Anda di halaman 1dari 10

Jaminan Produk Halal di Indonesia...

( May Lim Charity )

JAMINAN PRODUK HALAL DI INDONESIA


( HALAL PRODUCTS GUARANTEE IN INDONESIA)

May Lim Charity


Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM
Jln. Rasuna Said Kav 6-7 Kuningan Jakarta Selatan Indonesia
E-mail: charity_maylim@yahoo.com
(Naskah diterima 10/02/2017, direvisi 24/03/2017, disetujui 27/03/2017)

Abstrak
Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap konsumen, terutama konsumen muslim. Dalam
sistem perdagangan internasional masalah sertifikasi dan penandaan kehalalan produk mendapat perhatian
baik dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen umat Islam di seluruh dunia sekaligus sebagai
strategi menghadapi tantangan globalisasi. Di Indonesia, sudah dibentuk peraturan perundang-undangan jauh
sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UUJPH). Tulisan ini
mengkaji pengaturan produk halal sebelum UUJPH dan pengaturan produk halal dalam UUJPH. Dengan adanya
pengaturan tersebut, semakin mempertegas betapa mendesaknya persoalan halal-haram dalam rantai produksi
dari pelaku usaha hingga sampai dan dikonsumsi oleh konsumen dan merupakan wujud nyata negara dalam
melindungi konsumen.
Kata kunci: halal, jaminan produk halal, konsumen.

Abstract
Halal products become a customer priority need, especially muslim customer. The issue of Certification and labeling
of halal products had got attention in world wide trading system to provide protection for muslim customer as well
as strategy to face the challenge of globalisation. Indonesia has established many legal policies and rules long time
ago to manage the distribution/circulation of halal products. Even these rules/regulatiom has been estsblished
before law Number 33 of 2014 on halal producrs guarantee (UUJPH). This article is writen to review the regulation
of halal needs before UUJPH and after UUJPH was made in it. This regulation is underlined the urgency og halal
haram issues in production bussiness that bussinessman do until the customer consume it and it is one of the way
that government protect the costumers.
Keywords: halal, halal product guarantee, customer.

A. Pendahuluan
Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan Dalam industri pangan saat ini, bahan
wajib bagi setiap konsumen, terutama konsumen pangan diolah melalui berbagai teknik dan
muslim. Baik itu produk berupa makanan, metode pengolahan baru dengan memanfaatkan
obat-obatan maupun barang-barang konsumsi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
lainnya. Seiring besarnya kuantitas konsumen sehingga menjadi produk yang siap dilempar
muslim di Indonesia yang jumlahnya mencapai untuk dikonsumsi masyarakat di seluruh dunia.
204,8 juta jiwa penduduk Indonesia, dengan Namun demikian perlu diingat bahwa sebagian
sendirinya pasar Indonesia menjadi pasar besar produk industri pangan dan teknologi
konsumen muslim yang sangat besar. Oleh karena pangan dunia tidak menerapkan sistem sertifikasi
itu, jaminan akan produk halal menjadi suatu halal. Hal ini menimbulkan kekhawtiran bahwa
hal yang penting untuk mendapatkan perhatian dalam menghadapi perdagangan bebas tingkat
dari negara. Sebagaimana yang tercantum regional, internasional, dan global, Indonesia
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar sedang dibanjiri produk pangan dan produk
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD lainnya yang mengandung atau terkontaminasi
1945) bahwa Negara berkewajiban melindungi unsur haram. Dalam teknik pemrosesan,
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah penyimpanan, penanganan, dan pengepakan
darah Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan acapkali digunakan bahan pengawet yang
umum.

99
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 99 - 108

membahayakan kesehatan atau bahan tambahan dari masyarakat setempat.3 Sejumlah restoran
yang mengandung unsur haram yang dilarang di New Zealand juga sangat memperhatikan
dalam agama Islam. pentingnya tersedianya produk halal di negara
Masalah sertifikasi dan penandaan kehalalan tersebut, sehubungan dengan kedatangan para
produk dalam sistem perdagangan internasional wisatawan dari negara-negara muslim. Namun
mendapat perhatian baik dalam rangka tetap saja mayoritas dari 99 (sembilan puluh
memberikan perlindungan terhadap konsumen sembilan) restoran yang diteliti menolak untuk
umat Islam di seluruh dunia, sekaligus sebagai mempromosikan produk makanan halal dengan
strategi menghadapi tantangan globalisasi alasan tidak menguntungkan bisnis restoran
dengan berlakunya sistem pasar bebas dalam mereka. Di Belanda, sama halnya dengan
kerangka ASEAN-AFTA, NAFTA, Masyarakat negara-negara Eropa lainnya, pasar bagi produk
Ekonomi Eropa, dan Organisasi Perdagangan makanan halal sedang berkembang, bersesuaian
Internasional (World Trade Organization). Sistem dengan perundang-undangan makanan yang
perdagangan internasional sudah lama mengenal Islamis (Islamic food laws). Jepang juga memiliki
ketentuan halal dalam CODEX yang didukung perhatian sangat serius terhadap tren halal.
oleh organisasi internasional berpengaruh Salah satu indikasinya yaitu dengan digelarnya
antara lain WHO, FAO, dan WTO. Bahkan gaya Japan Halal Expo yang memuat produk halal
hidup halal saat ini sedang melanda dunia. buatan Jepang.5 Pergelaran ini berhasil menyedot
Tidak hanya menggejala pada negara-negara perhatian dan minat berbagai pihak.
yang mayoritas penduduknya muslim, tetapi Respon positif terhadap masalah kehalalan
juga negara berpenduduk mayortas non muslim. terutama terkait makanan, obat-obatan, dan
Perusahaan berskala global juga saat ini telah kosmetik telah dilakukan oleh Pemerintah
menerapkan sistem halal. Sebut saja seperti Republik Indonesia dengan diterbitkannya be-
Japan Airlaines, Singapore AirLines, Qantas, berapa peraturan perundang-undangan. Namun
America Airlines, yang menyediakan menu halal peraturan-peraturan tersebut dibuat secara
parsial, tidak konsisten, terkesan tumpang
(Moslem meal). Gejala halal juga merambah
tindih, dan tidak sistemik sehingga secara teknis
negara Amerika, Australia, Jepang, Cina, India,
belum dapat dijadikan payung hukum yang kuat
dan negara-negara Amerika Latin.1
dan secara spesifik dapat mengikat terhadap
Pada tahun 2010 di London telah persoalan kehalalan produk kepada produsen
dilaksanakan World Halal Forum Europe, dimana (pelaku usaha) maupun jaminan kepada
dalam forum tersebut dihadirkan banyak ahli, konsumen. Hal inilah yang menyebabkan belum
termasuk ahli hukum. Perkembangan teoritis ada jaminan kepastian hukum yang mengatur
dan praksis dipertemukan menyangkut isu tentang produk halal, padahal kebutuhan akan
utama yang dibahas, yaitu: “Halal Products and jaminan produk halal menjadi keniscayaan dan
Services–Going Mainstream”. Dari isu utama sangat mendesak terutama dalam kaitannya
tersebut dibicarakan 6 (enam) topik, yaitu: (1) dengan perlindungan konsumen dan kancah
Akreditasi dan sertifikasi halal internasional; (2) perdagangan global.
Isu dan tantangan pasar Uni Eropa; (3) Masalah Lahirnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun
jaminan keamanan dan kualitas pangan bagi 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UUJPH)
pelaku usaha produk halal; (4) Pentingnya sesungguhnya semakin mempertegas betapa
pertumbuhan sektor halal dalam iklim ekonomi mendesaknya persoalan halal-haram dalam
saat itu (hingga saat ini); (5) Pertumbuhan produk rantai produksi dari pelaku usaha hingga sampai
halal di pasar retail Uni Eropa dan Inggris (UK); di tangan konsumen dan dikonsumsi oleh
konsumen, dimana terdapat pula peran pihak
serta (6) Pengaruh perubahan tingkat preferensi
perantara seperti distributor, subdistributor,
dan kepedulian konsumen.2 Di India pelaksanaan
grosir, maupun pengecer sebelum sampai ke
sertikasi produk halal mengalami perkembangan
tangan kosnumen akhir. Pemberlakuan UUJPH
yang kondusif serta penerimaan yang positif
bertujuan agar pihak konsumen (masyarakat

1 Asrorun Ni’am Sholeh, “Halal Jadi Tren Global” dalam GATRA Edisi 29 Juli 2015, h. 34-35.
2 The Premier Global Halal Industry Event: World Halal Forum Europe (The Executive Review), London, UK, 10-11 November 2010 di
London
3 Yasmin Saeed and James Ondracek, “Dakota Halal Processing: A Case Study and Halal Food Management Framework”, Delhi Business
Review, Vol.5 No.2, July – December 2004, pp.33-45.
4 Wan Melissa Wan-Hassan and Khairil Wahidin Awang, “Halal Food in New Zealand Restaurants: An Exploratory Study”, Int.Journal
of Economics and Management, 2009: 3(2), pp.385-402.
5 Japan Halal Expo 2015, Jurnal Halal No. 113/Mei-Juni Th.XVIII 2015, h. 18.

100
Jaminan Produk Halal di Indonesia...( May Lim Charity )

luas) mendapatkan kepastian hukum terhadap 1996 tentang Pangan menyebutkan dalam
produk makanan dan barang konsumsi lainnya. konsiderannya bahwa pangan merupakan
Sedangkan bagi pelaku usaha, hadirnya UUJPH kebutuhan dasar manusia yang paling utama
memberikan panduan bagaimana mengolah, dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak
memproses, memproduksi, dan memasarkan asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-
produk kepada masyarakat konsumen, serta Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
bagaimana membuat informasi produk halal 1945 (UUD 1945) sebagai komponen dasar
kepada konsumen.6 untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
UUJPH tidak hanya ditujukan untuk berkualitas. Oleh karena itu, negara berkewajiban
memberikan perlindungan dan jaminan kepada mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan,
konsumen semata dengan pemberian sertifikasi dan pemenuhan konsumsi pangan yang
halal. Produsen juga menuai manfaat dari UU ini cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang.
yaitu dengan adanya kepastian hukum terhadap Secara eksplisit dalam UU Pangan bahkan
seluruh barang yang diproduksi, sehingga menyatakan bahwa penyediaan pangan yang
UUJPH akan berdampak positif bagi dunia usaha.
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
Jaminan produk halal untuk setiap produk juga
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan
dapat memberikan manfaat bagi perusahaan,
Daerah. Keamanan pangan dimaksudkan untuk
mengingat produk yang bersertifikat halal akan
menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu,
lebih dipilih dan digemari konsumen sehingga
dapat meningkatkan penjualan. Hal ini bukan bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama,
saja diminati oleh muslim tetapi juga masyarakat keyakinan, dan budaya masyarakat. Selain
non muslim, karena masyarakat non muslim itu, keamanan pangan dimaksudkan untuk
beranggapan bahwa produk halal terbukti mencegah kemungkinan cemaran biologis,
berkualitas dan sangat baik untuk kesehatan kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
tubuh manusia.7 merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia. Terkait dengan jaminan penyediaan
B. Pembahasan dan keamanan pangan yang terkait dengan
B.1.
Pengaturan Produk Halal sebelum kehalalan pangan disebutkan bahwa hal tersebut
Undang-Undang Jaminan Produk Halal menjadi tanggungjawab pemerintah pusat dan
Sebagai wujud nyata kehadiran negara daerah untuk melakukan pengawasan terhadap
dalam melindungi konsumen dari produk yang penerapan sistem Jaminan Produk Halal (JPH)
tidak halal, ada banyak perundang-undangan yang dipersyaratkan.8
yang sejak lama digunakan untuk mengatur Adapun mengenai pelabelan halal, pelaku
peredaran produk halal. Peraturan-peraturan usaha pangan wajib mencantumkan label halal
tersebut bahkan jauh sebelum Rancangan di dalam dan/atau pada kemasan pangan.
Undang-Undang Jaminan Produk Halal (RUU Hal ini berlaku baik untuk produsen domestik
JPH) dibahas di DPR. Hal ini menandakan maupun produsen pangan impor yang memasuki
bahwa persoalan pengaturan produk halal
Indonesia. Pencantuman label ini di dalam dan/
sesungguhnya sudah sejak lama diperlukan
atau pada kemasan pangan ditampilkan dengan
baik dalam konteks peradaran barang dalam
Bahasa Indonesia secara tegas dan jelas sehingga
skala domestik maupun peredaran barang
mudah dimengerti oleh masyarakat.9
dalam perdagangan global terutama yang terkait
dengan kegiatan ekspor impor. Mengenai promosi/iklan label halal terhadap
produk pangan maka produsen/pelaku usaha
B.1.1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 harus mempertanggungjawabkan sekali
tentang Pangan kehalalan atas produk tersebut. Demikian pula
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 terkait dengan iklan Pangan yang menyebutkan
tentang Pangan (UU Pangan) yang merupakan kehalalan produk pangan setiap orang wajib
pengganti dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun bertanggung jawab atas kebenarannya.10

6 Hukumonline.com, UU Jaminan Produk Halal Memberikan Kepastian Hukum Kepada Kosumen, sebagaimana dalam http://www.
hukumonline.com/berita/baca/lt54241d9c5a5ed/uu-jaminan-produk-halal-berikan-kepastian-hukumbagi-konsumen
7 Ma’ruf Amin, Fatwa Produk Halal Melindungi dan Menentramkan, Jakarta: Pustaka Jurnal Halal, 2010, h. 79.
8 Pasal 95 UU Pangan menyatakan: Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap penerapan sistem jaminan
produk halal bagi yang dipersyaratkan terhadap Pangan. Penerapan sistem jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9 Lihat Pasal 97 UU Pangan
10 Pasal 105 UU Pangan

101
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 99 - 108

B.1.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 e. hak untuk mendapatkan advokasi, per-
tentang Kesehatan lindungan dan upaya penyelesaian sengketa
Pengaturan tentang produk halal tidak perlindungan konsumen secara patut;
secara eksplsit diatur oleh UU Kesehatan. UU f. hak untuk mendapat pembinaan dan
Kesehatan hanya memberikan rambu-rambu pendidikan konsumen;
secara umum dalam memproduksi, mengolah g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara
serta mendistribusikan makanan dan minuman benar dan jujur secara tidak diskriminatif;
hasil teknologi rekayasa genetik yang diedarkan h. hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi
terjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dan/atau penggantian, apabila barang dan/
dimakan manusia, dan lingkungan.11 Selain atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
itu, setiap orang dan/atau badan hukum yang perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
memproduksi dan mempromosikan produk dan
makanan dan minuman dan/atau yang
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan
diperlakukan sebagai makanan dan minuman
perundangundangan lainnya.
hasil olahan teknologi dilarang menggunakan
Sedangkan dalam Pasal 5 UU Konsumen
kata-kata yang mengecoh dan/atau yang
diatur mengenai kewajiban konsumen yaitu:
disertai klaim yang tidak dapat dibuktikan
kebenarannya. a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi
dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
Makanan dan minuman yang dipergunakan
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
untuk masyarakat harus didasarkan pada
keselamatan;
standar dan/atau persyaratan kesehatan.
Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan b. beritikad baik dalam melakukan transaksi
setelah mendapat izin edar sesuai dengan pembelian barang dan/ atau jasa;
ketentuan peraturan perundang-undangan. c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati; dan
B.1.3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum
tentang Perlindungan Konsumen
sengketa perlindungan konsumen secara
Dalam Undang-Undang Perlindungan patut.
Konsumen (UU Konsumen) asas dari per- Berdasarkan kedua pasal di atas jelas sudah
lindungan konsumen meliputi asas manfaat, bahwa konsumen berhak mendapatkan yang
keadilan, keseimbangan, keamanan dan benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
keselamatan konsumen, serta kepastian jaminan barang dan/atau jasa, dan berkewajiban
hukum.12 Di sini konsumen secara eksplisit membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan
berhak mendapatkan jaminan perlindungan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang
hukum dari adanya undang-undang. Pasal 4 dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
UU Konsumen menetapkan hak-hak konsumen Dalam hal ini, kewajiban pengusaha sebagai
yaitu sebagai berikut: produsen yaitu untuk menyediakan dan mem-
a. hak atas keamanan, kenyamanan dan berikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
keselamatan dalam mengkonsumsi barang mengenai kondisi barang atau jasa, serta
dan/atau jasa; memberi penjelasan penggunaan, perbaikan,
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa dan pemeliharaan atas produk yang dihasilkan.
serta mendapatkan barang dan/jasa tersebut Berdasarkan hak-hak konsumen tersebut,
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta maka penyampaian informasi yang berkaitan
jaminan yang dijanjikan; dengan produk harus dapat memberikan kepasti-
c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur an kepada konsumen. Hal tersebut dilakukan
dan mengenai kondisi dan jaminan barang untuk melindungi hak-hak konsumen. Maka
dan/atau jasa; perlu ditekankan bahwa penyampaian informasi
d. hak untuk didengar pendapat atau keluhan- yang berkaitan dengan produk makanan harus
nya atas barang dan/atau jasa yang memberikan jaminan bahwa produk makanan
digunakan; tersebut adalah halal. Hal ini penting bagi kaum

11 Lihat Pasal 109 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


12 Lihat UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

102
Jaminan Produk Halal di Indonesia...( May Lim Charity )

muslimin, sebab mengkonsumsi produk halal pangan, tetapi harus pula dapat dibuktikan
merupakan ketentuan syariat yang tidak dapat dalam proses produksinya. Untuk mendukung
ditawar-tawar.13 kebenaran pernyataan halal, setiap orang yang
memproduksi atau memasukkan pangan yang
B.1.4.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan diperdagangkan wajib memeriksakan terlebih
Pangan dahulu pangan tersebut pada lembaga pemeriksa
Pengaturan mengenai label pangan PP yang telah diakreditasi sesuai dengan ketentuan
tersebut tertuang dalam Bab II, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.15
lima belas bagian. Mandat yang sama dengan
UU Pangan juga disebutkan dalam PP ini, yaitu B.1.5. Instruksi Presiden (Inpres) Tahun 1991
dalam Pasal 2 ayat (1) yang memerintahkan tentang Peningkatan Pembinaan dan
agar setiap orang yang memproduksi atau Pengawasan Produksi dan Peredaran
memasukkan ke dalam wilayah Indonesia Makanan Olahan
pangan yang dikemas untuk diperdagangkan Melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2
wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan Tahun 1991 yang terbit tanggal 12 Juni 1991,
atau di kemasan pangan. Presiden menginstruksikan kepada Menteri
Pada PP Label dan Iklan Pangan, pengaturan Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,
pencantuman keterangan tentang halal pada Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan,
label pangan diatur dalam pasal tersendiri yaitu Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian,
Pasal 10 dan Pasal 11. Akan tetapi, agar tidak Menteri Perdagangan, Menteri Agama dan para
terlihat adanya pemisahan antara label pangan Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I, untuk
dengan keterangan halal sebagai bagian dari meningkatkan pembinaan dan pengawasan
keterangan yang setidaknya harus termuat produksi dan peredaran makanan olahan.
dalam label, maka PP ini membuat suatu benang Instruksi Presiden tersebut antara lain
merah dengan menyatakan bahwa pernyataan menyatakan bahwa masyarakat perlu dilindungi
halal tersebut merupakan bagian yang tidak dari produk dan peredaran makanan yang tidak
terpisahkan dari Label. memenuhi syarat terutama dari segi mutu,
Pasal 10 ayat (1) PP Label dan Iklan kesehatan, keselamatan dan keyakinan agama.
Pangan menyatakan bahwa; Setiap orang yang Agar pelaksanaan instruksi tersebut tercapai,
memproduksi atau memasukkan pangan yang perlu dilakukan peningkatan dan pengawasan
dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk kegiatan produksi, peredaran, dan/atau
diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan pemasaran makanan olahan yang dilakukan
tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab secara terus menerus dan terkoordinir.
atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib
B.1.6. Keputusan Menteri dan Keputusan
mencantumkan keterangan atau tulisan halal
Bersama Menteri
pada Label. Pencantuman keterangan halal atau
Selain peraturan perundang-undangan yang
tulisan “halal” pada label pangan merupakan
disebut di atas, setidaknya ada 3 (tiga) keputusan
kewajiban apabila pihak yang memproduksi dan
menteri dan keputusan bersama menteri yang
atau memasukkan pangan ke dalam wilayah
mengatur tentang pencantuman halal pada
Indonesia menyatakan (mengklaim) bahwa
makanan, yaitu:
produknya halal bagi umat Islam. Penggunaan
bahasa atau huruf selain bahasa Indonesia dan a. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
huruf Latin, harus digunakan bersamaan dengan Menteri Agama RI Nomor: 427/Menkes/SKB/
padanannya dalam bahasa Indonesia dan huruf VIII/1985, Nomor 68 Tahun 1985 tentang
Latin.14 Pencantuman Tulisan “Halal” Pada Lebel
Makanan.
Kebenaran suatu pernyataan halal pada label
pangan tidak hanya dibuktikan dari segi bahan b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
baku, bahan tambahan pangan, atau bahan Indonesia Nomor: 82/ MENKES/SK/I/1996
bantu yang digunakan dalam memproduksi tentang Pencantuman tulisan “Halal”

13 Tulus Abadi Dkk. Tim Pengkajian Hukum tentang Peran Serta Masyarakat dalam pemberian Informasi Halal, Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta: 2011, h. 22.
14 Ibid 25
15 Ibid 27

103
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 99 - 108

pada Label Makanan, yang diubah dengan hukum dan jaminan hukum bagi konsumen
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: untuk dapat mengkonsumsi produk halal,
924/MENKES/SK/VIII/1996 Tentang Per- sehingga masyarakat mengalami kesulitan
ubahan atas Kepmenkes RI Nomor 82/ dalam membedakan antara produk yang halal
Menkes/SK/1996. dan produk yang haram. Selain itu, pengaturan
c. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri produknya masih sangat terbatas hanya soal
Agama dan Menteri Kesehatan Nomor pangan dan belum mecakup obat-obatan,
472/MENKES/SKB/VIII/1985 dan Nomor kosmetika, produk kimia biologis, maupun
68/1985 tentang pengaturan tulisan “halal” rekayasa genetik. Kedua, tidak ada kepastian
pada label makanan. hukum kepada institusi mana keterlibatan
Berdasarkan SKB Menteri Agama dan negara secara jelas di dalam jaminan produk
Menteri Kesehatan Nomor 472/MENKES/ halal. Sistem yang ada belum secara jelas
SKB/VIII/1985 dan Nomor 68/1985 tentang memberikan kepastian wewenang, tugas,
pengaturan tulisan “halal” pada label makanan dan fungsi dalam kaitan implementasi JPH,
di atas, maka maka dibentuklah LPPOM MUI termasuk koordinasinya. Ketiga, peredaran dan
yang didirikan MUI pada tahun 1989 sebagai produk di pasar domestik makin sulit dikontrol
Pihak yang menerbitkan sertifikat halal sebelum akibat meningkatnya teknologi pangan, rekayasa
terbentuknya BPJH.16 teknomoli, bioteknologi, dan proses kimia
biologis. Keempat, produk halal Indonesia belum
Selain peraturan di atas, masih banyak lagi
memiliki standar dan tanda halal resmi (standar
beberapa aturan, baik yang terkait langsung
halal nasional) yang ditetapkan oleh pemerintah
maupun tidak langsung, yang mengatur masalah
sebagaimana di Singapura, Amerika Serikat, dan
produk halal. Setidaknya, terdapat 17 (tujuh
Malaysia. Kelima, sistem informasi produk halal
belas) produk peraturan perundang-undangan
belum sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
yang bisa dijadikan legal basis untuk melindungi
kebutuhan masyarakat tentang produk-produk
konsumen muslim dari produk yang tidak
yang halal.19
halal (haram). Dengan demikian, pada konteks
yuridis normatif sebenarnya aturan yang ada Setelah melewati proses yang panjang
di Indonesia sudah cukup untuk melindungi akhirnya DPR mengesahkan Undang-Undang
konsumen muslim dari produk yang tidak halal. Nomor 33 tentang Jaminan Produk Halal
Walaupun, memang, aturan-aturan tersebut (UUJPH). Undang-undang tersebut digagas oleh
masih terserak atau masih bersifat sektoral. DPR RI periode tahun 2004-2009 dan kemudian
dibahas oleh DPR RI bersama pemerintah
B.2. Undang-Undang Jaminan Produk Halal pada periode 2009-2014. Yang cukup menarik
Doktrin halalan thoyyib (halal dan baik) adalah semua fraksi di DPR yang merupakan
sangat perlu untuk diinformasikan secara efektif perwakilan dan perpanjangan tangan dari partai
dan operasional kepada masyarakat disertai politik secara aklamasi memberikan persetujuan
dengan tercukupinya sarana dan prasarana. terhadap UUJPH. RUU Jaminan Produk Halal
Salah satu sarana penting untuk mengawal (RUU-JPH) sempat mendapatkan penolakan dari
doktrin halalan thayyib adalah dengan hadirnya Fraksi Partai Damai Sejahtera (PDS). Melalui
pranata hukum yang mapan, sentral, humanis, anggotanya PDS menolak jaminan produk halal
progresif, akamodatif dan tidak diskriminatif ini diatur undang-undang.20 Pemahaman tentang
yakni dengan hadirnya Undang- Undang halal tidaknya sebuah produk atau makanan
Jaminan Produk Halal.17 menurut partai tersebut cukup diserahkan
Beberapa faktor yang mendasari pentingnya kepada agamanya sendiri untuk memberikan
UU-JPH antara lain,18 pertama berbagai aturan.
peraturan perundang-undangan yang telah ada RUU ini hal positif bagi umat Islam, tetapi
yang mengatur atau yang berkaitan dengan di sisi lain mungkin sebaliknya untuk umat
produk halal belum memberikan kepastian agama lain. Seperti halnya daging babi, untuk

16 Tulus Abadi Dkk. Op. Cit, h. 22


17 Sofyan Hasan, Sertifikasi Halal dalam Hukum Positif, Regulasi dan Implementasinya di Indonesia, Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2014, h. 351.
18 Naskah Akademik RUU-JPH, h. 6-7
19 Ibid, h. 3-4
20 PDS Tolak RUU Jaminan Produk Halal, republika.co.id sebagaimana dalam http://www.republika.co.id/berita/shortlink/31828

104
Jaminan Produk Halal di Indonesia...( May Lim Charity )

umat Islam daging babi sebuah makanan yang B.3. Badan Penyelenggara JPH (BPJH)
haram, tapi sebaliknya untuk umat Kristen Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
mengkonsumsi babi diperbolehkan. Artinya, tentang Jaminan Produk Halal (UU-JPH)
haramnya umat Islam belum tentu haram untuk memperkuat dan mengatur berbagai regulasi
umat beragama lainnya. Hal ini menunjukan halal yang selama ini tersebar di berbagai
bahwa haram atau tidaknya sebuah makanan peraturan perundang-undangan. Di sisi lain
tidak bisa dimonopoli oleh agama. Meski begitu, UUJPH dapat disebut sebagai payung hukum
PDS tidak meminta RUU-JPH dihentikan dibahas. (umbrella act) bagi pengaturan produk halal.
Mereka ingin melihat substansi dari undang- Jaminan Produk Halal (JPH) dalam undang-
undang tersebut yang harus meliputi prinsip undang ini mencakup berbagai aspek tidak
keadilan dan kesetaraan, sehingga diperlukan hanya obat, makanan, dan kosmetik akan tetapi
adanya perubahan-perubahan dalam RUU lebih luas dari itu menjangkau produk kimiawi,
tersebut agar dapat diterima oleh seluruh warga produk biologi, produk rekayasa genetik, serta
negara Indonesia.21 Dalam proses berikutnya, barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
RUU-JPH terus melaju dan kekhawatiran PDS
dimanfaatkan oleh masyarakat.25
tersebut pelan-pelan mulai terjawab. Perdebatan
Pengaturannya pun menjangkau kehalalan
demi perdebatan yang menjadi ciri khas di dalam
produk dari hulu sampai hilir. Proses Produk
perumusan perundang-undangan menjadi
Halal yang selanjutnya disingkat PPH
bumbu penyedap. Semua itu menggambarkan
didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan
dinamika perumusan perundang-undangan
untuk menjamin kehalalan produk mencakup
yang terjadi. Melalui jalan berliku yang seperti
penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan,
itu, akhirnya RUU-JPH ini disepakati dan
pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan
disahkan DPR.
penyajian produk. Hal ini bertujuan memberikan
UUJPH dapat disebut sebagai formalisasi
kenyamanan, keamanan, keselamatan,
syariat Islam yang masuk dan meresap ke
dan kepastian ketersediaan produk halal
dalam hukum nasional melalui proses legislasi22
bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan
sebagaimana halnya undang-undang yang lebih
menggunakan produk serta meningkatkan nilai
dahulu dikodifikasi karena ‘terinspirasi’ oleh
tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi
syariat Islam seperti Undang-Undang Zakat,
dan menjual produknya. Jaminan produk halal
Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang
secara teknis kemudian dijabarkan melalui
Wakaf, Undang-Undang Penyelenggaran Ibadah
proses sertifikasi. Sebelumnya sertifikasi halal
Haji, Undang-Undang Peradilan Agama, Undang-
bersifat voluntary, sedangkan UUJPH menjadi
Undang Perbankan Syariah dan sebagainya,
meskipun tidak secara langsung disebutkan mandatori. Karena itu, semua produk yang
syariat Islam sebagai hukum Islam. Hal semacam masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah
ini dapat dipahami mengingat persoalan yang Indonesia wajib bersertifikat halal. Hal inilah
terus berkembang dan semakin kompleks sesuai yang menjadi pembeda utama dengan produk
dengan perkembangan zaman.23 Indonesia perundang-undangan sebelumnya. Nantinya
sebagai negara dengan ciri masyarakat yang sebagai penanggungjawab sistem jaminan halal
relegius dan memiliki kayakinan agama yang dilakukan oleh pemerintah yang diselenggarakan
kuat sehingga mempengaruhi norma, nilai, Menteri Agama dengan membentuk Badan
budaya dan perilaku pemeluknya. Konstitusi Penyelenggara JPH (BPJPH) yang berkedudukan
Negara Republik Indonesia mengakui relegiusitas di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri
tersebut sebagaimana tertuang dalam Pasal 29 Agama. BPJPH memiliki kewenangan sebagai
UUD 1945 yang yang berdasarkan Ketuhanan.24 berikut:28

21 Fraksi PDS Tolak Jaminan Produk Halal dijadikan Undang-undang, hukumoline.com sebagaimana dalam, http://www.hukumonline.
com/berita/baca/hol21214/fraksi-pds-tolak-jaminan-produk-halal-dijadikan-uu.
22 Legislasi adalah proses pembentukan hukum secara tertulis dengan/melalui negara sebagaimana definisi Rousseau “legislation is
expresstion of the general will, such that a free people is only bound by thelaw which they have made for the salves” sebagaimana dalam
Janzuni, Legislasi Hukum Islam di Indonesia ( Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 2005, 33.
23 Ija Suntana, Politik Hukum Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2014, h. 83.
24 Masdar Farid Masudi, Syarah Konstitusi UUD 1945 dalam Perspektif Islam, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2010, h. XIII
25 Lihat pasal 1 ayat (1) UUJPH
26 Pasal Pasal 1 ayat (3) UUJPH
27 Pasal 4 UUJPH
28 Pasal 6 UUJPH

105
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 99 - 108

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan UUJPH memberikan mandat bahwa


JPH; BPJPH harus dibentuk paling lambat 3 (tiga)
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
kriteria JPH; diundangkan. Peraturan pelaksanaan Undang-
c. menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal Undang ini harus ditetapkan paling lama 2
dan Label Halal pada Produk; (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang
ini diundangkan, namun sampai sekarang
d. melakukan registrasi Sertifikat Halal pada
Peraturan Pelaksana UUJPH ini belum juga
Produk luar negeri;
dibuat. Kewajiban bersertifikat halal bagi produk
e. melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi
yang beredar dan diperdagangkan di wilayah
Produk Halal;
Indonesia mulai berlaku 5 (lima) tahun terhitung
f. melakukan akreditasi terhadap LPH (lembaga sejak Undang-undang ini diundangkan. Sebelum
penjamin halal kewajiban bersertifikat halal berlaku, jenis
g. melakukan registrasi Auditor Halal; Produk yang bersertifikat halal diatur secara
h. melakukan pengawasan terhadap JPH; bertahap.
i. melakukan pembinaan Auditor Halal; dan
C. Penutup
j. melakukan kerja sama dengan lembaga dalam
dan luar negeri di bidang penyelenggaraan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014
JPH. tentang Jaminan Produk Halal (UUJPH)
Dalam melaksanakan wewenangnya BPJPH mempertegas betapa mendesaknya persoalan
bekerja sama dengan Kementerian dan/atau halal-haram dalam rantai produksi dari pelaku
lembaga terkait, Lembaga Pemeriksa Halal usaha hingga sampai ke tangan konsumen
(LPH dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kerja dan dikonsumsi oleh konsumen. Sebelum
sama BPJPH dengan LPH dilakukan untuk terbentuknya Undang-Undang Nomor 33 tahun
pemeriksaan dan/atau pengujian produk. Kerja 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UUJPH),
sama BPJPH dengan MUI dilakukan dalam sudah ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun
bentuk sertifikasi Auditor Halal, penetapan 2012 tentang Pangan; Undang-Undang Nomor 36
kehalalan produk; akreditasi LPH.29 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Untuk membantu BPJPH dalam melakukan
Konsumen, Peraturan Pemerintah Nomor 69
pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan,
produk, pemerintah dan masyarakat dapat
Instruksi Presiden (Inpres) Tahun 1991 tentang
mendirikan LPH. Syarat mendirikan LPH
Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan
meliputi:30
Produksi dan Peredaran Makanan Olahan
a. memiliki kantor sendiri dan perlengkapannya;
Keputusan Menteri dan Keputusan Bersama
b. memiliki akreditasi dari BPJPH; Menteri. Peraturan perundang-undangan ja-
c. memiliki Auditor Halal paling sedikit 3 (tiga) minan produk halal selain ditujukan untuk
orang; dan memberikan perlindungan dan jaminan kepada
d. memiliki laboratorium atau kesepakatan konsumen, juga bermanfaat bagi produsen dalam
kerja sama dengan lembaga lain yang memberikan panduan bagaimana mengolah,
memiliki laboratorium. memproses, memproduksi, dan memasarkan
Dalam UUBPJH membuka peluang untuk produk kepada masyarakat konsumen, serta
lembaga lain selain LPPOM MUI untuk membuka bagaimana membuat informasi produk halal
LPH. Ormas-ormas Islam yang memiliki kepada konsumen.
integritas di pusat maupun daerah, seperti: Sesuai dengan amanat UUJPH, sebagai
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) penanggungjawab sistem jaminan halal
serta kampus-kampus di daerah yang memiliki dilakukan oleh pemerintah yang diselenggarakan
kemampuan saintis di bidang pangan dapat Menteri Agama dengan membentuk Badan
diikutsertakan dalam rangka terselenggaranya Penyelenggara JPH (BPJPH) yang berkedudukan
dan/atau tersedianya produk halal bagi di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri
konsumen muslim di Indonesia. Agama. UUJPH memberikan mandat bahwa

29 Pasal 10 UUJPH
30 Pasal 13 UUJPH

106
Jaminan Produk Halal di Indonesia...( May Lim Charity )

BPJPH harus dibentuk paling lambat 3 (tiga) Wan Melissa Wan-Hassan and Khairil Wahidin
tahun terhitung sejak Undang-Undang ini Awang, “Halal Food in New Zealand
diundangkan. Peraturan pelaksanaan Undang- Restaurants: An Exploratory Study”, Int.
Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 Journal of Economics and Management,
(dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang 2009: 3(2), pp.385-402.
ini diundangkan, namun sayangnya sampai Yasmin Saeed and James Ondracek, “Dakota
saat ini Peraturan Pelaksana UUJPH ini belum Halal Processing: A Case Study and Halal Food
juga dibuat. Mengingat persoalan pengaturan Management Framework”, Delhi Business
produk halal sesungguhnya sudah sejak lama Review, Vol.5 No.2, July – December 2004,
diperlukan baik dalam konteks peredaran pp.33-45.
barang dalam skala domestik maupun peredaran
barang dalam perdagangan global terutama yang Peraturan Perundang-undangan
terkait dengan kegiatan ekspor impor, maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
penyusunan peraturan pelaksana dari UUJPH Perlindungan Konsumen
dan pembentukan BPJPH sebagai pengawal Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
produk halal di Indonesia perlu dipercepat Kesehatan
prosesnya agar UUJPH dapat secara efektif Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
melindungi konsumen Indonesia. Pangan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Daftar Pustaka Jaminan Produk Halal
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
Buku-Buku tentang Label dan Iklan Pangan
Janzuni, Legislasi Hukum Islam di Indonesia, Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama
Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 2005 dan Menteri Kesehatan Nomor 472/MENKES/
Ija Suntana, Politik Hukum Islam, Bandung: CV SKB/VIII/1985 dan Nomor 68/1985 tentang
Pustaka Setia, 2014 pengaturan tulisan “halal” pada label
Masdar Farid Masudi, Syarah Konstitusi UUD makanan
1945 dalam Perspektif Islam, Jakarta: Pustaka Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Alvabet, 2010 Indonesia Nomor 82/ MENKES/SK/I/1996
Sofyan Hasan, Sertifikasi Halal dalam Hukum tentang Pencantuman tulisan “Halal”
Positif, Regulasi dan Implementasinya di pada Label Makanan, yang diubah dengan
Indonesia, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 924/
2014 MENKES/SK/VIII/1996 tentang Perubahan
Tulus Abadi Dkk. Tim Pengkajian Hukum tentang atas Kepmenkes RI Nomor 82/Menkes/
Peran Serta Masyarakat dalam pemberian SK/1996
Informasi Halal, Kementerian Hukum dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1991 tanggal
Hak Asasi Manusia Badan Pembinaan Hukum 12 Juni 1991 tentang Peningkatan Pembinaan
Nasional, Jakarta: 2011 dan Pengawasan Produksi dan Peredaran
Naskah Akademik RUU-JPH Makanan Olahan

Makalah/Jurnal Website
Asrorun Ni’am Sholeh, “Halal Jadi Tren Global” http://www.hukumonline.com/berita/baca/
dalam GATRA Edisi 29 Juli 2015, h. 34-35. lt54241d9c5a5ed/uu-jaminan-produk-halal-
Japan Halal Expo 2015, Jurnal Halal No. 113/ berikan-kepastian-hukumbagi-konsumen
Mei-Juni Th.XVIII 2015, h. 18. http://www.republika.co.id/berita/
Ma’ruf Amin, Fatwa Produk Halal Melindungi shortlink/31828
dan Menentramkan, Jakarta: Pustaka Jurnal http://www.hukumonline.com/berita/baca/
Halal, 2010, h. 79. hol21214/fraksi-pds-tolak-jaminan-produk-
The Premier Global Halal Industry Event: World halal-dijadikan-uu.
Halal Forum Europe (The Executive Review),
London, UK, 10-11 November 2010 di London

107
Vol. 14 N0. 01 - Maret 2017 : 99 - 108

108

Anda mungkin juga menyukai