PERKENALAN
Dalam State of the Global Islamic Economy Index 2020/2021, Indonesia tercatat di posisi ke-
4 sebagai produsen produk halal dunia dengan 91,2 poin. Indonesia terpaut tidak jauh dari negara
lain, yakni Malaysia (290,2), Arab Saudi (155,1), dan Uni Emirat Arab (133). Berdasarkan Laporan
Kondisi Ekonomi Islam Global 2020/2021, menyajikan data bahwa Indonesia terus berkembang
dalam memiliki ekosistem yang kuat untuk memungkinkan partisipasi dalam peluang pasar
ekonomi syariah global yang bernilai multi-triliun. Dr. H. Sapta Nirwandar selaku Ketua Indonesia
Halal Lifestyle Center menyatakan bahwa kemajuan ini bertumpu pada ekonomi syariah global di
Safrina Muarrifah dkk
berbagai sektor seperti keuangan, Makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, fashion, tourism dan
tentunya media rekreasi. Di tengah-tengah
kesadaran halal berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen. Berbagai penelitian telah
dikembangkan untuk menganalisis variabel atau faktor yang mempengaruhi kesadaran halal.
Penelitian tentang kesadaran Halal untuk membeli makanan di kalangan konsumen non-Muslim
juga dilakukan oleh Bashir (2019) dalam studi eksplorasi dengan referensi di Cape Town, Afrika
Selatan. Studi ini menemukan bahwa konsumen non-Muslim di Cape Town memilikikesadaran
tentang makanan halal, termasuk manfaatnya dan proses produksi yang terlibat dalam
memproduksinya. Studi ini juga menyimpulkan bahwa halal bukan hanya nama komersial yang
digunakan sebagai merek dagang di pasar global. Namun, halal memiliki beberapa
dimensi;terutama, bagi konsumen non-Muslim, itu adalah tanda kesehatan dan kebersihan. Dengan
memperhatikan aspek psikologis, halal dianggap sebagai tanda kepercayaan, kenyamanan dan
keamanan. Hal ini membuat konsumen merasa tenang ketika mengonsumsi produk makanan yang
berlabel halal.
Menurut Kotler & Keller (2016) beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
adalah faktor budaya (culture), sub-kultur (sub-culture), kelas sosial (social class) dan faktor sosial
(social factor). ) kelompok referensi kecil (kelompok referensi kecil), keluarga (keluarga), peran &;
status (peran &; status). Perspektif sosiokultural secara empiris banyak berkontribusi dalam
membentuk tingkat kesadaran suatu kelompok masyarakat terhadap suatu konsep, termasuk dalam
hal ini kesadaran halal yang saat ini mulai berkembang tidak hanya terbatas pada kelompok
masyarakat muslim. Kelompok sosial budaya orang Penginyongan di Jawa Tengah bagian barat
yang meliputi eks Karesidenan Banyumas, yaitu Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, dan
Purbalingga. Selainbekas Karesidenan Banyumas, kelompok masyarakat Penginyongan ini juga
muncul di daerah lain yang memiliki budaya yang sama, seperti daerah Brebes, Tegal, Pemalang,
Wonosobo, dan Pekalongan. Ramadhan dan Masykur (2018). Peneliti menganggap penggunaan
istilah Penginyongan lebih tepat untuk menggambarkan sub-budaya yang ada di bagian barat Jawa
Tengah. Hal ini dinilai lebih mewakili masyarakat yang berasal dari daerah sehingga dapat
memberikan perspektif yang berbeda mengenaigambaran tingkat kesadaran halal di sana secara
universal di luar konteks masyarakat dalam hal agama.
Hadiati (2014) dalam penelitian berjudul Redefining Cablaka "Banyumasan Way of Speaking"
menyatakan dengan jelas bahwa salah satu perbedaan budaya Penginyongandengan budaya Jawa
lainnya terletak pada cara berbicara dan berbicara bahasa orang Penginyongan itu sendiri.
Dijelaskan juga bahwa semua karakter yang hidup dalam masyarakat Penginyongan dapat dilihat
dari cara mereka berada dipuncak dan bahasa yang mereka gunakan. Ciri lain dari orang
Penginyongan adalah mereka cenderung menjadi apa adanya. Masyarakat Penginyongan memiliki
karakteristik yang apa adanya, terus terang, apa yang seharusnya, tanpa basa-basi lagi, ini mengacu
pada forthright yang sering disebut sebagai sifat cablaka. Menurut Priyadi (2007) cablaka adalah
karakter yang disampaikan secara spontan oleh kelompok manusia Penginyongan terhadap
fenomena yang ada di depan mata mereka, tanpa ditutup-tutupi.
Karakteristik sosiokultural penginyongan diatas semakin menambah urgensi penelitian ini,
dimana masyarakat cablaka penginyongan merupakan faktor untuk penelitian lebih lanjut mengenai
sisi kesadaran halal. Di sisi lain, tingkat kesadaran kehalalan sangatditentukan dari tingkat literasi
masyarakat saat ini, sehingga sangat penting untuk melakukan analisis untuk menyusun indeks
literasi halal. Pratama dan Hartati (2020) melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa
secara parsial dan simultan halal literasi dan religiusitas berpengaruh signifikan terhadap konsumsi
produk halal bagi mahasiswa MKS UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Literasi halal telah terbukti
memiliki peran signifikan dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan terhadap hukum Islam,
khususnya perintah halal (Salehudin, 2013). Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian
tentang tingkat kesadaran halal dan indeks literasi halal dalam perspektif sosiokultural masyarakat
Penginyongan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tingkat kesadaran konsumen terhadap produk halal
dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kelompok sosial budaya masyarakat Penginyongan,
peneliti fokus melakukan penelitian terkait analisis tingkat kesadaran halal pada kelompok sosial
budaya masyarakat Penginyongandari berbagai perspektif faktor determinan berupa religiusitas
(keyakinan agama), kesadaran akan gaya hidup sehat (health consciousness), logo sertifikasi halal
(sertifikasi halal), paparan media, dan literasi halal (halal knowledge), dimana penelitian ini
mengambil judul "Kesadaran Halal dan Indeks Literasi Halal Masyarakat: Studi Penentu dalam
Konteks Sosial Budaya Penginyongan.".
TINJAUAN PUSTAKA
telah diakui secara luas dan diterapkan dalam studi terkait makanan (Sparks &; Shepherd, 1992;
Verbeke &; Vackier, 2004) dan studi makanan halal (Bonne & Verbekem, 2008). Menurut
TPB, ada tiga komponen utama yang mempengaruhi humdan sikap untuk berperilaku.
Komponennya adalah sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. TPB memberikan
pedoman untuk memprediksi perilaku sosial manusia. Komponen TPB yang paling relevan
adalah sikap terhadap perilaku. Selanjutnya, sikap terhadap perilaku , yang berasal dari
kepercayaan pada perilaku kolektif masyarakat Penginyongan seperti keyakinan bahwa produk
tersebut halal dapat menyebabkan sikap yang menguntungkan seperti memiliki kesadaran halal
yang mengarah pada niat untuk membeli produk makanan halal. Norma subyektif adalah,
fungsi lain dari keyakinan, dianggap sebagai tekanan sosial untuk terlibat atau tidak terlibat
dalam perilaku tertentu.
b. Religiusitas
Agama adalah sistem kepercayaan dan praktik di mana sekelompok orang menafsirkan
dan mendukungapa yang mereka rasakan supranatural dan sakral (Johnstone, 1975). Sebagian
besar agama mengatur atau melarang perilaku tertentu termasuk konsumsi. Schiffman dan
Kanuk (1997) menegaskan bahwa anggota kelompok agama berbeda dalam keputusan mereka
untuk makan, minum atau produk yangdipengaruhi oleh identitas agama, orientasi,
pengetahuan dan keyakinan mereka.
e. Media Pemaparan
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2013) bahwa pendekatan kuantitatif adalah penelitian berdasarkan filosofi positivisme untuk
menelitie suatu populasi atau sampel tertentu dan mengambil sampel acak dengan pengumpulan
data menggunakan instrumen, analisis data bersifat statistik.
3) Banjarnegara
4) Kebumen
5) Purbalingga
6) Brebes
7) Tegal
8) Malang
9) Wonosobo
10) Pekalongan
b. Memiliki kematangan berpikir (sehat jasmani dan rohani) dalam memahami produk
makanan halal
c. Memiliki keterampilan dalam menggunakan teknologi dalam kaitannya dengan menjawab
pertanyaan melalui kuesioner online atau manual
d. Responden menggunakan bahasa Penginyongan secara aktif dalam kehidupan sehari-hari
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan Roscoe (1975) yang dikutip oleh
Sekaran (2016) yang memberikan acuan dalam mengambil jumlah sampel, yaitu: 1. Ukuran sampel
lebih dari 30 dan kurang dari 500 sesuai untuk sebagian besar penelitian 2. Dalam penelitian
multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel harus 10 kali atau lebih dari jumlah
variabel dalam penelitian. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 200
responden karena sampel lebih dari 30 dan less lebih dari 500. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah teknik non-probability sampling dengan purposive sampling. Sugiyono
(2016:120) menjelaskan bahwa non-propability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan kesempatan atau kesempatan yang samabagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih sebagai sampel.
dan diskriminan; Mereka digunakan untuk memeriksa seberapa baik kuesioner yang digunakan
dapat memanfaatkan konstruksi seperti yang diteorikan dalam model.
Perlu diketahui bahwa jenis skala yang digunakan untuk diujicobakan pada responden dibagi
menjadi 2, yaitu:
a. Likert skala 1-5 (untuk menguji variabel independen item kesadaran halal, religiusitas,
kesadaran gaya hidup,sertifikasi halal icate, dan paparan media dan variabel dependen
adalah kesadaran halal).
b. Skala dikotomi (untuk menguji variabel independen literasi halal, di mana jawaban yang
benar akan diberikan skor 1, dan jawaban yang salah akan diberikan skor 0).
Untuk menguji validitas dan reliabilitas perhitungan yang dilakukan dengan bantuan program
IBM SPSS 20, dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tida Sisik Validitas Kriteria Pengujian
k.
1. Bandingkan nilai r
Jumlah produk > r tabel = valid
1 Momen Likert
Pearson 2. Bandingkan Nilai Sig. (2
ekor) > 0,05 = valid
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel perancu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan bahwa nilai residu mengikuti distribusi normal. Deteksi normalitas
8 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023
Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...
secara statistik adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria Asymp.
Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka datanya dikatakan normal.
c. Tes Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel
independen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidakmemiliki korelasi
antara variabel independen. Jika variabel independen berkorelasi satu sama lain, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasinya antar variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013: 105). Multikolinearitas
diuji menggunakan (1) nilai toleransi dan kebalikannya (2) faktor inflasi varians (VIF). Nilai
yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai toleransi
0,10osama dengan nilai VIF 10.
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat pertidaksamaan varians residual
dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Heteroskedastisitas menguji terjadinya
ketidaksetaraan varians residual dari satu periode pengamatan ke periode pengamatan lainnya.
Model regresi yang baik adalah Homoscedasticity atau tidak terjadi Heteroscedasticity
(Ghozali, 2013:139). Uji heteroskedastisitas ini menggunakan metode uji glejser.
e. Uji Autokorelasi
Autokorelasi test adalah uji dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan nilai
variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya maupun nilai periode setelahnya.
Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana pada model regresi terdapat korelasi antara residu
pada periode tertentu t dengan residu pada periode sebelumnya (t-1), model regresi yang baik
adalah model yang pada saat itu tidak terdapat masalah autokorelasi yang dinyatakan oleh Duwi
Priyatno (2012:172). Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test).
1. Hasil
c) Tes Multikolinearitas
Multikolinearitas diuji menggunakan (1) nilai toleransi dan kebalikannya (2)
faktor inflasi varians (VIF). Nilai yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai toleransi 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.
Nilai VIF dari semua variabel berturut-turut adalah 1,162, 1,153, 1,083, 1,022
yang lebih kecil dari 10 dan semua nilai toleransi juga lebih besar dari 0,10, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas.
d) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas inimenggunakan metode glejser dengan membandingkan
nilai sig. > 0,05. Semua sig.value> 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
heteroskedastisitas. Dari kesimpulan tersebut, model regresi dinyatakan valid sebagai
alat uji karena bebas dari heteroscedasticity.
e) Uji Autokorelasi
Metode pengujian menggunakan Durbin-Watson (DW-test). maka dapat dilihat
bahwa N=200, k= 4, dL=1,728 (tabel) dU=1,800 (tabel) 4-dU= 4,000-1,800=2,200
4dL=2,272. Nilai Durbin Watson adalah antara dU dan 4-dU, jadi tidak ada
autokorelasi.
d. Pengujian Hipotesis
1) Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam
penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terkait sertifikasi halal, kesadaran
halal dan komposisi pangan terhadap minat beli. Analisis regresi berganda dipilih untuk
dianalisis dalam penelitian ini. Berikut ini adalah hasil analisis regresi linier berganda yang
dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS 20.
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa persamaan regresi berganda adalah
sebagai berikut:
Ŷ = 21,237-0,085X + 1,003X2 -0,51X3-1,53X4+ 0,123X5
Informasi:
Ŷ: Prediksi minat beli (Y)
21.237 : Konstanta 21.237 berarti bahwa jika setiap variabel independen (X1, X2, X3, X4,
X5) dianggap nol, maka prediksi Y adalah 21.237.
-0,085X1 : besarnya koefisien variabel religiusitas (X1) yang berarti bahwa untuk setiap
kenaikan 1% religiusitas variable (X1), maka kesadaran halal (Y) menurun sebesar -0,085
dengan asumsi variabel lain (gaya hidup sehat, logo sertifikasi halal, paparan media dan
literasi halal) konstan
1,003X2 : besarnya koefisien variabel gaya hidup sehat (X2) yang berarti bahwa untuk
setiap kenaikan 1% variabel gaya hidup sehat (X2), maka kesadaran halal (Y) meningkat
sebesar 1,003 dengan asumsi variabel lain (religiusitas, logo sertifikasi hala, paparan media
dan literasi halal) konstan
-0,51X3 : koefisien t variabel logo sertifikat halal (X3)yang berarti setiap kenaikan 1%
variabel logo sertifikat halal (X3), maka kesadaran halal (Y) menurun sebesar -0,51 dengan
asumsi variabel lain (religiusitas, gaya hidup sehat, media) paparan dan kehalalan literacy)
konstan
-1,53X4 : koefisien variabel media paparan (X4) yang berarti bahwa untuk setiap kenaikan
1% pada variabel media paparan (X4), kesadaran halal (Y) menurun sebesar -1,53 dengan
asumsi variabel lain (religiusitas, gaya hidup sehat,logo sertifikat hal al dan literasi halal)
konstan.
0,123X5 : koefisien variabel literasi halal (X5) yang berarti bahwa untuk setiap kenaikan
1% pada variabel literasi halal (X5), maka kesadaran halal (Y) meningkat sebesar 0,123
dengan asumsi variabel lains (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal dan media).
paparan) konstan.
a) Jika nilai signifikansi (Sig.) < probabilitas 0,05 dan nilai t hitung > t tabel, maka
ada pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau Ha
diterima dan H0 ditolak
b) Jika nilai signifikansi (Sig.) > probabilitas 0,05 dan nilai t hitung < t tabel, then
tidak ada pengaruh variabel independen (X) pada variabel dependen (Y) atau Ha
ditolak dan H0 diterima.
(1) Uji t antara variabel religiusitas (X1) dan kesadaran halal (Y) menunjukkan
bahwa religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadapkehalalan. Hal ini
dapat dilihat dengan membandingkan nilai t-hitung sebesar -0,643 < ttabel
1,97227 atau Sig t 0,521 > tingkat signifikan 0,05 sehingga Ha ditolak dan
H0 diterima.
(2) Uji t antara variabel gaya hidup sehat (X2) dan kesadaran halal (Y)
menunjukkan bahwagaya hidup sehat memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesadaran halal. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai
t hitung sebesar 7,160 > t tabel sebesar 1,97227 atau Sig t sebesar 0,000
<0,05 tingkat signifikan sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
(3) Uji t antara variabel logo sertifikat halal (X3) dan kesadaran halal (Y)
menunjukkan bahwa logo sertifikat halal berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran halal. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai t hitung
sebesar -3,105 (dalam hal ini – (minus/negatif) adalah mutlak dan –
digunakan untuk mengukur arah hubungan, yang negatif) > ttabel 1,97227
atau Sig t 0,02 <0,05 tingkat signifikan sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
(4) Uji t antara variabel media paparan (X4) dan kesadaran halal (Y)
menunjukkanbahwa religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran halal. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai t-hitung
sebesar -0,674 < t tabel 1,97227 atau Sig t 0,501 > tingkat signifikan 0,05
sehingga Ha ditolak dan H0 diterima.
(5) Uji t antara variables literasi halal (X5) dan kesadaran halal (Y) menunjukkan
bahwa literasi halal tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran halal.
Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai t hitung sebesar 1,304 <
t tabel 1,97227 atau Sig t 0,194 > tingkat signifikan 0,05 sehingga Ha ditolak
dan H0 diterima.
3) Hipotesis 6 (H6)
Uji F dilakukan untuk menentukan apakah variabel independen bersama-sama dapat
mempengaruhi variabel dependen. Metode pengambilan keputusan untuk tes simultan ini
adalah pertama, Fcount dibandingkan denganFtable pada tingkat signifikansi 5%. Jika
Fcount lebih besar dari Ftable, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersamaan. Kedua, jika nilai signifikansi
lebih kecil pada tingkat signifikan (sig. < ) berarti ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamaan. Signifikansi di sini
berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.
Dari hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
0,05 dan Fcount diperoleh sebesar 11.487 > Ftabel, dapat disimpulkan bahwa variabel
independen (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi
halal) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu kesadaran halal (Y) atau dengan kata lain Ha diterima dan H0 ditolak.
a) Nilai R sebesar 0,478 dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa korelasi berganda
antara variabel independen (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal,
paparan media dan literasihalal) pada variabel dependen kesadaran halal adalah
0,487.
b) R kuadrat atau koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,228 yang berarti
variasi kesadaran halal dijelaskan oleh variasi religiusitas, gaya hidup sehat, logo
sertifikat halal, media paparan dan literasi halal sebesar 22,8% atau variabel
religiusitas itas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi
halal mampu mempengaruhi kesadaran halal sebesar 22,8%.
c) Adjusted R square adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan
jumlah variabel dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur bias jika
terdapat variabel tambahan atau penambahan ukuran sampel. Adjusted R square
sebesar 0,209 berarti variasi kesadaran halal dapat dijelaskan dengan variasi
religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi halal
sebesar 20,9%.
2. Diskusi
a. Pengaruh Religiusitas terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal pada
Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis pertama menunjukkan Sig 0,521 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara religiusitas terhadap tingkat kesadaran halal produk pangan
halal pada kelompok sosiokultural masyarakat Penginyongan. Temuan ini bertentangan
dengan hasil studi Ambali dan Bakar dengan penelitian tentang produk atau makanan halal
pada bulan April dan Mei 2012 dengan sampel yang terdiri dari 210 Muslim di kota Shah Alam,
Selangor, Malaysia dimana religiusitas merupakan penentu kesadaran Muslim tentang use dan
konsumsi barang halal. Namun di sisi lain, Ishaq dan Prayoga menguatkan temuan dalam
hipotesis penelitian ini dimana religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
halal dalam penelitian terhadap 120 komunitas muslim di Kota Bogor yangbought kue selama
Juli-Desember 2016.
c. Pengaruh Logo Sertifikat Halal Terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan
Halal Pada Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis ketiga menunjukkan Sig 0,002 < 0,05 dan nilai t sebesar -3,105 (absolut) > t
tabel 1,97227 hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara logo
sertifikat halal terhadap tingkat kesadaran halal produk makanan halal pada kelompok sosial
budaya masyarakat Penginyongan namun negatif. Seperti yang Osman (2002) dalam Ambali
&; Bakar (2014) sarankan dalam penelitiannya bahwa seseorang perlu mengetahui status
makanan 'baik dengan logo atau dengan label halal atau non-halal sebelum membeli atau
mengkonsumsi produk. Peneliti menemukan efek negatif yang signifikan dimana pada poin 2
dari variabel item survei logo sertifikat halal, responden cukup banyak menyatakan
ketidaksetujuannya dalam hal memastikan sertifikasi halal sebelum memilih produk halal dan
di sisi lain menyatakan persetujuannya untuk mengkonsumsi makanan halal dengan melihat
sertifikat/logo MUI dengan tetap mempertimbangkan makanan yang masuk ke dalam tubuh
adalah halal. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa responden masih memiliki keterbatasan
dalam hal memastikan sertifikasi halal suatu produk yang mungkin dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan responden dengan mayoritas lulus SMA sebesar 58,5%.
Melalui temuan ini, peneliti melihat bahwa latar belakang pendidikan dapat menjadi
variabel yang cukup dominan untuk mengukur literasi halal dalam pembelian makanan halal.
dengan hasilpenelitian Pramintasari dan Fatmawati terhadap 100 responden di Kota Gede,
Yogyakarta pada tahun 2017 dimana diperoleh hasil yang sama, yaitu media exposure atau
paparan informasi melalui media tidak berpengaruh signifikan terhadapkesadaran halal.
Pramintasari dan Fatmawati berpendapat bahwa hal ini dapat terjadi karena minimnya
iklan dari produk terkait dan juga minimnya informasi dari penjual dan produsen mengenai
kehalalan produk sehingga responden tidak mendapatkan informasi yang lengkap terutama
dalam hal kehalalan. Sebagian besar responden merasa bahwa mereka kurang terpapar
informasi dari iklan atau penjual atau produsen produk terkait. Dari hasil penelitian ini, dapat
digunakan sebagai masukan bagiperusahaan bahwa paparan informasi diperlukan untuk
meningkatkan atau mempengaruhi tingkat kesadaran halal ketika memilih atau mengkonsumsi
produk.
Peneliti menemukan fakta bahwa komunitas sosial budaya Penginyongan tidak
mempertimbangkan informasi dari media untuk membeli produk makanan halal. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya faktor sosial, yaitu stereotip tentang produk halal yang bersumber
dari pemahaman atau kebiasaan masyarakat umum. Responden juga memiliki keterbatasan
dalam menyerap informasi baru terkait produk makanan halal yang masuk, dengan kata lain
masyarakat sosial budaya kembali membeli produk yang belum tentu halal.
e. Pengaruh Literasi Halal terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal
padaKelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis kelima menunjukkan Sig 0,194 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara literasi halal terhadap tingkat kesadaran halal produk pangan
halal dalam kelompok sosial budayamasyarakat penginyongan. Berdasarkan perhitungan
penggunaan skala dikotomis, diketahui bahwa ada responden yang salah menjawab semua 9
item tersebut (diberi skor 0) yang mengarah pada literasi halal, di sisi lain mode ers answyang
muncul adalah responden menjawab pertanyaan dengan jawaban benar sebanyak 6 item atau
ada 66,67% yang memberikan kontribusi jawaban benar terhadap 6 item pertanyaan. Peneliti
melihat latar belakang pendidikan dan lingkungan responden yang menyebabkan literasi halal
tidak signifikan terhadap kesadaran halal. Hal ini menandakan bahwa tingkat literasi halal
dalam masyarakat sosial budaya Penginyongan cukup tinggi, yang meliputi pemahaman bahwa
negara menjamin pemeluk agama untuk melakukan worship sesuai ajaran agama serta
memberikan perlindungan dan jaminan kehalalan produk yang dikonsumsi.
f. Pengaruh Religiusitas Serentak, Gaya Hidup Sehat, Logo Sertifikat Halal, Media Paparan
dan Literasi Halal terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal pada
Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Dari hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05
dan Fcount diperoleh sebesar 11.487 > Ftable, dapat disimpulkan bahwakemandirian v
ariables (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi halal)
secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu
tingkat kesadaran halal produk pangan halal di sosiokultuskelompok ral dari komunitas
16 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023
Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...
Penginyongan. Hasil ini tentu berbeda dalam cara penafsirannya jika dikaitkan dengan temuan
hasil hipotesis H1, H3 dan H4 yang tidak berpengaruh parsial terhadap kesadaran halal.
Simultaneous effect pada hipotesis keenam adalah dengan melihat pengaruh/kontribusi
bersama masing-masing variabel independen terhadap tingkat kesadaran halal produk
makanan halal pada kelompok sosiokultural masyarakat Penginyongan.
1. Penutup
b. Gaya Hidup Sehat Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal di
Bidang Sosial BudayaMasyarakat Penginyongan
e. Literasi Halal tidak berpengaruh pada Tingkat Kesadaran Halal Makanan Halal
Produk dalam Kelompok Sosial Budaya Penginyongan Community
b. Motif agama tidak hanya menentukan kesadaran konsumen terhadap produk halal,
tetapi juga alasan kesehatan terkait identitas agama, dan tingkat akulturasi dalam apa
pun yang kita konsumsi sehari-hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup
sehat berpengaruh pada kesadaran halal. Implikasinya ke depan pemerintah dan tokoh
masyarakat dapat mensosialisasikan gaya hidup sehat dengan produk makanan halal
kepada masyarakat.
c. Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat Halal MUI
ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan
produkdari instansi pemerintah yang berwenang. Penelitian ini menunjukkan bahwa
logo sertifikasi halal berpengaruh terhadap kesadaran halal. Implikasinya di masa depan
adalah konsumen akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penerapan label
halal yang telah disetujuioleh lembaga yang berwenang. sehingga mereka dapat memilih
produk makanan halal.
REFERENSI
Ahmad, N. A., Abaidah, T. N. T., & Yahya, M. H. A. (2013). Sebuah studi tentang kesadaran
makanan halal di kalangan pelanggan Muslim di Klang. Sebuah Studi tentang Kesadaran
Makanan Halal di kalangan Pelanggan Muslim di Klang, 1073-1087.
Ajzen, I. (1991). Teori perilaku terencana, perilaku organisasi dan manusia.
Proses Keputusan, 50, 199–211.
Ambali, A. R., & Bakar, A. N. (2012). Kesadaran masyarakat akan makanan dan produk halal.
Konferensi Halal Internasional, 4-5 September, 2012, Kuala Lumpur, Malaysia.
Anderson, E. W., Fornell, C., & Rust, R. T. (1997). Kepuasan pelanggan, produktivitas dan
profitabilitas: Perbedaan antara barang dan jasa. Ilmu Pemasaran, 16(2), 129145.
Ashri, Nauvaliana, Karunia H, Hans & Irwansyah. (2021). Perspektif Sosiokultural Dalam
Dunia Pendidikan: Studi Kasus Pada Proses Pembelajaran “Second Language” Dan
Pembentukan Motivasi Diri Mahasiswa Pendatang. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 6, No. 2, Februari 2021
Bashir, Abdalla Mohamed. Kesadaran membeli makanan halal di kalangan konsumen non-Muslim
Sebuah studi eksploratif dengan mengacu pada Cape Town Afrika Selatan. Jurnal
Pemasaran Islam
Bonne, K., Vermeir, I., Bergeaud-Blackler, F., & Verbeke, W. (2007). Penentu konsumsi daging
halal di Prancis. Jurnal Makanan Inggris, 109(5), 367-386.
Bonne, K., & Verbeken, W. (2008). Nilai-nilai agama yang menginformasikan produksi daging
halal dan kontrol serta pengiriman kualitas kepercayaan halal. Pertanian dan Nilai
Kemanusiaan, 25, 35– 47
Brown, Douglas, H. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Copyright: Pearson
Education, Inc.
Golnaz, R., *Zainalabidin, M., Mad Nasir, S. dan Eddie Chiew, F.C Kesadaran non-Muslim tentang
prinsip-prinsip Halal dan produk makanan terkait di Malaysia. Jurnal Penelitian Pangan
Internasional 17: 667-674 (2010)
Hadiati, C. (2014). Rmendefinisikan cablaka "cara bicara Banyumasan": Apakah ini benar-benar
penjelasan? Teori dan Praktik dalam Studi Bahasa, Vol. 4, No. 10, 2082-2089.
Hussaini, M. M. (2004). Daftar Halal Haram. Mengapa mereka tidak bekerja? Diakses tanggal
March 28, 2012 from http://www.soundvision.com/info/halalhealthy/halal.list.asp.
Johnstone. R. L. (1975). Agama dan masyarakat dalaminte raction: Sosiologi agama. Tebing Englewood,
N.J.: Prentice-Hall.
LPPOM. (2019b). sertifikasi Halal.
Majalah Media Keuangan VOLUME XIV/NO. 166/APRIL/2/ 2021
Pambudi, B. G. (2018). Pengaruh Kesadaran Halal Dan Sertifikasi Halal Terhadap Minat Beli
Produk Mie Instan (Studi pada Pemuda Muslim Bandar lampung). Universitas Lampung
Bandarlampung.
Patnoad, MS (2001). Pendidikan keamanan pangan di Inggris: Laporan dari program pertukaran
cuti panjang NEHA / CIEH. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 63(10), 21-26.
Pratama, Dinar Bagja dan Hartati, Neneng. Pengaruh Literasi Halal Dan Religiositas
Terhadap Konsumsi Produk Halal Pada Mahasiswa Mks Uin Sunan Gunung Djati
Bandung. Finansha Journal of Sharia Financial Management Volume 1, Nomor 2 (2020),
Halaman 1-12
Priyadi, S. (2007). Cablaka sebagai inti model karakter manusia Banyumas. Diksi, 11-18
Ramadhan, Herdiansyah Rizky dan Masykur, Achmad Mujab. MEMBACA CABLAKA (Sebuah
Studi Fenomenologis pada Budaya Penginyongan). Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume
7 (Nomor 3), Halaman 90-99
Salehudin, Imam . Literasi Halal: Sebuah Konsep Eksplorasi dan Validasi Pengukuran Asean
Jurnal Pemasaran Juni 2010 - Vol.II - No. 1
Setyaningsih, Eka Dyah dan Marwansyah, Sofyan. Pengaruh Sertifikasi Halal dan Kesadaran Halal
melalui Minat Keputusan Membeli Produk Makanan Halal. SYI'AR IQTISHADI Jurnal
Ekonomi Islam, Keuangan dan Perbankan
Rezai, G., Mohamed, Z., & Shamsudin, M. N. (2012). Penilaian kepercayaan konsumen terhadap
makanan berlabel halaldi Malaysia, Pertanika Journal of Social Sciences &; Humanities, 20(1), 33-
42.
Ridwan, Nurma Ali. 2007. “Landasan Keilmuan Kearifan Lokal”. Jurnal Studi Islam dan Budaya
Ibda’ Vol.5/No.1/ Januari-Juni 2007. Purwokerto: P3M STAIN Purwokerto
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (1997). Perilaku konsumen. Sungai Saddle Atas, NJ:
Balai Prentice.
Simons, AJ (1992). Teori hak lockean. Princeton, NJ: Princeton University Press.
Percikan, P., & Gembala, R. (1992). Identitas diri dan teori perilaku terencana: Menilai peran
identifikasi dengan "konsumerisme hijau". Triwulanan Psikologi Sosial, 55(4), 388–399.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,. Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Verbeke, W., & Vackier, I. (2004). Profil dan efek keterlibatan konsumen dalam daging segar.
Ilmu Daging, 67(1), 159–168.
https://www.salaamgateway.com/