DISUSUN OLEH
SRI NURWAKHYUNINGSIH
NIM: P1337424421040
KELAS KERJASAMA
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan rekan kerja yang telah memberi
yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat
secara substantif dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka
terhadap kritik dansaran dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………................……………………….... 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pendekatan sosial budaya dalam praktek
kebidanan melalui pendekatan agama.
b. Untuk mengetahui pandangan agama yang berhubungan dengan
praktik kebidanan.
c. Untuk mengetahui Pendekatan sosial budaya dalam praktek
kebidanan melalui agama dari beberapa suku.
d. Untuk mengetahui landasan interaksi sosial antar umat
beragama.
e. Untuk mengetahui model interaksi sosial antarumat beragama
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini,metode yang kami gunakan yaitu
metode kepustakaandengan mencari dan mengumpulkan data-data yang
berhubungan baik melalui media internet maupun refrensi dari sumber
buku.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang pendekatan sosial
budaya dalam praktek kebidanan melalui pendekatan agama.
2. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang Pandangan Agama
yang berhubungan dengan praktik kebidanan.
3. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang Pendekatan sosial
budaya dalam praktek kebidanan melalui agama dari beberapa suku.
4. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang Landasan Interaksi
Sosial Antar Umat Beragama.
5. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang Model Interaksi
Sosial AntarUmat Beragama.
6. Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2) Menjaga kesehatan
3) Berolah raga
4) Pengobatan diwaktu sakit
b. Upaya pencegahan penyakit
1) Pemberian imunisasi
2) Pemberian ASI pada anak sampai usia 2 tahun
3) Memberikan penyuluhan kesehatan
c. Upaya pengobatan penyakit
Nabi Muhammad SAW bersabda : “bagi setiap penyakit yang diturunkan
oleh Allah, ada obat yang diturunkan-Nya”. Dalam hadist ini, manusia
dianjurkan untuk berobat.
7
Namun belakangan metode ini akhirnya diperbolehkan dengan
pertimbangan bila metode KB lain memang tidak sesuai dan alasan
kesehatan dari PUS itu sendiri.
8
3) Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak diperbolehkan selama
masih ada obat – obatan dan alat lainnya. Selain itu, pada waktu
pemasangan atau pengontrolan IUD harus melihat aurat wanita
2. Menurut Pandangan Agama Kristen
Pandangan agama Kristen, pada dasarnya menyetujui program
KB dengan batasan-batasan yang telah ditentukan di antaranya adalah
a. Masalah KB misalnya : jenis kontrasepsi yang dipakai, jumlah anak
yang diinginkan, dan lain-lain ditentukan oleh suami istri sendiri,
tanpa ada paksaan dari pihak lain termasuk pemerintah.
b. Penentuan tentang keikutsertaan ber-KB harus disepakati bersama
antara suami istri.
c. Dalam konsili disebutkan bahwa cara-cara KB yang dilarang
adalah pengguguran (aborsi) dan pembunuhan bayi. Selain itu cara
coitus interuptus dan sterilisasi baik yang permanen maupun tidak
juga dilarang.
d. Cara ber-KB yang dianjurkan oleh gereja adalah pantang berkala.
Mengenai cara ini ensiklik hummanae menolak semua cara ber-KB
selain pantang berkala.
e. Bila cara pantang berkala telah dicoba dan mengalami kesulitan
atau membahayakan kesehatan, maka suami istri dapat meminta
nasehat kepada imam sebagai Bapak rohani untuk menentukan
jalan keluar yang tepat (BKKBN, 1980)
3. Menurut Agama Hindu
Pandangan agam Hindu terhadap program KB sangat positif
bahkan cenderung mendukung karena program ini dianggap sejalan
dengan ajaran agama Hindu. Alat kontrasepsi tercipta dari ilmu
pengetahuan, dan ilmu yang dipergunakan untuk kesejahteraan
manusia, akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan ditentang.
Bahkan penggunaan alat kontrasepsi diatur agar sesuai dengan
desa/tempat, kala/waktu,dan patra/keadaan (BKKBN, 1980).
9
Namun demikian metode pengguguran (abortus criminalis)
dianggap sebagai dosa besar karena bertentangan dengan ajaran
Ahimsa Karma. Pengguguran janin dianggap sama dengan
pembunuhan orang suci. Oleh karena itu, metode ini sangat ditentang
oleh umat Hindu.
4. Menurut Agama Budha
Agama Budha memperbolehkan pemakaian kontrasepsi karena
pencegahan kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi dianggap
sama dengan pencegahan pertemuan sel telur dengan sel sperma yang
berarti pula mencegah terjadinya makhluk. Hal ini berarti tidak terjadi
pembunuhan, karenaa sel telur dan sel sperma sendiri menurut agama
Budha bukanlah makhluk.
10
menjalani khitan. Dan praktek tersebut dilakukan juga, bahkan di pusat-
pusat pelayanan kesehatan.
11
lebih, yang ,mempunyai fungsi sebagai pembantu persalinan apabila
tenaganya diperlukan.
3. Dalam proses persalinan di lingkungan di masyarakat Bali Aga, wanita
akan melahirkan duduk dengan posisi bersandar pada dada balian
tekuk(dukun beranak) di atas bangku.Sang suami duduk tepat di hadapan
isterinya, karena berfungsi sebagai penerima bayi pada saat
lahirnya.Diantara suami isteri terdapat lubang dangkal yang diberi alas
untuk menampung plasenta, air tembuni, dan darah yang keluar dari
tubuh wanita yang melahirkan.Disisi wanita itu, berdiri seorang gadis
yang berfungsi untuk menarik rambutnya, agar sang wanita yang
melahirkan dapat tetap dalam posisi duduk tegak.Tujuannya adalah untuk
menjaga agar jiwanya dapat tetap diam dalam tubuhnya dan tidak akan
meninggalkannya.Sang balian tekun akan mengurutnya untuk
membetulkan posisi bayi bila terasa sungsang dalam perut ibunya.Namun
bila proses kelahirran tampak berjalan normal, ia tak kan berbuat apa-apa
kecuali berfungsi sebagai tempat bersandar sang wanita melahirkan dan
memberikan ketenangan psikologis.Seorang pelaku lain, balian usada
hanya berperan apabila terjadi proses persalinan yang sulit.Ia akan
membacakan mantera-mantera dan doa, serta memberikan minuman air
suci kepada si ibu, lalu menyemburnya dengan ludah yang dicampur
kunyahan daun sirih.
4. Di Bangladesh pandangan serupa juga ditemukan, pengantin baru
diharapkan untuk segera mempunyai anak untuk membuktikan kesuburan
mereka dan untuk mengesahkan mereka dalam keluarga, karena status
sebagai ibu lebih tinggi dari status sebagai istri. Di samping itu status
sebagai ibu memberikan lebih banyak kebebasan untuk keluar rumah dan
mempraktekkan hak-hak mereka. Keinginan untuk segera memiliki anak
mendorong terwujudnya cara-cara budaya dalam mengupayakan
kelahiran anak.
5. Dalam masyarakat Dani di Kecamatan Kurulu Lembah Baliem Papua
misalnya tugas budaya yang utama bagi wanita dan yang dianggap amat
12
penting adalah melakukan kegiatan mata pencaharian yakni
menghasilkan ubi jalar dan babi. Sehingga tambhan anak cenderung tidak
disukai karena dianggap mengganggu tugas mereka di ladang. Keadaan
ini sering mendorong untuk melakukan aborsi tradisionalyang
menyebabkan resiko yang buruk.
6. Menurut adat tradisional orang Mentawai di pulau Siberut, yang terutama
dianut secara ketat di masa lalu, melahirkan dianggap sebagai kategori
non sakral sehingga kelahiran dilangsungkan di tempat yang sesuai untuk
itu.ialah ladang yang bersifat duniawi, yang merupakan salah satu dari
pusat kehidupan selain desa dimana rumah-rumah penduduk
berada.Oleha karena itu sekitar seminggu sebelum sang wanita
melahirkan, ia akan dibawa oleh suami dan ibunya untuk tinggal di
ladanga hingga saatnya melahirkan.Meskipun pad masa kini kebudayaan
orang Mentawai telah mengalami perubahan, masih ada di pedalaman
penduduk pulau siberut yang menjalankan adat melahirkan berdasarkan
konsep itu.
7. Di Bali, misalnya, balian manak menganjurkan pasienya yang hamil tua
untuk minm jamu daun waru atau minum air kelapa muda agar kelak
persalinannya lancar, juga dianjurkan minum air kelapa dari kelapa yang
masih sangat muda yang dicampur dengan madu dan kunyit dengan
tujuan menambah tenaga.
8. Pada masyarakat Kerinci,walaupun jantung pisan dipantangkan selama
sebagaian besar dari masa hamil, saat memasuki usia kandungan 9 bulan,
jantung pisang merupakan bagian dari pelusuh(sarana untuk
memperlancar lahirnya bayi)yang diberikan, setelah sebelumnya diberi
penawar berupa doa-doa oleh dukun dan dmakan sebagai lauk
nasi.Kemudian pada saat bayi hampir lahi, pelusuh terdii dari telur aam
mentah yang dikocok dengan campuran kopi atau sirih dengan
perangkatnya(pinang, gambir,dan kapur), yang diberi doa.Setelah
ketuban pecah, ibun diberi minyak kelapa untuk diminumkan.Tujuannya
untuk memberi semangat
13
2.4 Landasan Interaksi Sosial Antar Umat Beragama
Interaksi sosial antarumat beragama dilandaskan pada hukum adat,
meskipun ada hukum negara dan hukum agama. Hukum adat diberlakukan
untuk semua orang yang menetap di pulau Enggano. Hukum adat telah
ditetapkan oleh nenek moyang dahulu dan selalu digunakan sebagai
pedoman untuk menyelesaikan setiap sengketa antarwarga suku bangsa.
Paabuki bertanggung jawab terhadap pelaksanaan hukum adat yang dibantu
oleh ekap’u dan orai. Dengan demikian, hukum adat adalah hukum asli
Enggano yang tidak tertulis dan mengatur semua lapangan kehidupan
antarwarga suku-suku bangsa Enggano.
14
2. Faktor kekerabatan antarsuku bangsa, yang digunakan untuk
menyelesaikan sengketa.
3. Faktor misi dakwah, yang menekankan aspek kemanusiaan dan
pemberdayaan umat.
4. Faktor kerjasama antartokoh agama, pemimpin adat dan aparat
pemerintah.
5. Ada persepsi antarumat agama, bahwa perbedaan agama merupakan
masalah yang lazim dan harus diterima.
6. Tidak adanya provokasi yang menimbulkan perpecahan, baik oleh
masyarakat, tokoh dan pemimpin maupun pihak ketiga.
15
BAB III
PENUTUP
3
3.1 Kesimpulan
Gangguan hubungan budaya sosial terjadi akibat oleh adanya perbedaan
yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang berbeda.
Yang akhirnya berdampak dalam kehidupan.
Pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan melalui agama sangat
berperan penting dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial. Karena , agama
adalah suatu kepercayaan yang diyakini oleh setiap umat manusia. Agama
dapat memberikan pedoman/petunjuk pada umat manusia dan juga membantu
menyelesaikan berbagai masalah-masalah yang terjadi dalam menjalani hidup.
Selain itu, agama juga sangat bermanfaat dalam pelayanan asuhan kebidanan
dan kesehatan. Di indonesia masih banyak yang bertentangan mengenai
praktik kebidanan yang berhubungan dengan agama , diantara nya yaitu
pemakaian alat kontrasepsi dan khitan pada wanita. Banyak pandangan agama
yang memperbolehkan atau melarang tindakan tersebut
3.2 Saran
a. Sebagai seorang yang belajar ilmu perbandingan agama saya menyarankan
kepada semua pihak untunk memandang agama lain dari perspektif agama
itu sendiri. Kita tidak dapat menjustifikasi sesuatu, dalam agama lain
sebelum kita memahami apa dasar iman mereka
b. Sebagai umat beragama (bertuhan) hendaknya ada sikap tunduk dan patuh,
kepada ajaran agama, dengan cara mengikuti apa yang ditetapkan
16
DAFTAR PUSTAKA
http://intelek.wordpress.com/pendekatan-sosial-budaya-dalam-kespro/
www.wikipedia.com//pendekatansosialbudayadalampraktekkebidanan.com
http://google.com/ agama+dalam+praktek+kebidanan
http://www.almanhaj.or.id, www.ahmadzain.com, www.mui.or.id
http://toko-q.blogspot.com/2010/04/manfaat-khitan-bagi-laki-laki-dan.html
Mahmud A, Islam dan realitas sosial di mata intelektual muslim Indonesia, Edi
Indonesia
Sinergi, Jakarta, 2005.
Swasono MF, Kehamilan, keahiran, perawatan ibu dan bayi dalam konteks
budaya, UI-Press,
Jakarta 1998.
Abdul Ganni, Fathuddin, dkk , Agama-agama di Dunia
Al-Kitab, Jakarta: Lembaga Al-Kitab Indonesia 2005
Djam’annuri, Agama kita, Perspektif Sejarah Agama-agam. Yogyakarta: Kurnia
Alam Semesta Alam, 2000
17