Anda di halaman 1dari 20

p - ISSN: 2714 - 5565 | - ISSN: 2714 - 7797

Pencanak 5 , Nomor 1 , dan


Januari - Juni 202 3
urian
Halaman1 - 20
DUA: 10.24090 /mabsya.v 5i1,801 2

Kesadaran Halal dan Indeks Literasi Halal Masyarakat: A


Kajian Penentu dalam Konteks Sosial Budaya Penginyongan

Safrina Muarrifah1*; Ida Puspitarini W2 1,2


UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, Indonesia
*Email korespondensi: safrinamuarrifah@uinsaizu.ac.id
Sejarah Naskah: Abstrak
Diterima: 08-02-2023 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas secara
Diterima: 01-04-2023 parsial dan simultan, kesadaran gaya hidup sehat, logo sertifikat halal,
Diterbitkan: 09-04-2023 media paparan dan literasi halal terhadap tingkat kesadaran halal
produk pangan halal pada kelompok sosial budaya
masyarakatPenginyongan. Penelitian ini menggunakan 200 responden
dengan metode non-probabilitas melalui purposive sampling. Dimana
responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik khusus yaitu
menggunakan bahasa Penginyongan secara aktif dalam kehidupan
sehari-hari. Data melalui kuesioner dalam penelitian ini diolah
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa religiusitas, paparan media dan literasi halal tidak
berpengaruh parsial terhadap tingkat kesadaran halal produk makanan
halal pada kelompok sosialbudaya masyarakat Penginyongan. Hanya
ada 2 variabel yang memiliki pengaruh parsial yang signifikan, yaitu
gaya hidup sehat dan logo sertifikat halal. Pengujian simultan
menghasilkan kesimpulan bahwa semua variabel independen
simultaneously memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen, yaitu kesadaran halal. Pada kelompok sosial budaya
masyarakat Penginyongan juga ditemukan masih menggunakan
perspektif/persepsi sosial tentang kehalalan suatu produk, tidak
melihatkarakteristik spe cial halal yang tertera pada label/kemasan
produk pangan.
Kata kunci: Religiusitas; kesadaran akan gaya hidup sehat; logo
sertifikat halal; komunitas sosial budaya pengiyongan

PERKENALAN
Dalam State of the Global Islamic Economy Index 2020/2021, Indonesia tercatat di posisi ke-
4 sebagai produsen produk halal dunia dengan 91,2 poin. Indonesia terpaut tidak jauh dari negara
lain, yakni Malaysia (290,2), Arab Saudi (155,1), dan Uni Emirat Arab (133). Berdasarkan Laporan
Kondisi Ekonomi Islam Global 2020/2021, menyajikan data bahwa Indonesia terus berkembang
dalam memiliki ekosistem yang kuat untuk memungkinkan partisipasi dalam peluang pasar
ekonomi syariah global yang bernilai multi-triliun. Dr. H. Sapta Nirwandar selaku Ketua Indonesia
Halal Lifestyle Center menyatakan bahwa kemajuan ini bertumpu pada ekonomi syariah global di
Safrina Muarrifah dkk

berbagai sektor seperti keuangan, Makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, fashion, tourism dan
tentunya media rekreasi. Di tengah-tengah

Hak Cipta © 2023 Penulis


Ini adalah artikel akses terbuka
Di bawah Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
Dari pandemi tentu ada sektor-sektor yang semakin menambah tantangan, seperti sektorpariwisata,
ada yang relatif sedikit terdampak, seperti sektor pangan bahkan cenderung stabil. Demikian juga
sektor teknologi dan farmasi telah meningkat cukup pesat. Dalam laporan ini, diproyeksikan bahwa
sebagianbesar sektor ekonomi syariah akan mulai tumbuh lagi pada akhir tahun 2021 dan bahkan
lebih awal. Oleh karena itu, Indonesia memiliki peluang besar untuk mempercepat produk dan
layanan halal, tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga memiliki peluang untuk dapat
melakukan ekspor.
Halal dalam bahasa Arab berarti "diperbolehkan", pada dasarnya halal adalah cara hidup dan
tidak semata-mata terbatas pada jenis makanan yang boleh dikonsumsi seorang Muslim, meskipun
makanan merupakan komponen penting yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang
bermakna. Intinya adalah bahwa makananhalal tidak hanya tentang bentuk makanan itu sendiri
tetapi juga mencakup bagaimana menyiapkannya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal menegaskan bahwa konsep halal mencakup keamanan
pangan, kebersihan danintegritas. Pertimbangan tempat dan proses penyembelihan hewan dan yang
terpenting, kondisi hewan tersebut tidak akan membahayakan kesehatan menjadi fokus utama dari
apa yang Halal. Sebagai seorang Muslim, adalah wajib untuk makan halal dan thoyib makanan,
seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an Surah An-Nahl (16) ayat 114 yang berarti:
"Maka makanlah apa yang halal dan baik dari rezeki yang telah Allah berikan kepadamu; dan
bersyukurlah atas nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah Dia."
Prinsip halal bukan hanya kewajiban atau ketaatan agama, tetapi dianggap sebagai standar
pilihan bagi umat Islam maupun non-Muslim di seluruh dunia. Secara empiris, ditemukan bahwa
masyarakat non-Muslim sudah mulai menaruh perhatian besar terhadap konsep halal, padahal
konsep halal belum menjadi unsur utama di kalangan konsumen non-Muslim di negara-negara
Islam. Golnaz, R et. al 2010 melakukan survei di Lembah Klang dengan 400 responden non-
Muslim yang diwawancarai melalui kuesioner terstruktur untuk mengumpulkan informasi tentang
kesadaran dan sikap mereka terhadap produk makanan halal di pasar makanan Malaysia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsumen non-Muslim menyadari adanya makanan halal, prinsip
halal dankeuntungan iklan penyembelihan hewan halal. Ini dapat dibuktikan dengan kesadaran
mereka yang signifikan.
Kesadaran halal merupakan kunci awal bagi sebuah kelompok masyarakat untuk menyadari
pentingnya industri halal, sehingga analisis tingkat kesadaran halal penting untuk dilakukan.
Pramintasari dan Fatmawati (2017) melakukan penelitian sampel terhadap 100 responden dengan
kesimpulan bahwa keyakinan agama berpengaruh signifikan terhadap kesadaran halal, peran
sertifikasi halal berpengaruh signifikan terhadap kesadaran halal. Setyaningsih dan Marwansyah
(2019) melakukan penelitian dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa sertifikasi halal dan
2 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023
Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

kesadaran halal berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen. Berbagai penelitian telah
dikembangkan untuk menganalisis variabel atau faktor yang mempengaruhi kesadaran halal.
Penelitian tentang kesadaran Halal untuk membeli makanan di kalangan konsumen non-Muslim
juga dilakukan oleh Bashir (2019) dalam studi eksplorasi dengan referensi di Cape Town, Afrika
Selatan. Studi ini menemukan bahwa konsumen non-Muslim di Cape Town memilikikesadaran
tentang makanan halal, termasuk manfaatnya dan proses produksi yang terlibat dalam
memproduksinya. Studi ini juga menyimpulkan bahwa halal bukan hanya nama komersial yang
digunakan sebagai merek dagang di pasar global. Namun, halal memiliki beberapa
dimensi;terutama, bagi konsumen non-Muslim, itu adalah tanda kesehatan dan kebersihan. Dengan
memperhatikan aspek psikologis, halal dianggap sebagai tanda kepercayaan, kenyamanan dan
keamanan. Hal ini membuat konsumen merasa tenang ketika mengonsumsi produk makanan yang
berlabel halal.
Menurut Kotler & Keller (2016) beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
adalah faktor budaya (culture), sub-kultur (sub-culture), kelas sosial (social class) dan faktor sosial
(social factor). ) kelompok referensi kecil (kelompok referensi kecil), keluarga (keluarga), peran &;
status (peran &; status). Perspektif sosiokultural secara empiris banyak berkontribusi dalam
membentuk tingkat kesadaran suatu kelompok masyarakat terhadap suatu konsep, termasuk dalam
hal ini kesadaran halal yang saat ini mulai berkembang tidak hanya terbatas pada kelompok
masyarakat muslim. Kelompok sosial budaya orang Penginyongan di Jawa Tengah bagian barat
yang meliputi eks Karesidenan Banyumas, yaitu Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, dan
Purbalingga. Selainbekas Karesidenan Banyumas, kelompok masyarakat Penginyongan ini juga
muncul di daerah lain yang memiliki budaya yang sama, seperti daerah Brebes, Tegal, Pemalang,
Wonosobo, dan Pekalongan. Ramadhan dan Masykur (2018). Peneliti menganggap penggunaan
istilah Penginyongan lebih tepat untuk menggambarkan sub-budaya yang ada di bagian barat Jawa
Tengah. Hal ini dinilai lebih mewakili masyarakat yang berasal dari daerah sehingga dapat
memberikan perspektif yang berbeda mengenaigambaran tingkat kesadaran halal di sana secara
universal di luar konteks masyarakat dalam hal agama.
Hadiati (2014) dalam penelitian berjudul Redefining Cablaka "Banyumasan Way of Speaking"
menyatakan dengan jelas bahwa salah satu perbedaan budaya Penginyongandengan budaya Jawa
lainnya terletak pada cara berbicara dan berbicara bahasa orang Penginyongan itu sendiri.
Dijelaskan juga bahwa semua karakter yang hidup dalam masyarakat Penginyongan dapat dilihat
dari cara mereka berada dipuncak dan bahasa yang mereka gunakan. Ciri lain dari orang
Penginyongan adalah mereka cenderung menjadi apa adanya. Masyarakat Penginyongan memiliki
karakteristik yang apa adanya, terus terang, apa yang seharusnya, tanpa basa-basi lagi, ini mengacu
pada forthright yang sering disebut sebagai sifat cablaka. Menurut Priyadi (2007) cablaka adalah
karakter yang disampaikan secara spontan oleh kelompok manusia Penginyongan terhadap
fenomena yang ada di depan mata mereka, tanpa ditutup-tutupi.
Karakteristik sosiokultural penginyongan diatas semakin menambah urgensi penelitian ini,
dimana masyarakat cablaka penginyongan merupakan faktor untuk penelitian lebih lanjut mengenai
sisi kesadaran halal. Di sisi lain, tingkat kesadaran kehalalan sangatditentukan dari tingkat literasi

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 3


Safrina Muarrifah dkk

masyarakat saat ini, sehingga sangat penting untuk melakukan analisis untuk menyusun indeks
literasi halal. Pratama dan Hartati (2020) melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa
secara parsial dan simultan halal literasi dan religiusitas berpengaruh signifikan terhadap konsumsi
produk halal bagi mahasiswa MKS UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Literasi halal telah terbukti
memiliki peran signifikan dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan terhadap hukum Islam,
khususnya perintah halal (Salehudin, 2013). Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian
tentang tingkat kesadaran halal dan indeks literasi halal dalam perspektif sosiokultural masyarakat
Penginyongan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tingkat kesadaran konsumen terhadap produk halal
dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kelompok sosial budaya masyarakat Penginyongan,
peneliti fokus melakukan penelitian terkait analisis tingkat kesadaran halal pada kelompok sosial
budaya masyarakat Penginyongandari berbagai perspektif faktor determinan berupa religiusitas
(keyakinan agama), kesadaran akan gaya hidup sehat (health consciousness), logo sertifikasi halal
(sertifikasi halal), paparan media, dan literasi halal (halal knowledge), dimana penelitian ini
mengambil judul "Kesadaran Halal dan Indeks Literasi Halal Masyarakat: Studi Penentu dalam
Konteks Sosial Budaya Penginyongan.".

TINJAUAN PUSTAKA

1. Studi Sebelumnya (Tinjauan Literatur)


Ambali dan Bakar melakukan penelitian tentang produk atau makanan halal pada bulan April
dan Mei 2012 dengan sampel 210 Muslim di kota Shah Alam, Selangor, Malaysia. Usia 18 tahun
dipilih dengan metode convenience sampling. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peran penting
kesadaran tentang produk halal dalam kehidupan umat Islam dan kewajiban mereka untuk
mematuhi syariah, merupakan penentu kesadaran halal. Dengan menggunakan "Partial Least
Square-SEM," hasilpenelitian menyatakan bahwa keyakinan agama, paparan media terhadap barang
halal, logo halal, merupakan penentu kesadaran Muslim tentang penggunaan dan konsumsi barang
halal.
Aziz dan Chok (2013) melakukan penelitian berjudul The Role of Halal awareness, Halal
Sertifikasi, dan Komponen Pemasaran dalam Menentukan Niat Beli Halal di Kalangan Non-
Muslim di Malaysia: Pendekatan Pemodelan Persamaan Struktural, menyimpulkan bahwa
kesadaran halal, sertifikasi halal, pemasaran promosi, dan merek secara positif sangatgembira untuk
niat membeli, sementara kualitas makanan terkait negatif.

2. Teori yang Relevan


a. Teori Perilaku Terencana (TPB) sebagai Rumusan Kesadaran Halal
Penelitian ini menggunakan teori perilaku terencana (TPB; Ajzen, 1991) sebagai teori yang
mendasari untuk mendukung hubungan antara kesadaran halal dan faktor penentu berupa
religiusitas (keyakinan agama), kesadaran akan gaya hidup sehat (health consciousness), logo
sertifikat halal (sertifikasi halal), media exposure, dan literasi halaly (pengetahuan halal). TPB
4 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023
Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

telah diakui secara luas dan diterapkan dalam studi terkait makanan (Sparks &; Shepherd, 1992;
Verbeke &; Vackier, 2004) dan studi makanan halal (Bonne & Verbekem, 2008). Menurut
TPB, ada tiga komponen utama yang mempengaruhi humdan sikap untuk berperilaku.
Komponennya adalah sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. TPB memberikan
pedoman untuk memprediksi perilaku sosial manusia. Komponen TPB yang paling relevan
adalah sikap terhadap perilaku. Selanjutnya, sikap terhadap perilaku , yang berasal dari
kepercayaan pada perilaku kolektif masyarakat Penginyongan seperti keyakinan bahwa produk
tersebut halal dapat menyebabkan sikap yang menguntungkan seperti memiliki kesadaran halal
yang mengarah pada niat untuk membeli produk makanan halal. Norma subyektif adalah,
fungsi lain dari keyakinan, dianggap sebagai tekanan sosial untuk terlibat atau tidak terlibat
dalam perilaku tertentu.

b. Religiusitas
Agama adalah sistem kepercayaan dan praktik di mana sekelompok orang menafsirkan
dan mendukungapa yang mereka rasakan supranatural dan sakral (Johnstone, 1975). Sebagian
besar agama mengatur atau melarang perilaku tertentu termasuk konsumsi. Schiffman dan
Kanuk (1997) menegaskan bahwa anggota kelompok agama berbeda dalam keputusan mereka
untuk makan, minum atau produk yangdipengaruhi oleh identitas agama, orientasi,
pengetahuan dan keyakinan mereka.

c. Gaya Hidup Sehat


Motif agama tidak hanya menentukan kesadaran konsumen terhadap produk halal, tetapi
juga alasan kesehatan terkait identitas agama, dan tingkatkulturasi ac dalam apa pun yang kita
konsumsi sehari-hari (Bonne et al, 2007). Beras (1993) dalam Ambali &; Bakar (2014)
menegaskan bahwa banyak penyakit disebabkan oleh gizi buruk dan kondisi tidak sehat dari
apa yang dikonsumsi setiap hari.

d. Logo Sertifikat Halal


Penerapan sertifikasi dan pelabelan halal merupakan sarana yang efektif untuk
memudahkan konsumen dalam menentukan jenis makanan halal. Menurut LPPOM, 2019b
Sertifikat Halal MUI merupakan fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan
kehalalan suatu product sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat
untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi
pemerintah yang berwenang. Produk yang telah terbukti lulus uji halal oleh MUI telah melalui
serangkaian proses dan uji yang terbukti tidak najis dan diperbolehkan untuk dikonsumsi. Bagi
perusahaan yang ingin memperoleh sertifikat halal LPPOM MUI, baik industri pengolahan
(makanan, obat-obatan, kosmetik), Slaugh terhouse (RPH), maupun restoran/katering/dapur,
harus mendaftar sertifikasi halal dan memenuhi persyaratan sertifikasi halal.

e. Media Pemaparan

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 5


Safrina Muarrifah dkk

Perkembangan teknologi komunikasi telah memperluas interaksi manusia. Sebagian besar


remaja menggunakan aplikasi dan banyak jenis media sosial untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan publik. Media sosial juga telah digunakan untuk memilih dan membeli
makanan.
Menurut Anderson et al (1994), konsumen akan bergantung pada penjual dalam melakukan
pembelian dan menaruh kepercayaannya pada sumber informasi dan keterangan yang
diterima. Di Indonesia, iklan produk dan layanan ditemukan di majalah, surat kabar, radio,
televisi, internet, dll Konsumen juga menerima informasi produk dari teman, keluarga, penjual
dan orang asing. Peter &; Olshon (2014) menyatakan bahwa paparan informasi adalah proses
konsumen terpapar informasi di lingkungannya seperti strategies pemasaran, terutama melalui
perilaku mereka sendiri. Penting bagi konsumen untuk mendapatkan paparan informasi untuk
proses interpretasi. Oleh karena itu, paparan informasi dapat berfungsi sebagai sumber
kesadaran tentang halal terkait dengan apa yang dikonsumsi umat Islam.

f. Halal Literasi Masyarakat


Tingkat kesadaran halal sangat ditentukan dari tingkat literasi masyarakat yang ada saat
ini, sehingga sangat penting untuk melakukan analisis dalam rangka menyusun indeks literasi
halal. Pratama dan Hartati (2020) melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa
literasi dan religiusitas halal secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap
konsumsi produk halal bagi mahasiswa MKS UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Literasi
halal telah terbukti memiliki peran signifikan dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan
terhadap hukum Islam, khususnya perintah halal (Salehudin, 2013). Oleh karena itu, penting
untuk dilakukan penelitian tentang tingkat kesadaran halal dan indeks literasi halal di bidang
sosial budayamasyarakat Penginyongan.

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2013) bahwa pendekatan kuantitatif adalah penelitian berdasarkan filosofi positivisme untuk
menelitie suatu populasi atau sampel tertentu dan mengambil sampel acak dengan pengumpulan
data menggunakan instrumen, analisis data bersifat statistik.

2. Populasi dan Sampel Populasi


Dalam penelitian ini populasi dan sampel populasi menggunakan purposive sampling
dengankriteria sebagai berikut:

a. Lahir dan/atau tinggal sekurang-kurangnya 18 tahun di wilayah kelompok sosial budaya


Penginyongan:
1) Banyumas
2) Cilacap
6 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023
Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

3) Banjarnegara
4) Kebumen
5) Purbalingga
6) Brebes
7) Tegal
8) Malang
9) Wonosobo
10) Pekalongan
b. Memiliki kematangan berpikir (sehat jasmani dan rohani) dalam memahami produk
makanan halal
c. Memiliki keterampilan dalam menggunakan teknologi dalam kaitannya dengan menjawab
pertanyaan melalui kuesioner online atau manual
d. Responden menggunakan bahasa Penginyongan secara aktif dalam kehidupan sehari-hari
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan Roscoe (1975) yang dikutip oleh
Sekaran (2016) yang memberikan acuan dalam mengambil jumlah sampel, yaitu: 1. Ukuran sampel
lebih dari 30 dan kurang dari 500 sesuai untuk sebagian besar penelitian 2. Dalam penelitian
multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel harus 10 kali atau lebih dari jumlah
variabel dalam penelitian. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 200
responden karena sampel lebih dari 30 dan less lebih dari 500. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah teknik non-probability sampling dengan purposive sampling. Sugiyono
(2016:120) menjelaskan bahwa non-propability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan kesempatan atau kesempatan yang samabagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih sebagai sampel.

3. Pengumpulan dan Jenis Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data yang
diperoleh langsung kepada pengumpul data, (Sugiyono, 2013). Mengumpulkan data melalui angket,
kuesioner yang digunakan adalah angket dengan skala Likert lima poin untuk menguji hipotesis 1-
4, sedangkan hipotesis 5 menggunakan skala dikotomi (False True Index) untuk memperoleh data
dari masing-masing konstruk dalam model penelitian. Berdasarkan penelitiansebelumnya tentang
kesadaran konsumen dan persepsi konsumen terhadap merek, label, logo, produk, ilmu
pengetahuan dan teknologi halal (Leclerc, Schmitt, & Dubé, 1994; Mariam, 2006; Mazis &
Raymond, 1997), kuesioner disesuaikan dengan informasi perguruan tinggi.

4. Pengujian Kualitas Instrumen


Kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas konstruk digunakan untuk menguji
seberapa baik instrumen yang dikembangkan mengukur konstruk tertentu (Sekaran &; Bougie,
2010), sedangkan reliabilitas digunakan untuk menguji seberapa konsisten instrumen ukur
mengukur konstruk. Ukuran validitas dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis: konstruk, konvergen

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 7


Safrina Muarrifah dkk

dan diskriminan; Mereka digunakan untuk memeriksa seberapa baik kuesioner yang digunakan
dapat memanfaatkan konstruksi seperti yang diteorikan dalam model.
Perlu diketahui bahwa jenis skala yang digunakan untuk diujicobakan pada responden dibagi
menjadi 2, yaitu:
a. Likert skala 1-5 (untuk menguji variabel independen item kesadaran halal, religiusitas,
kesadaran gaya hidup,sertifikasi halal icate, dan paparan media dan variabel dependen
adalah kesadaran halal).
b. Skala dikotomi (untuk menguji variabel independen literasi halal, di mana jawaban yang
benar akan diberikan skor 1, dan jawaban yang salah akan diberikan skor 0).
Untuk menguji validitas dan reliabilitas perhitungan yang dilakukan dengan bantuan program
IBM SPSS 20, dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tida Sisik Validitas Kriteria Pengujian
k.
1. Bandingkan nilai r
Jumlah produk > r tabel = valid
1 Momen Likert
Pearson 2. Bandingkan Nilai Sig. (2
ekor) > 0,05 = valid

Ujung Bandingkan nilai r


2
Dikotomi Biserial hitung > r tabel = valid

Tidak. Sisik Keandalan Kriteria Pengujian


Bandingkan Alpha ≥ Cronbach
Alpha
1 Likert 0,60 = dapat diandalkan (Hair et al.,
Cronbach
2010).
Dikotomis Laki-laki Bandingkan nilai r hitung > r tabel
2
dan Richardson 20 = handal

5. Tes Asumsi Klasik


Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam analisis regresi berganda, peneliti menguji asumsi
klasik sehingga hasil yang diperoleh adalah persamaan regresi yang konsisten, memiliki sifat yang
tidak bias dan memiliki ketepatan waktu. Uji asumsi klasikdilakukan dengan 5 tes sebagai berikut:

a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel perancu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsikan bahwa nilai residu mengikuti distribusi normal. Deteksi normalitas
8 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023
Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

secara statistik adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria Asymp.
Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka datanya dikatakan normal.

b. Model Uji Linearitas


Ghozali (2016:159) menyatakan bahwa uji linearitas digunakan untuk melihat apakah
spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau belum. Uji linearitas dalam penelitian ini
menggunakan metode Lagrange Multiple (LM-Test) dengan melihat X2 count lebih kecil dari
nilai tabel X2, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi adalah linier.

c. Tes Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel
independen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidakmemiliki korelasi
antara variabel independen. Jika variabel independen berkorelasi satu sama lain, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasinya antar variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013: 105). Multikolinearitas
diuji menggunakan (1) nilai toleransi dan kebalikannya (2) faktor inflasi varians (VIF). Nilai
yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai toleransi
0,10osama dengan nilai VIF 10.

d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat pertidaksamaan varians residual
dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Heteroskedastisitas menguji terjadinya
ketidaksetaraan varians residual dari satu periode pengamatan ke periode pengamatan lainnya.
Model regresi yang baik adalah Homoscedasticity atau tidak terjadi Heteroscedasticity
(Ghozali, 2013:139). Uji heteroskedastisitas ini menggunakan metode uji glejser.

e. Uji Autokorelasi
Autokorelasi test adalah uji dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan nilai
variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya maupun nilai periode setelahnya.
Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana pada model regresi terdapat korelasi antara residu
pada periode tertentu t dengan residu pada periode sebelumnya (t-1), model regresi yang baik
adalah model yang pada saat itu tidak terdapat masalah autokorelasi yang dinyatakan oleh Duwi
Priyatno (2012:172). Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Metode dan Hasil Pengambilan Sampel

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 9


Safrina Muarrifah dkk

Penentuan sampel dilakukan dengan metode non-probability purposive sampling, yaitu


sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik sampel dengankriteria predeterm ined.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 200 responden untuk memenuhi
kebutuhan data primer dalam penelitian ini.
b. Ikhtisar
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh keyakinan agama secara parsial dan
simultan, kesadaran hidup sehat,logo sertifikat halal, dan literasi halal terhadap kesadaran halal
produk pangan halal pada kelompok sosial budaya masyarakat Penginyongan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan kriteria responden tertentu. Peneliti
tidak menggunakan penyebaran kuesioner melalui online tetapi langsung
didistribusikan/didistribusikan kepada responden. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa pengukuran aspek sosial budaya masyarakat Penginyongan dilihat dari syarat utama,
yaitu menggunakan bahasa Penginyongandalam kehidupan sehari-hari.

c. Hasil Analisis Data


1) Hasil Analisis Data Kuantitatif Pengujian Kualitas Instrumen
a) Uji validitas
Metode yang digunakan untuk menguji validitas dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu:

(1) Skala Likert 1-5 menggunakan metode Product Moment Pearson


Correlation (untuk menguji variabel independen halal awareness (Y),
religiusitas (X1), lifestyle awareness (X2), halal
(2) Skala dikotomi menggunakan metode Point Biserial Correlation (untuk
menguji variabel independen literasi halal (X5), dimana jawaban yang benar
akan diberikan skor 1, dan jawaban yang salah akan diberikan skor 0). Pada
uji validitas ini, metode yang digunakan adalah point biserial karena skala
dikotomi dikategorikan a s a skala pengujian untuk data yang diberi skor 1
jika benar dan 0 jika salah. Dalam pengujian ini kriteria validitas diperoleh
dengan membandingkan nilai r count > r tabel pada output.
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat yang digunakan untuk mengukurkembali konsistensi
kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau konstruk. Kuesioner
dikatakan dapat diandalkan atau dapat diandalkan jika jawaban seseorang atas suatu
pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Berdasarkan
uji reliabilitas di atas, dapat diketahui bahwa nilai Alpha Cronbach pada setiap
variabel lebih besar dari 0,60, sehingga dapat dinyatakan bahwa semua variabel yang
digunakan dalam penelitian memenuhi persyaratan reliabilitas.

2) Hasil Analisis Data Kuantitatif Tes Asumsi Klasikt


a) Tes normalitas

10 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023


Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

Deteksi normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov


dengan kriteria Asimpp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka datanya dikatakan
normal. Setelah dianalisis menggunakan IBM SPSS 20, diperoleh hasil Asymp. Sig (2-
tailed) adalah 0,843 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data
berdistribusi normal.

b) Uji Linearitas Model


Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan metode Lagrange Multiple (LM-
Test) dengan melihat bahwa X2 count lebih kecil dari nilai tabel X2, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi adalah linier. Berdasarkan output di atas, koefisien
determinasi (R2) persamaan regresi adalah 0,003 sehingga X2 adalah 200 x 0,003 =
0,6 sedangkan nilai tabel X2 df dF adalah 0,05, 200 adalah 233,994.
Kesimpulan: Karena X2 hitung 0,6 < nilai X2 tabel 233,994, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi linier.

c) Tes Multikolinearitas
Multikolinearitas diuji menggunakan (1) nilai toleransi dan kebalikannya (2)
faktor inflasi varians (VIF). Nilai yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai toleransi 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.
Nilai VIF dari semua variabel berturut-turut adalah 1,162, 1,153, 1,083, 1,022
yang lebih kecil dari 10 dan semua nilai toleransi juga lebih besar dari 0,10, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas.

d) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas inimenggunakan metode glejser dengan membandingkan
nilai sig. > 0,05. Semua sig.value> 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
heteroskedastisitas. Dari kesimpulan tersebut, model regresi dinyatakan valid sebagai
alat uji karena bebas dari heteroscedasticity.

e) Uji Autokorelasi
Metode pengujian menggunakan Durbin-Watson (DW-test). maka dapat dilihat
bahwa N=200, k= 4, dL=1,728 (tabel) dU=1,800 (tabel) 4-dU= 4,000-1,800=2,200
4dL=2,272. Nilai Durbin Watson adalah antara dU dan 4-dU, jadi tidak ada
autokorelasi.

d. Pengujian Hipotesis
1) Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam
penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terkait sertifikasi halal, kesadaran
halal dan komposisi pangan terhadap minat beli. Analisis regresi berganda dipilih untuk

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 11


Safrina Muarrifah dkk

dianalisis dalam penelitian ini. Berikut ini adalah hasil analisis regresi linier berganda yang
dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS 20.
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa persamaan regresi berganda adalah
sebagai berikut:
Ŷ = 21,237-0,085X + 1,003X2 -0,51X3-1,53X4+ 0,123X5
Informasi:
Ŷ: Prediksi minat beli (Y)
21.237 : Konstanta 21.237 berarti bahwa jika setiap variabel independen (X1, X2, X3, X4,
X5) dianggap nol, maka prediksi Y adalah 21.237.
-0,085X1 : besarnya koefisien variabel religiusitas (X1) yang berarti bahwa untuk setiap
kenaikan 1% religiusitas variable (X1), maka kesadaran halal (Y) menurun sebesar -0,085
dengan asumsi variabel lain (gaya hidup sehat, logo sertifikasi halal, paparan media dan
literasi halal) konstan
1,003X2 : besarnya koefisien variabel gaya hidup sehat (X2) yang berarti bahwa untuk
setiap kenaikan 1% variabel gaya hidup sehat (X2), maka kesadaran halal (Y) meningkat
sebesar 1,003 dengan asumsi variabel lain (religiusitas, logo sertifikasi hala, paparan media
dan literasi halal) konstan
-0,51X3 : koefisien t variabel logo sertifikat halal (X3)yang berarti setiap kenaikan 1%
variabel logo sertifikat halal (X3), maka kesadaran halal (Y) menurun sebesar -0,51 dengan
asumsi variabel lain (religiusitas, gaya hidup sehat, media) paparan dan kehalalan literacy)
konstan
-1,53X4 : koefisien variabel media paparan (X4) yang berarti bahwa untuk setiap kenaikan
1% pada variabel media paparan (X4), kesadaran halal (Y) menurun sebesar -1,53 dengan
asumsi variabel lain (religiusitas, gaya hidup sehat,logo sertifikat hal al dan literasi halal)
konstan.
0,123X5 : koefisien variabel literasi halal (X5) yang berarti bahwa untuk setiap kenaikan
1% pada variabel literasi halal (X5), maka kesadaran halal (Y) meningkat sebesar 0,123
dengan asumsi variabel lains (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal dan media).
paparan) konstan.

2) Hipotesis 1-5 (H1-H5)


Kriteria uji-t (parsial) adalah:

a) Jika nilai signifikansi (Sig.) < probabilitas 0,05 dan nilai t hitung > t tabel, maka
ada pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau Ha
diterima dan H0 ditolak

12 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023


Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

b) Jika nilai signifikansi (Sig.) > probabilitas 0,05 dan nilai t hitung < t tabel, then
tidak ada pengaruh variabel independen (X) pada variabel dependen (Y) atau Ha
ditolak dan H0 diterima.
(1) Uji t antara variabel religiusitas (X1) dan kesadaran halal (Y) menunjukkan
bahwa religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadapkehalalan. Hal ini
dapat dilihat dengan membandingkan nilai t-hitung sebesar -0,643 < ttabel
1,97227 atau Sig t 0,521 > tingkat signifikan 0,05 sehingga Ha ditolak dan
H0 diterima.
(2) Uji t antara variabel gaya hidup sehat (X2) dan kesadaran halal (Y)
menunjukkan bahwagaya hidup sehat memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesadaran halal. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai
t hitung sebesar 7,160 > t tabel sebesar 1,97227 atau Sig t sebesar 0,000
<0,05 tingkat signifikan sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
(3) Uji t antara variabel logo sertifikat halal (X3) dan kesadaran halal (Y)
menunjukkan bahwa logo sertifikat halal berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran halal. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai t hitung
sebesar -3,105 (dalam hal ini – (minus/negatif) adalah mutlak dan –
digunakan untuk mengukur arah hubungan, yang negatif) > ttabel 1,97227
atau Sig t 0,02 <0,05 tingkat signifikan sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
(4) Uji t antara variabel media paparan (X4) dan kesadaran halal (Y)
menunjukkanbahwa religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran halal. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai t-hitung
sebesar -0,674 < t tabel 1,97227 atau Sig t 0,501 > tingkat signifikan 0,05
sehingga Ha ditolak dan H0 diterima.
(5) Uji t antara variables literasi halal (X5) dan kesadaran halal (Y) menunjukkan
bahwa literasi halal tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran halal.
Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai t hitung sebesar 1,304 <
t tabel 1,97227 atau Sig t 0,194 > tingkat signifikan 0,05 sehingga Ha ditolak
dan H0 diterima.
3) Hipotesis 6 (H6)
Uji F dilakukan untuk menentukan apakah variabel independen bersama-sama dapat
mempengaruhi variabel dependen. Metode pengambilan keputusan untuk tes simultan ini
adalah pertama, Fcount dibandingkan denganFtable pada tingkat signifikansi 5%. Jika
Fcount lebih besar dari Ftable, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersamaan. Kedua, jika nilai signifikansi
lebih kecil pada tingkat signifikan (sig. < ) berarti ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamaan. Signifikansi di sini
berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 13


Safrina Muarrifah dkk

Dari hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
0,05 dan Fcount diperoleh sebesar 11.487 > Ftabel, dapat disimpulkan bahwa variabel
independen (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi
halal) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu kesadaran halal (Y) atau dengan kata lain Ha diterima dan H0 ditolak.

4) Menguji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel
independenterhadap variabel dependen.
Analisis Ringkasan Model:

a) Nilai R sebesar 0,478 dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa korelasi berganda
antara variabel independen (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal,
paparan media dan literasihalal) pada variabel dependen kesadaran halal adalah
0,487.
b) R kuadrat atau koefisien determinasi yang diperoleh adalah 0,228 yang berarti
variasi kesadaran halal dijelaskan oleh variasi religiusitas, gaya hidup sehat, logo
sertifikat halal, media paparan dan literasi halal sebesar 22,8% atau variabel
religiusitas itas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi
halal mampu mempengaruhi kesadaran halal sebesar 22,8%.
c) Adjusted R square adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan
jumlah variabel dan ukuran sampel sehingga dapat mengurangi unsur bias jika
terdapat variabel tambahan atau penambahan ukuran sampel. Adjusted R square
sebesar 0,209 berarti variasi kesadaran halal dapat dijelaskan dengan variasi
religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi halal
sebesar 20,9%.

2. Diskusi

a. Pengaruh Religiusitas terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal pada
Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis pertama menunjukkan Sig 0,521 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara religiusitas terhadap tingkat kesadaran halal produk pangan
halal pada kelompok sosiokultural masyarakat Penginyongan. Temuan ini bertentangan
dengan hasil studi Ambali dan Bakar dengan penelitian tentang produk atau makanan halal
pada bulan April dan Mei 2012 dengan sampel yang terdiri dari 210 Muslim di kota Shah Alam,
Selangor, Malaysia dimana religiusitas merupakan penentu kesadaran Muslim tentang use dan
konsumsi barang halal. Namun di sisi lain, Ishaq dan Prayoga menguatkan temuan dalam
hipotesis penelitian ini dimana religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
halal dalam penelitian terhadap 120 komunitas muslim di Kota Bogor yangbought kue selama
Juli-Desember 2016.

14 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023


Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

Peneliti menemukan fakta bahwa masyarakat sosial budaya Penginyongan tidak


menjadikan religiusitas sebagai pertimbangan untuk membeli produk makanan halal. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya faktor sosial, yaitustereotip tentang produk halal yang bersumber
dari pemahaman atau kebiasaan masyarakat pada umumnya, dengan kata lain masyarakat sosial
budaya membeli produk yang belum tentu halal.

b. Pengaruh Gaya Hidup Sehat terhadap Tingkat KepatuhanHalal Makanan Halal


Produk dalam Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis kedua menunjukkan Sig 0,000 < 0,05 dan nilai t sebesar 7,160 > t tabel 1,97227,
hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara lifestyle sehat
terhadap tingkat kesadaran halal produk makanan halal pada kelompok sosial budaya
masyarakat Penginyongan. Hal ini menunjukkan hubungan searah atau positif dimana jika gaya
hidup sehat meningkat, maka tingkat kesadaran halal terhadap produk halal dalamkelompok
sosial budaya masyarakat Penginyongan juga meningkat. Temuan hipotesis kedua ini sejalan
dengan pernyataan Bonne et al (2007) bahwa jika seorang muslim khawatir dengan alasan
kesehatan, mereka dapat memilih makanan halal becayang menawarkan bahan-bahan sehat.

c. Pengaruh Logo Sertifikat Halal Terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan
Halal Pada Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis ketiga menunjukkan Sig 0,002 < 0,05 dan nilai t sebesar -3,105 (absolut) > t
tabel 1,97227 hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara logo
sertifikat halal terhadap tingkat kesadaran halal produk makanan halal pada kelompok sosial
budaya masyarakat Penginyongan namun negatif. Seperti yang Osman (2002) dalam Ambali
&; Bakar (2014) sarankan dalam penelitiannya bahwa seseorang perlu mengetahui status
makanan 'baik dengan logo atau dengan label halal atau non-halal sebelum membeli atau
mengkonsumsi produk. Peneliti menemukan efek negatif yang signifikan dimana pada poin 2
dari variabel item survei logo sertifikat halal, responden cukup banyak menyatakan
ketidaksetujuannya dalam hal memastikan sertifikasi halal sebelum memilih produk halal dan
di sisi lain menyatakan persetujuannya untuk mengkonsumsi makanan halal dengan melihat
sertifikat/logo MUI dengan tetap mempertimbangkan makanan yang masuk ke dalam tubuh
adalah halal. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa responden masih memiliki keterbatasan
dalam hal memastikan sertifikasi halal suatu produk yang mungkin dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan responden dengan mayoritas lulus SMA sebesar 58,5%.
Melalui temuan ini, peneliti melihat bahwa latar belakang pendidikan dapat menjadi
variabel yang cukup dominan untuk mengukur literasi halal dalam pembelian makanan halal.

d. Pengaruh Paparan Media terhadap Tingkat Kesadaran Halal Makanan Halal


Produk dalam Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis keempat menunjukkan Sig 0,501 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara paparan media terhadap tingkat kesadaran halal produk
pangan halal pada kelompok sosial budaya masyarakat Penginyongan. Temuan ini sejalan

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 15


Safrina Muarrifah dkk

dengan hasilpenelitian Pramintasari dan Fatmawati terhadap 100 responden di Kota Gede,
Yogyakarta pada tahun 2017 dimana diperoleh hasil yang sama, yaitu media exposure atau
paparan informasi melalui media tidak berpengaruh signifikan terhadapkesadaran halal.
Pramintasari dan Fatmawati berpendapat bahwa hal ini dapat terjadi karena minimnya
iklan dari produk terkait dan juga minimnya informasi dari penjual dan produsen mengenai
kehalalan produk sehingga responden tidak mendapatkan informasi yang lengkap terutama
dalam hal kehalalan. Sebagian besar responden merasa bahwa mereka kurang terpapar
informasi dari iklan atau penjual atau produsen produk terkait. Dari hasil penelitian ini, dapat
digunakan sebagai masukan bagiperusahaan bahwa paparan informasi diperlukan untuk
meningkatkan atau mempengaruhi tingkat kesadaran halal ketika memilih atau mengkonsumsi
produk.
Peneliti menemukan fakta bahwa komunitas sosial budaya Penginyongan tidak
mempertimbangkan informasi dari media untuk membeli produk makanan halal. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya faktor sosial, yaitu stereotip tentang produk halal yang bersumber
dari pemahaman atau kebiasaan masyarakat umum. Responden juga memiliki keterbatasan
dalam menyerap informasi baru terkait produk makanan halal yang masuk, dengan kata lain
masyarakat sosial budaya kembali membeli produk yang belum tentu halal.

e. Pengaruh Literasi Halal terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal
padaKelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Hipotesis kelima menunjukkan Sig 0,194 > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara literasi halal terhadap tingkat kesadaran halal produk pangan
halal dalam kelompok sosial budayamasyarakat penginyongan. Berdasarkan perhitungan
penggunaan skala dikotomis, diketahui bahwa ada responden yang salah menjawab semua 9
item tersebut (diberi skor 0) yang mengarah pada literasi halal, di sisi lain mode ers answyang
muncul adalah responden menjawab pertanyaan dengan jawaban benar sebanyak 6 item atau
ada 66,67% yang memberikan kontribusi jawaban benar terhadap 6 item pertanyaan. Peneliti
melihat latar belakang pendidikan dan lingkungan responden yang menyebabkan literasi halal
tidak signifikan terhadap kesadaran halal. Hal ini menandakan bahwa tingkat literasi halal
dalam masyarakat sosial budaya Penginyongan cukup tinggi, yang meliputi pemahaman bahwa
negara menjamin pemeluk agama untuk melakukan worship sesuai ajaran agama serta
memberikan perlindungan dan jaminan kehalalan produk yang dikonsumsi.

f. Pengaruh Religiusitas Serentak, Gaya Hidup Sehat, Logo Sertifikat Halal, Media Paparan
dan Literasi Halal terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal pada
Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan
Dari hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05
dan Fcount diperoleh sebesar 11.487 > Ftable, dapat disimpulkan bahwakemandirian v
ariables (religiusitas, gaya hidup sehat, logo sertifikat halal, paparan media dan literasi halal)
secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu
tingkat kesadaran halal produk pangan halal di sosiokultuskelompok ral dari komunitas
16 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023
Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

Penginyongan. Hasil ini tentu berbeda dalam cara penafsirannya jika dikaitkan dengan temuan
hasil hipotesis H1, H3 dan H4 yang tidak berpengaruh parsial terhadap kesadaran halal.
Simultaneous effect pada hipotesis keenam adalah dengan melihat pengaruh/kontribusi
bersama masing-masing variabel independen terhadap tingkat kesadaran halal produk
makanan halal pada kelompok sosiokultural masyarakat Penginyongan.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASIS

1. Penutup

a. Religiusitas tidak berpengaruh terhadap tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan


Halal pada Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan

b. Gaya Hidup Sehat Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal di
Bidang Sosial BudayaMasyarakat Penginyongan

c. Logo Sertifikat Halal Mempengaruhi Tingkat Kesadaran Halal Makanan Halal


Produk dalam Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan

d. Paparan Media terhadap Tingkat Kesadaran Halal Produk Makanan Halal di


Kelompok Sosial Budaya Masyarakat Penginyongan

e. Literasi Halal tidak berpengaruh pada Tingkat Kesadaran Halal Makanan Halal
Produk dalam Kelompok Sosial Budaya Penginyongan Community

f. Religiusitas Serentak, Gaya Hidup Sehat, Sertifikat Halal Logo, Media


Paparan dan literasi halal mempengaruhi tingkat kesadaran halal produk makanan halal
pada kelompok sosial budaya masyarakat Penginyongan

2. Implikasi dan Saran

a. Religiusitas adalah sistem kepercayaan dan praktik di mana sekelompok orang


menafsirkan dan menanggapi apa yang mereka rasakan supranatural dan sakral.
Penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas tidak berpengaruh pada kesadaran halal.
Implikasinya di masa depan adalah menambahkan metode wawancara mendalam pada
jawaban responden di sisi sosial dan budaya.

b. Motif agama tidak hanya menentukan kesadaran konsumen terhadap produk halal,
tetapi juga alasan kesehatan terkait identitas agama, dan tingkat akulturasi dalam apa
pun yang kita konsumsi sehari-hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup
sehat berpengaruh pada kesadaran halal. Implikasinya ke depan pemerintah dan tokoh
masyarakat dapat mensosialisasikan gaya hidup sehat dengan produk makanan halal
kepada masyarakat.

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 17


Safrina Muarrifah dkk

c. Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat Halal MUI
ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan
produkdari instansi pemerintah yang berwenang. Penelitian ini menunjukkan bahwa
logo sertifikasi halal berpengaruh terhadap kesadaran halal. Implikasinya di masa depan
adalah konsumen akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penerapan label
halal yang telah disetujuioleh lembaga yang berwenang. sehingga mereka dapat memilih
produk makanan halal.

d. Paparan informasi adalah proses dimana konsumen terpapar informasi di lingkungan


mereka seperti strategi pemasaran, terutama melalui behavior mereka sendiri.
Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan media tidak berpengaruh pada kesadaran
halal. Implikasinya di masa depan adalah masyarakat akan memahami dan menerapkan
informasi yang diberikan mengenai produk makanan halal.

e. Literasi halal terbukti memiliki peran signifikan dalam mempengaruhi perilaku


kepatuhan terhadap hukum Islam. Penelitian ini menunjukkan bahwa literasi halal
tidak berpengaruh pada kesadaran halal. Implikasinya adalah menambahkan metode
wawancara mendalam dalam mengukur variabel literasi halal untuk kedalaman
informasi.

REFERENSI
Ahmad, N. A., Abaidah, T. N. T., & Yahya, M. H. A. (2013). Sebuah studi tentang kesadaran
makanan halal di kalangan pelanggan Muslim di Klang. Sebuah Studi tentang Kesadaran
Makanan Halal di kalangan Pelanggan Muslim di Klang, 1073-1087.
Ajzen, I. (1991). Teori perilaku terencana, perilaku organisasi dan manusia.
Proses Keputusan, 50, 199–211.
Ambali, A. R., & Bakar, A. N. (2012). Kesadaran masyarakat akan makanan dan produk halal.
Konferensi Halal Internasional, 4-5 September, 2012, Kuala Lumpur, Malaysia.
Anderson, E. W., Fornell, C., & Rust, R. T. (1997). Kepuasan pelanggan, produktivitas dan
profitabilitas: Perbedaan antara barang dan jasa. Ilmu Pemasaran, 16(2), 129145.
Ashri, Nauvaliana, Karunia H, Hans & Irwansyah. (2021). Perspektif Sosiokultural Dalam
Dunia Pendidikan: Studi Kasus Pada Proses Pembelajaran “Second Language” Dan
Pembentukan Motivasi Diri Mahasiswa Pendatang. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 6, No. 2, Februari 2021
Bashir, Abdalla Mohamed. Kesadaran membeli makanan halal di kalangan konsumen non-Muslim
Sebuah studi eksploratif dengan mengacu pada Cape Town Afrika Selatan. Jurnal
Pemasaran Islam

18 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023


Kesadaran Halal dan Literasi Halal Masyarakat ...

Bonne, K., Vermeir, I., Bergeaud-Blackler, F., & Verbeke, W. (2007). Penentu konsumsi daging
halal di Prancis. Jurnal Makanan Inggris, 109(5), 367-386.
Bonne, K., & Verbeken, W. (2008). Nilai-nilai agama yang menginformasikan produksi daging
halal dan kontrol serta pengiriman kualitas kepercayaan halal. Pertanian dan Nilai
Kemanusiaan, 25, 35– 47
Brown, Douglas, H. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Copyright: Pearson
Education, Inc.
Golnaz, R., *Zainalabidin, M., Mad Nasir, S. dan Eddie Chiew, F.C Kesadaran non-Muslim tentang
prinsip-prinsip Halal dan produk makanan terkait di Malaysia. Jurnal Penelitian Pangan
Internasional 17: 667-674 (2010)
Hadiati, C. (2014). Rmendefinisikan cablaka "cara bicara Banyumasan": Apakah ini benar-benar
penjelasan? Teori dan Praktik dalam Studi Bahasa, Vol. 4, No. 10, 2082-2089.
Hussaini, M. M. (2004). Daftar Halal Haram. Mengapa mereka tidak bekerja? Diakses tanggal
March 28, 2012 from http://www.soundvision.com/info/halalhealthy/halal.list.asp.
Johnstone. R. L. (1975). Agama dan masyarakat dalaminte raction: Sosiologi agama. Tebing Englewood,
N.J.: Prentice-Hall.
LPPOM. (2019b). sertifikasi Halal.
Majalah Media Keuangan VOLUME XIV/NO. 166/APRIL/2/ 2021
Pambudi, B. G. (2018). Pengaruh Kesadaran Halal Dan Sertifikasi Halal Terhadap Minat Beli
Produk Mie Instan (Studi pada Pemuda Muslim Bandar lampung). Universitas Lampung
Bandarlampung.
Patnoad, MS (2001). Pendidikan keamanan pangan di Inggris: Laporan dari program pertukaran
cuti panjang NEHA / CIEH. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 63(10), 21-26.
Pratama, Dinar Bagja dan Hartati, Neneng. Pengaruh Literasi Halal Dan Religiositas
Terhadap Konsumsi Produk Halal Pada Mahasiswa Mks Uin Sunan Gunung Djati
Bandung. Finansha Journal of Sharia Financial Management Volume 1, Nomor 2 (2020),
Halaman 1-12
Priyadi, S. (2007). Cablaka sebagai inti model karakter manusia Banyumas. Diksi, 11-18
Ramadhan, Herdiansyah Rizky dan Masykur, Achmad Mujab. MEMBACA CABLAKA (Sebuah
Studi Fenomenologis pada Budaya Penginyongan). Jurnal Empati, Agustus 2018, Volume
7 (Nomor 3), Halaman 90-99
Salehudin, Imam . Literasi Halal: Sebuah Konsep Eksplorasi dan Validasi Pengukuran Asean
Jurnal Pemasaran Juni 2010 - Vol.II - No. 1

MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023 19


Safrina Muarrifah dkk

Setyaningsih, Eka Dyah dan Marwansyah, Sofyan. Pengaruh Sertifikasi Halal dan Kesadaran Halal
melalui Minat Keputusan Membeli Produk Makanan Halal. SYI'AR IQTISHADI Jurnal
Ekonomi Islam, Keuangan dan Perbankan
Rezai, G., Mohamed, Z., & Shamsudin, M. N. (2012). Penilaian kepercayaan konsumen terhadap
makanan berlabel halaldi Malaysia, Pertanika Journal of Social Sciences &; Humanities, 20(1), 33-
42.
Ridwan, Nurma Ali. 2007. “Landasan Keilmuan Kearifan Lokal”. Jurnal Studi Islam dan Budaya
Ibda’ Vol.5/No.1/ Januari-Juni 2007. Purwokerto: P3M STAIN Purwokerto
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (1997). Perilaku konsumen. Sungai Saddle Atas, NJ:
Balai Prentice.
Simons, AJ (1992). Teori hak lockean. Princeton, NJ: Princeton University Press.
Percikan, P., & Gembala, R. (1992). Identitas diri dan teori perilaku terencana: Menilai peran
identifikasi dengan "konsumerisme hijau". Triwulanan Psikologi Sosial, 55(4), 388–399.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,. Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Verbeke, W., & Vackier, I. (2004). Profil dan efek keterlibatan konsumen dalam daging segar.
Ilmu Daging, 67(1), 159–168.
https://www.salaamgateway.com/

20 MABSYA: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, Vol 5 No 1 Tahun 2023

Anda mungkin juga menyukai