Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

“PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)”

Dosen Pembimbing :
Nel Efni, S. Pd, M. Pd
Ns. Mila Triana Sari, M. Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Meika Novialdy (2018.22.010)


Aliyah (2018.22.017)
Siti Makhruzah (2018.22.021)
Lenni Hernayati (2018.22.018)
Elin Hikmah (2018.22.022)
Cindy Claudhea (2018.22.061)
M. Khudori (2018.22.027)
Endah (2018.22.044)
Fuji Astuti (2018.22.037)
Chossy Lesmana (2018.22.055)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B


SEKOLAH TINGG ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
DESEMBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Illahi Robbi atas semua berkat
dan rahmatNya hingga dapat menyelasaikan penyusunan Proposal Pendidikan
dalam Keperawatan, yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat” yang akan dilaksanakan di Pesantren.
Kegiatan penyuluhan ini akan dilaksanakan dalam rangka tugas kelompok
Pendidikan dalam Keperawatan, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
santri sehingga dapat membentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
melalui penyuluhan mengenai PHBS.
Kegiatan penyuluhan ini akan dilaksanakan November 2019. Harapan kami
semoga kegiatan penyuluhan ini berguna bagi santri dan dapat terlaksana sesuai
dengan rencana, Aamiin ya Robbal Alaamiin.

Jambi, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Permasalahan Mitra.................................................................................................3
BAB II SOLUSI YANG DITAWARKAN DAN TARGET LUARAN
2.1 Target yang Ditawarkan dan yang Ingin Dicapai....................................................4
2.2 Solusi yang Ditawarkan dan yang Ingin Dicapai....................................................4
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan..............................................................................................5
3.2 Evaluasi....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Analisis Situasi
Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam
menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat
tinggalnya. Kesan yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa pondok
pesantren merupakan tempat kumuh, kondisi lingkungannya tidak sehat, dan pola
kehidupan yang ditunjukkan oleh santrinya sering kali kotor, lusuh dan sama sekali
tidak menunjang pola hidup yang sehat. Di pondok pesantren para santri hidup
bersama dengan banyak orang, bercampur baur dengan berbagai macam kondisi
orang serta memiliki aktivitas yang padat hingga larut malam.
Santri-santri yang berada di pondok Pesantren merupakan anak didik yang
pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus
berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus
pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama kesehatan dan
pertumbuhannya. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya penularan
penyakit antar penghuni pesantren, apalagi jika daya tahan tubuh sedang rendah.
Penurunan daya tahan tubuh salah satunya disebabkan karena rendahnya
status gizi. Di samping itu, rendahnya status gizi juga dapat mengakibatkan
penurunan prestasi belajar, penurunan aktvitas fisik dan pada santriwati yang
berusia remaja dapat menimbulkan gangguan menstruasi sehingga akhirnya
dapat menyebabkan masalah pada kesehatan reproduksinya. Padahal santriwati
merupakan calon-calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI 2011 tentang
Panduan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Adapun visi umum

1
promosi kesehatan menurut World Health Organization (WHO) yaitu
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik secara fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan Visi Promosi
Kesehatan di Indonesia adalah “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat (Kholid, 2015).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih menjadi perhatian khusus
bagi pemerintah. Hal ini terlihat dari ditempatkannya PHBS sebagai salah satu
indikator capaian peningkatan kesehatan dalam program Sustainable
Development Goals (SDGs) 2015-2030. Dalam SDGs, PHBS merupakan strategi
pencegahan dengan dampak jangka pendek bagi peningkatan kesehatan dalam 3
tataran wilayah yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat (Kemenkes 2015 tentang
Profil Kesehatan Indonesia 2014).
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai tatanan
masyarakat, seperti tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja dan tempat-
tempat umum lainnya. Di Indonesia Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan
PHBS secara nasional pada tahun 2017 yaitu 60,89% . sebanyak 9 Provinsi
sudah mencapai 100% yaitu Sulawesi Barat, Gorontalo, Bali, DI Yogyakarta,
Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Bengkulu. Provinsi dengn
presentase terendah adalah Nusa Tenggara Timur 18,18%, di Provinsi Jambi
berada di urutan ke-8 dengan presentase 72,73% (Profil Kesehatan Indonesia,
2017).
Penyakit yang sering ditemukan pada pondok pesantren karena anak
pesantren gemar sekali bertukar/pinjam-meminjam pakaian, handuk, sarung bahkan
bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya
penyakit ini dengan dunia pesantren adalah Scabies. Scabies merupakan penyakit
zoonosis yang menyerang kulit,mudah menular dari manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau .
 

2
Kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit
scabies kepada orang lain apabila para santri dan pengelolanya tidak sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan lingkungan maupun personal
hygiene. Sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi penyebaran penyakit
skabies salah satunya adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan
tentang penyakit ini.
Dengan menerapkan  PHBS di pondok pesantren oleh santri maka akan
membentuk mereka untuk memiliki kemampuan dan kemandirian dalam mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan pondok pesantren sehat.

1.2 Permasalahan Mitra


Tabel 1.1 Permasalahan dan solusi

No Permasalahan Akar Masalah Solusi yang disepakati

1. Pola makan yang Pengetahuan gizi Sosial marketing gizi


salah yang rendah seimbang

Konsumsi makanan Pelatihan menyusun menu


jajanan yang tidak gizi seimbang
bergizi

2. Belum dipahami Penggunaan air Penyuluhan tentang hidup


tentang perilaku bersih bersih dan sehat
hidup bersih dan
sehat lingkungan yang
tidak bersih

BAB II
SOLUSI YANG DITAWARKAN DAN TARGET LUARAN

2.1 Solusi yang Ditawarkan dan yang Ingin Dicapai


Dari permasalahan yang dipaparkan pada permasalahan mitra sangat jelas bahwa yang
menjadi masalah utamanya adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang dan
perilaku hidup bersih dan sehat di pesantren, untuk itu kami menawarkan beberapa solusi
diantaranya :
1) Tersedianya promosi santri sadar akan gizi
2) Penyuluhan tentang PHBS di lingkungan pesantren
3
2.2 Target yang Ditawarkan dan yang Ingin Dicapai
Memberikan informasi kepada santri mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang
dianjurkan. Setelah dilakukan penyuluhan kami berharap adanya perubahan perilaku pada
santri sehingga santtri lebih mengerti mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
khususnya dalam pemilihan mengenai pola makan dan hidup bersih.
1) Diharapkan santri mampu memahami pola gizi seimbang
2) Diharapkan santri mampu memiliki kemampuan memantau status gizi secara mandiri
3) Para guru/ustadz memahami tentang PHBS dan mengajarkan ke seluruh santri tentang
hidup bersih dan sehat dan santri dapat melakukannya secara mandiri

BAB III
SAP (METODE PELAKSANAAN)
3.1 Tujuan Penyuluhan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada santri
pondok pesantren Daarul Hufaazh Al-Islami
2) Tujuan Khusus
Serelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan siswa-siswi dapat:
a) Mendefinisikan pengertian perilaku hidup bersih dan sehat secara sederhana

4
b) Menjelaskan indikator apa saja yang termasuk dalam perilaku hidup bersih dan
sehat
c) Mengetahui dan mengaplikasikan siapa saja yang harus menjalankan perilaku
hidup bersih dan sehat
d) Mengetahui dan memprakitkan cara mencuci tangan yang baik
e) Mengetahui dampak buruk dari tidak dilakukannya perilaku hidup bersih dan
sehat
f) Mengetahui dan mendapatkan hasil dan pengaruh baik dari aplikasi perilaku
bersih dan sehat
g) Mengetahui dan menjelaskan penyakit apa saja yang dapat timbul jika perilaku
hidup bersih dan sehat di sekolah tidak dijalankan dengan baik.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan


1) Topik : Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2) Sasaran/target : Santri
3) Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
4) Media : Leaflet, proyektor, banner dan power point
5) Hari/tanggal : Desember 2019
6) Pukul : 13.00 s/d selesai
7) Tempat : Pesantren Daarul Hufaazh Al-Islami
8) Pengorganisasian dan uraian tugas masing-masing
Moderator : Chossy
Tugas : membuka acara penyuluhan, menjelaskan tujuan penyuluhan, membuat
kontrak waktu, memimpin jalannya penyuluhan, menutup acara serta melakukan
evaluasi terhadap proses penyuluhan.

Penyuluh : Elin
Tugas : memberikan penyuluhan
Observer : Endah, khudori, aliyah
Tugas : mengamati proses dan mencatat hasil penyuluhan.
Fasilitator : Cindy, siti makhruzah, fuji, lenni, meika
Tugas : memotivasi dan memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama proses
penyuluhan berlangsung

9) Setting tempat
5
P

S S S S S

S S S S S

Keterangan

: Observer MJ : Meja : Penyaji


P

: Moderator S : Santri : Fasilitator


M

Strategi Kegiatan

Tahap Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Sasaran
1. 5 menit Pembukaan 1) Memberikan salam 1) Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri, anggota 2) Memperhatikan
kelompok dan pembimbing 3) Memperhatikan
serta menyebutkan tugas 4) Menyetujui
masing-masing anggota
penyuluh.
3) Menjelaskan tujuan
penyuluhan

6
4) Menjelaskan kontrak waktu
2. 15 Menit Pelaksanaan 1) Menggali pengetahuan santri 1) Berpartisipasi
dan tanggung tentang perilaku hidup bersih 2) Memperhatikan
jawab dan sehat 3) Memperhatikan
2) Memberikan reinforcement 4) Berpartisipasi
positif atas jawaban yang 5) Berpartisipasi
disimpulkan
3) Menjelaskan tentang tentang 
definisi, tujuan, manfaat dan
indikator perilaku hidup
bersih dan sehat
4) Memberikan kesempatan
kepada santri untuk bertanya
5) Memberikan jawaban

3. 10 menit Penutup 1) Menyimpulkan bersama 1) Memperhatikan


peserta serta melakukan 2) Menjawab salam
evaluasi proses penyuluhan.
2) Memberi salam dan ucapan
terima kasih 

3.2 Evaluasi
a) Evaluasi struktur
(1) Sekitar 75% peserta dapat menghadiri kegiatan penyuluhan
(2) Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
(3) Peran dan tugas mahasiswa terlaksana sesuai perencanaan

b) Evaluasi proses
(1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan
(2) Peserta hadir tepat waktu dan sekitar 75% peserta mengikuti penyuluhan sampai
selesai.
c) Evaluasi Hasil
(1) Santri mampu menyebutkan tentang definisi, tujuan, manfaat dan indikator
perilaku hidup bersih dan sehat
(2) Santri memiliki sikap yang positif tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(3) Santri akan atau tetap setuju melakukan perilaku hidup bersih dan sehat

7
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2007). Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren.
Depkes
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia
Suharmanto, Dewi Nur Sukma Purqoti, Harlina Putri Rusiana. (2015). Potensi Santri Dalam
Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Pondok Pesantren.
STIKES Yarsi Mataram
MATERI PENYULUHAN
MENGENAL PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

1. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu mendorong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian,
PHBS mencakup beratus-ratus bahkan beribu-ribu perilaku yang harus di praktikkan dalam
rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dibidang
pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan.

2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi,
bina suasana (social support), dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program perilaku
hidup bersih dan sehat.12 Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya
promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup
sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan,
memelihara dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

3. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Manfaat PHBS di lingkungan pesantren yaitu agar terwujudnya pesantren yang bersih
dan sehat sehingga ssantri, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari
berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang
berdampak pada prestasi belajar siswa, citra pesantren sebaga tempati pendidikan semakin
meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan
kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan pesantren sehat bagi
daerah lain.

4. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah/pesantren antara lain:
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air mengalir
dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri,
typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain sebagainya.
WHO menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat
meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dapat
dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, bersalaman
dengan orang lain, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari
toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan
sekolah/pesantren untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah/pesantren
menjadi sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat menyampaikan informasi
kesehatan pada keluarga dan masyarakat.
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah/pesantren
Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang bersih
dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh
menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak
mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.
c. Membuang sampah pada tempatnya
(1) Pengertian
Sampah adalah suatu bahan yang tebuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam. Sampah ditampung dan dibuang setiap hari
ditempat pembuangan yang memenuhi syarat karena membuang sampah tidak pada
tempatnya akan dapat mengakibatkan penyakit dan akan mencemari udara
disekitarnya. Mendidik anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya akan
dapat menekan angka penyakit yang dapat muncul di lingkungan sekolah.
(2) Jenis Sampah
Sampah dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
(a) Sampah anorganik/kering yaitu tidak dapat mengalami pembususkan secara
alami seperti logam, besi, kaleng plastik, karet, atau botol.
(b) Sampah organik/basah dapat memngalami pembususkan secara alami seperti
sisa makanan, sayuran, sampah dapur, dan lain sebagainya.
(c) Sampah berbahaya yaitu sampah yang dapat menimbulkan gangguan pada
kesehatan seperti botol racun nyamuk, jarum suntik, batere, dan lain
sebagainya.
(3) Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan, dan pemusnahan
sampah sehingga sampah tidak mengganggu lingkungan:
(a) Penyimpanan sampah
Yaitu penyimpanan sampah sementara sebelum sampah dimusnahkan.
(b) Pengumpulan sampah
Sampah ditampung di tempat yang memadai kemudian diangkut serta dibuang
ke tempat pembuangan akhir.
(c) Pemusnahan sampah
(4) Dampak Pengelolaan Sampah yang Negatif
(a) Terhadap Kesehatan
- Pengelolaan sampah yang tidak baik merupakan media yang subur untuk
berkembangnya vektor-vektor penyakit seperti serangga, tikus, dan
binatang lainnya untuk berkembang biak sehingga dapat menyababkan
timbulnya penyakit.
- Sampah menjadi sumber polusi seperti pencemaran tanah, air, serta udara.
- Sampah menjadi tempat hidup mikroorganisme berbahaya yang dapat
membahayakan kesehatan.
- Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.
(b) Terhadap Lingkungan
- Dapat mengganggu estetika dan polusi udara akibat pembusukan sampah
oleh mikroorganisme.
- Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata dan pernafasan.
- Jika terjadi proses pembakaran yang dekat dengan sekolah maupun
pemukiman asapnya akan mengganggu penglihatan, pernafasan, serta
mencemari udara.
- Pembuangan sampah ke saluran air menyebabkan pendangkalan saluran
dan mengurangi daya aliran saluran.
- Dapat menyebakan banjir jika sampah dibuang di sembarang tempat.
Terutama ke saluran yang daya serapnya sudah menurun.
- Membuang sampah ke selokan dapat mengotori badan air.
(c) Media Promosi
Media promosi membuang sampah di sekolah dapat berupa:
- Poster.
- Slogan tentang kebersihan lingkungan dan anjuran membuang sampah
pada tempatnya yang dipasang disetiap kelas.
- Video tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar di
sekolah/pesantren
(d) Aturan atau Tata Tertib
Untuk menjaga agar lingkungan agar selalu terjaga dari sampah maka
tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- Guru memberi contoh pada siswa-siswi/santri membuang sampah selalu
pada tempatnya.
- Guru wajib menegur dan menasehati siswa/santri yang mebuang sampah di
sembarang tempat.
- Mencatat siswa-siswi/santri yang membuang sampah di sembarang tempat
pada buku/kartu pelanggaran.
- Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda terhadap
siswa-siswi/santri yang membuang sampah di sembarang tempat.
d. Olahraga yang teratur dan terukur
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait dengan
pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olahraga disekolah/pesantren
bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit.
Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang
benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara
teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan jantung
dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan
berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena penyakit jantung
koroner, serta memperlancar peredaran darah.
e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Siswa/santri menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak serta status gizi anak sekolah/pesantren. Hal ini dilakukan untuk
deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah/pesantren.
f. Tidak merokok di sekolah
Siswa/santri dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah.
Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di
sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat
sekitar sekolah/pesantren. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan
menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah/pesantren sangat tidak
dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan
kesehatan anak sekolah/pesantren.
g. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Jamban yang digunakan oleh siswa/santri dan guru adalah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan
terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah
disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.
h. Memberantas jentik nyamuk
Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan
oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk
di lingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3M (menguras, menutup, dan
mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas,
tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari
pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di sosialisasikan kepada seluruh warga
sekolah/pesantren.

Anda mungkin juga menyukai