Disusun Oleh :
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tujuan sebagai referensi dalam menganilisis kriteria kelayakan
penggunaan metode kontrasepsi, termasuk jangka waktu yang sesuai dalam
penggunaan kontrasepsi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada hingga
kepada:
1. Ibu Yustina Ananti,S.ST.,M.Kes
2. Keluarga terlebih khusus orang tua saya yang selalu memberikan masukan dan
support kepada saya.
3. Teman – teman mahasiswa yang selalu pro aktif dalam setiap kegiatan
perkuliahan walaupun secara daring.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Masukan dan saran
yang kontributif selalu diharapkan untuk kesempurnaan dimasa yang akan
datang.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan …………………………………………………………............................................ 30
B. Saran ………………………………………………………………............................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bidan merupakan satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat
manusia. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati
karena tugasnya sangat mulia, memberi semangat, mendampingi serta menolong
ibu yang akan melahirkan. Bidan sebagai konselor memiliki kemampuan teknik
konseling, pengetahuan tentang alat kontrasepsi dan yang berkaitan dengan
pemakaiannya.
Calon pemakai kontrasepsi untuk menggunakan salah satu alat KB adalah pilihan
calon sendiri, setelah mereka memahami manfaat dari setiap alat kontrasepsi.
Dan pemilihan alat kontrasepsi oleh bidan dan keluarganya merupakan hak calon
dan keluarganya untuk dapat merencanakan dengan baik tentang pengaturan
kelahiran mereka.
Salah satu tugas mandiri bidan yaitu memberikan asuhan kebidanan pada wanita
usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana dimana mencakup:
1. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada PUS
2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan
3. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien
4. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
5. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama
7. Membuat pencatan dan pelaporan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak bila tidak ada program KB ?
2. Bagaimana peran bidan dalam memberikan pemahaman kelayakan
penggunaan metode kontrasepsi kepada pasien ?
C. Tujuan Pembahasan
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Pengaturan kehamilan dilakukan dengan menggunakan cara, alat,
dan obat kontrasepsi.
Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun
tindakan – tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi kepada
calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan
KB. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi
kesehatan (Kemenkes RI, 2014).
Tujuan pelayanan kontrasepsi adalah untuk mengendalikan pertambahan jumlah
penduduk, membatasi angka kelahiran, dan mengatur jarak kelahiran sehingga
dapat menciptakan keluarga sehat sejahtera. Program ini juga diharapkan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi karena kehamilan yang tidak
diinginkan ataupun jarak kelahiran yang terlalu dekat. Upaya dalam mendukung
program tersebut adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda
kehamilan dan menjarangkan atau mengatur jarak kelahiran.
Perencanaan Keluarga dan Penggunaan Kontrasepsi yang Rasional.
Perencanaan keluarga adalah poin penting yang harus dipersiapkan setelah
menikah. Dengan perencanaan keluarga yang matang, pasangan bisa
mengembangkan diri dan karier. Kemampuan untuk merencanakan kehamilan
termasuk memilih kontrasepsi juga dipercaya dapat meningkatkan kesehatan
mental dan kebahagiaan bagi perempuan. Di sisi lain, kasih sayang dan
kebutuhan finansial untuk anak bisa dimaksimalkan. Selain itu juga agar
memungkinkan pasangan usia subur dalam membuat pilihan metode kontrasepsi
berdasarkan informasi tentang kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi
mereka.
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin punya anak
lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien
sesuai untuk menggunakan metode ini.
Tubektomi
merupakan prosedur bedah yang dapat menghentikan kesuburan dengan
menyumbat atau memotong kedua saluran telur.
Mekanisme Tubektomi adalah dengan
menutup tuba falopi dengan mengikat dan memotong / memasang cincin
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur.
1. KONSELING
Secara etimologi, konseling berasal dari bahasa latin “Consilium” artinya dengan
atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami sedangkan
dalam bahasa Angglo Saxon adalah “Sellan” yang berarti menyerahkan atau
menyampaikan. Sedangkan menurut KBBI konseling adalah pemberian bimbingan
oleh orang yang ahli
kepada seseorang. Menurut BKKBN konseling adalah Proses pertukaran informasi
dan interaktif positif antara klien dan petugas KB untuk membantu klien
mengetahui kebutuhannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa konseling adalah
proses pemberian informasi objektif
dan lengkap, dengan paduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah
tersebut.
Tujuan konseling KB :
• Memberikan informasi yang tepat dan objektif sehingga klien merasa puas
• Mengidentifikasi dan menampung perasaan keraguan/kekhawatiran klien
tentang metode kontrasepsi
• Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka
sehingga aman dan sesuai keinginan klien
• Membantu klien agar menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih dengan
aman dan efektif
• Memberikan informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat
pelayanan KB
• Khusus Kontap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dengan metode
kontrasepsi alternative.
2. INFORMED CHOICE
Informed choice berasal dari 2 suku kata yaitu informed dan choice. Informed
berarti telah mendapatkan informasi yang lengkap dan benar, sedangkan choice
berarti pilihan.
Dengan demikian informed choice berarti pilihan yang didasari atas pengetahuan
yang cukup setelah mendapatkan informasi yang memadai (lengkap, jelas, dan
benar).
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode
kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang
paling sesuai dengan dirinya / keluarganya; Pilihan tersebut merupakan hasil
bimbingan dan
pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien;
Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang
tersedia.
3. INFORMED CONSENT
Informed concent berasal dari dua kata, yaitu informed (telah mendapat
penjelasan/keterangan/informasi) dan concent (memberikan
persetujuan/mengizinkan. Informed
concent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan
informasi.
Menurut Veronika Komalawati pengertian informed concent adalah suatu
kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan tenaga
kesehatan terhadap dirinya setelah pasien mendapatkan informasi dari tengaga
kesehtaan mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya
disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
Dalam PERMENES no 585 tahun 1989 (pasal 1)
Informed concent ditafsirkan sebagai persetujuan tindakan medis adalah
persetujuan yang
diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang
dilakukan terhadap pasien tersebut.
Informed Consent berisi tentang
Kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan
dilakukan; ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik
tersebut; standar prosedur
yang akan dilakukan dan upaya untuk menghindarkan risiko; klien menyatakan
mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan secara sadar memberikan
persetujuannya.
1. Persetujuan Tertulis
2. Persetujuan Lisan
Biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif dan tidak
mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien.
A. Kesimpulan
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program andalan pemerintah
dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan pengetahuan tentang
alat-alat kontrasepsi kepada masyarakat menjadi salah satu faktor penunjang
dalam mensukseskan program KB, untuk itu butuh keterlibatan aktif segenap
pihak dalam upaya sosialisasi metode-metode kontrasepsi. Bidan sebagai salah
satu tenaga kesehatan, dinilai menjadi salah satu subjek penting dalam
melaksanakan edukasi metode kontrasepsi kepada masyarakat, karena bidan
memiliki peran untuk melakukan konseling atau komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) kepada pasien untuk memilih metode kontrasepsi (KB) yang terbaik.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan , silahkan sampaikan kepada
kami.
Apabila ada terdapat kesalahan, mohon dapat di maafkan dan dapat dimaklumi ,
karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah, khilaf dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana, Indomedia Pustaka