimia di
Perguruan Tinggi (PT) adalah sangat vital, utamanya untuk Perguruan Tinggi
yang memiliki Fakultas eksakta. Hal ini untuk menunjang pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat.

Ilmu kimia merupakan ilmu yang didasarkan atas eksperimen, sehingga


hubungan teori dan praktek sangat erat.

Tujuan praktikum kimia antara lain :

1. Sebagai ilustrasi prinsip-prinsip dalam teori,


2. Sebagai pembentuk sikap ilmiah (scientific attitude),
3. Sebagai pengembangan skill, yakni agar praktikan mampu dan terampil
mengoperasikan alat, menangani bahan kimia, mengajarkan percobaan-
percobaan dan pengukuran kimia,

12 | P a g e
4. Untuk mendapatkan pengalaman praktek kimia sebagai dasar melakukan
penelitian lebih lanjut sesuai dengan latar belakang keahlian masing-masing.

Jadi, selain sebagai tempat penyelenggaraan praktikum kimia mahasiswa,


laboratorium kimia juga berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan penelitian,
baik penelitian mahasiswa (Tugas Akhir) maupun penelitian Dosen dan sarana
layanan umum, yaitu untuk masyarakat umum di luar universitas sendiri, baik
untuk pendidikan maupun untuk keperluan uji mutu dan lain-lain.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, laboratorium harus dikelola dan


dimanfaatkan dengan baik. Sebagus apapun suatu laboratorium tidak akan berarti
apabila tidak ditunjang oleh pengelolaan laboratorium yang baik. Pengelolaan
laboratorium hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur-unsur dalam
pengelolaan (Susilowati, 2012). Unsur-unsur pengelolaan laboratorium yang
paling pokok ada 6 unsur yaitu:
1) perencanaan
2) penataan
3) pengadministrasian
4) pengamanan
5) perawatan
6) pengawasan
Unsur-unsur pokok tersebut menjadi dasar peningkatan dan pengembangan
laboratorium sebagai fungsi pengelolaan. Tujuan dari unsur-unsur pengelolaan
laboratorium tersebut adalah untuk lebih meningkatkan hasil penelitian, kemitraan
usaha dan kepedulian terhadap masyarakat, serta kemampuannya sebagai income
generating unit yaitu produk lembaga pendidikan seperti sekolah maupun
perguruan tinggi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Decaprio, 2013).
Berikut analisis pengelolaan Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Surabaya enurut Susilowati
A. Perencanaan dan Administrasi
Dalam perencanaannya Laboratorium Anorganik Kimia Unesa
dijalankan oleh Kasub Lab yang merupan dosen jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Surabaya dengan dibantu oleh Laboran dari Laboratorium
Anorganik. Perencanaan yang dilakukan dimulai dari rencana pengadaan alat

13 | P a g e
dan bahan, administrasi, penataan, perawatan, pengamanan, pengawasan,
sampai pengambilan keputusan praktikum apa yang dapat dilakukan dan tidak
dapat dilakukan di Laboratorium tersebut.
B. Penataan
1. Penataan Ruang

Gambar. Denah ruang Laboratorium Kimia Anorganik

Gambar di atas merupakan denah ruang Laboratorium Kimia Anorganik.


Di Laboratorium ini terdapat beberapa ruangan, yaitu:
1) Ruang Praktikum
2) Ruang Dosen
3) Ruang Laboran
4) Ruang Koas
5) Ruang Alat
Berdasar gambar, terdapat beberapa ruangan dalam Laboratorium.
Hal ini bertujuan agar fungsi Laboratorium dapat berjalan dengan efektif,

14 | P a g e
dan agar pekerjaan dari masing masing bagian, seperti dosen, koas dan
laboran, dapat berjalan dengan kondusif. Terdapat ruang kelas yang
berhubungan dengan Laboratorium dan papan tulis dengan tujuan
menyediakan fasilitas bagi koas atau dosen untuk memberi pengarahan
kepada mahasiswa sebelum melakukan praktikum. Ruang alat dipisah
dengan ruang praktikum bertujuan untuk meminimalisir terjadinya
kerusakan alat secara tak sengaja, misal tersenggol, ketika praktikum
berlangsung. Terdapat wastafel di kedua ujung meja praktikum dengan
tujuan mempermudah praktikan untuk membersihkan alat ketika
praktikum berlangsung. Alat alat praktikum yang tidak dapat dipindah
seperti oven, lemari asam, dan alat besar lainnya diletakkan di meja
terpisah dengan meja praktikum dan berada di ujung ruangan sehingga
memudahkan praktikan serta membuat tatanan ruang menjadi lebih rapi.

Menurut Suyitno (tanpa tahun), Laboratorium paling tidak terdiri


dari beberapa ruang kegiatan penting, meliputi :
1) Ruang Praktek, dengan syarat-syarat (bentuk, ukuran, penerangan,
ventilasi, kenyamanan, keamanan)
2) Ruang persiapan (tempat preparasi alat – bahan, persiapan kerja,
menyusun alat peraga, dst)
3) Ruang penyimpanan (gudang alat penunjang, bahan baku, bahan
kimia),
4) Ruang gelap, untuk kegiatan yang tdk membutuhkan cahaya),
5) Ruang timbang,
6) Ruang Specimen dan kultur
7) Rumah kaca (Green house )
Dari standar di atas diketahui bahwa laboratorium kimia Anorganik
masih belum memiliki ruang khusus untuk bahan, ruang persiapan dan
ruang timbang yang bergabung dengan ruang alat, dan belum meiliki
ruang gelap. Untuk ruang spicemen dan ruang kaca di Laboratorium
tersebut memang belum ada, namun karena dirasa fungsi dari ruang
tersebut yang belum terlalu mendesak maka ada tidaknya ruang tersebut
belum terlalu menggangu jalannya Laboratorium.

15 | P a g e
2. Penataan Alat
Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan
alat di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut
berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan (storing)
maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan
penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu
agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah dan cepat dalam
pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam
memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat
laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur,
indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam
arti tidak terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas
dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan (Wahyudi,
2011).
Di laboratorium Anorganik Kimia Unesa, alat yang ada
ditempatkan di ruang alat. Penataan alat dikelompokkan sesuai jenisnya.
Namun untuk alat alat praktikum dengan ukuran kecil seperti spatula,
termometer, pipet volume, dan alat kecil lainnya belum memiliki tempat
khusus di ruang alat dan disimpan di lemari ruang laboran. Rak alat di
ruang alat juga terlalu kecil untuk menempatkan alat alat yang dimiliki
laboratorium sehingga beberapa alat masih berada di keranjang
praktikum sesuai dengan judul praktikumnya dan tidak dikembalikan
sesuai dengan jenisnya.
Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan
alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah :
1) Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai
penyimpan bahan kimia saja
2) Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
3) Keperangkatan
4) Nilai/ harga alat
5) Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6) Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan

16 | P a g e
7) Bahan dasar penyusun alat, dan
8) Bentuk dan ukuran alat
9) Bobot / berat alat (Wahyudi, 2011).
3. Penataan Bahan
Dalam penyimpanan bahan, penataan berdasarkan urutan alfabetis
tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses
pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya (Wahyudi, 2011).
Bahan di laboratorium kimia anorganik diletakkan pada lemari
yang berada di sudut ruang praktikum. Penempatan lemari dalam tata
ruang memang tidak terlalu mempengaruhi kerja laboratorium, namun
seharusnya bahan kimia ditempatkan pada ruang khusus.
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan
secara tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan
harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar
matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan (Wahyudi, 2011).
C. Pengamanan Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup


(tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di
laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya.
Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan
kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.

1. Pakaian di Laboratorium
Para pengguna laboratorium harus mengetahui etika berbusana di dalam
laboratorium, yang memiliki tujuan untuk menjaga diri sendiri dari hal
hal diluar dugaan seperti kecelakaan kecelakaan akibat menggunakan
alat dan bahan kimia. Peraturan yang harus diketahui dan telah
diterapkan pada laboratoium kimia anorganik unesa yaitu:

17 | P a g e
a. Menggunakan jas lab pada saat bekerja dan menggunakan pelindung
lain seperti sarung tangan pada saat penggunaan bahan bahan yang
pekat.
b. Perempuan yang memiliki rambut yang panjang diharsukan untuk
mengikat rambutnya.
c. Menggunakan sepatu yang tertutup untuk menghindari kecelakaan
akibat bahan kimia yang bersifat korosif.
Himbauan penggunaan pakaian yang sesuai dengan etika ini sudah sesuai
untuk menghindari terjadinya kecelakaan di dalam laboratorium.
2. Bekerja dengan bahan kimia

Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan
kecermatan dalam penanganannya. Adapaun hal umum yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Hindari kontak langsung dg bahan kimia


b. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
c. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah
khusus (cukup dg mengkibaskan kearah hidung)
d. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dg kulit menimbulkan iritasi
(pedih dan gatal)
3. Pembuangan limbah
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu
perlu penanganan khusus seperti :
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan
b. Buang pada tempat yang disediakan
c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur
ulang.
d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat
khusus.
e. Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung
dibuang ,dg pengenceran air yang cukup banyak.
f. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.

18 | P a g e
g. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada
botol dan diberi label yg jelas.
Sejauh ini pembuangan limbah yang dilakukan di laboratorium anorganik
unesa belum memilah milah tempat pembuangan limbah kimia sisa
praktikum. Selama ini tempat pilah pembuangan hanya ada 2 yaitu
pembuangan bahan cair ke dalam wastafel dan pembuangan bahan padat
ke tempat sampah.
4. Terkena bahan kimia dan jika terjadi kebakaran
Kecelakaan kerja bias saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati
hati. Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Jangan panik .
b. Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya
dilarang bekerja sendirian di laboratorium.
c. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dg bahan
tersegut, bila memungkinkan bilas sampai bersih
d. Bila kena kulit, jangan digaruk, supaya tidak merata.
e. Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup
oksigen.
f. Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik
secepatnya.
Di dalam laboratorium kimia anorganik unesa masih belum ada
himbauan khusus apa yang harus dilakukan jika terkena bahan kimia
yang memiliki sifat yang korosif.
5. Simbol simbol informasi bahan berbahaya
Di dalam laboratorium kimia anorganik unesa sudah memiliki beberapa
tanda untuk bahan bahan yang berbahaya dengan menunjukkan
keterangannya seperti digambar dibawah ini:

19 | P a g e
Gambar. Keterangan simbol simbol pada bahan berbahaya (diambil di
laboratorium anorganik kimia unesa)

20 | P a g e
SIMPULAN DAN SARAN

Pengelolaan Laboratorium Kimia Anorganik Unesa secara teori memang


belum memenuhi standar Laboratorium dari penataan alat dan bahan serta
pembuangan limbah. Hal ini disebabkan beberapa factor salah satunya
keterbatasan ruang dan tata ruang laboratorium yang memang susah untuk
dirubah. Meskipun begitu, kekurangan tersebut seharusnya dapat diminimalisir
dengan sumber daya yang sudah dimiliki.
Pembuatan makalah ini belum melalui riset yang maksimal oleh penulis.
Penulis mengharap adanya saran dan kritik untuk menambah kesempurnaan dari
makalah ini.

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Al, Suyitno. Tanpa Tahun. Tata Letak Alat Laboratorium Ipa.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-
ms/tata-letak-alat-lab.pdf

Amaria, Mitarlis, dan Utiya Azizah. 2017. Organisasi dan Manajemen


Laboratorium Pendidikan Kimia. Surabaya : UNESA Unipress.
Decaprio, R. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta : Diva
Press.

Osha, dkk. 2019. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia.


https://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-keamanan-dan-keselamatan-
kerja-di-laboratorium-kimia/

Riandi. Tanpa Tahun. Pengelolaan Laboratorium.


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1963050119
88031-RIANDI/Bahan_Kuliah/Pengelolaan_Laboratorium.pdf

Wahyudi, Imam. 2011. Penataan Laboratorium.


https://www.scribd.com/doc/62312389/PENATAAN-LABORATORIUM-
KIMIA

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai