Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PEMAHAMAN MASYARAKAT TETANG KONSEP

HALAL FOOD(STUDI KASUS PENGUSAHA KULINER SATE


KAMBING DI IMOGIRI YOGYAKARTA)
ANALYSIS OF SOCIETY UNDERSTANDING OF THE CONCEPT OF
HALAL FOOD (CASE STUDY ENTREPRENEURS CULINARY OF
GOAT SATAY IN IMOGIRI, YOGYAKARTA)

Oleh:
Maryam Khairun Nisa
Maesyaroh
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta 55183
Email : ayumiyame@gmail.com
maesyaroh@umy.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat khususnya
para pengusaha kuliner sate kambing di Imogiri, Yogyakarta tentang konsep makanan
halal. Pentingnya penelitian ini adalah karena memahami makanan halal akan
berdampak pada masyarakat luas, terutama komunitas Muslim yang percaya bahwa
setiap makanan yang dikonsumsi harus halal. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif, peneliti memperoleh data dari nara sumber dengan menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pengusaha
kuliner, sate kambing, penjagal kambing. Validitas data diuji dengan metode
triangulasi sumber, yaitu untuk mencocokkan data dengan para pemimpin agama di
daerah Imogiri sehingga menjadi data yang sah dan kredibel. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Imogiri telah dipahami. cukup baik
konsep makanan halal terutama dalam bisnis kuliner sate kambing. Namun, tidak
semua pengusaha kuliner sate kambing memahami prosedur penyembelihan secara
detail. Varian pemahaman didasarkan pada beberapa faktor, termasuk faktor
lingkungan, faktor, keluarga dan faktor pendidikan formal dan non-formal.

Kata kunci: Pengertian Masyarakat, Pengusaha Kuliner, Sate Kambing, Konsep


Makanan Halal.

ABSTRACT
This study aims to determine the understanding of the people especially the
entrepreneurs culinary of goat satay in Imogiri, Yogyakarta about the concept of halal
food. The importance of this research is because understanding halal food will have an
impact on society at large, especially Muslim communities who believe that every food
consumed must be halal.This type of research is descriptive qualitative research, the
researcher obtained data from the resource persons using interviews, observation and
documentation. Interviews were conducted with entrepreneurs culinary of goat satay,
goat slaughterers. The validity of the data is tested by the source triangulation method,
which is to match the data with religious leaders in the Imogiri area so that it becomes
legitimate and credible data.The results of this study indicate that the understanding of
the Imogiri community has understood quite well the concept of halal food especially in
the culinary business of goat satay. However, not all of the goat satay culinary
entrepreneurs understand the procedure for slaughtering in detail. The variant of
understanding is based on several factors, including environmental factors, factors,
family and formal and non-formal education factors.

Keywords: Society Understanding, Culinary Entrepreneurs, Goat Satay, Halal Food


Concept.

PENDAHULUAN
Tujuan ditetapkannya syariat Islam adalah untuk mewujudkan dan menegakkan
kemaslahatan bagi seluruh umat manusia yang ada di bumi. Islam juga mengatur halal
haramnya suatu makanan, Menurut Kasmawati halal adalah sesuatu yang boleh,
dibolehkan, tidak dilarang menurut ajaran Islam.1 Adapun haram menurut Siti dan Yuli
adalah apa-apa yang dilarang oleh Allah.2 Umat Islam diajarkan untuk selalu
mengonsumsi makanan dan minuman yang selain bersih juga harus halal dan toyyib
(baik). Sebagaimana firman Allah :

‫ي أَنتُم بِه ُم ْؤِمنُون‬ ِ َّ ِ


َ ‫َوُكلُوا ِمَّا َرَزقَ ُكم اللّهُ َحالَال طَيِّبًا َواتَّ ُقوا اللّهَ الذ‬
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS. Al-
Maidah : 88)
Pentingnya penelitian ini karena pemahaman halal food akan berdampak bagi
masyarakat secara luas. Lima hal penting yang merupakan tujuan diciptakannya syariat
(Maqashid syariah) adalah untuk menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.3
Bagaimana dalam syariat Islam telah mengatur halal-haramnya makanan tentu tidak lain
dengan tujuan menjaga lima perkara di atas. Oleh karena itu peneliti ingin mengeksplor
dan mengkaji bagaimana pemahaman masyarakat terutama pada pengusaha kuliner
mengenai konsep halal food. Apabila pemahaman konsep halal food rendah maka ini
akan berdampak besar bagi masyarakat secara luas. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman masyarakat khususnya pada pengusaha
kuliner sate kambing mengenai konsep halal food di Imogiri, Yogyakarta.

1
Kasmawati (2014). Makanan Halal dan Tayyib Perspektif Al-Quran. FUFP UIN Alaudin Makasar
2
Siti, Z dan Yuli. K. Halal dan Haram Makanan dalam Islam. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
3
Ali Mutakin (2017). Teori Maqashid Al-Syar’iah dan Hubungannya dengan Metode Istinbath Hukum.
STAI Nurul Iman.
Menurut Kasmarini, Nor Liya dalam jurnal yang berjudul Understandig the
Halal Concept and the Importance of Information on Halal Food Business Needed by
Potential Malaysian Enterpreneurs, objek penelitian yang digunakan adalah produsen
yang bergerak di bidang pangan di Malaysia. Hasil dari penelitian mengatakan bahwa
responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai konsep halal.4 Dari banyak
pemaparan di atas peneliti akan mengambil tema pemahaman makanan halal
masyarakat Imogiri Yogyakarta sebagai penelitiannya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan alasan
data yang akan didapat akan bersumber langsung dari subyek penelitian (informan) dan
hal ini akan memberikan kesan yang natural. Sehingga peneliti mampu menafsirkan
fenomena yaang terjadi pada masyarakat. Karena peneliti memiliki asumsi bahwa
realitas yang didapat di lapangan merupakan data yang bersifat subyektif. Penelitian ini
dalam upaya melihat urgensi pemahaman para pengusaha kuliner sate kambing tentang
makanan halal akan lebih cocok jika menggunakan pendekatan kualititatif deskriptif.
Menurut Best dikutip dari Sukardi penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan obyek sesuai dengan apa adanya. 5
Penelitian ini akan di laksanakan di Imogiri, Yogyakarta. Alasan yang dimiliki
peneliti untuk melandasi pemilihan lokasi tersebut adalah:Imogiri merupakan sebagian
wilayah kecil dari Yogyakarta yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Imogiri
juga merupakan salah satu wilayah dimana di dalamnya terdapat banyak obyek wisata
yang banyak dikunjungi orang. Yang menjadi ciri khas dari Imogiri adalah sate
kambing. Sehingga akan ditemukan disana banyak penjual sate kambing. Hampir semua
penjual sate kambing disana merupakan industri mandiri atau industri rumah tangga
yang masing masing berdiri sendiri. Kebanyakan dari penjual sate kambing juga
merupakan penduduk asli Imogiri yang beragama Islam, namun sebagian besarnya
belum melakukan sertifikasi halal MUI.

4
Kasmarini, B. dan Nor Liya (2015). Understanding the Halal Concept and The Importance of
Information on Halal Food Business Needed by Potential Malaysian Enterpreneurs. Jurnal
Internasional Research Akademik Ilmu Bisnis dan sosial UtiM. Vol. 5 No. 2
5
Sukardi (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. hlm. 157
Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif biasa disebut dengan informan.
Ada dua jenis informan yaitu Informan pangkal dan informan kunci. Ada dua informan
kunci dalam penelitian ini yaitu adalah pelaku usaha kuliner sate kambing dan tukang
penyembelih kambing. Sedangkan informan pangkal dalam penelitian ini adalah
Pemuka Agama yang tinggal di sekitar Imogiri. Adapun teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunaka observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menganalisis
keabsahan data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
teknik atau triangulasi metode, dimana untuk menguji suatu sahnya data dengan cara
mengecek data yang sama namun dengan alat yang berbeda. Peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Dengannya dapat memastikan kembali kepada para informan tentang apa yang mereka
sampaikan sehingga menjadi sebuah data yang sah dan kredibel. Dalam menganalisis
data peneliti akan Menelaah seluruh data yang ada dalam catatan lapangan, atau data
yang diperoleh selama penelitian di lapangan, mereduksi data dan mengkategorikan
data, menafsir, kemudian penulis menjabarkan hasil penelitian sehingga menjadi uraian
yang rinci, jelas, sistematis dan terpercaya lalu yang terakhir adalah menyimpulkan.
Landasan Teori
1. Makanan Halal
Makanan halal yaitu segala sesuatu yang dibolehkan untuk dimakan menurut
syariat Islam. Dalam Nurhalima makanan halal dari berbagai pendapat ulama
bisa difokuskan menjadi tiga tinjauan yaitu halal dzatnya, halal cara
memperolehnya dan halal cara mengolahnya.6
a. Halal dzatnya
Halal dzatnya adalah segala sesuatu yang secara substansinya tidak
dilarang atau diharamkan oleh syariat Islam. Contoh : daging kambing,
daging sapi, sayuran, biji-bijian dan yang lainnya.
b. Halal cara memperolehnya
Bahan dasar diperoleh dari seluruh muamalah yang dihalalkan dan sah.
Cara memperolehnya jujur dan tidak menggunakan cara yang batil.

6
Nurhalima, T (2018). Urgensi Pemahaman Makanan Halal dan Baik pada Masyarakat Lau Gumba
Kecamatan Berastagi. FAI UPPBM
Menggunakan cara batil artinya dengan cara yang dilarang oleh syariat
Islam dan dari muamalah yang diharamkan seperti mengambil hak orang
lain baik dengan halus maupun kasar, merampas, mencuri dan yang lainnya.
c. Halal cara mengolahnya
Cara mengolah juga akan menentukan halal atau tidaknya suatu
makanan. Cara menyembelih hewan merupakan proses pengolahan awal
yang sangat menentukan kehalalan atau tidaknya daging hewan tersebut.
Begitu juga pada saat pengolaahannya jangan sampai tercampur oleh
makanan atau bahan-bahan lain yang diharamkan walaupun sedikit atau
banyak, karena status kehalalannya pun akan berubah menjadi haram.
2. Prinsip Makanan Halal
Prinsip makanan halal menurut Dr. Yusuf al-Qardhawi dalam kitabnya
Halal wal Haram fil Islam. Beliau menggariskan 10 perkara dalam halal haram

dengan landasan : ‫اإلباحة‬ ‫ األصل يف األشياء‬yang berarti “asal dari segala sesuatu
adalah mubah”. Berikut adalah :7
a. Penentuan halal-haram adalah hak mutlak Allah semata.
b. Mengharamkan yang halal dan sebaliknya merupakan kesyirikan.
c. Perkara haram dapat menimbulkan keburukan dan mudarat.
d. Setiap yang halal tidak memerlukan yang haram.
e. Perantara atau jalan menuju keharaman adalah haram.
f. Bersiasat terhadap yang haram adalah haram.
g. Niat baik tidak menghalalkan yang haram.
h. Jauhilah syubhat agar tidak terjatuh dalam perkara haram.
i. Yang haram berlaku untuk semua orang .
j. Keadaan terpaksa atau darurat membolehkan yang terlarang.
3. Makanan Haram
Pandangan fuqaha tentang makanan yang diharamkan dirujuk dari kitab
Fiqih Bidayatul Mujtahid. Makanan yang diharamkan terbagi menjadi dua

7
Yusuf Qardhawi, Muhammad (2007). Penerjemah : Muammal Hamidy. Halal & Haram Dalam Islam.
Surabaya : PT Bina Ilmu Surabaya
keadaan. Dimana yang haram secara dzat dan subtansinya dan yang haram
karena sebab yang menimpanya.8
a. Haram dzatnya
Hal-hal yang diharamkan berdasarkan dzat atau substansinya sebagiannya
telah disepakati dan sebagian lain masih berbeda pendapat.
1) Daging babi dan darah. ulama telah menyepakati keduanya merupakan
hal yang haram substansinya. Para ulama telah menyepakati keharaman
lemak, daging dan kulit babi, akan tetapi mereka berbeda pendapat
tentang penggunaaan rambut babi dan kulit babi yang telah di samak.
Adapun darah, ulama telah menyepakati atas keharaman darah yaitu
darah yang mengalir dari hewan yang disembelih. Namun para ulama
berbeda pendapaat mengenai darah yang tidak mengalir.
2) Hewan buas dari jenis burung dan hewan berkaki empat dan memiliki
taring. Hewan berkuku genap. Hewan yang diperintahkan untuk
dibunuh dan hewan yang dianggap menjijikkan.
3) Khamr. Yang dimaksud disini adalah perasan anggur dan kurma.
Sebagian besar ulama Hijaz dan para ahli hadis mengatakan, air perasan
anggur atau kurma untuk khamr baik sedikit aatau banyaknya adalah
haram. Adapun ulama Kuffah yang sebagian besar merupakan ulama
Basrah termasuk Abu Hanifah mengatakan yang diharamkan adalah
mabuknya, bukan dari dzat atau subtansi dari anggur atau kurma itu
sendiri. perbedaan pendapat dalam masalah khamr cukup panjang
namun telah ditetapkan syariat melalui ijma’ , bahwa yang dijadikan
tolak ukur adalah jenisnya dan bukan kadar banyak atau sedikitnya.
Yang menjadi landasan adalah hadis shahih Nabi SAW yang artinya :
“apa yang banyaknya memabukkan maka yang sedikitnya adalah
haram”(HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ahmad).
Para ulama juga akhirnya menyepakati bahwa memeras anggur atau
kurma selama tidak memabukkan dan yang tidak dimaksudkan untuk
membuat khamr maka hukumnya boleh.
b. Haram karena sebab yang menimpanya
8
Ibnu Rusyd (2007). Penerjemah : Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun. Bidayatul Mujtahid Analisa
Fiqih Para Mujtahid Jilid 2. Jakarta : Pustaka Amani
Secara umum ada 9 macam :
1) Bangkai
Para ulama telah sepakat tentang pengharaman bangkai darat.
Namun para ulama berbeda pendapat tentang bangkai laut. Sebagian
ada yang menghalalkannya secara mutlak, ada yang mengharamkannya
secara mutlak dan ada yang menghalalkannya debgan sebab tertentu.
Bangkai telah disebutkan pengharamannya dalam Al-Quran pada surat
Al-Baqarah ayat 173,

‫اْلِْن ِزي ِر َوَما أ ُِه َّل بِِه لِغَ ِْْي اللَّ ِه فَ َم ِن‬ َ ‫إََِّّنَا َحَّرَم َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةَ َوالد‬
ْ ‫َّم َو ََلْ َم‬
‫يم‬ ِ ‫اضطَُّر َغي ر ب ٍاغ وَال ع ٍاد فَ َال إِ ْث علَي ِه إِ َّن اللَّه َغ ُف‬
ٌ ‫ور َرح‬ ٌ َ َْ َ َ َ َ َْ ْ
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

‫ٱْلِن ِزي ِر َوَما أ ُِه َّل لِغَ ِْْي ٱللَّ ِه بِِۦه‬


ْ ‫َّم َو ََلْ ُم‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم ٱلْ َمْيتَةُ َوٱلد‬
ْ ‫ُحِّرَم‬
‫ٱلسبُ ُع إَِّال َما ذَ َّكْيتُ ْم َوَما‬ َّ ‫َّطي َحةُ َوَما أَ َك َل‬ ِ ‫وٱلْمْنخنِ َقةُ وٱلْموقُو َذةُ وٱلْمتَ رِّديةُ وٱلن‬
َ َ َ ُ َ َْ َ َ ُ َ
‫ين‬ ِ َّ ِ‫ب وأَن تَست ْق ِسموا بِ ْٱأل َْزَِٰل ٰذَلِ ُكم فِسق ٱلْي وم يئ‬ ِ ُ ‫ذُبِح َعلَى ٱلن‬
َ ‫س ٱلذ‬ َ َ ََْ ٌ ْ ْ ُ َ ْ َ ‫ُّص‬ َ
‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم‬ ِ
ُ ‫ٱخ َش ْون ٱلْيَ ْوَم أَ ْك َم ْل‬
ِِ ِ
ْ ‫َك َف ُروا من دين ُك ْم فَ َال ََتْ َش ْوُه ْم َو‬
‫ص ٍة‬
َ ‫ٱضطَُّر ِف َمَْ َم‬ ْ ‫ٱإل ْس ٰلَ َم ِدينًا فَ َم ِن‬ ِْ ‫يت لَ ُكم‬ ِ ِ
ُ ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َم ِِت َوَرض‬ ُ ‫َوأَْْتَ ْم‬
‫يم‬ ِ ‫ف ِِّإل ٍْث فَإِ َّن ٱللَّه َغ ُف‬ ٍ ِ‫َغْي ر متَجان‬
ٌ ‫ور َّرح‬ ٌ َ َ ُ َ
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-
orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Al-Maidah : 3)
2) Al-Munkhaniqah, Hewan yang mati karena tercekik.
3) Al-Mauqudzah, Hewan yang mati karena terkena pukulan yang keras.
4) Al-Mutaraddiyah, Hewan yang terlempar/jatuh dari tempat yang tinggi.
5) An-Nathihah, Hewan yang mati karena tanduk.
6) Akalas Sab’u, Hewan yang mati kaarena diterkam binatang buas.
Adapun lima hewan di atas telah disebutkan Allah dalam surat Al-
Maidah ayat 3, ulama sepakat dan tidak berbeda pendapat bahwa
kelima hewan di atas merupakan bangkai dan hukumnya sama dengan
hukum bangkai, yaitu haram.
7) Semua hewan yang terlepas dari satu syarat sahnya penyembelihan.
8) Jalalah , yaitu hewan yang memakan kotoran atau sampah.
9) Makanan yang bercampur antara yang halal dan yang najis.
Hal ini ulama berbeda pendapat menjadi dua pendapat. Pendapat
pertama ulama mengharamkan bagian yang tercampur saja meskipun
tidak berubah warna dan bau, ini juga merupakan pendapat dari jumhur
ulama. Adapun pendapat kedua yaitu mengharamkan jika terdapat
perubahan warna, bau dan rasa, pendapat ini diriwayatkan oleh Imam
Malik.
4. Cara Penyembelihan
a. Cara Penyembelihan Menurut Imam Syafi’i
Dirujuk dari kitab Matan Abu Syuja’ cara penyembelihan menurut Imam
Syafi’i seperti berikut :9
1) Penyembelihan terjadi secara sah atau menjadi sempurna apabila telah
terputus tenggorokan, kerongkongan dan dua urat leher. Namun akan
tetap sah apabila hanya terpotong pada dua bagiannya saja yaitu
tenggorokan dan kerongkongan.
2) Dianjurkan melakukan hal tersebut saat menyembelih, yaitu : membaca
basmalah, bersalawat kepada Nabi, menghadap kiblat.

9
Dib Al-Bugha, Mustafa (2009). Penerjemah : Toto Edidarmo. Ringkasan Fiqih Madzhab Syafi’i
Penjelasan Kitab Matan Abu Syuja’ dengan Dalil Al-Quran dan Hadits. Jakarta Selatan : Noura
(PT. Mizan)
3) Dibolehkan menyembelih dengan semua benda yang dapat melukai
kecuali gigi dan kuku.
4) sembelihan orang Muslim dan ahli kitab adalah halal, namun untuk
majusi dan penyembah berhala tidak halal.
b. Cara Penyembelihan Berdasarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Menurut fatwa MUI Nomor 12 tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi
Penyembelihan Halal. Standar proses penyembelihan diantaranya : 10
1) Proses penyembelihan dengan niat menyembelih dan menyebutkan
nama Allah.
2) Proses penyembelihan sah apabila terputusnya saluran
makanan/kerongkongan (mari’/esophagus), saluran
pernafasan/tenggorokan (hulqum/trachea), dan dua pembuluh darah
(wadajain/vena jugularis dan arteri carotids).
3) Proses penyembelihan dilakukan dengan satu kali dan secara cepat.
4) Memastikan adanya aliran darah dan gerakan hewan sebagai tanda
hidupnya hewan (hayah mustaqirrah).
5) Memastikan matinya hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut.
Standar alat penyembelihan menurut MUI adalah, alat harus tajam dan
bahan dasar alat yang digunakan untuk menyembelih bukan kuku, gigi/taring
ataupun tulang. MUI juga menetapkan standar bagi penyembelih, yaitu
beragama Islam dan sudah akil baligh, memahami dan mengerti tata cara
penyembelihan yan sesuai syariat dan memiliki keahlian dalam
penyembelihan. MUI juga berfatwa bahwa dalam proses menyembelih
hewan disunnahkan untuk dihadapkan ke kiblat. Dalam proses
pengolahannya dan penyimpanannya hewan harus dipisahkan antara yang
halal dan yang tidak halal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari penelitian ini akan diukur dengan indikator-indikator dimana akan
menggambarkan kriteriapemahaman tersebut. Berikut adalah kriteria dan indikator
pemahaman.

10
Fatwa MUI Nomor 12 tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal.
Kriteria Pemahaman
Dalam penelitian ini seseorang bisa dikatakan paham apabila ada pengetahuan
dalam dirinya dan melakukan apa yang telah ia pahami. Dengan kata lain kriteria
pemahaman dapat ditunjukkan dengan hal berikut :
1. Kurang paham, yaitu ketika seseorang hanya mampu mengungkapkan pendapat
atau gagasan dengan kalimatnya sendiri mengenai konsep halal food dengan
penjelasan yang kurang jelas atau tidak lengkap.
2. Sudah paham, yaitu ketika seseorang bisa menjelaskan secara jelas konsep halal
food dengan kalimatnya sendiri, seseorang tersebut mampu membedakan,
membandingkan, menafsirkan dan mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri
mengenai halal food dan mamapu memberikan contoh tentang hal-hal seputar
makanan yang halal dan yang haram.
3. Sangat paham, yaitu ketika seseorang telah memahami poin 1 dan poin 2 di atas
dengan baik dan seseorang tersebut telah menerapkannya dalam kehidupan sehari-
harinya ketika berjualan sate kambing.
Indikator Pemahaman
Berdasarkan kriteria pemahaman diatas maka peneliti menggunakan indikator
untuk mengukur baik buruknya pemahaman masyarakat Imogiri Yogyakarta tentang
konsep halal food. Skala baik-buruk dilihat oleh persentase pemahaman, adapun
indikator adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Indikator Pemahaman
Tingkat Pemahaman Indikator Pemahaman
91-100 % Sangat baik
75-90 % Baik
50-74 % Cukup Baik
0-49 % Kurang Baik

Daftar Responden
Berikut adalah daftar responden yang diwawancarai :
Tabel 1.2
Daftar Responden
Nama Responden Nama Usaha Kode
Mbak Tri Warung Sate Mbak Tri IRPUSK1
Mbak Yani Warung Sate Bu Jazim IRPUSK2
Ibu Darmi Warung Sate Yu Brintek IRPUSK3
Pak Untung Warung Sate Pak Untung IRPUSK4
Pak Sigit Warung Sate Pak BeYe IRPUSK5
Pak Adhim Penyembelihan Griya Aqiqah Al-Laziz IRTPK
Ustadz Berlin Mustafa - IRU

Analisis Data
1. Makanan Halal
Berikut adalah hasil analisis pemahaman masyarakat tentang makanan halal.
Pemahaman halal diukur berdasarkan indikator-indikator di bawah ini sehingga
peneliti akan menarik tingkatan pemahaman masyarakat tersebut berdasarkan
kriteria yang sudah ada.

Tabel 1.3
Analisis Pemahaman Makanan Halal
Responden Mengungkapkan Menjelaskan Memberi Menerapkan Kriteria
Secara Rinci Contoh
IRPUSK1 Sangat
Paham
IRPUSK2 - Sudah
Paham
IRPUSK3 - Sudah
Paham
IRPUSK4 Sangat
Paham
IRPUSK5 Sangat
Paham
IRTPK Sangat
Paham

Dari enam responden yang sudah diwawancarai mengenai makanan halal, dua
responden menduduki kriteria sudah paham mereka adalah IRPUSK2 dan IRPUSK3
sebesar 33% dan empat responden menduduki kriteria sangat paham yaitu IRPUSK1,
IRPUSK4, IRPUSK5 dan IRTPK yaitu sebesar 67%. Berikut adalah diagram
persentase pemahaman makanan halal.
Diagram 2.1
Persentase Pemahaman Makanan Halal

Makanan Halal
0%

33% Kurang Paham


Sudah Paham

67% Sangat Paham

2. Makanan Haram
Berikut adalah hasil analisis pemahaman masyarakat tentang makanan halal.
Pemahaman halal diukur berdasarkan indikator-indikator di bawah ini sehingga
peneliti akan menarik tingkatan pemahaman masyarakat tersebut berdasarkan
kriteria yang sudah ada.
Tabel 1.4
Analisis Pemahaman Makanan Haram

Responden Mengungkapkan Menjelaskan Memberi Menerapkan Kriteria


Secara Rinci Contoh
IRPUSK1 - Sudah
Paham
IRPUSK2 - - Kurang
Paham
IRPUSK3 Sangat
Paham
IRPUSK4 Sangat
Paham
IRPUSK5 - Sudah
Paham
IRTPK - Sudah
Paham

Dari enam responden yang sudah diwawancarai mengenai makanan haram, satu
responden menduduki kriteria kurang paham yaitu IRTPK2 yaitu sebesar 17%. Tiga
responden menduduki kriteria sudah paham mereka adalah IRPUSK1, IRPUSK5 dan
IRTPK sebesar 50% dan dua responden menduduki kriteria sangat paham yaitu
IRPUSK3 dan IRPUSK4 yaitu sebesar 33%. Berikut adalah diagram persentase
pemahaman makanan haram.
Diagram 2.2
Persentase Pemahaman Makanan Haram

Makanan Haram

17%
33% Kurang Paham
Sudah Paham
Sangat Paham
50%

3. Cara Penyembelihan
Berikut adalah hasil analisis pemahaman masyarakat tentang makanan halal.
Pemahaman halal diukur berdasarkan indikator-indikator di bawah ini sehingga
peneliti akan menarik tingkatan pemahaman masyarakat tersebut berdasarkan
kriteria yang sudah ada.
Tabel 1.5
Analisis Pemahaman Cara Penyembelihan
Responden Mengungkapkan Menjelaskan Memberi Menerapkan Kriteria
Secara Rinci Contoh
IRPUSK1 - - Kurang
Paham
IRPUSK2 - Sudah
Paham
IRPUSK3 - Sudah
Paham
IRPUSK4 Sangat
Paham
IRPUSK5 - - - Kurang
Paham
IRTPK Sangat
Paham
Dari enam responden yang sudah diwawancarai mengenai cara penyembelihan,
ada dua responden yang menduduki kriteria kurang paham yaitu IRPUSK1 dan
IRPUSK5 sebesar 33,3%, dua responden menduduki kriteria sudah paham mereka
adalah IRPUSK2 dan IRPUSK3 yaitu sebesar 33,3% dan dua responden menduduki
kriteria sangat paham yaitu IRPUSK4 dan IRTPK yaitu sebesar 33,3%. Berikut
adalah diagram persentase pemahaman cara penyembelihan
Diagram 2.3
Persentase Pemahaman Cara Penyembelihan

Cara Penyembelihan

33% 34% Kurang Paham


Sudah Paham
Sangat Paham

33%

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman


Dari berbagai macam varian pemahaman serta pendapat responden tentang
konsep halal food yang sudah peneliti sebutkan di atas, ada faktor-faktor yang
mempengaruhi pemahaman masyarakat di Imogiri, Yogyakarta diantaranya sebagai
berikut :
1) Faktor Lingkungan
Yaitu segala pengetahuan yang didapat dari lingkungan tempat seseorang
tersebut tinggal. Baik itu dari tetangga yang informasinya tersebar dari mulut ke
mulut, adat istiadat, maupun kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
lingkungan tersebut.
2) Faktor Keluarga
Yaitu segala pengetahuan yang di dapat dari keluarga, diajarkan dari kecil, dan
sudah ditanamkan orangtuanya kepada dirinya sebagai bekal untuk masa depan.
3) Faktor Pendidikan Agama Forrmal
Yaitu segala pendididkan agama yang didapat semasa duduk di bangku sekolah
yang diajarkan oleh para guru atau teman sekelas dalam mata pelajaran yang
diikutinya.
4) Faktor Pendidikan Agama Non-Formal
Yaitu merupakan pendidikan agama yang dibawakan oleh pemuka agama / kiyai
/ ustadz di masjid-masjid atau dimana pun yang bukan merupakan pendidikan
formal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemahaman masyarakat diukur dari kriteria yang ada, yaitu masyarakat mampu
menjelaskan apa itu makanan halal, masyarakat mampu membandingkan makanan halal
dan makanan haram, masyarakat juga mampu memberikan contoh-contoh terkait hal
tersebut serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya ketika berjualan. Dari
beberapa responden yang diwawancarai tentang konsep Halal Food , secara keseluruhan
dapat kita lihat persentase pemahaman 44% sudah sangat paham, 39% sudah paham dan
17% kurang paham. Oleh karena itu pemahaman masyarakat Imogiri Yogyakarta
tentang konsep halal food bisa dikatakan cukup baik. Faktor yang melatarbelakangi
variasi pemahaman masyarakat adalah faktor lingkungan dan faktor keluarga, sebagian
lain adalah faktor pendidikan agama non-formal maupun pendidikan agama formal.
Setelah melihat kesimpulan di atas peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada pengusaha kuliner sate kambing untuk memastikan kehalalan
produk yang mereka hasilkan dengan melakukan sertifikasi halal MUI atau
setidaknya memastikan daging dibeli dari tempat penyembelihan yang sudah
terpercaya penyembelihannya dan akan lebih baik lagi sudah tersertifikasi oleh
MUI. Sehingga akan lebih memantapkan konsumen sate kambing terkhusus pada
konsumen Muslim untuk mengonsumsi sate kambing.
2. Meliahat realitas masyarakat Muslim di Imogiri yang menjadi mayoritas, maka
perlunya diadakan pendididkan agama yang difokuskan pada permasalahan halal-
haram makanan dan tata cara penyembelihan. Sehingga akan meningkatkan
pemahaman masyarakat menjadi lebih baik lagi.
3. Diharapkan kepada LPPOM MUI untuk melakukan sosialisasi sertifikasi halal
secara intensif kepada pengusaha kuliner sate kambing di Imogiri Yogyakarta
dengan demikian akan memahamkan urgensi sertifikat halal pada produk pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mutakin (2017). Teori Maqashid Al-Syar’iah dan Hubungannya dengan Metode
Istinbath Hukum. STAI Nurul Iman.
Dib Al-Bugha, Mustafa (2009). Penerjemah : Toto Edidarmo. Ringkasan Fiqih
Madzhab Syafi’i Penjelasan Kitab Matan Abu Syuja’ dengan Dalil Al-Quran dan
Hadits. Jakarta Selatan : Noura (PT. Mizan)
Fatwa MUI Nomor 12 tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal.
Ibnu Rusyd (2007). Penerjemah : Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun. Bidayatul
Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid Jilid 2. Jakarta : Pustaka Amani
Kasmarini, B. dan Nor Liya (2015). Understanding the Halal Concept and The
Importance of Information on Halal Food Business Needed by Potential
Malaysian Enterpreneurs. Jurnal Internasional Research Akademik Ilmu Bisnis
dan sosial UtiM. Vol. 5 No. 2
Kasmawati (2014). Makanan Halal dan Tayyib Perspektif Al-Quran. FUFP UIN
Alaudin Makasar
Nurhalima, T (2018). Urgensi Pemahaman Makanan Halal dan Baik pada Masyarakat
Lau Gumba Kecamatan Berastagi. FAI UPPBM
Siti, Z dan Yuli. K. Halal dan Haram Makanan dalam Islam. Fakultas Ilmu Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sukardi (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. hlm. 157
Yusuf Qardhawi, Muhammad (2007). Penerjemah : Muammal Hamidy. Halal & Haram
Dalam Islam. Surabaya : PT Bina Ilmu Surabaya

Anda mungkin juga menyukai