Anda di halaman 1dari 17

MARKET ANALYSIS ; HALAL LIFESTYLE PADA MASA PANDEMI COVID-19

Oleh : Sugiharti1

I. Abstrak

Tren gaya hidup selalu dipengaruhi oleh sosial budaya pada suatu daerah tertentu. Begitu
pula di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Oleh sebab itu tidak
mengherankan jika gaya hidup yang ada di Indonesia akan lebih cenderung mengarah ke
ajaran agama islam. Dalam agama Islam sendiri telah ada aturan – aturan dalam urusan
tatanan kehidupan. Maka bagi seorang muslim sudah tentu akan mengikuti aturan – aturan
tersebut dalam kehidupan sehari – hari. Dan kesadaran tentang aturan – aturan tersebut
berangsur menjadi sebuah gaya hidup yang sering disebut dengan bergaya hidup halal atau
lebih sering di kenal sebagai halal life style. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan deskriptif kualitatif dengan memaparkan informasi mengenai halal lifestyle
dari berbagai macam referensi. Hasil dari penelitian memberi penjelasan bahwa halal
lifestyle di era pandemic memberi peluang baru bagi industri produk halal dengan pangsa
pasar yang semakin luas, karena tidak hanya masyarakat muslim yang menggunakan
produk halal tetapi juga masyarakat non muslim juga menggunakan produk halal yang
terjamin kebersihan dan keamanannya.

II. Pendahuluan

Perkembangan tren gaya hidup yang semakin dipengaruhi oleh adanya status muslim
dewasa muda kelas menengah, membuat industry dan pasar di Indonesia berubah. Kelas
menengah Muslim yang saat ini nyaman dengan spirit keagamaan dalam aktivitas sosial,
keluarga dan ekonomi, berperan aktif dalam menciptakan tren gaya hidup yang sesuai
dengan agama Islam atau yang belakangan ini disebut gaya hidup halal. Gaya hidup yang
mereka terapkan sesuai syariah tercermin dalam aktivitas mereka sehari-hari. 2
1
Sekolah Tinggi Agama Islam Annawawi, Purworejo
2
Yuswohady, Pemasaran Untuk Muslim Kelas Menengah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014).
Halal lifestyle adalah gaya hidup yang selaras dengan prinsip syariah yang dapat
diterapkan oleh semua orang. Dalam hal ini halal lifestyle biasanya diterapkan dalam
beberapa sektor mulai dari fashion hingga makanan yang semuanya bernuansa islami.

Setiap orang tentulah memiliki gaya hidup sendiri – sendiri. Bagi seorang yang
menerapkan halal lifestyle sudah tentu akan memperhatikan mulai dari gaya berpakaian,
kosmetik, dan barang lainnya yang sesuai dengan syariat islam. Tidak hanya dari gaya
fashion nya saja yang harus sesuai dengan syariat islam, apa yang mereka makan pun akan
selalu memperhatikan kehalalan dari produk tersebut dan sesuai dengan syariat islam
tentunya.

Pada masa Pandemi covid-19, pada praktiknya halal lifestyle membawa manfaat besar bagi
kualitas hidup manusia. Dengan mengonsumsi segala sesuatu yang baik, aman, dan sehat,
tentunya akan membuat kondisi jasmani dan rohani kita pun semakin terjaga. Tubuh akan
mendapatkan asupan nutrisi yang baik dan cukup, serta pikiran menjadi tenang karena
tahu bahwa semua yang digunakan aman dan berkualitas. Tidak hanya pada sisi asupan
makanan yang baik. Dari sisi cara berpakaian membawa manfaat yang signifikan. Dengan
menggunakan pakaian yang sesuai dengan syariat islam, seseorang yang menggunakannya
akan lebih nyaman dan pati akan lebih aman. Pakaian yang serba tertutup dapat
melindungi anda dari terpaparnya virus covid-19 yang tengah mewabah.

Dalam masyarakat muslim di Indonesia, terlebih kelas menengah dimana kemapanan


ekonomi dan spiritualnya terjaga serta memiliki intelektual yang tinggi tentunya akan lebih
memikirkangaya hidup yang sesuai dengan hidup mereka tidak hanya dari segi trend saja
namun mereka juga akan memilih produk yang halal karena ketaatan dalam prinsip
beragama.

Begitu juga dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari, mereka juga tidak ingin
meninggalkan aturan Islam dalam mengkonsumsi produk halal. Masyarakat semakin sadar
akan produk halal, baik itu makanan maupun produk yang mereka gunakan sehari-hari.
Mereka memperhatikan dengan seksama bagaimana keamanan, kebersihan, jaminan
kualitas berasal dari apa yang mereka konsumsi, dan lihatlah apa yang mereka makan,
minum, dan gunakan.3

Adanya pandemi covid-19, mengakibatkan permintaan produk halal meningkat pesat.


Bahkan telah menjadi ceruk pasar bagi industri di Indonesia, dan terbukti kini menjadi
trend atau gaya hidup di mana semua orang ingin menggunakan dan mengkonsumsi
produk halal demi kesehatan dan terhindar dari paparan covid-19. Produk halal tersebut
tidak hanya makanan, tetapi juga fashion, kosmetik, bahkan hingga sektor pariwisata.

Memperhatikan detail kehalalan merupakan wujud lain dari cerminan semangat


rasionalitas agama yang tinggi. Muslim kelas menengah semakin mencari manfaat spiritual
dari produk yang mereka beli dan konsumsi, yaitu produk yang menganut nilai-nilai Islam.
Di sinilah tren halal lifestyle semakin marak dan menjadi gaya hidup kekinian. 4

Halal sebagai gaya hidup tidak hanya sebatas kebutuhan belaka, tetapi telah menjadi tren
yang dapat meningkatkan status sosial seseorang. Bagi pelaku industri, halal sebagai
konsep gaya hidup diyakini mampu meningkatkan rangsangan positif di sektor ekonomi
melalui ekspor, pariwisata, nilai tambah produk, dan berbagai jenis sektor halal. Sedangkan
bagi yang mengkonsumsi halal lifestyle rela membeli sesuatu dengan harga yang lebih
mahal untuk mendapatkan produk yang memiliki sertifikasi halal. 5

Dalam perkembangannya halal lifestyle yang ada di Indonesia, memberikan dampak yang
sangat signifikan setidaknya ada beberapa sektor yang berkembang pesat dan banyak
membawa perubahan pada pola konsumsi sebelumnya dan banyak brand yang telah
berkembang secara internasional. Sektor-sektor tersebut mencakup makanan, keuangan,
farmasi, kosmetik, fashion, pendidikan, kesehatan dan kebugaran, rekreasi, bahkan hingga
pemilihan gadget dan selera musik.

III. Metode Penelitian

3
Puspita Sari Sukardani, Vinda Maya Setianingrum, and Aryo Bayu Wibisono, “Halal Lifestyle: Current Trends in
Indonesian Market,” in 1st International Conference on Social Sciences (ICSS 2018) (Atlantis Press, 2018), 334–39.
4
Yuswohady, Pemasaran Untuk Muslim Kelas Menengah.
5
Sukardani, Setianingrum, and Wibisono, “Halal Lifestyle: Current Trends in Indonesian Market.”
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi deskriptif kualitatif untuk
menjelaskan fenomena terkini di pasar industri halal Indonesia terutama saat pandemic
covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gaya hidup halal diterapkan
dan dipopulerkan sehingga menjadi gaya hidup seperti saat ini.

IV. Pembahasan

Gaya hidup halal (halal lifestyle) diperlukan oleh semua umat manusia tidak hanya untuk
umat Islam, karena konsep halal berlaku universal dan secara filosofis dan praktis adalah
inovasi dari standar operasional prosedur (SOP) sejak empat belas abad yang lalu ada
dalam syariah Islam. Di dalam gaya hidup halal (halal lifestyle) terdapat unsur kesehatan,
keselamatan dan keamanan, kemakmuran dan martabat manusia. Istilah gaya hidup halal
(halal lifestyle) tidak dimaksudkan untuk pembatasan atau pemaksaan, melainkan untuk
memperkenalkan kembali ramhatan lil’alalmin-nya ajaran Allah SWT dari sudut pandang
syariah yang sudah dinyatakan dalam Alquran dan hadist.

Pada masa pandemic covid-19, dengan berbagai keterbatasan di berbagai sektor, tidak
menutup kemungkinan tercipta peluang baru yang membuat bisnis halal terutama yang
berbasis online kian terbuka. Keharusan menjaga kebersihan dan kematangan dalam
mengkonsumsi makanan pada masa pandemi ini membuka sektor produksi barang halal
kian di minati. Tidak hanya pada salah satu sektor saja, tapi bahkan beberapa sektor
mengalami kenaikan permintaan produk halal kian meningkat. 6

Pada hakekatnya menjadi manusia yang “sadar halal” dan “cerdas halal” merupakan batu
loncatan menuju pilihan gaya hidup yang optimal dan ramah. Gaya hidup mengacu pada
cara hidup seharihari seseorang yang menggabungkan prinsip-prinsip, nilai-nilai dan
standar hidup yang berbeda yang biasa ia amalkan. Fakta kehidupan bahwa keadaan,
budaya, dan kondisi kehidupan sering menentukan jenis gaya hidup yang ia adopsi untuk
dirinya. Sedangkan halal lifestyle menjadi kebiasaan seseorang dalam kehidupan sehari-
harinya untuk mengkonsumsi, memanfaatkan dan menggunakan barang/jasa yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai serta prinsip-prinsip agama Islam. Syariat Islam seringkali
6
Mahani Binti Mohamad Anas Bin Mohd Yunus, Wan Mohd Yusof bin Wan Chik, “The Concept of Halalan Tayyiba
and Its Application in Products Marketing: A Case Study at Sabasun HyperRuncit Kuala Terengganu, Malaysia,”
International Journal of Business and Social Science 1 (2010): 239.
menjadi penentu utama seorang muslim untuk mencari nafkah guna kelangsungan
hidupnya. Secara implisit, halal lifestyle memiliki makna berperilaku sesuai dengan syariah
yang bertujuan untuk menjaga dan melindungi umat Islam (himayatul ummah wa
wiqoyatuha) dalam mengonsumsi barang-barang yang tidak halal dalam hidupnya.
Kesimpulannya bahwa halal lifestyle merupakan bergaya hidup yang tidak melanggar nilai-
nilai ajaran Islam.7

Halal lifestyle sangat penting bagi semua Muslim di dunia. Ini mengarah pada cara hidup
yang benar dan tidak bias. Kata Halal adalah Bahasa Arab mengacu pada tafsir Alquran
yang berarti bahwa apa pun yang diizinkan oleh syariah. Syariah menjelaskan serta
mengatur tentang sikap manusia dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. 8

Awal tahun 2010 terjadi euforia pasar, dimana perkembangan dan permintaan pasar hijab,
kosmetik halal, travel haji umroh, bank syariah, dan pop culture yang didominasi budaya
islam mengalami masa kepopulerannya. Dan pada tahun 2015, ketika umat Islam telah
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan agamanya, kesadaran riba dan pendidikan
halal semakin banyak dipelajari dan dikembangkan. Hingga tahun 2019, rantai pasok halal
mencapai masa puncaknya, di mana konsep halal mulai diterapkan di semua halal dan
mulai digunakan sebagai gaya hidup modern.9

Pada acara AICIF 2021 yang di laksanakan secara virtual, Menteri keuangan Sri Mulyani
menegaskan pengembangan industri halal menjadi fokus Indonesia, karena bukan hanya
dapat menopang perekonomian tetapi juga mendorong terciptanya keadilan sosial.

Berdasarkan Global Islamic Finance Report, total pengeluaran masyarakat dunia terhadap
makanan, kosmetik, pariwisata, dan gaya hidup halal pada 2020–2021 sebesar 2,02 triliun
dolar AS. Adapun nilai tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dari sisi konsumsi, kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) mengalami
peningkatan. Pada 2019, kontribusi ekonomi syariah terhadap PDB Indonesia sebesar 24,3
persen dan meningkat pada 2020 menjadi 24,8 persen.
7
Hendri Hermawan Adinugraha, Mila Sartika, and Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i, “Halal Lifestyle Di Indonesia,” An-
Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah 5, no. 2 (2019): 57–81.
8
Anas Bin Mohd Yunus, Wan Mohd Yusof bin Wan Chik, “The Concept of Halalan Tayyiba and Its Application in
Products Marketing: A Case Study at Sabasun HyperRuncit Kuala Terengganu, Malaysia.”
9
Yuswohady, Pemasaran Untuk Muslim Kelas Menengah.
Menurutnya pengembangan ekonomi syariah berjalan melalui sejumlah strategi, seperti
akselerasi ekonomi digital, penguatan rantai pasok halal (halal supply chain), hingga
penguatan investasi pangan halal. Selain itu, pemerintah pun menetapkan tiga kawasan
industri sebagai pusat manufaktur produk-produk halal. Ketiga kawasan industri tersebut
berada di Cikande (Banten), Sidoarjo (Jawa Timur), dan Bintan (Kepulauan Riau). Sri
Mulyani menilai pengembangan ekonomi syariah bukan hanya dapat mengoptimalkan
konsumsi dalam negeri yang besar sehingga menopang perekonomian. Namun, ekosistem
industri halal dapat membuat Indonesia berdaya saing di pasar global juga dapat
mendorong kesejahteraan masyarakat.

A. Halal Food

Industri makanan dan minuman telah lama memberikan label halal pada setiap produk
yang telah diperiksa oleh lembaga khusus. Dalam hal ini disebut Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Namun seiring dengan perkembangan gaya hidup halal, pola pikir masyarakat
dalam mengkonsumsi makanan dan minuman halal bukan hanya apakah makanan dan
minuman tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan dalam ajaran Islam,
tetapi juga proses dibalik produk tersebut, bagaimana produknya. dibuat dan perusahaan
yang melindungi produknya. Selain penggunaan bahan baku produk, tetapi faktor penentu
produksi mulai dari tenaga kerja, lokasi, dan sistem pengendalian kualitas untuk membuat
atau menghasilkan suatu produk, serta afiliasi perusahaan dengan kelompok tertentu juga
menjadi pertimbangan khusus untuk makanan dan minuman. sektor minuman disebut
halal.10

Managing Partner Inventure Yuswohady dalam Webinar Millennial Muslim Megashifts


yang di laksanakan di Jakarta pada hari Jumat tanggal 23 April 2021 mengatakan bahwa
perkembangan pasar makan halal kian meningkat. Hal ini banyak disebabkan karena

10
Joan C Henderson, “Halal Food, Certification and Halal Tourism: Insights from Malaysia and Singapore,” Tourism
Management Perspectives 19 (2016): 160–64.
konsumen di saat pandemi dan pasca-Covid-19 semakin concern dengan faktor higienitas
dan kesehatan dalam produk makanan.11

Makanan halal yang selalu terjamin kebersihan dan kesehatannya, merupakan hal utama
yang di cari konsumen selama ataupun pasca masa pandemi covid-19. Hal ini
mengakibatkan pangsa pasar makanan halal di Indonesia semakin besar. Makanan halal
saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar bagi konsumen.

B. Fashion Halal

Dewasa ini perkembangan trend fashion halal tidak terbatas kepada jilbab atau baju tetapi
sudah meluas kepada aksesoris, sepatu, tas yang menjadi pendukung busana seorang
muslim. Menurut Abdurrraham Navis (Wakil ketua Tahfidziya PBNU Jatim dalam Muflihin
(2018) menyatakan bahwa Semakin luasnya dunia fashion menimbulkan kekhawatiran
terkait bahan baku yang digunakan untuk membuatnya, apakah halal dan sesuai dengan
syariat, meskipun masalah kehalalan fashion tidak sesulit makanan dan kosmetik.
Kemudian Muflihin dalam penelitian menyebutkan bahwa hal yang paling penting dalam
industri halal adalah proses dari proses produksi, penyimpanan, distribusi, pemasaran,
sampai kepada pembeli akhir tidak boleh tercampur dengan dengan barang atau benda
yang haram.12 Kehalalan yang dimaksud dalam fashion halal menurut Aman Suparman
(Direktur Utama PT Soka Cipta Niaga, produsen halal fashion yang fokus pada kaos kaki
dan turunannya seperti manset, siput, singlet, sarung tangan, dan pakaian dalam) adalah
bahan baku yang digunakan untuk membuatnya maulai dari benang, kain, pewarna dan
pelembut, proses produksi dan lingkungan produksi. 13

Dalam tataran komunikasi pemasaran, halal fashion juga terkomodifikasi dengan hadirnya
brand-brand yang berkolaborasi dengan selebriti hijab. Hal tersebut terbukti cukup
11
Michelle Natalia, “Pandemi Bikin Makanan Halal Jadi Primadona,” Sindonews.Com, no. jumat 23 April 2021
(2021).
12
M.Dliyaul Muflihin, Tesis, Kontruksi Indikator Halal dalam Perkembangan Industri Halal Fashion, (Surabaya: UIN
Sunan Ampel, 2018), h. 66
13
Andika dan Aldi, Upaya Menjadikan Indonesia Kiblat Fesyen Muslim, https://knks.go.id/berita/322/upaya-
menjadikan-indonesia-kiblat-fesyenmuslim?category=1, diakses pada 10 Novemver 2021
mampu meningkatkan permintaan pasar karena menganggap selebritis sebagai panutan
dalam mengenakan busana karena dianggap sesuai dengan konteks halal fashion. 14 Begitu
juga dengan trend hijab sebagai penutup kepala, saat ini hijab tidak hanya difungsikan
sebagai penutup telanjang saja, tetapi sangat fashionable dan memiliki banyak pilihan dari
model, motif dan warna. Model busana muslim juga sangat digemari. Bagi sebagian wanita
muslimah yang menggunakan hijab dengan syar'i juga semakin beragam pilihan jenis,
model, dan bahan yang digunakan. Namun, semuanya tetap mengedepankan unsur syar'i. 15

Secara global pertumbuhan industri halal Indonesia juga mengalami peningkatan pada
tahun 2018 Indonesia berada urutan ke -10, tapi pada tahun 2020 Indonesia berada pada
urutan ke-4 berada di bawah Malaysia, Saudi Arabia dan UAE. Melihat perkembangan
tersebut, terlihat jelas bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
pengembangan industri halal namun sayangnya belum bisa menduduki peringkat utama
mengingat jumlah penduduk muslimnya terbanyak di dunia.16

C. Kosmetik Halal

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia tahun 2011,
kosmetik adalah bahan atau sediaan yang di maksud kan untuk di gunakan pada bagian
luar tubuh manusia (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi
dan membrane mukosa mulut, terutama untuk membersihkan mewangikan, dan
mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi tertentu.17 Saat ini komsetik menjadi sebuah kebutuhan
utama bagi wanita untuk menunjang penampilan sehingga penting untuk memperhatikan
kosmetik yang aman ketika di gunakan. Produk kosmetik memiliki resiko dalam pemakaian
yang perlu diperhatikan mengingat kandungan bahan-bahan kimia tidak selalu memberi
efek yang sama untuk setiap konsumen.18 keterangan tentang halal pada produk yang dijual

14
Sukardani, Setianingrum, and Wibisono, “Halal Lifestyle: Current Trends in Indonesian Market.”
15
Puspita Sari Sukardani, “Gaya Hidup Halal : Tren Saat Ini Di Pasar Indonesia” 226, no. Icss (2018): 334–39.
16
Agus Suaidi Baitul Hamdi Hasan, “Perkembangan Dan Tantangan Halal Fashion Indonesia Dalam Menjadi
Produsen Utama Industri Halal Global,” Al-Azhar Journal of Islamic Economics 4 (2022).
17
Nur Kholidah and Muhammad Arifiyanto, Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan Pembelian Kosmetik Berlabel
Halal (Penerbit NEM, 2020).
18
Erna Ferinnadewi, “Atribut Produk Yang Dipertimbangkan Dalam Pembelian Kosmetik Dan Pengaruhnya Pada
Kepuasan Konsumen Di Surabaya,” Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan 7 (2005).
terutama di Indonesia mempunyai arti yang sangat penting dan dimaksudkan untuk
melindungi konsumen yang beragama Islam agar terhindar produk yang haram. 19

Penggunaan brand ambassador dari produk kosmetik juga muslim hipster dimana mereka
dipandang sebagai sosok yang memiliki pola pikir global, toleran, inklusif, dan digital savvy,
serta religious.

Dengan segala bentuk pengaruh yang dihadirkan oleh para suri tauladan muslimah, kaum
muslim perkotaan semakin tergerak untuk menjadi seperti mereka dengan menggunakan
kosmetik halal sehingga tidak hanya cantik di luar tetapi juga cantik didalam. 20 Beberapa
kosmetik yang sudah memiliki konsep halal di Indonesia antara lain Wardah, Inglot,
Silkygirl, Zoya, Muslimah, dan Mazaya.21

D. Halal Tourism

Pandemi Covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia di awal tahun 2020 memberikan
pengaruh kepada sektor pariwisata. Aturan lock down dan social distancing menyebabkan
menurunnya angka kunjungan wisatawan nusantara dan juga mancanegara. Jakarta
sebagai ibukota negara dan sebagai pintu masuk utama wisatawan mancanegara turut
merasakan dampak pandemi ini. Karena adanya ketidakpastian kapan pandemi covid akan
berakhir, pemerintah dan masyarakat perlu melakukan strategi dan upaya agar dapat
bertahan di masa pandemi ini khususnya di sektor pariwisata halal. 22

Wisata halal berarti berwisata ke destinasi maupun atraksi wisata yang memiliki nilai-nilai
keislaman. Fasilitasnya memperhatikan kebutuhan beribadah, makanannya halal hingga
atraksinya tidak terlepas dari proses pengintegrasian nilainilai keislaman. kawasan wisata
halal selain memiliki sarana dan fasilitas yang sesuai kaidah keislaman, faktor penentu lain
yang menjadi keberhasilan kawasan wisata adalah dukungan dari masyarakat sekitar. 23

19
Dkk Sandi, Aris Setyawan Prima, “Persepsi Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk
Minuman Berenergi,” Jurnal Manajemen Bisnis 1, no. oktober (2011).
20
Sukardani, “Gaya Hidup Halal : Tren Saat Ini Di Pasar Indonesia.”
21
Sukardani.
22
Hasan, “Perkembangan Dan Tantangan Halal Fashion Indonesia Dalam Menjadi Produsen Utama Industri Halal
Global.”
23
Budi, Sadar Pakarti. 2015. “Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Perkotaan Stdi Kasus Jakarta.” Kolokium
Riset Universitas ke-2 173–80.
Kawasan dimana masyarakat mayoritas beragama Islam memudahkan implementasi
konsep wisata halal. Dalam beberapa kasus pariwisata halal tidak menghilangkan unsur-
unsur yang terdapat dalam wisata konvensional, pariwisata halal merupakan jenis kegiatan
tambahan. Dengan kata lain wisata halal merupakan produk pelengkap dari pariwisata
konvensional.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan jumlah kunjungan mancanegara


di Indonesia akan turun signifikan di 2020 akibat COVID-19. Maka, berkembangnya Moslim
Tourism Virtual Tour Selama pandemi dimana aktivitas keluarga lebih banyak dirumah
(Work from Home). Anjuran untuk tetap dirumah merupakan anjuran PSBB yang
disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta. Semua orang wajib berkegiatan di rumah (Work
from home) demi memutus rangkaian penyebaran virus covid 19 menyebabkan kebosanan
salah satu alternatif yaitu membuat Virtual Tourism, via virtual.travalal menggunakan
teknologi video 36 derajat dan menggunakan aplikasi video., hal ini merupakan muslim
friendly tourism Reality Tourism. Hal ini meringankan pekerjaan pemandu wisata dan
meringankan promosi dari destinasi wisata.24

Pemerintah juga sedang menyusun skema pembukaan pariwisata dari mancanegara


dengan mekanisme travel bubble atau koridor perjalanan antar negara. Skema ini
memungkinkan pemerintah melonggarkan pembatasan yang masih diberlakukan di
Indonesia agar sejumlah negara tertentu tetap dapat melakukan perjalanan dari bisnis
sampai wisata. Untuk kasus pariwisata, Hari mengatakan bentuk travel bubble bisa
diberlakukan dengan contoh negara A hanya bisa mengunjungi Bali, lalu negara B hanya
bisa ke provinsi lain. Lalu tidak menutup kemungkinan bisa keduanya yaitu mendapat
akses kunjungan ke Bali dan sejumlah provinsi sekaligus. Semangat untuk bangkit di balik
pandemi ini harus menjadi perjuangan kolektif yang harus didukung banyak pihak. 25

24
Hasan, “Perkembangan Dan Tantangan Halal Fashion Indonesia Dalam Menjadi Produsen Utama Industri Halal
Global.”
25
Hasan.
E. Barang Konsumsi

Pada masa Pandemi saat ini semakin banyak orang membutuhkan produk sehari – hari
yang halal, hal itu berdampak pada penciptaan atau modifikasi produk menjadi halal. Para
produsen berlomba – lomba menciptakan barang halal yang memiliki sertifikat. Tidak
hanya logo halal saja yang digunakan produsen untuk mempromosikan produk halal
mereka tetapi hingga proses pembuatan produk dengan kaidah syariah juga menjadi bahan
utama untuk promosi produk.

Hal ini tentu saja mencuri perhatian kaum muslim baik di perkotaan maupun di pedesaan
saat ini yang menjadikan halal sebagai gaya hidup modern. Pentingnya untuk menjaga
kebersihan selama pandemic sejalan dengan prinsip ajaran Islam yaitu kebersihan
sebagian dari Iman. Hadirnya produk bersertifikat halal yang dapat digunakan sehari-hari
tentunya membuat konsumen lebih percaya dan tenang dalam memilih suatu produk yang
di butuhkan. Disisi lain kampanye tentang produk halal semakin gencar di lakukan hal ini
menyebabkan permintaan barang halal semakin kian meningkat. Semua jenis produk
dengan sertifikasi halal sudah pasti akan laku di pasaran karena selalu di buru konsumen.

Sektor pengobatan, di Indonesia sudah ada delapan rumah sakit syariah dan tidak sedikit
juga produsen obat-obatan yang sudah memiliki sertifikasi halal. Sektor kosmetik
Indonesia juga sudah ada Wardah yang menjadikan halal sebagai jargon utamanya dalam
meraih pangsa pasarnya dengan didukung oleh halal fashion melalui jargon hijaber bagi
endorsernya.26 Karena gaya hidup berpakaian yang baik dapat mendukung kehidupan
sosial yang harmonis.27

F. Halal lifestyle sebagai kebutuhan

Industri halal saat ini merupakan bisnis besar yang sedang menjadi tren di dalam negeri
maupun manca negara. Para pengusaha menaruh banyak usaha dalam memahami apa
sebenarnya arti halal untuk memiliki pemahaman menyeluruh tentang kebutuhan dan
preferensi konsumen Muslim khususnya para kaula muda. Shelina Janmohameda
mengeksplorasi fenomena budaya yang berpengaruh dari pemuda Muslim yang percaya
26
Dunia Jilbab, “Memaknai Ke’Halal’an Fashion Dalam Tren Gaya Hidup Halal”, Artikel Islami,” 4 November 2018,
2018, https://duniajilbab.co.id/artikel-islami/memaknai-kehalalan-fashion-dalam-tren-gaya-hidup-halal/.
27
Ahmad Yani, “Label Halal Dan Konsumen Cerdas Dalam Perdagangan Pasar Bebas,” Jurnal Geografi Gea, 7
(2016): 6.
identitas mereka meliputi baik iman dan modernitas. Juga disebut sebagai “Muslim
Millennials” dan “Mipsters (Muslim Hipsters)” demografi muda ini mengubah stereotip,
dan daya beli mereka akan berpengaruh karena mereka membentuk dan mendorong masa
depan populasi Muslim.28

Halal lifestyle menjadi suatu kebutuhan. Ditinjau dari aspek perlindungan konsumen,
ketiadaan informasi halal pada suatu produk telah melanggar hak konsumen Muslim untuk
mendapatkan informasi tersebut agar tidak terjadi asimetri informasi. Kebutuhan akan
produk halal juga merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.29 Peningkatan kesadaran umat Islam di seluruh
dunia tentang kewajiban mereka untuk mengonsumsi dan menggunakan barang/jasa
berdasarkan persyaratan Islam telah menciptakan dominasi yang lebih besar terhadap
permintaan produk halal.30

Perkembangan ini juga mengarah pada meningkatnya permintaan akan produk halal
bersertifikat. Tren ini terlihat di kedua negara mayoritas dan minoritas muslim. Dengan
efek globalisasi, peredaran produk bersertifikasi halal telah menjadi kepentingan bersama
yang signifikan di seluruh dunia. Singapura, misalnya, mengeluarkan sertifikasi halal yang
sangat diakui di seluruh dunia Muslim begitu juga di Indonesia yang telah lama
mengeluarkan sertifikat halal.31 praktik halal lifestyle paling sederhana dapat dimulai
dengan mengecek apakah produk yang akan dikonsumsi itu memiliki label halal atau tidak.
Namun demikian, halal bukan hanya sekedar pada sertifikasi produknya akan tetapi juga
pada substansi serta esensi produknya dari hulu sampai ke hilir, biasa disebut dengan
rantai pasok halal atau logistik halal.32

Pertumbuhan gaya hidup halal memanifestasikan semangat rasionalitas agama yang tinggi,
menyebabkan konsumen Muslim lebih diskriminatif dalam pembelian produk mereka.

28
Angela Saini, “The New Cool: A Review of Generation M Young Muslims Changing the World by Shelina
Janmohamad,” Feminist Dissent, 2017, 209.
29
Yusuf Shofie, “Jaminan Atas Produk Halal Dari Sudut Pandang Hukum Perlindungan Konsumen,” Jurnal Syariah
33 (2015): 28.
30
Abdul Raufu Ambali dan Ahmad Naqiyuddin Bakar, “People’s Awareness on Halal Foods and Products: Potential
Issues for Policy-Makers,” Procedia Social and Behavioral Sciences 121 (2014): 4.
31
Aminuddin Hehsan & Mohd Saiful Mohd Fauzi Abu-Hussin, Fuadah Johari and Anwar Bin Mohd Nawawi, “Halal
Purchase Intention Among the Singaporean Muslim Minority,” Journal of Food Products Marketing, 2016, 2.
32
Hadijah Iberahim dan Alwi Shabudi Rohana Kamaruddin, “Willingness to Pay for Halal Logistics: The Lifestyle
Choice,” Procedia Social and Behavioral Sciences 50 (2012): 728.
Budaya Muslim di zaman modern juga semakin mencari keuntungan spiritual dari barang
dan jasa yang mereka beli dan konsumsi yang sesuai dengan ajaran Islam. Faktor halal
kemudian menjadi komersialisasi gaya hidup, di mana suatu produk harus memiliki
komponen halal, dan konsumennya menjadi bagian dari gaya hidup kontemporer. Sektor-
sektor tersebut meliputi keuangan syariah, makanan halal, dan pariwisata halal. Di
Indonesia, gaya hidup halal yang semakin berkembang mengakibatkan kebutuhan dan
permintaan akan barang dan jasa halal semakin meningkat. Ini tidak diragukan lagi
merupakan peluang yang menjanjikan bagi para pelaku industri terkait. Berdasarkan
berbagai teori dan penelitian yang penulis rujuk, dapat disimpulkan bahwa halal lifestyle di
sektor perbankan syariah, halal food, dan halal tourism dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia.33

G. Kesimpulan

Kebiasaan seseorang dalam mengkonsumsi barang/jasa yang berorientasi pada mindset


halal ini disebut juga dengan Halal lifestyle. Mengamalkan halal lifestyle dapat menjamin
dan mengelola moralitas dari apa pun yang dilakukan oleh seseorang yang terlibat di
dalamnya. Pada saat yang sama, halal lifestyle juga menjaga harga diri, martabat dan
kehormatan manusia; mengontrol diri manusia; dan menjaga integritas dan individualitas
manusia.

Pada akhirnya, konsep halal hampir diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan
Muslim. Dari sisi konsumen, konsumsi produk halal selain merasa bangga, juga dijadikan
tolak ukur pemahaman nilai-nilai agama Islam. Semakin seorang Muslim mengadopsi gaya
hidup halal, semakin baik identitasnya sebagai seorang Muslim. Sedangkan dari sisi brand,
kehalalan lebih banyak dikomunikasikan melalui logo sertifikasi dari MUI, meski beberapa
di antaranya sudah mulai dikomunikasikan melalui proses bisnis yang transparan dan
penerapan nilai-nilai bisnis yang islami.

33
Novalini Jailani and Hendri Hermawan Adinugraha, “The Effect of Halal Lifestyle on Economic Growth in
Indonesia,” Journal of Economics Research and Social Sciences 6, no. 1 (2022): 44–53.
Dari paparan di atas Secara global pertumbuhan industri halal Indonesia terlihat
mengalami peningkatan pada tahun 2018 Indonesia berada urutan ke -10, tapi pada tahun
2020 Indonesia berada pada urutan ke-4 berada di bawah Malaysia, Saudi Arabia dan UAE.
Melihat perkembangan tersebut, terlihat jelas bahwa Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar dalam pengembangan industri halal namun sayangnya belum bisa menduduki
peringkat utama mengingat jumlah penduduk muslimnya terbanyak di dunia.

Makanan halal yang selalu terjamin kebersihan dan kesehatannya, merupakan hal utama
yang di cari konsumen selama ataupun pada masa pandemi covid-19. Hal ini
mengakibatkan pangsa pasar makanan halal di Indonesia semakin besar. Makanan halal
saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar bagi konsumen.

Pada masa pandemi Covid-19 produk halal mengalami peningkatan pesat karena
permintaan pasar yang kian meningkat. Pandemi covid -19 yang mengharuskan
masyarakat untuk hidupbersih dan mengkonsumsi makanan matang adalah salah satu
penyebab naiknya permintaan pasar. Dengan demikian pasar produk halal di Indonesia
kian luas karena tidak hanya masyarakat muslim saja yang menggunakan produk halal
tetapi juga masyarakat non muslim. Hal ini dapat diartikan bahwa halal lifestyle adalah
sebuah kebutuhan hidup di masa sekarang ini.

REFERENSI

Budi, Sadar Pakarti. 2015. “Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Perkotaan Stdi
Kasus Jakarta.” Kolokium Riset Universitas
Adinugraha, Hendri Hermawan, Mila Sartika, and Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i. “Halal
Lifestyle Di Indonesia.” An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah 5, no. 2 (2019): 57–81.

Anas Bin Mohd Yunus, Wan Mohd Yusof bin Wan Chik, Mahani Binti Mohamad. “The
Concept of Halalan Tayyiba and Its Application in Products Marketing: A Case Study at
Sabasun HyperRuncit Kuala Terengganu, Malaysia.” International Journal of Business
and Social Science 1 (2010): 239.

Bakar, Abdul Raufu Ambali dan Ahmad Naqiyuddin. “People’s Awareness on Halal Foods
and Products: Potential Issues for Policy-Makers.” Procedia Social and Behavioral
Sciences 121 (2014): 4.

Ferinnadewi, Erna. “Atribut Produk Yang Dipertimbangkan Dalam Pembelian Kosmetik


Dan Pengaruhnya Pada Kepuasan Konsumen Di Surabaya.” Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan 7 (2005).

Hasan, Agus Suaidi Baitul Hamdi. “Perkembangan Dan Tantangan Halal Fashion Indonesia
Dalam Menjadi Produsen Utama Industri Halal Global.” Al-Azhar Journal of Islamic
Economics 4 (2022).

Henderson, Joan C. “Halal Food, Certification and Halal Tourism: Insights from Malaysia and
Singapore.” Tourism Management Perspectives 19 (2016): 160–64.

Jailani, Novalini, and Hendri Hermawan Adinugraha. “The Effect of Halal Lifestyle on
Economic Growth in Indonesia.” Journal of Economics Research and Social Sciences 6,
no. 1 (2022): 44–53.

Jilbab, Dunia. “Memaknai Ke’Halal’an Fashion Dalam Tren Gaya Hidup Halal”, Artikel
Islami,.” 4 November 2018, 2018. https://duniajilbab.co.id/artikel-islami/memaknai-
kehalalan-fashion-dalam-tren-gaya-hidup-halal/.

Kholidah, Nur, and Muhammad Arifiyanto. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan


Pembelian Kosmetik Berlabel Halal. Penerbit NEM, 2020.

Mohd Fauzi Abu-Hussin, Fuadah Johari, Aminuddin Hehsan & Mohd Saiful, and Anwar Bin
Mohd Nawawi. “Halal Purchase Intention Among the Singaporean Muslim Minority.”
Journal of Food Products Marketing, 2016, 2.

Natalia, Michelle. “Pandemi Bikin Makanan Halal Jadi Primadona.” Sindonews.Com, no.
jumat 23 April 2021 (2021).

Rohana Kamaruddin, Hadijah Iberahim dan Alwi Shabudi. “Willingness to Pay for Halal
Logistics: The Lifestyle Choice.” Procedia Social and Behavioral Sciences 50 (2012):
728.

Saini, Angela. “The New Cool: A Review of Generation M Young Muslims Changing the
World by Shelina Janmohamad.” Feminist Dissent, 2017, 209.

Sandi, Aris Setyawan Prima, Dkk. “Persepsi Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Pada Produk Minuman Berenergi.” Jurnal Manajemen Bisnis 1, no. oktober
(2011).

Shofie, Yusuf. “Jaminan Atas Produk Halal Dari Sudut Pandang Hukum Perlindungan
Konsumen.” Jurnal Syariah 33 (2015): 28.

Sukardani, Puspita Sari. “Gaya Hidup Halal : Tren Saat Ini Di Pasar Indonesia” 226, no. Icss
(2018): 334–39.

Sukardani, Puspita Sari, Vinda Maya Setianingrum, and Aryo Bayu Wibisono. “Halal
Lifestyle: Current Trends in Indonesian Market.” In 1st International Conference on
Social Sciences (ICSS 2018), 334–39. Atlantis Press, 2018.

Yani, Ahmad. “Label Halal Dan Konsumen Cerdas Dalam Perdagangan Pasar Bebas.” Jurnal
Geografi Gea, 7 (2016): 6.

Yuswohady. Pemasaran Untuk Muslim Kelas Menengah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2014.

Andika dan Aldi, Upaya Menjadikan Indonesia Kiblat Fesyen Muslim,


https://knks.go.id/berita/322/upaya-menjadikan-indonesia-kiblat-fesyenmuslim?
category=1, diakses pada 10 Novemver 2021

Anda mungkin juga menyukai