Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Edisi terbaru dan arsip teks lengkap jurnal ini tersedia di Emerald Insight di:
https://www.emerald.com/insight/1759-0833.htm

Perilaku belanja makanan berlabel halal


belanja makanan

berlabel halal: peran spiritualitas, perilaku

citra, kepercayaan, dan kepuasan


Muhammad Muflih 1603
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung,
Bandung, Indonesia, dan Diterima 6 Oktober 2019
Direvisi 5 Februari 2020
19 Mei 2020
Juliana Juliana Diterima 19 Mei 2020
Departemen Ekonomi dan Keuangan Islam,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

Abstrak
Tujuan -Makalah ini bertujuan untuk memperkirakan pengaruh spiritualitas terhadap perilaku belanja makanan berlabel halal baik
secara langsung maupun melalui peran mediasi citra, kepercayaan dan kepuasan.

Desain/metodologi/pendekatan –Dengan menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini menganalisis tanggapan


terhadap kuesioner yang dibagikan kepada 212 responden dari Bandung, Indonesia. Untuk membuktikan hipotesis, data
yang terkumpul dianalisis dengan partial least square (SEM-PLS) menggunakan SmartPLS.
Temuan –Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan langsung antara spiritualitas dengan perilaku belanja makanan
berlabel halal tidak signifikan. Namun, hubungan antara spiritualitas dan perilaku belanja makanan halal menjadi
signifikan secara tidak langsung melalui peran mediasi citra, kepercayaan dan kepuasan. Temuan ini menegaskan bahwa
citra, kepercayaan dan kepuasan merupakan faktor yang berpengaruh dalam peningkatan perilaku belanja konsumen
yang memilih makanan berlabel halal.
Implikasi praktis –Untuk meningkatkan perilaku belanja umat Islam untuk makanan berlabel halal, perusahaan makanan halal perlu
memperluas kampanye label halal ke media elektronik dan sosial. Selain itu, perusahaan makanan halal perlu mengembangkan
akuntabilitas kualitas makanan untuk memastikan produk makanan halal memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang
diharapkan oleh masyarakat. Pendidikan spiritual juga diperlukan untuk menyelaraskan cinta kepada Tuhan dan pilihan makanan
yang disetujui Tuhan.

Orisinalitas/nilai –Penelitian ini merupakan yang pertama menguji pengaruh spiritualitas terhadap perilaku belanja
makanan berlabel halal baik secara langsung maupun melalui peran mediasi citra, kepercayaan dan kepuasan. Hal ini
berhasil mengungkap kekuatan dan kelemahan spiritualitas dalam mempengaruhi perilaku belanja makanan halal.

Kata kunciSpiritualitas, Citra, Kepercayaan, Kepuasan, Perilaku berbelanja makanan berlabel halal

Jenis kertasmakalah penelitian

pengantar
Masyarakat global kini mulai menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan halal (Bashir, 2019).
Kesadaran ini berdampak pada perkembangan industri makanan halal di berbagai negara
muslim.Awandkk.,2015). Kehadiran industri makanan halal dapat membangkitkan semangat
masyarakat yang menginginkan sistem belanja yang sesuai dengan aturan agamanya.Wilson,
2014;Yunusdkk.,2014). Meski tumbuh, pangsa pasar makanan berlabel halal di negara-negara
Muslim masih lebih rendah dibandingkan dengan makanan berlabel non-halal.Rawa Jurnal Pemasaran Islami
- an dan Sar-ssayak, 2019). Fenomena ini dapat dijelaskan dengan kebiasaan di kalangan umat Islam Jil. 12 No. 8, 2021
hal. 1603-1618
tidak memperhatikan apakah makanan yang dijual oleh industri tersebut sudah berlabel halal karena © EmeraldPublishingLimited
1759-0833
menurut mereka makanan tersebut umumnya tergolong halal. Akibat dari kurangnya kesadaran ini DOI10.1108/JIMA-10-2019-0200
JIMA label halal, masyarakat muslim seringkali tidak menjadikan makanan berlabel halal sebagai persyaratan dalam

12,8 berbelanja (Ab Thalibdkk.,2017). Berdasarkan permasalahan tersebut, kajian terhadap perilaku selektif konsumen
muslim terhadap label halal menjadi sangat penting karena kesadaran mereka pada akhirnya akan mempercepat
kebangkitan industri makanan halal di dunia.
Memahami pentingnya reformasi sistem belanja yang berimplikasi pada peningkatan
penjualan produk berlabel halal, beberapa penelitian telah berusaha mengungkap faktor-faktor
1604 yang mempengaruhi perilaku belanja halal (Awandkk.,2015;Bashir, 2019;Hongdkk.,2019).
Spiritualitas telah terbukti mampu mempengaruhi perilaku positif umat Islam (Osman-Gani dkk.,
2013). Sayangnya, belum ada penelitian yang mengaitkan spiritualitas dengan perilaku belanja
makanan berlabel halal. Selain itu, sangat sedikit literatur tentang penelitian yang menyelidiki
citra, kepercayaan, dan kepuasan sebagai faktor mediasi antara sikap dan perilaku belanja halal di
antara kelompok Muslim (Alidkk.,2018). Sementara itu, ketiga variabel mediator tersebut sangat
efektif dalam memediasi berbagai bentuk sikap dan perilaku.Kaur dan Soch, 2018). Dengan
melihat rekomendasi penelitian sebelumnya (Alidkk.,2018), penelitian ini meliputi faktor
spiritualitas, citra, kepercayaan dan kepuasan secara simultan untuk memperkirakan perubahan
perilaku belanja makanan berlabel halal bagi umat Islam.
Untuk menjembatani kesenjangan penelitian dalam literatur makanan halal, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji perilaku belanja makanan berlabel halal melalui empat faktor determinan, yaitu
spiritualitas, citra, kepercayaan dan kepuasan. Lebih khusus lagi, penelitian ini memiliki dua tujuan
penting:
(1) mengestimasi hubungan positif antara spiritualitas dengan perilaku belanja makanan
berlabel halal; dan
(2) untuk mengetahui peran citra, kepercayaan, dan kepuasan dalam memediasi hubungan
antara spiritualitas dan perilaku belanja makanan berlabel halal.

Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat muslim di Indonesia karena adanya penyimpangan sebagai
berikut:
- Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia namun secara
umum industri makanan halal negara ini tidak mendominasi pasar makanan secara umum
(Arsildkk.,2018).
- Industri makanan halal yang dihasilkan oleh pengusaha lokal belum mampu bersaing
dengan makanan halal impor.Arsildkk.,2018).
- LPPOM MUI sebagai organisasi yang bertanggung jawab atas kesehatan dan keamanan
pangan umat Islam telah lama mengelola labelisasi makanan halal namun tidak semua
umat Islam menyadari pentingnya pelabelan halal dalam pilihan berbelanja.Briliana dan
Mursito, 2017).

Oleh karena itu, untuk mengatasi persaingan industri makanan halal di Indonesia, dapat
dikatakan bahwa memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku belanja makanan
halal sangat penting.

Tinjauan Literatur
Perilaku belanja makanan halal
Para ahli menempatkan perilaku belanja makanan berlabel halal dalam ruang lingkup teori konsumsi (
Iqbal dan Nisha, 2016;Syaikhdkk.,2017). Teori ini menjelaskan bahwa pilihan konsumen atas suatu
komoditas merupakan aktualisasi dari keinginan dan kebutuhannya yang didasarkan pada rasionalitas
dan norma (Shah Alamdkk.,2011). Dalam sistem konsumsi Islam, perilaku belanja merupakan bentuk
aktualisasi rumah tangga dalam mencari, meneliti, mengevaluasi dan membuat makanan
keputusan pembelian dengan prinsip halal (Abdul Razakdkk.,2011;Amindkk.,2011;kamu gohodkk.,2014). berlabel halal
Ketika umat Islam cenderung berbelanja makanan halal, itu berarti mereka memiliki kesadaran untuk
belanja makanan
mengutamakan norma-norma agama daripada rasionalitas dan utilitarianisme.Choudhury, 1986;Khan,
1995). Bahkan, menurutWilson dan Grant (2013), dengan kesadaran akan norma-norma agama, umat
perilaku
Islam dapat menyerap ide-ide baru, ilmu pengetahuan dan estetika dan menyesuaikannya dengan cita-
citaIhsanand Islamic spirituality. This awareness is the entrance to various positive factors in influencing
halal food shopping behavior.
The form of halal spending can be perceived from two different approaches, the first is
1605
the unlabeled halal approach and the second is the halal-labeled approach. The unlabeled
halal approach only refers to religious texts (Elseidi, 2018). In this approach, a Muslim
consumer does not rely on an authoritative institution to decide the halal status of food
produced by the industry; instead, he/she becomes a judge for him/herself for the food
observed (Lubis et al., 2016).
In the halal labeling approach, the conformity of the industrial food to the principles of the
Koran and al-Hadith is reflected in the presence of a halal label on food (Ab Talib et al., 2017). In
this case, Wilson and Liu (2010) menekankan bahwa label halal bukan hanya elemen merek suatu
produk makanan; yang lebih penting lagi, merupakan cerminan dari sistem kepercayaan, kode
etik moral, dan integritas nilai-nilai agama dan produk pangan dalam kehidupan sehari-hari yang
menjamin kehidupan konsumen yang baik. Dengan adanya label halal, konsumen tidak perlu lagi
meneliti bahan-bahan makanan yang akan dibelinya (Mohd Suki dan Abang Salleh, 2016). Karena
pendekatan pelabelan halal memiliki parameter yang jelas dan sah, maka pengukuran perilaku
belanja halal sangat tepat menggunakan pendekatan ini. Peneliti saat ini sering menggunakan
pendekatan ini ketika menguji tingkat perilaku konsumen halal (Hongdkk.,2019).

Kerohanian
Spiritualitas diartikan sebagai tindakan manusia dalam mencari makna melalui keterhubungan
dengan dimensi transendental untuk mencapai kebajikan dalam hidupnya (Ayoundkk.,2015).
Ketika spiritualitas dilihat dari perspektif Islam, spiritualitas Islam, seperti yang dijelaskan oleh
Akhtardkk. (2018), tidak hanya mencakup kesadaran manusia akan penciptaan alam semesta
tetapi juga implikasinya terhadap kecintaannya kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Dalam
perspektif ini, spiritualitas Islam tampak dalam transformasi cinta manusia yang berangkat dari
kecintaannya pada lingkungan dan kemudian berpuncak pada kecintaannya pada wujud yang
sangat abstrak, yakni Sang Pencipta alam semesta. Dalam kasus ini,Wilson dan Grant (2013)
menekankan pentingnya dimensi spiritual yang holistik dan aplikatif yang dapat meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat. Lebih-lebih lagi,seringaidkk. (2013)danAdawiyah dan Pramuka
(2017)mengungkap parameter spiritualitas Islam yang komprehensif dan terukur, yaitu:
(1) cinta manusia kepada Tuhan;

(2) komitmen dalam memeliharaTauhid;


(3) semangat mengaktualisasikan berbagai bentuk kebajikan; dan
(4) terpeliharanya nilai-nilai positif pada perilaku di lingkungan sosial.

Keempat parameter ini bersifat holistik dan praktis. Oleh karena itu, dalam mengkaji spiritualitas individu,
penelitian ini mengadopsi empat parameter tersebut.
Rodriguez-Rad dan Ramos-Hidalgo (2018)membuktikan bahwa spiritualitas dapat mempengaruhi
perilaku berbelanja. Hal ini tercermin dari perubahan signifikan individu dalam pola belanja dan
pemilihan makanan mereka dalam berbelanja. Peran aktif spiritualitas dalam mempengaruhi perilaku
berbelanja juga diungkapkan olehBerburu dan Conroy (2018), yang ditunjukkan oleh
JIMA dimensi ideologi dan keyakinan yang kuat dalam mendorong aktivitas belanja. Berangkat
12,8 dari temuan tersebut, dalam konteks belanja syariah, cukup beralasan jika penelitian ini
berasumsi bahwa spiritualitas dapat mempengaruhi perilaku belanja makanan berlabel
halal. Untuk alasan ini, dalam konteks perilaku belanja halal, hipotesis berikut dibangun.

H1.Spiritualitas berpengaruh positif terhadap perilaku belanja makanan berlabel halal.

1606
Gambar
Dalam beberapa literatur, citra diartikan sebagai kesan seseorang berdasarkan persepsi
dan realitas yang dia amati.Kaur dan Soch, 2018;Lee dan Lee, 2018). BerdasarkanAkroushu
dkk. (2016), sebuah citra muncul dari nilai-nilai individu, keyakinan dan pengetahuan
tentang kekuatan, kebesaran, harmoni dan berbagai bentuk mengesankan lainnya. Dalam
praktiknya, ketika seseorang terkesan dengan suatu objek, dia terkesan dengan kesamaan
persepsinya dengan objek yang dia saksikan. Kesamaan persepsi terhadap objek yang
dilihat inilah yang menyebabkan munculnya bayangan (Mohd Suki dan Abang Salleh, 2016).
Pada kasus ini,Lidkk. (2014)menekankan korelasi yang kuat antara fakta dan gambar.
Sementara itu, ahli lain (Lee dan Lee, 2018;teodkk.,2019) menjelaskan pentingnya individu
atau organisasi dalam menciptakan ide, sikap, kebijakan, barang atau jasa yang
menimbulkan kesan bagi orang lain karena dapat menciptakan citra tertentu bagi orang
lain. Meskipun para ahli berbeda dalam penekanannya, mereka sepakat bahwa citra adalah
kesan representasi yang dibuat oleh pihak lain.
Dalam konteks perilaku belanja, citra hadir karena perasaan dan cinta individu, baik dalam bentuk
konkret maupun abstrak, dalam kaitannya dengan niat belanja mereka.Mohd Suki dan Abang Salleh,
2016). Argumentasi ini menegaskan bahwa spiritualitas, yang merupakan representasi cinta yang
konkret dan abstrak, dapat mengubah citra (Belwalkardkk.,2018). Sebagai kesan yang ditimbulkan dari
berbelanja produk makanan tertentu, citra menyebabkan konsumen terus berbelanja untuk produk
makanan yang sama. Mengenai perilaku belanja halal, beberapa ahli (Mohd Suki dan Abang Salleh, 2016)
melaporkan hubungan antara citra dan perilaku belanja halal. Setelah diuji oleh otoritas halal, makanan
berlabel halal akan mendapat sorotan lebih tinggi untuk status kehalalannya daripada makanan halal
yang tidak berlabel halal.Ab Thalib dkk.,2017). Dalam hal ini, penelitian ini mengasumsikan bahwa citra
dapat memediasi spiritualitas dan perilaku belanja halal. Di bawah ini adalah hipotesis lengkap yang
dibangun di atas asumsi ini.

H2. Image secara positif memediasi hubungan antara spiritualitas dan perilaku belanja
makanan berlabel halal.

Memercayai

Kepercayaan didefinisikan sebagai kondisi psikologis individu yang dapat menerima pihak lain apa adanya untuk
melakukan apa yang diharapkan individu tersebut.Oghazidkk.,2018). Dalam konteks perilaku belanja,rahmandkk.
(2016)menggambarkan kepercayaan sebagai pengetahuan dan kesimpulan konsumen terkait dengan objek,
atribut, manfaat, dan keandalan suatu produk makanan yang dapat mendorong konsumen untuk bersandar
pada makanan tersebut.Tong dan Su (2018)mencatat bahwa kepercayaan konsumen diukur berdasarkan tiga
dimensi, yaitu pemenuhan janji, kepercayaan transaksi, dan kejujuran informasi. Dalam perilaku belanja
makanan berlabel halal, makanan yang menganut tuntutan agama, ramah lingkungan dan nilai-nilai spiritual
mendapatkan kepercayaan konsumen yang terbaik (Lubisdkk.,2016). Argumen ini mengarahkan para peneliti
untuk menyimpulkan bahwa spiritualitas dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen; konsumen akan
mempercayai produsen jika produsen menunjukkan bahwa makanan mereka memenuhi nilai-nilai spiritualitas.
Senada dengan itu, para ahli (Bianchi dan
Andrews, 2012;Calvo Porral dan Levy-Mangin, 2016) mengakui bahwa kepercayaan dapat memainkan peran berlabel halal
penting dalam mempengaruhi perilaku belanja. Dalam konteks perilaku belanja halal, Kloutsiniotis dan Mihail
belanja makanan
(2018)telah membuktikan bahwa kepercayaan merupakan salah satu faktor kunci yang dapat mengubah niat
konsumen untuk membeli makanan halal. Dengan demikian, konsumen dengan spiritualitas tinggi sangat
perilaku
percaya diri terhadap makanan berlabel halal, sehingga mendorong mereka untuk berbelanja makanan tersebut.
Kondisi ini mengarah pada hipotesis berikut.

H3.Kepercayaan secara positif memediasi hubungan antara spiritualitas dan label halal 1607
perilaku belanja makanan.

Kepuasan
Beberapa literatur terkini mendefinisikan kepuasan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan
terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen terhadap makanan yang dibelinya.
Annamdevula dan Bellamkonda, 2016;Triantafillidou dan Siomkos, 2014). Dengan kata lain,
kepuasan mencerminkan kesenangan konsumen karena harapan mereka terpenuhi.Husain, 2016
).Azizdkk. (2019) mengkategorikan tiga parameter kepuasan yaitu, kesesuaian harapan, minat
pembelian kembali dan ketersediaan rekomendasi kepada pihak lain. Semua parameter tersebut
akan berdampak positif bagi perkembangan food shopping di masa mendatang.
Seperti yang ditunjukkan oleh literatur, kepuasan sangat mampu memediasi sikap dan perilaku
individu dalam berbagai konteks kehidupan (Annamdevula dan Bellamkonda, 2016;Pio dan Tampi, 2018).
Kemampuan mediasi faktor ini juga dapat ditemukan dalam penelitian belanja. Penelitian ini
menganggap bahwa kepuasan juga dapat memediasi spiritualitas dan perilaku belanja halal.
Kemampuan ini ditunjukkan dengan bukti yang menunjukkan bahwa peningkatan spiritualitas dan
religiusitas dapat meningkatkan kepuasan individu (Idul Fitri dan El-Gohary, 2015). Artinya spiritualitas
secara parsial dapat mempengaruhi kepuasan. Lebih-lebih lagi,Kang (2018)dan Konuk (2019)
membuktikan bahwa kepuasan dapat mempengaruhi perilaku berbelanja makanan tersebut. Dengan
meningkatnya kepuasan, konsumen bersedia untuk membeli makanan yang sama di masa depan.
Penjelasan di atas mendukung pembentukan hipotesis di bawah ini.

H4.Kepuasan secara positif dapat memediasi spiritualitas dan belanja makanan berlabel halal
perilaku.

Berangkat dari keempat hipotesis tersebut, perilaku berbelanja dapat dipengaruhi baik secara
langsung oleh spiritualitas maupun melalui hubungan mediasi citra, kepercayaan dan kepuasan.
Untuk itu, penelitian ini membangun model perilaku belanja makanan berlabel halal berikut ini.
Gambar 1).

Metode penelitian
Untuk menguji hubungan antara spiritualitas dengan perilaku berbelanja makanan berlabel
halal baik secara langsung maupun melalui mediasi citra, kepercayaan dan kepuasan,
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini paling tepat untuk
tujuan mewakili populasi konsumen makanan berlabel halal dan menjawab hipotesis
statistik.
Untuk memastikan bahwa pengujian fenomena perilaku belanja makanan berlabel halal
sesuai dengan kondisi sampel yang diamati, penelitian ini memilih responden dari
komunitas Muslim. Model yang diusulkan dalam penelitian ini dirancang berdasarkan hasil
investigasi responden Muslim dari Kota Bandung, Indonesia. Karena tidak semua anggota
komunitas Muslim memahami konsep label halal dan karena tidak semua anggota memiliki
kemampuan yang sama untuk mengakses belanja makanan halal online dan offline, acak
JIMA H1
12,8
Gambar
H2 H2

1608 Perilaku halal


Kerohanian H3 Memercayai
H3 makanan berlabel

belanja
Gambar 1.
Model makanan H4 H4
berlabel halal Kepuasan
perilaku belanja

metode pengambilan sampel tidak dapat digunakan. Sebaliknya, penelitian ini menerapkan metode
purposive sampling untuk memastikan bahwa hanya anggota komunitas Muslim yang memahami
konsep label halal dan memiliki akses yang sama untuk berbelanja makanan halal secara online dan
offline yang disurvei. Data survei dikumpulkan dari Maret-Mei 2019 menggunakan kuesioner yang
dibagikan kepada 250 responden. Dari total kuesioner yang dikembalikan ke tim peneliti, 212 kuesioner
valid untuk dianalisis.
Dalam penelitian ini, validitas dan reliabilitas diuji dengan partial least square (PLS) berdasarkan
structural equation modeling (SEM). Metode ini juga berguna dalam memverifikasi model yang
ditawarkan. Dalam penelitian ini, metode PLS menawarkan beberapa keunggulan, yaitu:
mengungkapkan variabel laten, baik refleksif maupun formatif, yang tidak dapat dilakukan dengan SEM
berbasis kovarians seperti LISREL dan AMOS; tidak didasarkan pada banyak asumsi dan kondisi; tidak
memerlukan data yang terdistribusi normal karena estimasi langsung menggunakan teknik bootstrap;
dan mampu mengelola sampel yang tidak terlalu besar. Bahkan, SEM-PLS dapat memproses data
multivariat.
SEM-PLS tidak hanya berfungsi untuk merancang model, tetapi juga dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi teori dan menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. Dengan
demikian, SEM-PLS sangat tepat digunakan dalam memperkirakan hubungan langsung antara
spiritualitas dengan perilaku belanja halal. Sedangkan estimasi peran mediasi citra, kepercayaan,
dan kepuasan berdasarkan uji Sobel, dengan memperhatikan nilai z.Pengkhotbah dan Hayes
(2004)menyarankan penggunaan beberapa tes untuk melengkapi kelemahan data dan
memperkuatnya secara statistik. Oleh karena itu, Sobel merekomendasikan berbagai teknik untuk
menguji secara statistik efek tidak langsung (Soehartodkk.,2018).
MengadopsiFathidkk. (2016)danAwandkk. (2015)Penelitian ini mengembangkan indikator
perilaku belanja makanan berlabel halal menjadi empat kategori. Satu kategori tambahan, yakni
mengutamakan belanja makanan halal yang diproduksi oleh perusahaan negara-negara Muslim,
diciptakan untuk memperkuat posisi industri makanan halal negara-negara Muslim di masa
depan.Arsildkk.,2018). Untuk membenarkan semua item perilaku belanja dengan benar, kami
melakukan wawancara dengan para ahli.
Untuk mengukur variabel spiritualitas, penelitian ini mengadopsi beberapa teori ahli (Adawiyah dan
Pramuka, 2017). Adopsi ini menghasilkan empat item spiritualitas, yaitu mencintai Tuhan, memperoleh
kemuliaan di hadapan Tuhan, mencintai sesama dan memurnikan keyakinan. Sedangkan citra diukur
berdasarkan empat item (Kaur dan Soch, 2018), kepercayaan oleh empat item (Calvo Porral dan Levy-
Mangin, 2016) dan kepuasan dengan empat item (Husain, 2016).
Pada instrumen penelitian, pertanyaan tentang citra, kepercayaan, kepuasan dan perilaku berbelanja berlabel halal
makanan halal menggali pengetahuan konsumen terhadap makanan berlabel halal yang beredar di belanja makanan
Indonesia seperti roti, kue, mie instan, makanan siap saji, keripik crispy, daging olahan, olahan buah-
perilaku
buahan, minuman kemasan dan lain-lain. Secara umum, makanan berlabel halal ini memenuhi kriteria
dapat diterima secara eksplisit oleh komunitas Muslim dan secara implisit terbuka untuk umum (Wilson
dan Liu, 2011). Dengan demikian, mengacu padamuhamaddkk. (2017)danKawatadkk. (2018), instrumen
penelitian ini tidak secara spesifik menyebutkan merek makanan berlabel halal.
1609
Hasil
Penelitian ini mengamati responden laki-laki (45,8%) dan perempuan (54,2%). Secara rinci,
karakteristik responden dijelaskan dalamTabel 1.

Estimasi model
Untuk mengetahui kelayakan model, penelitian ini mengevaluasi validitas (konvergen dan
diskriminan) dan reliabilitas konstruk. Uji validitas konvergen berguna untuk memahami
korelasi antara variabel dan instrumen penelitian melalui estimasi outer loading dan AVE
(average variance extract). BerdasarkanDagudkk. (2008), pembebanan luar layak di atas 0,6
dan AVE di atas 0,5.Meja 2menunjukkan bahwa nilai outer loading dan AVE memenuhi
kriteria. Berdasarkan hasil estimasi, variabel dan instrumen penelitian dinyatakan valid.

Untuk memastikan bahwa variabel yang diteliti tidak bersifat unidimensional (Dagudkk., 2008;
Rambutdkk.,2016), penelitian ini mengevaluasi validitas diskriminan melalui heterotraitmonotrait ratio
(HTMT). Seperti yang ditunjukkan padaTabel 3, semua variabel penelitian valid karena tidak ada nilai
HTMT yang di atas 0,9 (Rambutdkk.,2016). Dengan demikian, variabel yang dipilih memenuhi persyaratan
utama penelitian ini.
Alpha Cronbach digunakan untuk membuktikan apakah instrumen menghasilkan skor yang konsisten ketika
digunakan untuk mengukur variabel. Namun dalam prakteknya, penggunaan sistem uji reliabilitas sering
menimbulkan masalah (Soeharto, 2018;Yanyun dan Green, 2011). Sebagai solusi, untuk mengevaluasi reliabilitas
instrumen, penelitian ini menggunakan composite reliability (CR) dengan kriteria kelayakan di atas 0,7 (Rambut
dkk.,2016).Meja 2menunjukkan bahwa semua nilai CR dari penelitian ini melewati perkiraan. Dengan demikian,
instrumen penelitian dapat dipercaya dalam memprediksi variabel.

Variabel Keterangan Jumlah (%)

Jenis kelamin Pria 97 45.8


Perempuan 115 54.2
Usia 17–25 tahun 35 16.6
26–35 tahun 86 40.6
36–45 tahun 54 25.4
> 45 tahun 37 17.4
Tingkat Pendidikan SMA 117 55.1
Sarjana/Ijazah 59 27.9
Menguasai 24 11.3
Dokter 12 5.7
Kerja Murid 52 24.6
Staf 86 40.6 Tabel 1.
Pengelola 27 12.7 Deskripsi Karakter
Pengusaha 47 Responden
22.1
JIMA Variabel Memuat CR AVE
12,8
Kerohanian 0.808 0,513
Saya menyembah karena saya sangat mencintai Tuhan 0.669*
Dengan mengamalkan kebaikan, saya ingin mulia dihadapan Tuhan saya mencintai orang lain 0,672*
seperti saya mencintai diri saya sendiri 0,729*
Saya selalu menjaga kemurnian tauhid 0,789*
1610 Memercayai 0,933 0,776
Saya percaya pada makanan berlabel halal 0.857*
Saya percaya bahwa makanan berlabel halal memenuhi prinsip-prinsip Islam Saya 0.872*
percaya bahwa makanan berlabel halal mematuhisyariahtujuan 0,908*
Saya percaya makanan berlabel halal memenuhi standar kesehatan dan keamanan konsumen 0.885*
Gambar 0,915 0,729
Menurut saya, makanan berlabel halal memiliki citra yang sangat baik di hati 0,826*
konsumen
Makanan berlabel halal membuat saya terkesan 0,864*
Menurut saya, kualitas makanan yang berlabel halal lebih baik daripada makanan yang 0,860*
tidak berlabel halal
Makanan berlabel halal memiliki kualitas reputasi di mata konsumen 0,863*

Kepuasan
Saya puas memilih makanan berlabel halal Makanan 0,863* 0,930 0,770
berlabel halal memenuhi harapan saya Bagi saya, memilih 0.879*
makanan berlabel halal sangat bijaksana Saya merasa 0,904*
nyaman dengan makanan berlabel halal Perilaku 0,863*
0,938 0,753
Saya selalu membeli makanan berlabel halal di tempat saya tinggal (dalam kota atau negara) Saya 0.824*
selalu membeli makanan berlabel halal di tempat lain (luar kota atau luar negeri) 0.877*
Saya selalu berniat untuk membeli makanan berlabel halal di masa depan Saya 0.876*
sangat merekomendasikan orang lain untuk membeli makanan berlabel halal 0.876*
Saya selalu mengutamakan makanan berlabel halal dari negara muslim 0.884*
Meja 2.
Indikator model Catatan:*Penting dip <0,01

1 2 3 4 5

Perilaku (BHV) (1)


Kepuasan (SAT) (2) 0,769
Tabel 3. Gambar (IMG) (3) 0,690 0,607
Heterotrait– Spiritualitas (SPR) (4) 0,693 0,776 0,695
rasio monotrait Kepercayaan (TRS) (5) 0,724 0,718 0,742 0.815

Model struktural
Dalam menganalisis model dan hipotesis struktural, penelitian ini menggunakan SmartPLS
3.0. Mengacu Rambutdkk. (2016)Rekomendasi, penelitian ini menggunakan teknik
bootstrap dengan 5.000 pengulangan untuk menguji kekuatan koefisien jalur dan bobot
indikator. Untuk menentukan kesesuaian model,Tenenhausdkk. (2005)menyarankan
pengujian GoF (Goodness of Fit) dengan kriteria rendah (0,02), sedang (0,25) dan tinggi
(0,36). Hasil observasi ditunjukkan padaTabel 4menunjukkan GoF penelitian ini adalah
0,598, yang berarti bangunan model penelitian ini sangat baik.
Langkah selanjutnya adalah menguji hubungan langsung antara spiritualitas dengan perilaku belanja
makanan berlabel halal yang hasilnya seperti yang ditampilkan padaTabel 5. Dalam prosedur PLS,
hipotesis berhasil jika t-stat > 1,96 (Rambutdkk.,2016). Identifikasi positif atau non-positif berlabel halal
dari hubungan variabel diungkapkan oleh parameter koefisien jalur. Dengan t-stat = 0,707 ( belanja makanan
p-nilai = 0,479), dapat disimpulkan bahwa spiritualitas tidak berpengaruh langsung
terhadap perilaku belanja makanan berlabel halal. Karena itu,H1ditolak.
perilaku

Tes mediasi
Untuk menilai apakah variabel mediator secara signifikan menghubungkan variabel independen
dan variabel dependen,Baron dan Kenny (1986)merekomendasikan penggunaan tes Sobel. Oleh
1611
karena itu, untuk membuktikan apakah peran mediasi kepercayaan, citra dan kepuasan signifikan,
penelitian ini menggunakan prosedur uji Sobel dengan kriteria yang ditetapkan padaz >1,96 (
Mackinnondkk.,1995). Seperti yang ditunjukkan oleh informasi diTabel 5, kepercayaan diperoleh
nilai z =2.650 (signifikan padap <00.10); gambar,z =3.242 (signifikan padap <00.10); dan akhirnya
kepuasanz =5.229 (signifikan padap <00.1). Hasil estimasi ini membuktikan bahwa faktor
kepercayaan, citra dan kepuasan sangat meyakinkan dalam memediasi hubungan antara
spiritualitas dengan perilaku belanja makanan berlabel halal. Keberhasilan kepercayaan, citra dan
kepuasan dalam memediasi hubungan antara spiritualitas dan perilaku belanja makanan berlabel
halal berarti bahwaH2, H3danH4diterima.

Diskusi dan implikasi


Perilaku belanja makanan berlabel halal merupakan aktualisasi dari sistem konsumsi seorang muslim
yang berlandaskan padasyariahprinsip. Penelitian ini telah mengembangkan model perilaku belanja
makanan berlabel halal melalui estimasi hubungannya dengan spiritualitas, kepercayaan, citra dan
kepuasan. Hasil investigasi mendukung beberapa hipotesis dan memperkaya model belanja makanan
berlabel halal.
Studi ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung spiritualitas terhadap perilaku belanja makanan
berlabel halal tidak signifikan. Tidak signifikan pengaruh spiritualitas terhadap perilaku halal-

Variabel AVE R2

SPR 0,513
BHV 0,753 0,597
DUDUK 0,770 0,414
IMG 0,729 0,326
TRS 0,776 0,495
Rata-rata 0,782 0,458 Tabel 4.
JALAN -R2 0,358 Kebaikan cocok
GoF =H(JALAN -R2) 0,598 (GoF) indikator

Variabel b T-status p-nilai

SAT => BHV 0,409 5.648** 0,000


IMG => BHV 0,233 3.410** 0,001
SPR => BHV 0,052 0,707 0,479
SPR => SAT 0,643 13.530** 0,000
SPR => IMG 0,571 10.097** 0,000
SPR => TRS 0,704 19.794** 0,000
TRS => BHV 0,206 2.666** 0,008
Tabel 5.
Hipotesa
Catatan:**Penting dip <0,05 perkiraan
JIMA belanja makanan berlabel menyiratkan bahwa spiritualitas bukanlah motivasi utama bagi konsumen

12,8 Muslim dalam berbelanja makanan berlabel halal dan dalam merekomendasikan makanan tersebut
kepada orang lain. Kinerja spiritualitas yang buruk tidak secara langsung mengurangi antusiasme
konsumen muslim dalam berbelanja makanan berlabel halal. Temuan ini bertentangan dengan
penelitian sebelumnya (Rodriguez-Rad dan Ramos-Hidalgo, 2018) yang menyimpulkan bahwa hubungan
langsung antara spiritualitas dan perilaku belanja konsumen adalah signifikan. Penjelasan yang mungkin

1612 untuk hubungan yang tidak signifikan adalah bahwa ada faktor lain yang secara langsung
mempengaruhi perilaku belanja makanan berlabel halal yang tidak termasuk dalam penelitian ini, seperti
religiusitas (Elseidi, 2018;Hongdkk.,2019). Religiusitas yang kuat ditunjukkan dalam kegiatan keagamaan
dan simbol-simbol keagamaan (Soehartodkk.,2018) dapat menjadi motivasi bagi individu untuk
menginginkan makanan berlabel halal. Karakter ini berbeda dengan spiritualitas yang menekankan
aspek transendental. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan religiositas untuk mengembangkan
model perilaku belanja makanan berlabel halal dalam konteks yang lebih modern.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa citra secara meyakinkan dapat memediasi hubungan
antara spiritualitas dan perilaku belanja makanan berlabel halal. Secara lebih eksplisit, peningkatan
perilaku belanja makanan berlabel halal pada komunitas konsumen muslim tidak secara langsung
dipengaruhi oleh spiritualitas tetapi oleh perubahan citra sebagai salah satu faktor mediasi. Temuan ini
memvalidasi penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa citra sangat mampu memediasi hubungan
antara spiritualitas dan perilaku belanja konsumen (Belwalkardkk.,2018;Mohd Suki dan Abang Salleh,
2016). Dengan meningkatnya spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari, konsumen Muslim semakin
terkesan dengan makanan berlabel halal dan menganggap bahwa label halal mencerminkan kualitas
makanan yang sangat baik. Akibatnya, peningkatan citra makanan berlabel halal semakin memotivasi
konsumen Muslim untuk berbelanja makanan berlabel halal di masa sekarang dan masa depan. Jelasnya,
image memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan belanja makanan berlabel halal di
kalangan konsumen muslim. Dengan tidak ditemukannya penelitian sebelumnya tentang peran mediasi
citra dalam hubungannya dengan spiritualitas dan perilaku belanja makanan berlabel halal, temuan ini
menjadi instrumental.
Penelitian ini memperluas model prediksi perilaku belanja makanan berlabel halal dengan
memasukkan kepercayaan sebagai variabel mediator lainnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa
kepercayaan konsumen muslim tidak hanya merupakan konsekuensi dari perubahan spiritualitas tetapi
juga menjadi penyebab hubungan antara spiritualitas dan perilaku belanja makanan berlabel halal.
Penelitian ini membenarkan laporan penelitian sebelumnya bahwa kepercayaan memainkan peran
penting dalam memediasi spiritualitas konsumen dan perilaku belanja (Kloutsiniotis dan Mihail, 2018;
Lubisdkk.,2016). Keyakinan konsumen Muslim yang dikonsolidasikan oleh spiritualitas memperkuat
keyakinan mereka pada pelabelan makanan halal. Dengan kata lain, kombinasi keyakinan dan
spiritualitas memantapkan keyakinan bahwa makanan berlabel halal telah memenuhisyariahprinsip dan
sangat sesuai dengan standar kesehatan dan keselamatan konsumsi konsumen Muslim. Selanjutnya,
karena konsumen Muslim percaya bahwa makanan berlabel halal memenuhisyariahprinsip dan standar
kesehatan dan keselamatan, konsumen Muslim akan selalu menjadikan makanan berlabel halal sebagai
pilihan pertama untuk belanja makanan mereka dan merekomendasikannya kepada orang lain. Dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku belanja makanan berlabel halal tidak terjadi karena pengaruh
langsung dari spiritualitas tetapi merupakan efek mediasi dari kepercayaan konsumen muslim. Karena
kurangnya penelitian yang memediasi hubungan antara spiritualitas dan perilaku belanja makanan
berlabel halal, temuan ini sangat berarti bagi peneliti perilaku konsumen muslim.
Temuan lain dari penelitian ini adalah kontribusi kepuasan yang terbukti dalam memediasi hubungan
antara spiritualitas dan perilaku belanja makanan berlabel halal. Temuan ini menegaskan bahwa
peningkatan perilaku belanja makanan berlabel halal tidak terjadi karena perubahan spiritualitas tetapi
perubahan kepuasan sebagai faktor mediasi. Temuan ini memverifikasi temuan penelitian sebelumnya
bahwa kepuasan dapat memediasi hubungan antara
spiritualitas dan perilaku belanja konsumen (Idul Fitri dan El-Gohary, 2015;Kang, 2018;Konuk, 2019 berlabel halal
). Hasil penelitian ini menegaskan bahwa spiritualitas aktif dalam kehidupan konsumen muslim belanja makanan
dapat membangkitkan rasa senang dan nyaman dalam mengkonsumsi makanan berlabel halal.
Selanjutnya, peningkatan kesenangan dan kenyamanan dapat mendorong perilaku positif
perilaku
konsumen muslim dalam berbelanja makanan berlabel halal. Berdasarkan temuan tersebut,
dapat dijelaskan bahwa peningkatan perilaku belanja makanan berlabel halal bukan karena peran
langsung spiritualitas tetapi peran mediasi kepuasan. Temuan ini memperkaya pandangan
tentang hubungan antara spiritualitas dan perilaku konsumsi komoditas halal.
1613

Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa spiritualitas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan perilaku
belanja makanan berlabel halal. Di sisi lain, spiritualitas dengan variabel mediasi citra, kepercayaan dan
kepuasan dapat memprediksi perilaku belanja makanan berlabel halal. Spesifikasi model menunjukkan
bahwa sebagai konsekuensi dari spiritualitas, diperlukan variabel mediasi. Studi ini telah memperluas
wawasan dalam meningkatkan perilaku belanja konsumen Muslim untuk makanan berlabel halal melalui
peran variabel mediator kepercayaan, citra dan kepuasan. Konsumen muslim yang unggul mampu
mengaktifkan hubungan antara spiritualitas dan perilaku konsumsi halal melalui kepercayaan, citra dan
kepuasan. Akibatnya, mereka akan dapat secara aktif memilih makanan berlabel halal baik di tempat
mereka tinggal maupun di tempat lain, selalu berniat membelanjakan uangnya untuk makanan berlabel
halal di masa depan, merekomendasikan makanan berlabel halal kepada orang lain dan
memprioritaskan makanan berlabel halal yang diproduksi oleh perusahaan negara Muslim. Dengan
membuktikan meningkatnya perilaku konsumen muslim dalam berbelanja makanan halal, penelitian ini
telah memperluas teori konsumsi ke dalam konteks makanan halal (Iqbal dan Nisha, 2016;Syaikhdkk.,
2017). Lebih khusus lagi, temuan ini memperkaya hubungan antara spiritualitas dan perilaku konsumen
seperti yang ditunjukkan oleh peneliti sebelumnya (Berburu dan Conroy, 2018;Rodriguez-Rad dan
Ramos-Hidalgo, 2018).
Dalam perspektif manajerial, penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kepercayaan, citra dan
kepuasan memainkan peran penting dalam memediasi hubungan antara spiritualitas dan perilaku
konsumsi makanan berlabel halal. Dengan demikian, sangat penting bagi perusahaan makanan halal
untuk meningkatkan spiritualitas, kepercayaan, citra, dan kepuasan konsumen Muslim. Untuk itu, ada
tiga hal penting yang perlu dilakukan oleh perusahaan makanan halal. Pertama, karena antusiasme
masyarakat yang besar terhadap labelisasi halal, perusahaan makanan halal seharusnya tidak hanya
menampilkan label halal pada kemasan makanan tetapi juga mengkampanyekan labelisasi ini di jaringan
media besar, seperti media elektronik dan sosial Facebook, Instagram, Twitter, YouTube dan Ada apa.
Kedua, dalam konteks tanggung jawab konsumen, Perusahaan makanan harus memastikan keselarasan
antara status halal dan harapan masyarakat melalui akuntabilitas kualitas makanan yang dihasilkan.
Ketiga, karena pengaruh spiritualitas secara tidak langsung terhadap perilaku konsumen makanan halal,
perusahaan makanan halal harus berpartisipasi dalam pengembangan pendidikan spiritualitas bagi
komunitas Muslim di berbagai daerah.

Keterbatasan dan penelitian lebih lanjut


Meskipun penelitian ini telah mengusulkan beberapa implikasi manajerial, masih ada keterbatasan yang
perlu ditangani oleh penelitian lebih lanjut. Pertama, penelitian ini terbatas pada investigasi konsumen
makanan halal di Bandung. Untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan, penelitian selanjutnya
disarankan untuk memperluas wilayah pengamatan ke tingkat nasional bahkan internasional. Kedua,R2
Tingkat perilaku belanja makanan berlabel halal dalam penelitian ini tergolong sedang, artinya masih
ada variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen makanan halal. Untuk meningkatkan
kualitas observasi, penelitian selanjutnya adalah
JIMA direkomendasikan untuk melibatkan faktor-faktor lain seperti kualitas produk, penampilan produk dan

12,8 nilai-nilai agama produk. Ketiga, pengujian perilaku belanja produk berlabel halal dapat dilakukan pada
jenis komoditas halal lainnya seperti kosmetik, perlengkapan mandi, pakaian, suplemen kesehatan dan
obat-obatan.

Referensi
1614 Ab Thalib, MS, Ai Chin, T. dan Fischer, J. (2017), “Menghubungkan sertifikasi makanan halal dan bisnis
pertunjukan",Jurnal Makanan Inggris,Jil. 119 No.7, hlm. 1606-1618, doi:10.1108/BFJ-01-2017-0019.
Abdul Razak, D., Fauziah, A. dan Taib, A. (2011), “Persepsi Konsumen terhadap Pembiayaan Rumah Syariah:
Bukti empiris tentang bai bithaman ajil (BBA) dan mode pembiayaan kemitraan yang semakin
berkurang (DP) di Malaysia”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 2 No. 2, hlm. 165-176, doi:10.1108/
17590831111139875.
Adawiyah, WR and Pramuka, BA (2017), “Meningkatkan Pengertian Spiritualitas Islam di Tempat Kerja”,
Jurnal Pengembangan Manajemen,Jil. 36 No.7, hal.877-898, doi:10.1108/JMD-11-2014-0153.
Akhtar, S., Arshad, MA, Mahmood, A. and Ahmed, A. (2018), “Mendapatkan pengakuan atas kerohanian Islam
intelijen untuk keberlanjutan organisasi”,Jurnal Internasional Etika dan Sistem, Jil. 34
No.1, hlm. 70-77, doi:10.1108/IJOES-01-2017-0003, Tersedia di:https://www.
emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/IJOES-01-2017-0003
Akroush, MN, Jraisat, LE, Kurdieh, DJ, AL, Faouri, RN and Qatu, LT (2016), “Layanan pariwisata
kualitas dan loyalitas destinasi – peran mediasi citra destinasi dari perspektif wisatawan
internasional”,Ulasan Pariwisata,Jil. 71 No. 1, hlm. 18-44, doi:10.1108/TR-11-2014-0057.
Ali, A., Xiaoling, G., Sherwani, M. dan Ali, A. (2018), “Anteseden pembelian Merek halal konsumen
niat: pendekatan terpadu”,Keputusan Manajemen,Jil. 56 No. 4, hal. 715-735, doi:
10.1108/MD-11-2016-0785.
Amin, H., Rahim Abdul Rahman, A., Laison Sondoh, S. dan Magdalena Chooi Hwa, A. (2011),
“Penentu niat nasabah untuk menggunakan pembiayaan pribadi Islami: kasus bank
syariah Malaysia”,Jurnal Akuntansi Islam dan Riset Bisnis,Jil. 2 No.1, hal.22-42, doi:
10.1108/17590811111129490.
Annamdevula, S. dan Bellamkonda, RS (2016), “Pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas mahasiswa:
peran mediasi kepuasan siswa”,Jurnal Pemodelan dalam Manajemen,Jil. 11 No.2, hlm.
446-462, doi:10.1108/JM2-04-2014-0031.
Arsil, P., Tey, YS, Brindal, M., Phua, CU dan Liana, D. (2018), “Nilai-nilai pribadi yang mendasari makanan halal
konsumsi: bukti dari Indonesia dan Malaysia”,Jurnal Makanan Inggris,Jil. 120 No.11,
hal.2524-2538, doi:10.1108/BFJ-09-2017-0519.
Awan, HM, Siddiquei, AN dan Haider, Z. (2015), “Faktor yang mempengaruhi niat beli halal –
bukti dari sektor makanan halal Pakistan”,Tinjauan Riset Manajemen,Jil. 38 No.6,
hal.640-660, doi:10.1108/MRR-01-2014-0022.
Ayoun, B., Rowe, L. dan Yassine, F. (2015), "Apakah spiritualitas tempat kerja terkait dengan etika bisnis?",
Jurnal Internasional Manajemen Perhotelan Kontemporer,Jil. 27 No. 5, hlm. 938-957, doi:
10.1108/IJCHM-01-2014-0018.
Aziz, S., Md Husin, M., Hussin, N. dan Afaq, Z. (2019), “Faktor yang mempengaruhi niat individu untuk
membeli peran mediasi keluarga takaful dari kepercayaan yang dirasakan",Jurnal Pemasaran dan Logistik
Asia Pasifik,Jil. 31 No.1, hal.81-104, doi:10.1108/APJML-12-2017-0311.
Baron, RM dan Kenny, DA (1986), “Perbedaan variabel moderator-mediator dalam sosial
penelitian psikologis: pertimbangan konseptual, strategis dan statistik”,Jurnal Psikologi
Kepribadian dan Sosial,Jil. 51 No.6, hlm. 1173-1182.
Bashir, AM (2019), “Pengaruh kesadaran halal, logo dan sikap halal terhadap pembelian konsumen asing
maksud",Jurnal Makanan Inggris,Jil. 121 No.9, hlm. 1998-2015, doi:10.1108/BFJ-01-2019-0011.
Belwalkar, S., Vohra, V. dan Pandey, A. (2018), “Hubungan antara spiritualitas tempat kerja, pekerjaan berlabel halal
kepuasan dan perilaku kewargaan organisasi – sebuah studi empiris”,Jurnal Tanggung Jawab
belanja makanan
Sosial,Jil. 14 No.2, hlm. 410-430, doi:10.1108/SRJ-05-2016-0096.
Bianchi, C. dan Andrews, L. (2012), “Risiko, kepercayaan, dan perilaku pembelian online konsumen: a Chili
perilaku
perspektif",Tinjauan Pemasaran Internasional,Jil. 29 No.3, hal.253-275, doi:10.1108/
02651331211229750.
Rawa
- an, E. dan Sar-ssayak, M. (2019), “Wisata halal: tantangan konseptual dan praktis”,Jurnal
Pemasaran Islami,Jil. 10 No.1, hal.87-96, doi:10.1108/JIMA-06-2017-0066. 1615
Briliana, V. dan Mursito, N. (2017), “Menjelajahi Anteseden dan Konsekuensi dari Muslim Indonesia
sikap anak muda terhadap produk kosmetik halal: studi kasus di Jakarta”,Tinjauan Manajemen
Asia Pasifik,Jil. 22 No.4, hlm. 176-184, doi:10.1016/j.apmrv.2017.07.012, Tersedia di:
www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1029313216304250
Calvo Porral, C. dan Levy-Mangin, J.-P. (2016), “Merek label makanan pribadi: peran kepercayaan konsumen pada
loyalitas dan niat beli”,Jurnal Makanan Inggris,Jil. 118 No. 3, hal. 679-696, doi:10.1108/
BFJ-08-2015-0299.
Chin, WW, Peterson, RA dan Brown, SP (2008), “Pemodelan persamaan struktural dalam pemasaran: beberapa
pengingat praktis”,Jurnal Teori dan Praktik Pemasaran,Jil. 16 No. 4, hlm. 287-298. Tersedia
di:www.jstor.org/stable/40470374
Choudhury, MA (1986),Kontribusi Teori Ekonomi Islam: Studi Ekonomi Sosial,
Macmillan. London.
Eid, R. and El-Gohary, H. (2015), “Peranan religiositas Islam terhadap hubungan antara
nilai yang dirasakan dan kepuasan wisatawan”,Manajemen Pariwisata,Jil. 46, hlm. 477-488, doi:
10.1016/j.tourman.2014.08.003, Tersedia di:www.sciencedirect.com/science/article/pii/
S0261517714001551
Elseidi, RI (2018), “Penentu niat beli halal: bukti dari Inggris”,Jurnal
pemasaran Islam,Jil. 9 No. 1, hal. 167-190, doi:10.1108/JIMA-02-2016-0013.
Fathi, E., Zailani, S., Iranmanesh, M. dan Kanapathy, K. (2016), “Drivers kesediaan konsumen untuk
bayar logistik halal”,Jurnal Makanan Inggris,Jil. 118 No. 2, hal. 464-479, doi:10.1108/BFJ-06-
2015-0212.
Grine, F., Bensaid, B. dan Zulkifli Mohd Yusoff, MY (2013), “Seni Islam dan etos spiritualitas
dalam konteks peradaban”,Jurnal Pendidikan dan Teknologi Multikultural,Jil. 7 No.4,
hal.288-300, doi:10.1108/METJ-03-2013-0010, Tersedia di:www.emeraldinsight.com/doi/abs/
10.1108/METJ-03-2013-0010
Rambut, JF, Hult, GTM, Ringle, C. dan Sarstedt, M. (2016),Primer tentang Struktur Kuadrat Terkecil Sebagian
Pemodelan Persamaan (PLS-SEM),Edisi ke-2: Sage. Los Angeles.
Hong, M., Sun, S., Beg, ABMR dan Zhou, Z. (2019), “Penentu perilaku pembelian halal:
bukti dari Cina”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 10 No. 2, hlm. 410-425, doi:10.1108/
JIMA-03-2018-0053.
Hunting, A. and Conroy, D. (2018), “Spiritualitas, pengelolaan dan konsumsi: cara baru
hidup di dunia material”,Jurnal Tanggung Jawab Sosial,Jil. 14 No. 2, hlm. 255-273, doi:
10.1108/SRJ-06-2016-0097, Tersedia di:www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/
SRJ-06-2016-0097
Hussain, R. (2016), "Peran mediasi kepuasan pelanggan: bukti dari industri penerbangan",
Jurnal Pemasaran dan Logistik Asia Pasifik,Jil. 28 No. 2, doi:10.1108/APJML-01-2015- 0001.

Iqbal, M. dan Nisha, N. (2016), “Peran agama terhadap perilaku pembelian konsumen muslim:
konteks Bangladesh”, dalam Dilip, SM, Mohammad Mohsin, B. dan Mamunur, R. (Eds),Kemajuan
dalam Keuangan Islam, Pemasaran, dan Manajemen,Emerald Group Publishing, Bingely, hlm.
245-270.
JIMA Kang, J. (2018), “Hasil pemasaran yang efektif dari halaman Facebook hotel: peran partisipasi aktif
dan kepuasan”,Jurnal Wawasan Perhotelan dan Pariwisata,Jil. 1 No. 2, hlm. 106-120, doi:
12,8 10.1108/JHTI-10-2017-0003.
Kaur, H. dan Soch, H. (2018), “Kepuasan, kepercayaan dan loyalitas: menyelidiki efek mediasi dari
komitmen, biaya peralihan dan citra perusahaan”,Jurnal Studi Bisnis Asia,Jil. 12 No. 4, hal.
361-380, doi:10.1108/JABS-08-2015-0119.

1616 Kawata, Y., Htay, SNN and Salman, AS (2018), “Penerimaan Non-Muslim terhadap produk impor dengan
logo halal: studi kasus Malaysia dan Jepang”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 9 No. 1, hal.
191-203, doi:10.1108/JIMA-02-2016-0009.
Khan, MF (1995),Esai Ekonomi Islam,Yayasan Islam Leicester.
Kloutsiniotis, PV and Mihail, DM (2018), “Hubungan antara pekerjaan berkinerja tinggi yang dirasakan
praktik, sikap karyawan, dan kualitas layanan: peran mediasi dan moderasi kepercayaan”,
Hubungan Karyawan,Jil. 40 No. 5, hlm. 801-821, doi:10.1108/ER-08-2017-0201.
Konuk, FA (2019), “Pengaruh kualitas makanan yang dirasakan, keadilan harga, nilai yang dirasakan dan
kepuasan pada kunjungan kembali pelanggan dan niat dari mulut ke mulut terhadap
restoran makanan organik”,Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen,Jil. 50, hlm. 103-110, doi:
10.1016/j.jretconser.2019.05.005, Tersedia di:www.sciencedirect.com/science/article/pii/
S0969698919302097
Lee, J. and Lee, Y. (2018), “Pengaruh kegiatan CSR perusahaan multi-merek terhadap niat beli
melalui peran mediasi citra perusahaan dan citra merek”,Jurnal Pemasaran dan Manajemen
Mode: Jurnal Internasional,Jil. 22 No. 3, hlm. 387-403, doi:10.1108/JFMM-08- 2017-0087.

Li, D., Lu Wang, C., Jiang, Y., Barnes, BR dan Zhang, H. (2014), “Pengaruh asimetris dari
citra negara kognitif dan afektif pada pembelian rasional dan pengalaman”,Jurnal Pemasaran
Eropa,Jil. 48 No. 11/12, hlm. 2153-2175, doi:10.1108/EJM-09-2012-0505.
Lubis, HN, Mohd-Naim, NF, Alizul, NN and Ahmed, MU (2016), “Dari pasar ke piring makanan:
Teknologi dan inovasi tepercaya saat ini dalam analisis makanan halal”,Tren Ilmu dan Teknologi
Pangan,Jil. 58, hlm. 55-68, doi:10.1016/j.tifs.2016.10.024, Tersedia di:www.sciencedirect. com/
science/article/pii/S0924224416300358
Mackinnon, DP, Warsi, G. dan Dwyer, JH (1995), "Sebuah studi simulasi tindakan efek yang dimediasi",
Penelitian Perilaku multivariat,Jil. 30 No.1, hal.41-41, doi:10.1207/s15327906mbr3001_3, Tersedia
di:https://pubmedã .ncbiã .nlmã .nihã .gov/20157641;wwwã .ncbiã .nlmã .nihã .gov/pmc/articles/
PMC2821114/
Mohd Suki, N. dan Abang Salleh, AS (2016), “Apakah citra halal memperkuat niat konsumen untuk
menggurui toko halal? Beberapa wawasan dari Malaysia”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 7 No.1,
hal.120-132, doi:10.1108/JIMA-12-2014-0079.
Muhamad, N., Leong, VS and Md Isa, N. (2017), “Apakah negara asal logo halal itu penting? Itu
kasus pembelian makanan kemasan”,Tinjauan Bisnis dan Strategi Internasional,Jil. 27 No.4, hlm.
484-500, doi:10.1108/RIBS-06-2017-0049.
Oghazi, P., Karlsson, S., Hellström, D. dan Hjort, K. (2018), “Kelonggaran kebijakan pengembalian pembelian online dan
keputusan pembelian: Peran mediasi kepercayaan konsumen”,Jurnal Ritel dan Layanan
Konsumen,Jil. 41, hlm. 190-200, doi:10.1016/j.jretconser.2017.12.007, Tersedia di:www.
sciencedirect.com/science/article/pii/S0969698917305593
Osman-Gani, AM, Hashim, J. dan Ismail, Y. (2013), “Membangun keterkaitan antara religiusitas dan
spiritualitas pada kinerja karyawan”,Hubungan Karyawan,Jil. 35 No.4, hal.360-376, doi:
10.1108/ER-04-2012-0030. Tersedia di:www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/ER-04-2012-
0030
Pio, RJ and Tampi, JRE (2018), “Pengaruh kepemimpinan spiritual terhadap kualitas kehidupan kerja, pekerjaan
kepuasan dan perilaku kewargaan organisasi”,Jurnal Internasional Hukum dan Manajemen,
Jil. 60 No.2, hal.757-767, doi:10.1108/IJLMA-03-2017-0028.
Pengkhotbah, KJ dan Hayes, AF (2004), “Prosedur SPSS dan SAS untuk memperkirakan efek tidak langsung dalam berlabel halal
model mediasi sederhana”,Metode Penelitian Perilaku, Instrumen, dan Komputer,Jil. 36 No.4,
belanja makanan
hal.717-731, doi:10.3758/BF03206553.
Rahman, MS, Mat Daud, N., Hassan, H. and Osmangani, AM (2016), “Effects of Workplace Spirituality
perilaku
dan kepercayaan yang dimediasi oleh risiko yang dirasakan terhadap perilaku berbagi pengetahuan”,
VINE Jurnal Sistem Manajemen Informasi dan Pengetahuan,Jil. 46 No.4, hal.450-468, doi:10.1108/
VJIKMS-06-2015-0033.
Rodriguez-Rad, CJ dan Ramos-Hidalgo, E. (2018), “Spiritualitas, etika konsumen, dan keberlanjutan: 1617
peran mediasi identitas moral”,Jurnal Pemasaran Konsumen,Jil. 35 No.1, hal.51-63, doi:
10.1108/JCM-12-2016-2035.
Shah Alam, S., Mohd, R. dan Hisham, B. (2011), “Apakah religiositas merupakan determinan penting dalam kehidupan Muslim?
perilaku konsumen di Malaysia?”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 2 No. 1, hlm. 83-96, doi:
10.1108/17590831111115268.
Syaikh, SA, Ismail, MA, Ismail, AG, Shahimi, S. dan Mohd. Shafiai, MH (2017), “Menuju dan
kerangka integratif untuk memahami perilaku konsumsi Muslim”,Humanomik, Jil. 33 No.2,
hal.133-149, doi:10.1108/H-01-2017-0005.
Suhartanto, D. (2018), “Kepuasan wisatawan dengan belanja oleh-oleh: bukti dari dalam negeri Indonesia
turis”,Isu Terkini dalam Pariwisata,Jil. 21 No. 6, hlm. 663-679, doi:10.1080/
13683500.2016.1265487.
Suhartanto, D., Farhani, NH, Muflih, M. dan Setiawan, A. (2018), “Kesetiaan Niat Menuju Islam
bank: peran religiusitas, citra, dan kepercayaan”,Jurnal Internasional Ekonomi dan
Manajemen,Jil. 12 No.1, hal.137-151.
Tenenhaus, M., Vinzi, VE, Chatelin, Y.-M. dan Lauro, C. (2005), "pemodelan jalur PLS",
Statistik Komputasi dan Analisis Data,Jil. 48 No. 1, hlm. 159-205, doi:10.1016/j.
csda.2004.03.005, Tersedia di:www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0167947304000
519
Teo, LX, Leng, HK and Phua, YXP (2019), “Pemasaran di Instagram: Pengaruh sosial dan
kualitas gambar pada persepsi kualitas dan niat beli”,Jurnal Internasional Pemasaran
dan Sponsor Olahraga,Jil. 20 No. 2, hal. 321-332, doi:10.1108/IJSMS-04-2018- 0028.

Thye Goh, T., Mohd Suki, N. dan Fam, K. (2014), “Menjelajahi model nilai konsumsi untuk Islam
adopsi mobile banking”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 5 No. 3, hal. 344-365, doi:10.1108/
JIMA-08-2013-0056.
Tong, X. dan Su, J. (2018), “Menjelajahi kepercayaan konsumen muda dan niat membeli kapas organik
pakaian",Jurnal Pemasaran Konsumen,Jil. 35 No. 5, hal. 522-532, doi:10.1108/JCM-04-2017- 2176.

Triantafillidou, A. dan Siomkos, G. (2014), “Hasil pengalaman konsumsi: kepuasan,


intensitas nostalgia, komunikasi dari mulut ke mulut dan niat perilaku”,Jurnal
Pemasaran Konsumen,Jil. 31 No.6/7, hlm. 526-540, doi:10.1108/JCM-05-2014-0982.
Wilson, J. (2014), “Fenomena halal: perluasan atau paradigma baru?”,Bisnis Sosial dan
Bisnis,Jil. 4 No. 3, hlm. 255-271, doi:10.1362/204440814X14103454934294.
Wilson, JAJ dan Grant, J. (2013), “Pemasaran Islami – penantang pemasaran klasik
kanon?”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 4 No.1, hal.7-21, doi:10.1108/
17590831311306327.
Wilson, JAJ dan Liu, J. (2010), "Membentuk halal menjadi sebuah Merek?",Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 1
No.2, hal.107-123, doi:10.1108/175908310111055851.
Wilson, JAJ dan Liu, J. (2011), “Tantangan branding Islami: menavigasi emosi dan
halal”,Jurnal Pemasaran Islami,Jil. 2 No.1, hal.28-42, doi:10.1108/ 17590831111115222.
JIMA Yanyun, Y. dan Green, SB (2011), "Koefisien alpha: koefisien reliabilitas untuk abad ke-21?",
Jurnal Penilaian Psikoedukasi,Jil. 29 No.4, hal.377-392, doi:10.1177/
12,8 0734282911406668.
Yunus, NSNM, Rashid, WEW, Ariffin, NM dan Rashid, NM (2014), “Niat beli Muslim
menuju produsen makanan kemasan halal Non-Muslim”,Procedia – Ilmu Sosial dan
Perilaku,Jil. 130, hlm. 145-154, doi:10.1016/j.sbspro.2014.04.018, Tersedia di:www.
sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814029280
1618
Penulis yang sesuai
Muhammad Muflih dapat dihubungi di:m.muflih@polban.ac.id

Untuk petunjuk tentang cara memesan cetak ulang artikel ini, silakan kunjungi situs web
kami: www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm Atau hubungi kami untuk
keterangan lebih lanjut:izin@emeraldinsight.com

Anda mungkin juga menyukai