Anda di halaman 1dari 25

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Edisi terkini dan arsip teks lengkap jurnal ini tersedia di Emerald Insight di:
https://www.emerald.com/insight/1759-0833.htm

JIMA
11,2 Analisis tingkat kesadaran
konsumen Indonesia terhadap
produk halal
522 Dwi Agustina KurniawatiDanHana Savitri
Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Diterima 5 Oktober 2017 Jogjakarta, Indonesia
Direvisi 6 Juli 2018
28 Januari 2019
31 Januari 2019
Diterima 6 Februari 2019
Abstrak
Tujuan -Tulisan ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis kesadaran halal konsumen Indonesia terhadap
produk halal. Makalah ini juga mengukur keyakinan agama, alasan kesehatan, sertifikasi logo halal, dan paparan
konsumen Indonesia serta menguji korelasi antara keyakinan tersebut dan kesadaran halal. Temuan ini dapat
dijadikan referensi bagi pemerintah dan pengambil kebijakan halal terkait produk halal.

Desain/metodologi/pendekatan –Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikelola


sendiri dan convenience sampling. Kuesioner dibagikan kepada responden Muslim di Indonesia, pria dan wanita,
berusia 18 hingga 60 tahun. Data dianalisis secara statistik dengan uji korelasi Cronbach's alpha dan Pearson
menggunakan SPSS 16.0.

Temuan –Studi tersebut menemukan bahwa kesadaran halal konsumen Indonesia sangat baik (sangat tinggi) dengan
indeks 94,91. Kesadaran halal tersebut didukung dengan indeks keyakinan agama yang sangat tinggi (96,61), alasan
kesehatan (89,83) dan sertifikasi logo (84,71), serta indeks keterpaparan yang baik (78,72). Studi ini juga menunjukkan
bahwa keyakinan agama menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kesadaran halal di Indonesia, diikuti oleh
alasan kesehatan kemudian sertifikasi logo, sedangkan paparan merupakan faktor yang paling sedikit mempengaruhi
kesadaran halal.

Orisinalitas/nilai –Penelitian ini merupakan salah satu dari sedikit penelitian dalam konteks Indonesia yang menyelidiki
dan mengukur indeks kesadaran halal konsumen Indonesia. Studi ini juga memberikan temuan baru mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kesadaran halal di Indonesia (keyakinan agama, alasan kesehatan, sertifikasi logo dan
paparan); indeksnya dan korelasinya dengan tingkat kesadaran halal. Hasil penelitian ini cukup berbeda dengan penelitian
kesadaran halal lainnya. Oleh karena itu, makalah ini menjadi salah satu pionir kajian dalam konteks analisis kesadaran
halal Indonesia.

Kata kunciSertifikasi halal, Produk halal, Keyakinan agama, Kesadaran halal, Alasan kesehatan,
Konsumen Indonesia

Jenis kertasMakalah penelitian

1. Perkenalan
Sebagai umat Islam, mengonsumsi makanan yang halal dan enak (thayib) merupakan perintah Allah yang wajib
dilaksanakan oleh setiap umat Islam. Hal ini diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya. “Dan makanlah
makanan yang halal dan baik (thayib) dari apa yang dianugerahkan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah dan
beriman kepada-Nya” (QS. Al Maidah 5: 88). Dengan demikian mengkonsumsi makanan halal didasari iman dan
taqwa karena mengikuti perintah Allah merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan
kebaikan dunia dan akhirat. Sebaliknya mengkonsumsi yang haram adalah perbuatan berdosa

Jurnal Pemasaran Islam Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana penuh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Jil. 11 Nomor 2 Tahun 2020
hal.522-546 Masyarakat (LPPM), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga melalui hibah “Penelitian Kompetitif Kluster Madya”
© EmeraldPublishingLimited
Tahun 2017, yang telah memungkinkan penelitian dan presentasi makalah ini dapat terlaksana.
1759-0833
DOI10.1108/JIMA-10-2017-0104
yang membawa dosa dan kerugian baik dunia maupun akhirat. Dalam Al-Qur'an telah ditegaskan Kesadaran
makanan dan minuman yang dilarang adalah: analisis tingkat
- bangkai;
- darah;
- babi;
- hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; Dan
523
- khamr atau minuman yang memabukkan.

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging binatang yang disembelih
dengan nama selain Allah, dicekik, dihantam, dijatuhkan, dihantam, dan disembelih, kecuali jika kamu
menyembelihnya, Diharamkan untuk kamu memakan binatang yang disembelih untuk berhala.
(Surat Al Maidah 5:3).

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa mengkonsumsi makanan halal merupakan kebutuhan
pokok bagi umat Islam. Seperti yang ditunjukkan diGambar 1Menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) Badan Pusat Statistik di Indonesia, pada tahun 2010 jumlah penduduk muslim Indonesia
berjumlah sekitar 207.176.162 jiwa atau merupakan 87,18 persen dari total penduduk di
Indonesia (www.bps.go.id). Sedangkan menurut data Pew Research Center, pada tahun 2010,
total populasi umat Islam dunia berjumlah 1,6 miliar jiwa, atau setara dengan 23 persen dari
seluruh populasi dunia (www.pewforum.org). Selain itu, Pew Research Center memproyeksikan
pada tahun 2030 jumlah penduduk Muslim di Indonesia akan mencapai 238.833.000 jiwa (
www.pewforum.org). Dengan jumlah tersebut, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai
negara yang memiliki jumlah umat Islam terbanyak di dunia (Riaz dan Chaudry, 2004).
Fakta di atas menunjukkan bahwa jumlah dan pertumbuhan populasi umat Islam sangat besar, baik
di Indonesia maupun dunia pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas muslim merupakan
konsumen yang besar dan menjanjikan serta menjadi potensi pasar yang sangat besar. Besarnya jumlah
penduduk muslim baik di Indonesia maupun dunia telah menciptakan konsumen pasar halal (potentially
halal market) pada industri makanan, minuman, kosmetik, obat-obatan, fashion, perbankan dan
pariwisata. Fakta di atas juga didukung olehWilson (2014)yang menyatakan bahwa industri halal memiliki
nilai di seluruh dunia sebesar US$2,3 triliun.
Untuk menangkap permintaan pasar terhadap produk halal dan menjamin ketersediaan produk halal
bagi konsumen muslim, banyak negara yang mengeluarkan sertifikasi halal dan logo halal untuk
menjamin kehalalan suatu produk. Indonesia memiliki Majelis Ulama Indoensia (MUI), an

25.000.000

Islam
20.000.000

15.000.000

10.000.000

Gambar 1.
50.000.000 Data agama
Chris-an Indonesia pada tahun 2010
Katolik Hindu Buddha Kong Hu Chu Lainnya (www.bps.go.id)
0
JIMA lembaga yang berwenang mengaudit dan menerbitkan sertifikasi halal di Indonesia. Jabatan Kemajuan

11,2 Islam Malaysia (JAKIM) merupakan pihak yang berwenang menerbitkan sertifikasi halal di Malaysia.
Sedangkan di Singapura yang berwenang mengeluarkan sertifikasi halal adalah Majlis Ugama Islam
Singapura (MUIS), yaitu dewan agama Islam Singapura.
Berdasarkan data MUI, saat ini produk pangan yang telah bersertifikat Halal MUI pada tahun
2010-2015 sebanyak 309.115 (www.halalmui.org). Selain itu, industri yang telah tersertifikasi Halal
524 MUI di Indonesia masih sangat sedikit, hanya sekitar 10-15 persen. Data di atas menunjukkan
sangat sedikitnya produk yang memiliki sertifikasi halal dibandingkan dengan jumlah konsumen
muslim yang ada.
Di sisi lain, banyak penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan topik makalah ini. Pada
tahun 2010, Wilson dan Liu (2010) menemukan bahwa halal telah mempengaruhi penciptaan dan puncak
merek. Namun potensi halal belum sepenuhnya dimanfaatkan dan masih terdapat kesalahpahaman dan
ketidaksesuaian. Pada tahun berikutnya, Wilson dan Liu (2011) menyatakan bahwa konsumen yang sadar
akan halal adalah orang yang menghindari risiko (risk averse), yang mendorong sifat kesadaran dan
perilaku keterlibatan yang tinggi. Mereka mengusulkan paradigma pengambilan keputusan halal –
sebagai dasar untuk mengembangkan merek halal yang menonjol dan menarik.
Pada tahun 2014,Ambali dan Bakar (2014)mempelajari faktor-faktor penentu dan mengidentifikasi sumber
kesadaran halal konsumen Muslim Malaysia terhadap produk atau makanan halal. Studi mereka menemukan
bahwa keyakinan agama, paparan, logo sertifikasi, dan alasan kesehatan merupakan sumber potensial
kesadaran umat Islam tentang konsumsi halal, yang mana alasan kesehatan merupakan prediktor paling
berkontribusi terhadap tingkat kesadaran halal.Ismoyowati (2015) mempelajari tentang faktor-faktor determinan
yang mempengaruhi keputusan konsumen Indonesia untuk mengonsumsi makanan berbahan dasar ayam halal
di Yogyakarta, Indonesia. Studi tersebut menemukan bahwa cita rasa dan nutrisi menjadi prioritas utama dalam
mengonsumsi makanan berbahan dasar ayam, sedangkan halal menjadi prioritas kedua. Penelitian lain yang
dilakukan olehPotluridkk. (2017)yang mempelajari tentang sikap dan kesadaran umat Islam India terhadap
produk halal. Studi ini menemukan bahwa responden tidak mempunyai paparan yang tepat terhadap halal,
percaya bahwa konsep halal sangat penting bagi konsumen Muslim dan kurangnya kesadaran akan arti
sebenarnya dari halal.
Dikatakandkk. (2014)mempelajari tentang persepsi, pengetahuan dan religiusitas terhadap produk
makanan halal Malaysia. Studi ini menemukan bahwa pengetahuan, informasi dan pendidikan halal oleh
lembaga pemerintah dianggap masih kurang.Salman dan Siddiqui (2011)mempelajari tentang mengukur
kesadaran dan persepsi konsumen Pakistan terhadap makanan halal. Studi ini menemukan bahwa
keyakinan erat kaitannya dengan komitmen keagamaan, orang dengan religiusitas tinggi belum tentu
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi tentang makanan halal dan sikap terhadap makanan halal sangat
mirip dengan gagasan tentang keyakinan.Hasan (2016) mensurvei dan mengukur kesadaran halal di
kalangan pelajar Muslim di Kota Kinibalu, Malaysia dan mengaitkannya dengan religiusitas dan logo halal
bersertifikat. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi.
Studi ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara religiusitas dan kesadaran halal,
pentingnya logo Halal Malaysia terhadap produk makanan, pentingnya alat media online dan tradisional
untuk mendidik dan menciptakan kesadaran di kalangan konsumen Muslim.

Arisdkk. (2012)mempelajari tentang sikap dan kesadaran umat Islam terhadap Istihalah di Malaysia.
Hasilnya menunjukkan bahwa para siswa tersebut kurang memiliki pengetahuan tentang Istihalah, dan
mereka siap untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut. Meski para santri ini
belum mendapat informasi yang baik mengenai hal ini, namun mereka siap menerima produk dari
proses Istihalah. Rezaidkk. (2012)mempelajari tentang pemahaman konsumen non-Muslim tentang
prinsip Halal di Malaysia. Penelitian ini mengukur kesadaran akan prinsip halal. Karena pembelian
makanan halal tidak dapat dianggap sebagai ekspresi kewajiban beragama konsumen terhadap non-
Muslim, penelitian ini menekankan manfaat prinsip makanan halal dalam konteks lain.
seperti keamanan pangan, keramahan lingkungan dan kesejahteraan hewan. Hasil penelitian ini Kesadaran
menunjukkan bahwa konsumen non-Muslim sadar akan keberadaan makanan halal di Malaysia. Temuan
analisis tingkat
ini juga memberi kesan bahwa non-Muslim memahami bahwa prinsip halal juga memperhatikan
masalah keamanan pangan dan ramah lingkungan.Maichumdkk. (2017) menyelidiki pengaruh sikap,
pengetahuan halal, kualitas halal terhadap niat membeli makanan halal konsumen muda non-Muslim di
Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh langsung yang paling kuat
terhadap niat membeli dan juga hasil menunjukkan bahwa pengetahuan halal berpengaruh signifikan
terhadap sikap terhadap makanan halal dan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat membeli halal.
525
Oleh karena itu, pengetahuan halal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap generasi muda
non-Muslim terhadap makanan halal di Thailand.Yusoff dan Adzharuddin (2017)mempelajari hubungan
antara kesadaran halal dengan perilaku pencarian informasi di kalangan keluarga muslim. Penelitian ini
menemukan bahwa faktor kesadaran sangat penting dalam pencarian informasi produk makanan halal
di kalangan keluarga muslim.
Pada tahun 2018,Nusrandkk. (2018)kajian tentang kesadaran halal pada sosialisasi sertifikasi halal.
Ramadhaniadkk. (2018)studi tentang niat terhadap makanan halal dan organik. Hasil penelitian
menemukan bahwa pengetahuan tentang pangan halal dan ramah lingkungan, kandungan alami dan
religiusitas berpengaruh positif terhadap kesadaran konsumen terhadap produk. Penelitian ini juga
menemukan bahwa kesadaran konsumen terhadap produk dapat mempengaruhi niat pembelian secara
positif. Perdanadkk. (2018)mengusulkan kerangka penelitian untuk mempelajari peran sertifikasi halal
terhadap niat beli Konsumen Muslim di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.

Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya, sangat sedikit penelitian yang dilakukan untuk
mengembangkan praktik makanan halal di Indonesia. Penelitian praktik halal mayoritas dilakukan
oleh peneliti dari Malaysia dan mengambil topik penelitian praktik halal di Malaysia. Meskipun
Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, namun perlu banyak
dilakukan penelitian terkait praktik halal di Indonesia untuk meningkatkan praktik halal di
Indonesia. Salah satu penelitian menarik terkait praktik halal di Indonesia adalah pengukuran dan
analisis tingkat kesadaran halal konsumen Indonesia.
Sepengetahuan penulis, hingga saat ini masih sangat sedikit penelitian yang dilakukan untuk
mengukur dan menganalisis tingkat kesadaran konsumen Indonesia terhadap produk bersertifikat halal.
Penulis menemukan dua makalah yang mempelajari tentang tingkat kesadaran halal dalam konteks
Indonesia.Yasiddkk. (2016)mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran mahasiswa
Muslim terhadap produk halal di Yogyakarta, Indonesia. Sedangkan pada tahun 2017, Nurcahyo dan
Hudrasyah (2017)mempelajari pengaruh kesadaran halal dan persepsi sertifikasi halal terhadap niat beli
konsumsi mie instan. Responden penelitian ini adalah mahasiswa di Bandung, Indonesia. Kekurangan
dari kedua makalah tersebut adalah makalah tersebut hanya diteliti untuk populasi mahasiswa dan
penelitiannya hanya berlokasi di satu provinsi di Indonesia. Selain itu, studi tentangNurcahyo dan
Hudrasyah (2017) hanya fokus pada konsumsi mie instan. Di sisi lain, penelitian yang diajukan dalam
tulisan ini, mencoba untuk menutupi kekurangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Responden
penelitian ini berasal dari berbagai provinsi di Indonesia dan respondennya bukan hanya pelajar, namun
beragama Islam Indonesia yang berusia antara 18 hingga 60 tahun. Selain itu, usulan penelitian ini tidak
fokus hanya pada satu produk saja, namun pada semua produk pangan.

Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan di Indonesia untuk
menentukan strategi yang tepat dalam memasarkan produk bersertifikat halal, meningkatkan pasokan produk
bersertifikat halal dan melakukan penetrasi pasar halal di Indonesia. Dengan mengukur tingkat kesadaran
konsumen di Indonesia terhadap produk bersertifikat halal, dapat diketahui seberapa sadar konsumen di
Indonesia terhadap produk bersertifikat halal dan faktor apa saja yang dapat membuat konsumen sadar
terhadap produk tersebut.
JIMA Berdasarkan latar belakang di atas, berikut dirumuskan tiga masalah yang menjadi fokus
11,2 dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

RQ1.Bagaimana tingkat kesadaran konsumen Indonesia terhadap sertifikasi halal


produk?
RQ2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesadaran konsumen Indonesia terhadap
526 produk halal?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai empat tujuan
penelitian; ini adalah:
(1) mengetahui tingkat kesadaran konsumen di Indonesia terhadap produk bersertifikat
halal;
(2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran konsumen di Indonesia terhadap
produk bersertifikat halal;
(3) mengetahui strategi dan upaya meningkatkan tingkat kesadaran konsumen di
Indonesia terhadap produk bersertifikat halal; Dan
(4) memberikan rekomendasi dan saran bagi pengambil kebijakan halal di Indonesia.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Tingkat kesadaran halal
Mengacu padaAmbali dan Bakar (2014), kesadaran halal dapat diartikan sebagai memiliki minat atau
pengalaman khusus atau memiliki informasi yang baik tentang makanan, minuman, dan produk halal.
Jadi kesadaran halal adalah proses penyampaian informasi untuk meningkatkan tingkat kesadaran umat
Islam tentang apa yang boleh dimakan, diminum, dan digunakan (Ambali dan Bakar, 2014).
Tingkat kesadaran berarti tingkat kesadaran. Orang yang berbeda dapat memiliki tingkat
kesadaran yang berbeda. Menurut salah satu psikolog, tingkat kesadaran berarti kesadaran akan
peristiwa luar dan sensasi internal yang terjadi dengan kondisi penuh gairah (Raja, 2008).
Beberapa ulama membedakan tingkat kesadaran ini menjadi beberapa tingkatan. Berdasarkan
Raja (2008), tingkat kesadaran dibagi menjadi lima tingkatan:
(1) tingkat kesadaran yang lebih tinggi;

(2) kesadaran tingkat rendah;


(3) kesadaran bawah sadar;
(4) tidur dan bermimpi (tingkat kesadaran rendah); Dan
(5) tidak ada kesadaran (proses tidak disadari/tidak disadari sekalipun).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran halal


Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kesadaran halal, sikap halal, kesadaran
halal, persepsi halal, pengetahuan halal dan niat pembelian halal. Terdapat beberapa penelitian
terdahulu yang menjadi acuan untuk mengembangkan teori tingkat kesadaran halal dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran halal.
Salah satu pekerjaan penelitian penting dilakukan olehAmbali dan Bakar (2014). Mereka mempelajari tentang
determinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran halal konsumen Malaysia. Temuan menunjukkan
bahwa keyakinan agama, paparan, logo sertifikasi dan alasan kesehatan merupakan sumber potensial kesadaran
Muslim Malaysia tentang konsumsi halal. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa alasan kesehatan
merupakan prediktor yang paling berkontribusi terhadap tingkat kesadaran halal.
Ada juga penelitian lain yang dilakukan olehIsmoyowati (2015). Penelitian ini mengambil studi kasus di Kesadaran
Yogyakarta, Indonesia untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen Indonesia
analisis tingkat
untuk mengonsumsi makanan berbahan dasar ayam halal. Studi tersebut menemukan bahwa cita rasa dan
nutrisi menjadi prioritas utama dalam mengonsumsi makanan berbahan dasar ayam, sedangkan kehalalan
menjadi prioritas kedua. Selain itu, variasi, tekstur dan kemasan hanya menjadi prioritas ketiga, keempat dan
kelima dalam pemilihan pangan. Studi ini juga menemukan bahwa pengetahuan konsumen tentang halal
berbeda-beda antar kelompok konsumen, namun mereka sepakat dalam persepsi bahwa agama dan gizi
merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan mereka untuk mengonsumsi makanan halal.
527

Penelitian yang dilakukan olehPotluridkk. (2017)mempelajari tentang sikap dan kesadaran umat Islam India
terhadap produk halal. Penelitian mereka mengambil dua kelompok responden, yaitu komunitas Muslim India
pada umumnya dan pelajar Muslim India. Studi ini menemukan bahwa responden setuju bahwa mereka tidak
mempunyai paparan yang tepat terhadap halal, percaya bahwa konsep halal sangat penting bagi konsumen
Muslim dan dimaksudkan untuk mengetahui lebih banyak tentang halal. Studi ini menunjukkan bahwa mereka
masih belum memiliki pengetahuan pasti tentang halal dan mereka siap untuk mendapatkan lebih banyak
informasi mengenai konsep halal. Terdapat 98 persen umat Islam di India yang berpendapat bahwa halal berarti
sesajen sebelum menyembelih domba, ayam, atau sapi. Jadi penelitian ini menunjukkan bahwa mereka kurang
memiliki kesadaran akan arti sebenarnya dari halal.
Dikatakandkk. (2014)mempelajari tentang persepsi, pengetahuan dan religiusitas terhadap produk makanan
halal Malaysia. Studi ini menemukan bahwa setiap negara memiliki persepsi berbeda terhadap produk makanan
halal Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen serta tingkat pengetahuan dan
religiusitasnya berbeda-beda. Pengetahuan, informasi dan pendidikan halal oleh lembaga pemerintah dianggap
masih kurang. Lebih lanjut, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar 40 hingga 50 persen konsumen
memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, kepercayaan dan
religiusitas (KTR) merupakan faktor penentu yang signifikan bagi konsumen Muslim untuk membeli produk
makanan halal.
Salman dan Siddiqui (2011)mempelajari tentang mengukur kesadaran dan persepsi konsumen
Pakistan terhadap makanan halal. Studi ini menemukan bahwa Keyakinan erat kaitannya dengan
komitmen keagamaan, sedangkan orang dengan religiusitas tinggi belum tentu memiliki tingkat
kesadaran yang tinggi tentang makanan halal dan sikap terhadap makanan halal sangat mirip
dengan gagasan keyakinan.
Hasan (2016)mempelajari kesadaran dan persepsi terhadap makanan halal di
kalangan pelajar Muslim di Kota Kinibalu, Sabah, Malasyia. Penelitian ini mensurvei
dan mengukur kesadaran halal di kalangan pelajar Muslim di Kota Kinibalu dan
mengaitkannya dengan religiusitas dan logo halal yang bersertifikat. Penelitian ini
menunjukkan bahwa konsumen mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi.
Konsumen dengan latar belakang agama yang kuat juga akan menjaga apa yang
mereka makan dan konsumsi. Namun, hasil terhadap niat membeli dan merek Islami
bukanlah pertanda baik. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan semakin
banyaknya logo halal palsu di pasar Malaysia saat ini. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif antara religiusitas dan kesadaran halal, pentingnya
logo halal Malaysia terhadap produk makanan,
Arisdkk. (2012)mempelajari tentang sikap dan kesadaran umat Islam terhadap Istihalah.
Istihalah artinya perubahan yang hakiki, yang dapat diartikan bahwa apabila suatu zat
diubah menjadi zat baru, maka keabsahan zat baru itu tidak ditentukan oleh keabsahan zat
aslinya. Gelatin, mono dan digliserida, gliserol dan lesitin yang berasal dari hewan,
termasuk babi adalah beberapa contoh Istihalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan siswa mengenai Istihalah masih kurang dan mereka siap untuk memperoleh
informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut.
JIMA Rezaidkk. (2012)mempelajari tentang pemahaman konsumen non-Muslim tentang prinsip
11,2 halal di Malaysia. Penelitian ini mengukur kesadaran akan prinsip halal. Karena pembelian
makanan halal tidak dapat dianggap sebagai ekspresi kewajiban agama konsumen terhadap non-
Muslim, penelitian ini menekankan manfaat prinsip makanan halal dalam konteks lain seperti
keamanan pangan, keramahan lingkungan, dan kesejahteraan hewan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa konsumen non-Muslim sadar akan keberadaan makanan halal di Malaysia.
528 Faktor sosial lingkungan seperti pergaulan dengan umat Islam dan keberadaan makanan halal
yang diiklankan berpengaruh signifikan terhadap pemahaman non-Muslim terhadap prinsip halal.
Temuan ini juga memberi kesan bahwa non-Muslim memahami bahwa prinsip halal juga
memperhatikan masalah keamanan pangan dan ramah lingkungan.
Maichumdkk. (2017)menyelidiki pengaruh sikap, pengetahuan halal, kualitas halal terhadap niat
membeli makanan halal konsumen muda non-Muslim di Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sikap memiliki pengaruh langsung yang paling kuat terhadap niat membeli dan juga hasil menunjukkan
bahwa pengetahuan halal berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap makanan halal dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap niat membeli halal. Selain itu, kualitas halal memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap niat membeli pada kelompok studi di Thailand. Oleh karena itu, pengetahuan
halal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap generasi muda non-Muslim terhadap
makanan halal di Thailand.
Pahimdkk. (2012)melakukan penelitian terkait perlunya pelatihan bagi pekerja logistik
halal untuk menghasilkan produk halal. Survei dilakukan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara kebutuhan pelatihan halal dengan permintaan dan kesadaran pekerja
logistik halal.Ahmad (2015)mempelajari tentang merek halal sebagai aset bisnis yang
berharga berdasarkan usulan dimensi kepribadian merek halal dalam spektrum mikro
konsep halalan (halal) Tayyiba (baik) di Malaysia. Peluang penggunaan atribut kepribadian
merek sebagai mekanisme untuk mendapatkan dimensi utama atribut merek halal
sangatlah tinggi.Tidakdkk. (2015)menyelidiki faktor-faktor penentu adopsi kegiatan
pergudangan halal di kalangan produsen halal di Malaysia. Kesadaran, kompleksitas dan
dukungan manajemen puncak ditemukan menjadi faktor penentu adopsi layanan
pergudangan halal di kalangan produsen halal Malaysia.
Prabowodkk. (2015)mengeksplorasi berbagai faktor yang menghambat sertifikasi halal
di industri jasa makanan di Kalimantan Timur, Indonesia. Industri jasa makanan seperti
restoran dan katering kurang menunjukkan perhatian dalam memprioritaskan isu sertifikasi
halal. Kurangnya sosialisasi dan informasi menyebabkan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran.Rahmandkk. (2015)dipelajari tentang sikap dan niat memilih produk halal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan dan sikap tidak signifikan,
namun terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan sikap. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara sikap dan niat memilih
produk kosmetik halal. Penelitian ini juga menemukan perbedaan yang signifikan antara
sikap konsumen terhadap kosmetik halal dan sikap terhadap produk makanan halal, serta
niat konsumen memilih kosmetik halal dan niat memilih produk makanan halal di kalangan
konsumen Malaysia. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen Malaysia
memiliki sikap dan niat yang lebih positif terhadap produk makanan halal dibandingkan
produk kosmetik halal.
Suki dan Salleh (2016)menguji pengaruh citra halal, sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku
yang dirasakan terhadap niat perilaku konsumen untuk mengunjungi toko halal di Malaysia. Hasil
empiris mengungkapkan bahwa niat konsumen untuk mengunjungi toko halal dipengaruhi oleh
sikap, kontrol perilaku yang dirasakan, norma subjektif, dan citra halal.Azam (2016)menyelidiki
faktor-faktor penentu yang mungkin dipertimbangkan konsumen dalam membeli makanan
kemasan halal yang diproduksi oleh produsen non-Muslim. Studi tersebut menemukan halal
Kesadaran dan bahan-bahan produk secara signifikan mempengaruhi niat umat Islam untuk Kesadaran
membeli makanan kemasan halal yang diproduksi oleh produsen non-Muslim. Temuan analisis tingkat
menunjukkan bahwa keyakinan agama, paparan dan sertifikasi/logo merupakan sumber potensial
kesadaran umat Islam tentang makanan kemasan halal dari produsen non-Muslim.Ishakdkk. (
2016) meneliti faktor penentu potensial persepsi halal dan untuk memvalidasi model mediasi
persepsi halal terhadap keputusan pembelian konsumen Malaysia. Persepsi halal merupakan
variabel mediasi yang mengintervensi hubungan beberapa variabel independen dan tren
529
keputusan pembelian. Variabel independen seperti identitas produsen, label produk, fisik produk
dan kemasan serta negara asal dianggap sebagai isyarat ekstrinsik penting yang menyampaikan
pesan mengenai kehalalan produk pangan tertentu. Krishnandkk. (2017)melakukan studi tentang
tingkat kesadaran industri makanan halal di Malaysia terkait isu dan peluang halal. Hasilnya
menunjukkan masyarakat masih skeptis terhadap logo dan sertifikat halal. Beberapa industri kecil
dan menengah juga mengalami kesulitan dalam mengikuti dan memperoleh sertifikasi halal.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas terlihat sangat sedikit penelitian yang


dilakukan baik oleh peneliti dari Indonesia maupun penelitian yang mengambil
topik penelitian praktik halal di Indonesia. Penelitian terbanyak dilakukan oleh
peneliti dari Malaysia dengan topik praktik halal di Malaysia. Hasil tinjauan
literatur di atas memotivasi untuk melakukan penelitian terkait praktik halal di
Indonesia, dengan topik “Analisis Tingkat Kesadaran Konsumen Indonesia
terhadap Produk Halal”. Sepengetahuan penulis, hingga saat ini belum ada
penelitian mengenai analisis tingkat kesadaran konsumen di Indonesia terkait
produk bersertifikat halal. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan jumlah penelitian praktik halal di Indonesia.

Mengacu pada penelitian sebelumnya, penelitian ini fokus pada faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi tingkat kesadaran halal konsumen Indonesia. Lihat karyaSalman dan Siddiqui
(2011), Ambali dan Bakar (2014),Hasan (2016)DanAzam (2016), keyakinan agama dinilai menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran halal Indonesia. Lihat karya Rezaidkk. (2012)
DanAmbali dan Bakar (2014), alasan kesehatan menjadi faktor kedua yang dapat mempengaruhi
tingkat kesadaran halal Indonesia.
Faktor lainnya adalah sertifikasi logo halal. Faktor ini dinilai menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kesadaran halal Indonesia jika mengacu pada karya-karyaAmbali dan
Bakar (2014),Azam (2016)DanHasan (2016). Faktor terakhir yang dianggap mempengaruhi tingkat
kesadaran halal di Indonesia adalah paparan, dengan mengacu pada penelitianAzam (2016),
Potluridkk. (2017),Ambali dan Bakar (2014)DanPrabowodkk. (2015). Dengan melakukan analisis
statistik, akan diukur indeks keempat faktor tersebut dan dilakukan uji hipotesis untuk
mengetahui hubungan antara tingkat kesadaran halal Indonesia dengan keempat faktor tersebut.

3. Metodologi penelitian
3.1 Populasi
Populasi adalah gabungan seluruh unsur yang berupa peristiwa, benda, atau orang yang mempunyai
kesamaan ciri-ciri yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena dipandang sebagai semesta
penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunitas Muslim
(pria atau wanita) di Indonesia yang mengkonsumsi produk makanan halal.
JIMA 3.2 Sampel
11,2 Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Berdasarkan
teknik di atas, sampel yang dipilih adalah umat Islam (laki-laki dan perempuan) dengan usia 18 sampai 60 tahun
yang berdomisili di Indonesia. Karena penelitian ini tidak mengetahui jumlah populasi dan proporsinya, maka
jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Bernoulli:

530 DZA=TH 2-hal


2
-q

e2

Dalam penelitian ini digunakan tingkat akurasi (A) sebesar 5 persen dan kepercayaan 95 persen,
sehingga diperoleh nilai Z sebesar 1,96, sedangkanenilai (tingkat kesalahan) ditentukan sebesar 10
persen. Probabilitas populasi yang tidak diambil sebagai sampel adalah 0,5, sehingga probabilitas
populasi diambil sebagai sampel masing-masing 0,5. Maka diperoleh jumlah responden minimal adalah
97. Berdasarkan perhitungan diatas diketahui jumlah sampel atau responden minimal adalah 97
responden. Jadi penelitian ini menggunakan 116 kuesioner sebagai sampel; maka data tersebut
dianggap lebih dari cukup.

3.3 Sumber data


Sumber datanya ada dua, yaitu:
(1) Data primer. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil kuesioner
mengenai tingkat kesadaran responden terhadap produk pangan bersertifikat halal,
R tabel dan nilai Cronbach's alpha.
(2) Data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini berupa unsur kesadaran halal
dan kuisioner tentang kesadaran dari ulama lain.

3.4 Metode pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Likert 1 sampai 5. Skala 1 menunjukkan
sangat tidak setuju, Skala 2 menunjukkan tidak setuju, Skala 3 menunjukkan kurang setuju, Skala 4
menunjukkan setuju dan Skala 5 menunjukkan sangat setuju.
Kuesioner yang dikembangkan mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan
penelitian untuk mengukur kesadaran halal dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kesadaran halal sepertiDikatakandkk. (2014),Salman dan Siddiqui (2011),Hasan (2016),Azam (2016),
Ambali dan Bakar (2014),Rezaidkk. (2012),Potluridkk. (2017)DanPrabowodkk. (2015). Lihat beberapa
penelitian sebelumnya di atas; Dalam penelitian ini, kuesioner dikembangkan menjadi lima kategori.
Kategori pertama adalah tingkat kesadaran. Kategori kedua adalah keyakinan agama. Kategori ketiga
adalah alasan kesehatan. Empat kategori adalah sertifikasi logo. Kategori kelima adalah eksposur.

Pada awalnya, kuesioner dikembangkan untuk 41 item. Kemudian dilakukan pilot study
untuk menguji reliabilitas dan validitas kuesioner untuk memastikan validitas dan
reliabilitasnya. Setelah reliabilitas dan validitas kuesioner dipastikan, barulah kuesioner
tersebut dapat disebarkan kepada sejumlah responden untuk pengumpulan data.
Kuesioner dibagikan kepada responden menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri dan
dianalisis menggunakan SPSS 16.0.
3.5 Metode analisis data Kesadaran
3.5.1 Uji normalitas.Tujuan uji normalitas menurutGhozali (2011)adalah untuk mengetahui apakah analisis tingkat
sebaran suatu data mengikuti atau mendekati sebaran normal. Uji Kolmogorov – Smirnov
merupakan salah satu dari beberapa alat yang dapat digunakan untuk uji normalitas.
3.5.2 Interpretasi skala Likert.BerdasarkanSugiyono (2010), Skala likert adalah skala
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Analisis kuesioner menggunakan skala likert dilakukan
dengan menggunakan rumus interval sesuaiDarmadi (2011). Kriteria berikut ditentukan
531
berdasarkan interval nilai indeks (Tabel I).
3.5.3 Pengujian hipotesis.Dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis yang terdiri dari
uji korelasi. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan
uji korelasi ganda.
Uji korelasi dengan korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel dilihat dari nilaiRdihitung untuk kemudian dibandingkan dengan r tabel. JikaRmenghitung >R
tabel, maka terdapat korelasi yang signifikan. Selain itu, signifikansi hubungan antar variabel disajikan
dalam nilai signifikansinya. Apabila nilai signifikansinya < 0,05 maka berarti terdapat korelasi yang
signifikan.
Terdapat lima hipotesis yang dikembangkan untuk mengetahui korelasi kesadaran halal
konsumen Indonesia dengan empat faktor lainnya. Hipotesis yang dikembangkan mengacu pada
beberapa penelitian sebelumnya terkait analisis kesadaran halal, sepertiDikatakandkk. (2014),
Salman dan Siddiqui (2011),Hasan (2016),Azam (2016),Ambali dan Bakar (2014),Rezai dkk. (2012),
Potluridkk. (2017)DanPrabowodkk. (2015). Kemudian hipotesis diuji dengan menggunakan uji
korelasi korelasi Pearson. Hipotesis tersebut adalah:

H1.Korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dan keyakinan beragama.


H1a.Tidak ada korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dan
keyakinan agama.

H1b. Terdapat korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dengan keyakinan beragama.

H2. Korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dan alasan kesehatan.
H2a. Tidak ada korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dengan alasan
kesehatan.

H2b. Terdapat korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dengan alasan
kesehatan.

H3.Korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dengan logo halal


sertifikasi.

TIDAK. Nilai indeks Kriteria

1 0%-19,99% Paling sedikit

2 20%-39,99% Tidak baik


Tabel I.
3 40%-59,99% Cukup Skala Likert
4 60%-79,99% Bagus penafsiran
5 80%-100% Sangat bagus (Darmadi, 2011)
JIMA H3a. Tidak ada korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dengan sertifikasi
11,2 logo halal.
H3b.Terdapat korelasi antara kesadaran halal konsumen Indonesia dengan kehalalan
sertifikasi logo.
H4. Korelasi antara kesadaran dan keterpaparan halal konsumen Indonesia. Tidak ada
532 H4a. korelasi antara kesadaran dan keterpaparan halal konsumen Indonesia. Terdapat

H4b. korelasi antara kesadaran dan keterpaparan halal konsumen Indonesia.

Uji korelasi ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen
yang dalam penelitian ini variabel independen meliputi keyakinan beragama, alasan kesehatan,
sertifikasi logo, dan paparan dengan satu variabel dependen (yaitu kesadaran) secara bersamaan. Dalam
penelitian ini,H5dikembangkan dan diuji dengan uji korelasi ganda. Hipotesisnya adalah:

H5. Ada korelasi simultan antara kesadaran halal konsumen Indonesia dengan keyakinan agama,
alasan kesehatan, sertifikasi logo, dan keterpaparan secara bersamaan.

H5a. Tidak ada korelasi simultan antara kesadaran halal dengan keyakinan agama,
alasan kesehatan, sertifikasi logo dan paparan secara keseluruhan.
H5b.Terdapat korelasi simultan antara kesadaran halal dengan
keyakinan agama, alasan kesehatan, sertifikasi logo, dan paparan secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian metodologi di atas, maka metodologi penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini, ditunjukkan padaGambar 2di bawah.

4. Hasil dan pembahasan


Sebelum menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden, dilakukan pilot study dengan
menyebarkan kuesioner kepada 35 responden untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
pertanyaan kuesioner. Proses editing akan dilakukan dengan mempertimbangkan kelengkapan
pengisian kuesioner, konsistensi dan relevansi jawaban.

4.1 Uji validitas dan reliabilitas


Pengujian pertama adalah memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner. Studi percontohan
dilakukan untuk memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner dengan 35 responden. Hasil
tes ditunjukkan padaTabel II.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh (41) item reliabel.
Sedangkan berdasarkan hasil uji validitas, dari 41 item terdapat 1 item yang tidak valid yaitu
item no 29. Sehingga angket harus direvisi; item no 29 harus dihapus dari kuesioner. Oleh
karena itu kuesioner yang direvisi sekarang berjumlah 40 item. Setelah itu dilakukan uji
reliabilitas dan validitas kuesioner hasil revisi. Hasil uji reliabilitas dan validitas kuesioner
hasil revisi adalah sebagai berikut (Tabel III).
Berdasarkan uji reliabilitas dan validitas angket hasil revisi menunjukkan bahwa
seluruh item angket (40 item) reliabel dan valid. Artinya, kuesioner tersebut kini cukup
reliabel dan valid untuk mengukur dan menganalisis kesadaran halal konsumen
Indonesia terhadap produk bersertifikat halal.

4.2 Uji normalitas


Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan dengan SPSS 16.0 seperti terlihat padaTabel IV, diketahui
bahwa kuesioner kategori kesadaran mempunyai nilai Kolmogorov–Smirnov sebesar 2,049. Dia
Kesadaran
Awal analisis tingkat

Masalah identifikasi

Objek penelitian
533
Tinjauan Literatur

Mengembangkan

kuesioner

Studi percontohan
kuesioner

Kuesionernya adalah Merevisi


valid dan dapat diandalkan? kuesioner

Ya

Pengumpulan data TIDAK

Analisis data

Uji normalitas

Statistik deskriptif
analisis

Analisis skala likert

Pengujian hipotesis

Kesimpulan
Gambar 2.
Diagram alur dari
Akhir riset
metodologi

berarti hipotesis nol diterima, dan populasi berdistribusi normal. Selain itu, kategori
kuesioner keyakinan agama, alasan kesehatan, sertifikasi logo dan keterpaparan
memiliki nilai Kolmogorov–Smirnov masing-masing sebesar 4,471, 2,854, 0,936, dan
0,895. Artinya nilai Kolmogorov – Smirnov untuk semua kategori lebih besar dari 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa semua populasi berdistribusi normal.

4.3 Analisis statistik deskriptif


Tabel Vmenyajikan rangkuman hasil deskriptif karakteristik responden menurut jenis kelamin, umur,
suku, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan per bulan dan akses informasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 116 responden terdapat 36 responden (31 persen) berjenis kelamin laki-laki
dan 80 responden (69 persen) berjenis kelamin perempuan. BerdasarkanTabel V, itu
JIMA
Hasil uji reliabilitas studi percontohan
11,2 milik Cronbach Batasi nilai
TIDAK. Variabel jumlah alfa Alfa Cronbach Kesimpulan

1 Kesadaran 0,801 0,7 Dapat diandalkan

2 Keyakinan agama 0,724 0,7 Dapat diandalkan

3 0,7
534 4
Alasan kesehatan
Sertifikasi logo
0,903
0,838 0,7
Dapat diandalkan

Dapat diandalkan

5 Eksposur 0,827 0,7 Dapat diandalkan

Hasil uji validitas pilot study Item


untuk tingkat kesadaran TIDAK.
Barang r menghitung r meja Kesimpulan
1 Q1 0,57 0,1824 Sah
2 Q2 0,674 0,1824 Sah
3 Q3 0,678 0,1824 Sah
4 Q4 0,563 0,1824 Sah
5 Q5 0,628 0,1824 Sah
6 Q6 0,603 0,1824 Sah
7 Q7 0,695 0,1824 Sah
8 Q8 0,586 0,1824 Sah
9 Q9 0,626 0,1824 Sah
10 Q10 0,483 0,1824 Sah
Item untuk keyakinan agama

TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan


1 Q11 0,801 0,1824 Sah
2 Q12 0,874 0,1824 Sah
3 Q13 0,738 0,1824 Sah
Barang untuk alasan kesehatan

TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan


1 Q14 0,9 0,1824 Sah
2 Q15 0,938 0,1824 Sah
3 Q16 0,914 0,1824 Sah
Item untuk sertifikasi logo
TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan
1 Q17 0,421 0,1824 Sah
2 Q18 0,502 0,1824 Sah
3 Q19 0,637 0,1824 Sah
4 Q20 0,735 0,1824 Sah
5 Q21 0,74 0,1824 Sah
6 Q22 0,728 0,1824 Sah
7 Q23 0,71 0,1824 Sah
8 Q24 0,639 0,1824 Sah
9 Q25 0,679 0,1824 Sah
10 Q26 0,388 0,1824 Sah
Tabel II. 11 Q27 0,486 0,1824 Sah
Keandalan dan 12 Q28 0,387 0,1824 Sah
uji validitas studi 13 Q29** 0,137 0,1824 Tidak valid
percontohan (lanjutan)
Kesadaran
Hasil uji reliabilitas studi percontohan analisis tingkat
milik Cronbach Batasi nilai
TIDAK. Variabel jumlah alfa Alfa Cronbach Kesimpulan

Item untuk eksposur


TIDAK.

1
Barang

Q30
r menghitung

0,516
r meja
0,1824
Kesimpulan
Sah
535
2 Q31 0,646 0,1824 Sah
3 Q32 0,67 0,1824 Sah
4 Q33 0,725 0,1824 Sah
5 Q34 0,713 0,1824 Sah
6 Q35 0,637 0,1824 Sah
7 Q36 0,499 0,1824 Sah
8 Q37 0,419 0,1824 Sah
9 Q38 0,563 0,1824 Sah
10 Q39 0,609 0,1824 Sah
11 Q40 0,592 0,1824 Sah
12 Q41 0,502 0,1824 Sah Tabel II.

responden berusia 18 hingga 30 tahun sebanyak 70 responden (60,3 persen), berusia 31 hingga
50 tahun sebanyak 44 responden (37,9 persen) dan berusia 51 hingga 60 tahun sebanyak 2
responden (1,8 persen). ). Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat 91 responden (78,4
persen) berasal dari Jawa, 6 responden (5,2 persen) berasal dari Sunda, 1 responden (0,8 persen)
berasal dari Madura dan seterusnya. Tabel tersebut juga menunjukkan karakteristik responden
menurut pekerjaannya, pendidikan terakhir responden, penghasilan responden per bulan, dan
akses responden terhadap informasi.

4.4 Analisis skala likert


Analisis skala likert dilakukan dengan mengacu pada rumus indeks dan kriteria interval pada
Darmadi (2011). Dalam penelitian ini interpretasi skala likert dilakukan pada setiap item kuesioner,
sehingga interpretasi item berjumlah 40 item dan ditunjukkan pada gambarTabel VI. Selain itu,
analisis skala likert juga dirangkum untuk setiap kategori, sehingga terdapat lima interpretasi
kategori dan ditampilkan padaTabel VII.
Mengacu padaTabel VI; terlihat bahwa untuk sepuluh item pada kategori kesadaran, hasilnya indeks
sangat baik untuk seluruh item pada kategori kesadaran. Untuk kategori ini, terdapat sembilan item dari
sepuluh item yang memiliki indeks di atas 90 persen, dan hanya satu item yang indeksnya di bawah 90
persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran konsumen Indonesia sangat baik (sangat
tinggi) terhadap produk bersertifikat halal karena semua item memiliki indeks sangat baik. Dari
kuesioner diketahui bahwa konsumen Indonesia sudah mengetahui dan sadar bahwa mereka harus
mengkonsumsi produk halal. Mereka juga mengetahui produk-produk yang tergolong halal dan non-
halal. Responden sudah mengetahui daging hewan yang termasuk halal dan non halal serta minuman
yang mengandung alkohol hukumnya haram.
Untuk item-item keyakinan agama, seluruh item (tiga item) juga mempunyai indeks yang sangat baik.
Ketiga item ini memiliki indeks lebih dari 90 persen. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa konsumen
mengetahui bahwa mereka wajib mengkonsumsi produk halal karena mereka beragama Islam dan hal
ini sesuai dengan Al-Qur'an dan Al-Hadist. Mereka menyadari bahwa sebagai umat Islam dilarang
mengkonsumsi produk yang tidak halal. Hasil ini mewakili bahasa Indonesia
JIMA
Hasil uji reliabilitas kuesioner hasil revisi
11,2 milik Cronbach Batasi nilai
TIDAK. Variabel jumlah alfa Alfa Cronbach Kesimpulan

1 Kesadaran 0,801 0,7 Dapat diandalkan

2 Keyakinan agama 0,724 0,7 Dapat diandalkan

3 0,7
536 4
Alasan kesehatan
Sertifikasi logo
0,903
0,838 0,7
Dapat diandalkan

Dapat diandalkan

5 Eksposur 0,827 0,7 Dapat diandalkan

Hasil uji validitas kuesioner hasil revisi Item


untuk kesadaran
TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan
1 Q1 0,57 0,1824 Sah
2 Q2 0,674 0,1824 Sah
3 Q3 0,678 0,1824 Sah
4 Q4 0,563 0,1824 Sah
5 Q5 0,628 0,1824 Sah
6 Q6 0,603 0,1824 Sah
7 Q7 0,695 0,1824 Sah
8 Q8 0,586 0,1824 Sah
9 Q9 0,626 0,1824 Sah
10 Q10 0,483 0,1824 Sah
Item untuk keyakinan agama

TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan


1 Q11 0,801 0,1824 Sah
2 Q12 0,874 0,1824 Sah
3 Q13 0,738 0,1824 Sah
Barang untuk alasan kesehatan

TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan


1 Q14 0,9 0,1824 Sah
2 Q15 0,938 0,1824 Sah
3 Q16 0,914 0,1824 Sah
Item untuk sertifikasi logo
TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan
1 Q17 0,421 0,1824 Sah
2 Q18 0,502 0,1824 Sah
3 Q19 0,637 0,1824 Sah
4 Q20 0,735 0,1824 Sah
5 Q21 0,74 0,1824 Sah
6 Q22 0,728 0,1824 Sah
7 Q23 0,71 0,1824 Sah
8 Q24 0,639 0,1824 Sah
9 Q25 0,679 0,1824 Sah
10 Q26 0,388 0,1824 Sah
11 Q27 0,486 0,1824 Sah
12 Q28 0,387 0,1824 Sah
Item untuk eksposur
Tabel III. TIDAK. Barang r menghitung r meja Kesimpulan
Keandalan dan 1 Q30 0,516 0,1824 Sah
uji validitas 2 Q31 0,646 0,1824 Sah
kuesioner hasil revisi (lanjutan)
Kesadaran
Hasil uji reliabilitas kuesioner hasil revisi analisis tingkat
milik Cronbach Batasi nilai
TIDAK. Variabel jumlah alfa Alfa Cronbach Kesimpulan

3 Q32 0,67 0,1824 Sah


4 Q33 0,725 0,1824 Sah
5 Q34 0,713 0,1824 Sah 537
6 Q35 0,637 0,1824 Sah
7 Q36 0,499 0,1824 Sah
8 Q37 0,419 0,1824 Sah
9 Q38 0,563 0,1824 Sah
10 Q39 0,609 0,1824 Sah
11 Q40 0,592 0,1824 Sah
12 Q41 0,502 0,1824 Sah Tabel III.

TIDAK. Kategori Nilai Kolmogorov – Smirnov Keputusan

1 Kesadaran 2.049 Data berdistribusi normal


2 Keyakinan agama 4.471 Data berdistribusi normal
3 Alasan kesehatan 2.854 Data berdistribusi normal Tabel IV.
4 Sertifikasi logo 0,936 Data berdistribusi normal Kolmogorov–
5 Paparan 0,895 Data berdistribusi normal Nilai Smirnov

Konsumen yang memiliki keyakinan agama yang sangat baik dan keyakinan agama yang sangat baik telah
mendorong tingkat kesadaran konsumen Indonesia terhadap produk halal yang sangat baik.
Untuk item alasan kesehatan, ketiga item tersebut juga memiliki indeks yang sangat
baik. Artinya kesadaran halal konsumen Indonesia juga didorong oleh alasan kesehatan
konsumen Indonesia yang sangat baik. Konsumen Indonesia mengkaitkan produk halal
dengan produk yang bersih, berkualitas, sehat dan lebih higienis.
Untuk item pada sertifikasi logo terdapat 12 item kuesioner. Dari jumlah tersebut, hanya tiga
item yang memiliki indeks baik, sedangkan sisanya (sembilan item) memiliki indeks sangat baik.
Hasilnya menunjukkan bahwa konsumen Indonesia sudah mengetahui pentingnya logo dan
sertifikasi halal karena menjamin kehalalan suatu produk. Apalagi konsumen Indonesia sudah
familiar dengan logo halal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia (MUI), sedangkan untuk
logo halal yang dikeluarkan negara lain seperti Malaysia, Singapura dan Thailand, konsumen
Indonesia perlu lebih banyak sosialisasi terhadap logo tersebut.
Untuk kategori terakhir yaitu kategori eksposur, terdapat 12 item, sedangkan mayoritas item
memiliki indeks baik. Dari 12 item, terdapat delapan item yang mempunyai indeks baik dan empat
item memiliki indeks sangat baik. Dari kuesioner terlihat bahwa konsumen Indonesia
membutuhkan lebih banyak paparan terhadap produk halal, terutama dari pemerintah. Dari
kuisioner terlihat bahwa paparan pemerintah terhadap produk halal dinilai memiliki indeks paling
rendah (67,07) dibandingkan pihak lain, seperti ulama, arisan, media massa, dan lain sebagainya.

Hasil dariTabel VIdirangkum dalamTabel VII.Tabel VIImenunjukkan bahwa kesadaran halal


konsumen Indonesia terhadap makanan halal sangat baik dengan indeks sebesar 94,91. Ini
JIMA
Frekuensi (%)
11,2 Jenis kelamin responden

Jenis kelamin

Pria 36 31
Perempuan 80 69
Usia responden
538 Usia
18-30 tahun 70 60.30
31-50 tahun 44 37.90
51-60 tahun 2 1.80
Suku responden
Suku
Jawa 91 78.40
Sunda 6 5.20
Madura 1 0,80
Betawi 2 1.70
Minangkabau 6 5.10
Melayu 1 0,80
Dayak 1 0,80
Banjar 4 4
Jawa-Sunda 1 0,80
Tidore 1 0,80
Jawa-Padang 1 0,80
Jawa-Minang 1 0,80
Pekerjaan responden
Pekerjaan

Pengusaha 6 5.20
Pribadi 39 33.60
Perusahaan Pemerintah 6 5.20
Perusahaan Asing 1 0,80
Konsultan TI 1 0,80
Staf Ahli 1 0,80
GT 1 0,80
Bekerja lepas 1 0,80
Pengusaha Sosial 1 0,80
Guru 2 1.70
Buruh 1 0,80
Ibu rumah tangga 20 17.20
Pegawai negri Sipil 14 12.10
Siswa 22 19.40

Pendidikan terakhir responden


Pendidikan terakhir
Sekolah menengah atas 17 14.60
Diploma 9 7.70
S1 73 63
S2 13 11.30
S3 4 3.40
Pendapatan responden per bulan
Tabel V. Penghasilan per bulan
responden <2 juta 48 41.40
analisis deskriptif (lanjutan)
Kesadaran
Jenis kelamin responden Frekuensi (%) analisis tingkat
2-4 juta 26 22.40
4-6 juta 18 15.50
6-8 juta 6 5.20
> 8 juta 18 15.50

Akses responden terhadap 539


informasi Akses informasi
Koran, brosur, majalah 56 48.28
Televisi 52 44.83
Internet 111 95,69
Pembacaan 44 37.93
Penyuluhan 19 16.38
Grup media sosial 8 6.90 Tabel V.

kesadaran yang tinggi didukung oleh keyakinan agama yang sangat baik (dengan indeks 96,91), alasan
kesehatan yang sangat baik (dengan indeks 89,83), alasan sertifikasi logo halal yang sangat baik (dengan indeks
84,71) dan alasan paparan yang baik (dengan indeks 78,72).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan agama konsumen Indonesia merupakan faktor dominan
yang mendorong kesadaran halal konsumen Indonesia, karena kategori keyakinan agama memiliki indeks
tertinggi di antara kategori lainnya. Sedangkan keterpaparan merupakan indeks yang paling kecil, menunjukkan
bahwa keterpaparan masih perlu ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kesadaran halal konsumen
Indonesia.
Selain itu, analisis skala Likert juga menunjukkan bahwa indeks sertifikasi logo halal
menduduki peringkat ketiga setelah keyakinan agama dan alasan kesehatan. Artinya
sertifikasi logo halal masih perlu ditingkatkan, seperti banyaknya produk yang memiliki
sertifikasi logo halal, kesadaran konsumen Indonesia akan pentingnya sertifikasi logo halal
dan lain sebagainya karena posisinya berada di peringkat ketiga. tekad untuk kesadaran
halal konsumen Indonesia.

4.5 Hasil pengujian hipotesis


4.5.1 Uji korelasi.Tabel VIIIDanIXmenunjukkan hasil uji korelasi yang dilakukan dengan
menggunakan Korelasi Pearson antar variabel. Nilai r hitung antara kesadaran halal dan
keyakinan beragama sebesar 0,792 dengan nilai signifikansi hubungan sebesar 0,000. Nilai r
hitung lebih besar dari 0,184 (r tabel) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berdasarkan
nilai ini,H1aditolak danH1bditerima. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara
kesadaran halal dan keyakinan beragama. Karena nilai r bernilai positif maka korelasi
keduanya berbanding lurus. Semakin tinggi keyakinan agama maka kesadaran halal juga
akan semakin tinggi.
Nilai r hitung antara kesadaran halal dengan alasan kesehatan sebesar 0,473 dengan
nilai signifikansi hubungan sebesar 0,000. Nilai r hitung lebih besar dari 0,184 (r tabel) dan
nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berdasarkan nilai ini,H2aditolak danH2bditerima. Artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara kesadaran halal dengan alasan kesehatan.
Karena nilai r bernilai positif maka korelasi keduanya berbanding lurus. Semakin tinggi
alasan kesehatan maka kesadaran halal juga akan semakin tinggi.
Nilai r hitung antara kesadaran halal dengan sertifikasi logo sebesar 0,489 dengan
nilai signifikansi hubungan sebesar 0,000. Nilai r hitung lebih besar dari 0,184 (r
JIMA
Penafsiran
11,2 TIDAK. Barang Indeks

Kriteria kesadaran
Q1 Anda memahami apa yang halal 93,45 Sangat bagus
Q2 Saat membeli produk makanan pasti yang ada di benak Anda adalah makanan tersebut harus 97,07 Sangat bagus
halal
Q3 94,66 Sangat bagus
540
Anda selalu mengkonsumsi produk makanan halal Mengonsumsi

Q4 makanan halal merupakan hal yang penting bagi Anda 98,10 Sangat bagus
Q5 Membeli produk halal sudah menjadi gaya hidup Anda. Anda pasti tahu 93,97 Sangat bagus
Q6 produk makanan mana yang tergolong halal dan non halal 88,10 Sangat bagus
Q7 Tahukah Anda bahwa penyembelihan daging domba/sapi/ayam tidak sesuai 93,62 Sangat bagus
dengan syariat Islamsyariahtermasuk makanan haram
Q8 Tahukah Anda bahwa daging babi, anjing, dan binatang buas lainnya termasuk makanan 98,10 Sangat bagus
haram yang dimakan
Q9 Tahukah anda bahwa makanan yang diolah dari daging haram (haram) menjadikan 94,66 Sangat bagus
makanan tersebut haram juga
Q10 Tahukah anda bahwa minuman beralkohol termasuk minuman yang haram (haram). 97,41 Sangat bagus

Keyakinan Agama
Q11 Anda mengkonsumsi produk makanan halal karena anda seorang muslim/ 97,07 Sangat bagus
Q12 Muslim Anda mengkonsumsi produk makanan halal karena sesuai dengan 94,66 Sangat bagus
ajaran islam dalam Al-Quran dan Al-Hadist
Q13 Anda mengonsumsi produk makanan halal karena ajaran Islam melarang 98,10 Sangat bagus
Anda mengonsumsi produk non halal

Alasan kesehatan
Q14 Anda yakin bahwa makanan halal memberikan manfaat lebih dibandingkan produk non- 92,41 Sangat bagus
Q15 halal Anda yakin bahwa membeli makanan halal berarti membeli makanan yang terjamin 88,79 Sangat bagus
kebersihan, keamanan, dan mutunya
Q16 Anda yakin bahwa mengonsumsi makanan halal dapat menghindarkan Anda dari bahaya 88,28 Sangat bagus
kesehatan

Sertifikasi Logo
Q17 Tahukah anda kalau logo dibawah ini merupakan logo halal dari Indonesia 95,69 Sangat bagus
Q18 Anda mengetahui bahwa MUI merupakan lembaga yang menerbitkan sertifikasi halal di 93,97 Sangat bagus
Indonesia
Q19 Tahukah Anda ada beberapa negara yang juga mengeluarkan sertifikasi dan logo halal 85,00 Sangat bagus
pada produk makanannya
Q20 Anda mengakui bahwa logo di bawah ini merupakan logo halal untuk produk makanan 75,34 Baik
Malaysia
Q21 Tahukah Anda bahwa logo di bawah ini merupakan logo halal untuk produk makanan Thailand. Anda 73,79 Bagus
Q22 mengetahui bahwa logo di bawah ini adalah logo halal untuk produk makanan asal Singapura. 74,14 Bagus

Q23 Sertifikasi dan logo halal sangat penting untuk memastikan makanan tersebut halal. 92,41 Sangat bagus
Q24 Produk makanan yang Anda beli harus berlogo halal 88,79 Sangat bagus
Q25 Prioritas pertama ketika Anda membeli suatu produk makanan adalah keberadaan logo 88,28 Sangat bagus
halal
Q26 Produk makanan halal halal dapat dengan mudah Anda temukan di supermarket tempat Anda 84,31 Sangat bagus
berbelanja
Q27 Anda tidak akan membeli produk makanan yang tidak memiliki logo halal pada 82,24 Sangat bagus
kemasannya
Q28 Jika Anda tidak menemukan logo halal, Anda akan memeriksa bahan atau bahannya 82,59 Sangat bagus

Paparan
Tabel VI. Q29 Anda memiliki cukup informasi tentang produk makanan halal 79,14 Bagus
Analisis skala likert (lanjutan)
Kesadaran
TIDAK. Barang Interpretasi Indeks analisis tingkat
Q30 Anda sering mengakses atau mencari informasi tentang produk makanan halal Anda 75,69 Bagus
Q31 selalu update tentang produk makanan yang termasuk halal dan haram. Orang-orang di 71,90 Bagus
Q32 sekitar Anda sudah cukup memberikan informasi tentang produk makanan halal dan 75,69 Bagus
haram
Q33 Pengajian, silaturahmi, dan ulama sudah cukup memberikan 77,41 Baik 541
informasi tentang produk makanan halal dan haram
Q34 Media massa (televisi, surat kabar, majalah, brosur, dan internet) sudah 71,38 Bagus
cukup memberikan informasi tentang produk pangan halal dan haram
Q35 Pemerintah telah memberikan informasi yang cukup tentang produk 67,07 Bagus
makanan halal dan haram
Q36 Sosialisasi dari Pemerintah penting untuk memperbarui pengetahuan Anda 85,34 Sangat bagus
tentang produk makanan halal dan haram
Q37 Peran orang-orang di sekitar Anda sangat efektif dalam memberikan 86,38 Sangat bagus
pemahaman terkait makanan halal dan haram
Q38 Peran pengajian, silaturahmi, dan ulama sangat efektif dalam 87,24 Sangat bagus
memberikan wawasan mengenai makanan halal dan haram
Q39 Peran media (televisi, surat kabar, majalah, brosur, dan internet) 85,00 Sangat bagus
sangat efektif dalam memberikan pemahaman terkait makanan halal
dan haram.
Q40 Peran pemerintah sangat efektif dalam memberikan pemahaman 82,41 Sangat bagus
terkait pangan halal dan haram Tabel VI.

TIDAK. Kategori Indeks Penafsiran

1 Kesadaran 94.91 Sangat bagus


2 Keagamaan 96.61 Sangat bagus
3 Alasan kesehatan 89,83 Sangat bagus Tabel VII.
4 Sertifikasi logo 84.71 Sangat bagus Ringkasan dari
5 Eksposur 78.72 Bagus Analisis skala likert

tabel) dan nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Berdasarkan nilai ini,H3aditolak
danH3bditerima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kesadaran
halal dan sertifikasi logo. Karena nilai r bernilai positif maka korelasi keduanya
berbanding lurus. Semakin tinggi sertifikasi logo maka kesadaran halal juga akan
semakin tinggi.
Nilai r hitung antara kesadaran halal dengan keterpaparan sebesar 0,414 dengan nilai
signifikansi hubungan sebesar 0,000. Nilai r hitung lebih besar dari 0,184 (r tabel) dan nilai
signifikansi kurang dari 0,05. Berdasarkan nilai ini,H4aditolak danH4bditerima. Artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara kesadaran halal dengan keterpaparan. Karena nilai r bernilai
positif maka korelasi keduanya berbanding lurus. Semakin tinggi keterpaparannya maka
kesadaran halal juga akan semakin tinggi.
4.5.2 Uji korelasi ganda.Tabel Xmenunjukkan hasil uji korelasi berganda.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui nilai sig. F Perubahan sebesar 0,000 (kurang dari 0,05)
yang artinyaH5aditolak danH5bditerima. Artinya terdapat hubungan antara keyakinan
agama, alasan kesehatan, sertifikasi logo dan paparan dengan kesadaran. Besarnya
hubungan antara keyakinan agama, alasan kesehatan, sertifikasi logo dan paparan
JIMA Korelasi
11,2 Kesadaran Agama_keyakinan Kesehatan_alasan Logo_sertifikasi Paparan

Kesadaran
Korelasi Pearson 1 0,792” 0,473” 0,489” 0,414”
tanda tangan. (2-ekor) 0,000 0,000 0,000 0,000
N 116 116 116 116 116
542
Agama_keyakinan
Korelasi Pearson 0,792” 1 0,377” 0,276” 0,299”
tanda tangan. (2-ekor) 0,000 0,000 0,003 0,001
N 116 116 116 116 116
Kesehatan_alasan
Korelasi Pearson 0,473” 0,377” 1 0,783” 0,366”
tanda tangan. (2-ekor) 0,000 0,000 0,000 0,000
N 116 116 116 116 116
Logo_sertifikasi
Korelasi Pearson 0,489” 0,276” 0,783” 1 0,524”
tanda tangan. (2-ekor) 0,000 0,003 0,000 0,000
N 116 116 116 116 116
Paparan
Tabel VIII. Korelasi Pearson 0,414” 0,299” 0,366” 0,524” 1
Pearson tanda tangan. (2-ekor) 0,000 0,001 0,000 0,000
hasil uji korelasi N 116 116 116 116 116

X Y r menghitung r meja Keputusan

Kesadaran Keyakinan Agama 0,792 0,1824 MenolakH1a,menerimaH1b.Terdapat korelasi yang


signifikan antara kesadaran halal Indonesia dan keyakinan
beragama
Alasan kesehatan 0,473 0,1824 MenolakH2a,menerimaH2b.Terdapat korelasi yang
signifikan antara kesadaran halal di Indonesia dengan
alasan kesehatan
Sertifikasi logo 0,489 0,1824 MenolakH3a,menerimaH3b.Terdapat hubungan yang
signifikan antara kesadaran halal Indonesia dan
sertifikasi logo
Tabel IX. paparan 0,414 0,1824 MenolakH4a,menerimaH4b.Terdapat korelasi yang
Ringkasan Pearson signifikan antara kesadaran dan keterpaparan halal di
uji korelasi Indonesia

terhadap kesadaran sebesar 0,843 yang berarti korelasinya cukup kuat. Selain itu,
kontribusi variabel keyakinan agama, alasan kesehatan, sertifikasi logo, dan paparan
kesadaran secara simultan sebesar 71,1 persen. Jadi sisanya (28,9 persen) ditentukan oleh
variabel lain.
Hasil pengujian hipotesis menemukan hasil yang sama dengan analisis skala likert.
Pengujian hipotesis menemukan adanya hubungan antara kesadaran dengan keyakinan
beragama, sertifikasi logo dan eksposur. Dari analisis skala Likert juga terlihat bahwa indeks
kesadaran halal yang sangat tinggi didukung oleh indeks keyakinan agama, alasan
kesehatan dan sertifikasi logo yang sangat tinggi serta indeks keterpaparan yang tinggi.
Penelitian ini juga memiliki temuan yang hampir serupaAmbali dan Bakar (2014)Penelitian Kesadaran
tersebut menemukan bahwa kesadaran halal ditentukan oleh keyakinan agama, alasan analisis tingkat
kesehatan, sertifikasi logo, dan paparan. Bedanya dalam penelitian ini faktor yang paling
menentukan tingkat kesadaran halal adalah keyakinan agama. Saat masukAmbali dan Bakar
(2014), alasan kesehatan menjadi faktor yang paling menentukan tingkat kesadaran halal.
Penelitian ini juga menemukan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan olehDikatakandkk. (2014)
diantaranya adalah kurangnya paparan dan informasi tentang halal. Studi ini menyarankan agar pemerintah dan pihak
lain meningkatkan paparan dan memberikan pendidikan yang lebih baik kepada masyarakat tentang halal.
543
Penelitian ini juga mempunyai hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan olehHasan (2016)yang
ditemukan bahwa kesadaran halal tinggi dan berkorelasi dengan religiusitas. Kajian tersebut juga menemukan
bahwa logo halal harus ditingkatkan. Selain itu, temuan penelitian ini menemukan hasil yang cukup berbeda
denganIsmoyowati (2015), yang manaIsmoyowati (2015)menemukan bahwa gizi merupakan faktor yang paling
dominan dalam pembelian pangan berbahan dasar ayam dan halal (agama) menjadi prioritas kedua. Sedangkan
studi yang dilakukan oleh makalah ini menemukan bahwa keyakinan agama merupakan faktor yang paling
menentukan dan kesadaran halal konsumen Indonesia sangat tinggi.

5. Kesimpulan dan pekerjaan masa depan


Penelitian ini merupakan salah satu dari sedikit penelitian dalam konteks Indonesia yang menyelidiki dan
mengukur kesadaran halal konsumen Indonesia terhadap produk bersertifikat halal. Selain itu, penelitian
ini berbeda dengan dua penelitian sebelumnya,Yasiddkk. (2016)DanNurcahyo dan Hudrasyah (2017),
yang mana penelitian ini mengambil responden Muslim Indonesia yang berusia 18 hingga 60 tahun dan
berlokasi di banyak provinsi di Indonesia. Selain itu, kajiannya tidak hanya fokus pada satu produk
pangan tertentu saja, melainkan seluruh produk pangan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat
memberikan wawasan bagi pemerintah, pengambil kebijakan halal dan pihak terkait lainnya di Indonesia
untuk mendukung pengambilan keputusan tentang produk pangan halal. Berdasarkan hasil analisis di
atas dapat disimpulkan bahwa konsumen Indonesia sudah memiliki kesadaran halal yang sangat baik
yang didukung oleh keyakinan agama yang sangat baik, alasan kesehatan dan sertifikasi logo serta
indeks keterpaparan yang baik. Penelitian ini menemukan bahwa konsumen Indonesia sudah memiliki
kesadaran halal yang sangat baik, artinya konsumen Indonesia sudah menjadi pasar permintaan halal
yang sangat besar, yang harus dipenuhi oleh produk halal. Jika tidak,
Dengan hasil ini, Pemerintah Indonesia, pembuat kebijakan halal dan pihak terkait lainnya harus
mengambil tantangan ini dan menangkap potensi pasar ini. Survei ini menemukan bahwa konsumen
Indonesia sudah memiliki tingkat kesadaran yang sangat baik terhadap produk halal. Pemerintah dan
pihak terkait lainnya harus mampu menjawab tantangan ini untuk memenuhi potensi pasar yang sangat
besar tersebut. Jika tidak, akan terjadi kerugian penjualan yang besar, dan yang terburuk, ketidakpuasan
pelanggan Muslim akan terjadi. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah melalui peningkatan
produk yang memiliki logo dan sertifikasi halal. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa konsumen
Indonesia sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang logo dan sertifikasi halal

Ringkasan ModelB
Ubah statistik
R
R DisesuaikanR Sth. kesalahan dari Persegi F tanda tangan. F

Model R persegi persegi perkiraan mengubah mengubah df1 df2 mengubah

1 0,843A 0,711 0,701 1.546 0,711 68.404 4 111 0,000


Tabel X.
Catatan:APrediktor: (Konstan), Eksposur, Keyakinan_Religius, Alasan_Kesehatan, Sertifikasi_Logo,BVariabel Korelasi ganda
Dependen: Kesadaran hasil tes
JIMA menjamin kehalalan produk. Ada beberapa program yang dapat ditawarkan oleh pemerintah,
11,2 MUI, dan pihak terkait lainnya untuk meningkatkan jumlah industri kecil dan menengah yang
menghasilkan produk halal dan tersertifikasi logo dan sertifikasi halal. Pemerintah harus
meningkatkan jumlah produk halal yang masuk ke pasar, sehingga dapat memenuhi permintaan
konsumen Indonesia terhadap produk halal. Selain itu, sertifikasi logo halal walaupun indeksnya
sangat tinggi, namun posisinya pada peringkat ketiga menjadi faktor yang mempengaruhi
544 kesadaran halal. Artinya, pemerintah dan pihak terkait lainnya dapat meningkatkan jumlah atau
kuantitas produk halal yang tersertifikasi logo halal serta memberikan informasi lebih lanjut
mengenai sertifikasi logo halal kepada konsumen Indonesia. Temuan lainnya adalah pemerintah
dan pihak terkait lainnya harus meningkatkan eksposur terhadap produk halal, memperbarui
informasi dan pengetahuan tentang produk halal sehingga kesadaran halal konsumen Indonesia
semakin meningkat. Pemaparan terhadap produk halal sangat penting untuk ditingkatkan pada
periode berikutnya karena dapat mengedukasi konsumen Indonesia tentang konsep halal dan
produk halal, sehingga dapat meningkatkan kesadaran halal konsumen Indonesia. Untuk
penelitian selanjutnya, diperlukan untuk menyelidiki hubungan antara kesadaran halal dan niat
pembelian halal. Hal ini dikarenakan penelitian ini belum menyelidiki hubungan antara kesadaran
halal dan niat pembelian halal. Hal ini penting untuk mengetahui hubungan antara kesadaran
halal dengan kemauan membeli produk halal.

Referensi
Ahmad, MF (2015), “Anteseden kepribadian merek halal”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 6
No.2, hal.209-223.
Ambali, AR dan Bakar, AN (2014), “Kesadaran masyarakat terhadap makanan dan produk halal: potensi permasalahan
bagi para pengambil kebijakan”,Procedia-Ilmu Sosial dan Perilaku,Jil. 121, hal.3-25.
Aris, AT, Nor, NM, Febrianto, NA, Harivaindaran, KV dan Yang, TA (2012), “Sikap Muslim dan
kesadaran terhadap istihalah”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 3 No.3, hal.244-254.
Azam, A. (2016), “Studi empiris pada produsen makanan halal kemasan non-Muslim: Saudi
Niat membeli konsumen Arab”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 7 No.4, hal.441-460.
Darmadi, H. (2011),Metode Penelitian Pendidikan,Penerbit Alfabeta, Bandung.
Ferdinand, A. (2006),Metode Penelitian Manajemen,Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
semarang.
Ghozali, I. (2011), “Aplikasi analisis multivariat dengan program IBM. SPSS 19”, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro,Semarang.
Hasan, H. (2016), “Studi tentang kesadaran dan persepsi terhadap makanan halal di kalangan umat Islam
pelajar di kota kinabalu, sabah”,Prosiding Konferensi Australia-Timur Tengah tentang Bisnis
dan Ilmu Sosial, Dubai (bekerja sama dengan The Journal of Developing Areas, TN State
University, USA).
Ishak, S., Awang, AH, Hussain, MY, Ramli, Z., Sum, SM, Saad, S. dan Manaf, AA (2016), “Sebuah studi
tentang peran mediasi persepsi halal: determinan dan refleksi konsekuensi”,Jurnal
Pemasaran Islam,Jil. 7 No.3, hal.288-302.
Ismoyowati, D. (2015), “Pemasaran pangan halal: studi kasus perilaku konsumen produk berbahan dasar ayam
konsumsi makanan olahan di pulau Jawa bagian tengah, Indonesia”,Procedia Pertanian dan Ilmu
Pertanian,Jil. 3, hal.169-172.
Raja, LA (2008),Ilmu Psikologi,McGraw Hill, New York, NY.
Krishnan, S., Omar, CMC, Zahran, I., Syazwan, N. dan Alyaa, S. (2017), “Kesadaran generasi Z
menuju industri makanan halal”,Pengelolaan,Jil. 7 No.1, hal.44-47.
Maichum, K., Parichatnon, S. dan Peng, KC (2017), “Pengaruh Sikap, Pengetahuan dan Kualitas Kesadaran
tentang niat membeli makanan halal: studi kasus konsumen muda non-Muslim di
analisis tingkat
Thailand”,IRA-Jurnal Internasional Manajemen dan Ilmu Sosial (Issn 2455-2267), Jil. 06
No.3, hal.354-364.
Ngah, AH, Zainuddin, Y. dan Thurasamy, R. (2015), “Hambatan dan faktor pendukung dalam adopsi Halal
pergudangan",Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 6 No.3, hal.354-376.
Nurcahyo, A. dan Hudrasyah, H. (2017), “Pengaruh Kesadaran Halal, Sertifikasi Halal,
dan persepsi masyarakat pribadi terhadap niat membeli: studi konsumsi mie instan 545
mahasiswa di Bandung”,Jurnal Bisnis dan Manajemen,Jil. 6 No.1, hal.21-31.

Nusran, M., Gunawan Razak, M., Numba, S. dan Wekke, IS (2018), “Kesadaran halal pada
sosialisasi sertifikasi Halal”,Konferensi IOP. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan,Jil. 175,
Penerbitan IOP, Bristol,P. 012217.
Pahim, KM, Jemali, S. dan Mohammad, JSN (2012), “Masyarakat dan kesadaran terhadap kebutuhan pelatihan: a
studi kasus di industri logistik halal Malaysia”,Kolokium Aplikasi Bisnis, Teknik dan
Industri IEEE (BEIAC) 2012, IEEE, Piscataway, NJ,hal.246-251.
Perdana, FFP, Jan, MT, Altuni-sik, R., Jaswir, I. dan Kartika, B. (2018), “Kerangka Penelitian
Peran sertifikasi halal dalam niat beli konsumen Muslim terhadap produk makanan dari
negara-negara mayoritas Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara”,Jurnal Internasional
Tren Modern dalam Penelitian Bisnis (IJMTBR),Jil. 1 No.2, hal.15-28.
Potluri, RM, Ansari, R., Khan, SR dan Dasaraju, SR (2017), “Sebuah eksposisi terkristalisasi tentang Muslim India'
sikap dan kesadaran terhadap Halal”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 8 No.1, hal.35-47.
Prabowo, S., Rahman, AA, Rahman, SA dan Samah, AA (2015), “Mengungkap faktor penghambat Halal
sertifikasi di Kalimantan Timur Indonesia”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 6 No.2,
hal.268-291.
Rahman, AA, Asrarhaghighi, E. dan Rahman, SA (2015), “Konsumen dan Produk Kosmetik Halal:
pengetahuan, religiusitas, sikap dan niat”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 6 No.1, hal.148-163.
Ramadania, Putri, EO dan Juniwati (2018), “Niat menujuHalaldan makanan organik: kesadaran untuk
kandungan alam, religiusitas, dan konteks pengetahuan”, inKonferensi Internasional
Inovasi Organisasi 2018, Ilmu Sosial KnE,hal.801-810.
Rezai, G., Mohamed, Z. dan Shamsudin, MN (2012), “Pemahaman konsumen non-Muslim tentang Halal
prinsip di Malaysia”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 3 No.1, hal.35-46.
Riaz, MN dan Chaudry, MM (2004),Produksi Makanan Halal,CRC Tekan LLC, FL.
Said, M., Hassan, F., Musa, R. dan Rahman, NA (2014), “Menilai persepsi, pengetahuan konsumen
dan religiusitas pada produk makanan halal Malaysia”,Procedia – Ilmu Sosial dan Perilaku, Jil. 130,
hal.120-128.
Salman, F. dan Siddiqui, K. (2011), “Sebuah studi eksplorasi untuk mengukur kesadaran konsumen dan
persepsi terhadap makanan halal di Pakistan”,Jurnal Interdisipliner Penelitian Kontemporer dalam
Bisnis,Jil. 3 No.2.
Sugiyono (2010),Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suki, NM dan Salleh, ASA (2016), “Apakah citra Halal memperkuat niat konsumen untuk menggurui Halal
toko? Beberapa wawasan dari Malaysia”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 7 No.1, hal.120-132.
Wilson, JAJ (2014), “Fenomena Halal: perluasan atau paradigma baru?”,Bisnis Sosial,Jil. 4
No.3, hal.255-271.
Wilson, JAJ dan Liu, J. (2010), “Membentuk Halal menjadi Merek?”,Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 1
No.2, hal.107-123.
Wilson, JAJ dan Liu, J. (2011), “Tantangan branding Islam: menavigasi emosi dan Halal”,
Jurnal Pemasaran Islam,Jil. 2 No.1, hal.28-42.
JIMA Yasid, Farhan, F. dan Andriansyah, Y. (2016), “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran mahasiswa Muslim terhadap Halal
produk di Yogyakarta, Indonesia”,Tinjauan Internasional Manajemen dan Pemasaran,Jil. 6 No. S4,
11,2 hal.27-31.
Yusoff, SZ dan Adzharuddin, NA (2017), “Faktor kesadaran dalam mencari dan berbagi makanan halal
produk di kalangan keluarga Muslim di Malaysia”,i-COME'16, Web Konferensi SHS, Ilmu
EDP, Les Ulis,Jil. 33 hal. 00075.

546
Dikutip dari web

www.bps.go.id
www.pewforum.org
www.halalmui.org

Bacaan lebih lanjut


Sugiyono (2001),Statistika Untuk Penelitian,Alfabet, Bandung.
Suharjanti (2014), “Analisis validitas dan reliabilitas dengan skala likert terhadap pengembangan SI/
TI dalam penentuan pengambila keputusan penerapan perencanaan strategis pada industri
garmen”,Prosiding Seminar Nasional Manajemen Informatika, BSI, Jakarta.

Tentang Penulis
Dwi Agustina Kurniawati, M.Eng., PhD adalah Asisten Profesor di jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia. Beliau menerima gelar
sarjana pada tahun 2003 di bidang Teknik Industri dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia.
Setelah itu, pada tahun 2006, beliau memperoleh gelar Master of Engineering dari Universiti Teknologi
Malaysia (UTM). Terakhir, pada tahun 2016, beliau mendapatkan gelar PhD di bidang sistem dan
Manajemen Rekayasa dari Nanyang Technological University (NTU), Singapura. Beliau telah banyak
menerbitkan makalah di bidang penelitian Teknik Industri, baik di jurnal Internasional maupun nasional.
Minat penelitiannya adalah pemodelan matematika, riset operasi, isu terkait halal, manajemen rantai
pasokan, gudang cross-docking, optimasi, penjadwalan dan metode metaheuristik. Dwi Agustina
Kurniawati adalah penulis koresponden dan dapat dihubungi di:dwiagustina123@gmail.com Dan
dwi.kurniawati@uin-suka.ac.id
Hana Savitri, ST merupakan lulusan S1 Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
pada bulan April 2017. Setelah itu bekerja sebagai Asisten Peneliti di Laboratorium Teknik Industri
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Saat ini, beliau bekerja sebagai manajer operasi di salah
satu perusahaan farmasi terkenal di Indonesia.

Untuk petunjuk tentang cara memesan cetak ulang artikel ini, silakan kunjungi situs
web kami: www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm Atau hubungi
kami untuk informasi lebih lanjut:izin@emeraldinsight.com

Anda mungkin juga menyukai