Naskah diterima: 22 April 2016 Direvisi: 13 Mei 2016 Disetujui terbit: 15 Juli 2016
ABSTRACT
Halal agriculture-based commodities have been growing rapidly in the world market, but IndonesLD¶V UROH LV VWLOO
limited. People think that halal certificate is a religious issue. This paper aims to assess positive sides of the halal
certification in order to strengthen the agriculture-based industrial sector. This is a literature review and an
observation of practice implementation of halal assurance system in Indonesia. Information was obtained from
journals, books, magazines, newspapers and electronic media, such as official webs of certification bodies as well
as personal communication with competent sources. The results indicate that issues on halal products become a
significant opportunity to improve agribusiness economic power by strengthening agriculture-based industries.
Keywords: agricultural products, agribusiness, certification, halal, processing industry
ABSTRAK
Komoditas halal berbasis pertanian telah berkembang pesat di pasar dunia, namun peranan Indonesia masih
sangat rendah. Hal tersebut tidak terlepas dari rendahnya kesadaran masyarakat yang masih menganggap halal
hanya sebagai isu agama semata. Tulisan ini berupaya untuk melihat sisi positif sertifikasi halal dalam
memperkuat sektor industri berbasis pertanian. Metode yang dilakukan adalah melalui peninjauan pustaka-
pustaka yang relevan dan pengamatan praktik pelaksanaan sistem jaminan halal di Indonesia. Informasi
didapatkan melalui sumber-sumber dari jurnal, buku, majalah, koran, dan media elektronik seperti halaman resmi
organisasi lembaga sertifikasi serta komunikasi pribadi dengan narasumber yang kompeten. Hasil kajian ini
menunjukkan bahwa isu halal menjadi peluang yang sangat besar untuk meningkatkan kekuatan perekonomian
agribisnis melalui penguatan industri berbasis pertanian. Selain itu, tulisan ini juga memberikan gagasan yang
dapat dijadikan sebagai landasan dalam menentukan strategi dan kebijakan di bidang pertanian.
Kata kunci: hasil pertanian, agribisnis, sertifikasi, halal, industri pengolahan
sebagainya; (3) semua bahan yang berasal dari akan menentukan jenis barang yang beredar di
hewan halal yang disembelih menurut tata cara pasar dunia.
syariat Islam; (4) semua tempat penyimpanan,
Menurut laporan Farook et al. (2013), secara
tempat penjualan, pengolahan, tempat
keseluruhan belanja konsumen muslim global
pengelolaan, dan transportasinya tidak boleh
untuk makanan dan gaya hidup diperkirakan
digunakan untuk babi, jika digunakan untuk babi
mencapai US$1,62 miliar di tahun 2012 dan
atau barang yang tidak halal lainnya terlebih
diperkirakan akan mencapai US$2,47 miliar
dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang
diatur sesuai syariat Islam; (5) semua makanan pada tahun 2018. Tabel 1 memperlihatkan
dan minuman yang tidak mengandung khamar potensi produk halal tahun 2012 dan proyeksi
(LPPOM MUI 2012). tahun 2018. Angka ini merupakan pasar inti
yang potensial untuk makanan dan gaya hidup
Di Malaysia yang dimaksud bahan halal halal. Sebagai tambahan, aset produk finansial
adalah bahan yang diperbolehkan untuk Islami diperkirakan US$1,35 miliar di tahun 2012
dikonsumsi menurut hukum syariah dan dan tumbuh 15±20% per tahun.
memenuhi beberapa persyaratan, seperti bahan
tidak berasal dari najis atau mengandung najis Ada banyak faktor yang ikut berperan dalam
menurut syariah, bahan harus aman dan tidak meningkatnya intensitas perdagangan halal
mengandung bahaya (hazard), tidak diolah atau dunia (Adams 2011), di antaranya adalah
dibuat menggunakan alat yang terkontaminasi meningkatnya permintaan impor dari negara-
najis atau bahan haram, demikian juga selama negara dengan penduduk mayoritas muslim
pengemasan, penyimpanan, dan distribusi yang sebagian besar mengalami peningkatan
harus bebas dari kontaminasi silang barang pendapatan dan populasi, berkembangnya
haram atau najis (Malaysian Standard 2004). jumlah muslim di negara-negara barat dan
munculnya lembaga-lembaga halal di seluruh
Jumlah populasi penduduk Indonesia dunia untuk memfasilitasi kebutuhan ekspor dan
menurut data sensus tahun 2010 adalah 237,64 impor produk halal. Faktor yang lain adalah
juta jiwa, dengan 207,18 juta (87,18%) adalah pengembangan aturan, kebijakan, dan prosedur
pemeluk agama Islam (BPS 2010). Fakta ini oleh negara pengimpor dan pengekspor untuk
menempatkan Indonesia sebagai pasar memastikan kehalalan produk. Perpindahan
potensial dan juga produsen produk-produk penduduk yang semakin cepat antarnegara dan
halal terpenting di dunia. Sebenarnya potensi antarbenua menyebabkan terjadinya multi-
konsumen tidak terbatas pada muslim saja, kulturalisme dan penyebaran populasi muslim
namun juga pada agama lain yang memiliki dunia berikut budaya dan adat mereka.
nilai-nilai kepercayaan yang sama (Farook et al. Meningkatnya kesadaran beragama dan
2013). identitas budaya serta globalisasi produk
Menurut data yang disampaikan Bon dan industri juga diyakini ikut berperan dalam
Hussain (2010), Asia menjadi pasar terbesar menyebarkan isu-isu halal.
dari produk halal dunia yang mencapai 63%.
Berbagai negara mulai menggarap secara
Dari angka tersebut Indonesia menyumbang
serius pasar halal global ini (Spiegel et al.
potensi 19% diikuti negara-negara Teluk (11%),
2012). Malaysia bertekad untuk menjadi pusat
India (6%), dan China (5%).
halal dunia (halal hub) baik dari sisi industri
Pertumbuhan pasar halal dunia diperkirakan maupun perdagangan dan hal lain yang
mencapai US$2,3 triliun per tahun, sementara berkenaan dengan halal. Langkah tersebut
industri pangan halal mencapai laju dibuktikan dengan investasi besar-besaran dan
pertumbuhan 7% per tahun (Azis dan Chok pembangunan berbagai halal park, suatu
2013). Menurut data tahun 2012 dari Ministry of kawasan yang dikhususkan untuk layanan
International Trade and Industry Malaysia (MITI) bisnis dan manufaktur yang mengonsolidasikan
untuk industri makanan mencapai sekitar rantai pasokan indutri dalam satu wilayah untuk
US$693 miliar per tahun (Saida et al. 2014). menjamin kehalalan produk (Abdullah et al.
Kondisi ini didukung dengan pesatnya 2011). Terdapat sekitar 24 halal park di seluruh
pertumbuhan pemeluk agama Islam selama Malaysia dengan fokus masing-masing kawasan
sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010 pada satu jenis industri seperti pangan, farmasi
populasi muslim dunia sekitar 1,6 miliar dan atau bioteknologi. Pada tahun 2013 terdapat
diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar pada lebih dari 140 perusahaan kecil dan menengah
tahun 2030 (Pew Research Center 2011). Islam dan 15 perusahaan multinasional yang telah
saat ini merupakan agama dengan memanfaatkan fasilitas halal park di Malaysia
perkembangan yang paling cepat. Sebagai (Farook et al. 2013).
konsekuensinya, jumlah populasi yang besar ini
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 61
Tidak hanya terbatas pada negara-negara Meskipun potensi sektor ekonomi Islam
dengan penduduk mayoritas muslim, negara- sangat besar, peluang sinergis untuk
negara nonmuslim pun banyak yang ingin pertumbuhan dan investasi jauh lebih besar dan
menguasai pasar halal dunia. Sebagai bahkan bisa menjadi suatu keharusan dalam
gambaran, produk daging halal dunia saat ini mewujudkan potensi sebenarnya dari masing-
justru dikuasai oleh negara-negara dengan masing sektor. Namun demikian, banyak
penduduk muslim minoritas seperti Australia, tantangan yang harus dihadapi dalam
Selandia Baru, Amerika, Belanda, Jerman, dan menangkap peluang ini di antaranya adalah
Brasil (Daganghalal 2013; Farook et al. 2013), masalah sekitar standardisasi dan
sementara produk perawatan pribadi dan pemenuhannya, integritas rantai pasokan,
kosmetik dikuasai oleh Perancis, Jerman, kurangnya sumber daya manusia yang
Amerika Serikat, Irlandia, dan Inggris (Farook et mumpuni, pendidikan konsumen, letak strategis
al. 2013). Thailand secara jelas bahkan telah di kancah global, pembiayaan usaha, dan
menetapkan Indonesia sebagai target utama keunggulan operasional (Farook et al. 2013).
pasar halal mereka (Khaosod 2014).
Perkembangan situasi perdagangan halal
KEBIJAKAN MENGENAI ASPEK
dunia ini semestinya menjadi berita yang sangat
KEHALALAN DI INDONESIA
menggembirakan bagi negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam seperti Indone-
sia. Namun, kenyataan di lapangan menunjuk- Indonesia mulai mengantisipasi perkem-
kan fakta yang kurang menggembirakan. bangan isu halal ini dengan pengesahan
Banyak pelaku agribisnis di bidang industri yang Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 (UU No.
berbasis pada hasil pertanian seperti pangan 33/2014) tentang Jaminan Produk Halal. Selain
siap saji dan manufaktur di negara muslim justru bertujuan untuk memberikan kenyamanan,
belum siap menghadapi tantangan tersebut. keamanan, keselamatan, dan kepastian
Henderson (2010) bahkan menganggap ketersediaan produk halal bagi masyarakat
Indonesia tidak ambil peduli dengan potensi dalam mengonsumsi dan menggunakannya,
perdagangan halal ini, padahal Wilson et al. produk halal sudah terbukti dapat meningkatkan
PHQ\HEXWNDQ ,QGRQHVLD VHEDJDL ³the nilai tambah dan daya saing bagi pelaku usaha
hidden treasure´ GDODP NRQWHNV SHUNHPEDQJDQ dalam berusaha (Wahid 2012). Meskipun sudah
ekonomi Islam global. Hal ini dilihat dari hampir dua tahun disahkan, namun pelaksa-
perkembangan Islam dalam bidang sosial dan naan UU No. 33/2014 tersebut dirasakan belum
politik yang cukup signifikan dalam dua dekade banyak mengalami kemajuan yang berarti.
terakhir (Hasan 2009).
62 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70
Selain UUNo. 33/2014, sebenarnya sudah Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan
banyak payung hukum pelaksanaan pangan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa pada
halal di Indonesia dibuat sebelumnya yang Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional,
menyatakan perlunya jaminan halal bagi produk Suplemen Makanan dan Pangan (Rahayu
barang gunaan yang berasal dari hasil pertanian 2012).
(Rahayu 2012). Sumber pangan segar hasil
Di Indonesia, upaya sertifikasi halal sudah
pertanian yang terkait dengan regulasi halal
memasuki masa seperempat abad lebih.
adalah rumah potong hewan dan produknya
Namun, dalam rentang waktu yang cukup
serta produk susu dan olahannya. Regulasi
panjang tersebut perkembangannya dirasakan
halal yang digunakan pada kelompok bisnis
masih kurang gencar dibandingkan dengan
pangan segar ini adalah UU No. 18/2009
Malaysia dan Thailand. Menurut Purnomo
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2011), posisi daya saing Indonesia dalam
pasal 58 ayat 1 dan Pasal 62 ayat 1, Permentan
pengembangan agroindustri halal ASEAN
No. 13/2010 tentang Persyaratan Rumah
menempati posisi kelima, hanya lebih tinggi dari
Potong Hewan (RPH) Ruminansia dan Unit
Filipina. Pada faktor-faktor ekstrinsik atau
Penanganan Daging, pasal 38 dan 39, serta
kelembagaan, Indonesia hanya unggul pada
Permentan No. 50/2011 tentang Rekomendasi
faktor potensi pasar, sistem sertifikasi halal,
Persetujuan Pemasukan Karkas, Daging,
lembaga sertifikasi serta ketersediaan bahan
Jeroan dan/atau Olahannya ke Dalam Negara
baku, sedangkan untuk infrastruktur logistik,
Republik Indonesia pasal 2 ayat 2.
komitmen dan kebijakan pemerintah, serta
Regulasi tersebut menyampaikan bahwa kemampuan advokasi internasional dan
keberadaan RPH dan usaha pemotongan domestik, Indonesia berada di bawah negara-
daging dan atau penanganan daging harus negara lainnya. Soesilowati (2010), Wahid
mampu menyediakan produk daging yang (2012) dan Prabowo (2015) melihat bahwa
memenuhi ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan kendala penerapan sertifikasi halal di Indonesia
Halal). Sementara, Permentan No. 50/2011 lebih banyak diakibatkan oleh kurangnya peran
lebih menekankan pada aspek perizinan pemerintah. Peraturan-peraturan sebagai
pemasukan produk daging dari luar Indonesia payung hukum tidak terintegrasi dan berjalan
berupa rekomendasi persetujuan pemasukan tanpa kendali, lemah pengawasan, serta
(pasal 2). Pada tataran produksi dan pelabelan, rendahnya penegakan hukum. Saifullah (2008)
PP No. 95/2012 tentang Kesehatan Masyarakat bahkan menyimpulkan, meskipun kebijakan
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan pasal 8 pemerintah terkait masalah halal sudah ada,
menyampaikan cara yang baik (good practices) namun efektivitas penerapan kebijakan tersebut
di RPH. Permentan No. 13/2010, pasal 4, 6, dan masih tergolong rendah. Implementasi kebijakan
41 menyampaikan bahwa lokasi produksi harus penanganan kehalalan pangan belum
terpisah dengan RPH babi dan harus memiliki tersosialisasikan dengan baik ke masyarakat
juru sembelih halal di RPH. Untuk distribusi dan terutama kepada industri pangan sebagai
peredaran, PP No. 95/2012 pasal 18 dan 21 pelaku utama (produsen). Dalam penerapan di
menyampaikan tempat penjualan dan tingkat operasional, gerak tim gabungan
pengumpulan yang harus terpisah antara (instansi terkait yang menjadi pelaksana) belum
produk halal dan yang tidak halal. Permentan terpadu dan cenderung menimbulkan hambatan
No. 50/2011 pasal 19 ayat 2 mengatur tentang aksesibilitas (terutama dari sisi biaya) bagi
daging yang bersertifikat halal dan yang tidak industri pangan. Hal lain yang sangat penting
halal harus ditempatkan pada kontainer yang adalah posisi lembaga sertifikasi halal (MUI)
berbeda. Pengawasan produk pangan segar yang tidak terdapat dalam hierarki hukum positif
dapat dilakukan terhadap keberadaan sertifikat dan perundangan di Indonesia, sehingga produk
veteriner dan sertifikat halal. PP No. 95/2012 hukum yang dikeluarkan (fatwa halal) belum
pasal 31 dan 54, Permentan No. 50/2011 pasal memiliki kekuatan hukum yang jelas dan
15 ayat 3 e dan f, serta Keputusan Kepala mengikat.
Badan Karantina Pertanian No. 436/2007
Dari pihak pelaku usaha, pemberlakuan
menyampaikan tentang keberadaan sertifikat
standar halal ternyata menimbulkan beberapa
veteriner dari negara asal dan sertifikat halal
kesulitan dalam penerapannya. Menurut
untuk yang dipersyaratkan (Rahayu 2012).
Prabowo et al. (2015), pelaku usaha
Aturan label kemasan yang terkait halal menghadapi beberapa kendala internal dan
diatur oleh PP No. 69/1999 tentang Label dan eksternal ketika mencoba menerapkan standar
Iklan Pangan pasal 10 ayat 1 dan 2 serta halal. Kendala internal meliputi kurangnya
Peraturan Kepala Badan POM RI No. pengetahuan dan kesadaran pelaku usaha,
HK.03.1.23.06.10.5166 tentang Pencantuman kendala biaya, dan kendala manajemen.
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 63
Sementara, kendala eksternal meliputi bahan mentah (zero limit), bahan tambahan,
kurangnya sosialisasi dan informasi, ketiadaan dan produk pada semua rangkaian produksi,
bimbingan profesional, prosedur sertifikasi yang termasuk juga tidak boleh ada bahan najis yang
dianggap rumit, kurangnya peran pemerintah, mengontaminasi bahan-bahan yang diperlukan
dan keterbatasan bahan mentah yang untuk menghasilkan produk halal. Dengan
memenuhi syarat kehalalan. demikian, tidak boleh ada sama sekali produk
haram yang dihasilkan (zero defect) mengingat
risiko besar yang ditanggung perusahaan
Sistem Jaminan Halal dan Sertifikasi Halal
apabila ada klaim produknya haram dan
ternyata benar. Jika kedua hal ini diterapkan
Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia
maka tidak ada risiko (zero risk) buruk yang
(MUI) sejak bulan Maret 2012 telah
akan ditanggung oleh perusahaan.
memperkenalkan Sistem Jaminan Halal dengan
nama HAS 23000. HAS 23000 merupakan Sistem jaminan halal merupakan sistem
rangkaian standar halal yang berisi aturan- kepengurusan yang terintegrasi, disusun,
aturan untuk mendapatkan sertifikat halal dari diterapkan, dan dipelihara untuk mengatur
MUI (LPPOM MUI 2012). HAS 23000 ini telah bahan, proses produksi, produk, sumber daya
diakui sebagai referensi secara internasional manusia, dan prosedur yang menjamin
oleh beberapa negara seperti Kanada, Perancis keberlangsungan proses produksi halal menurut
(Othman et al. 2016), Australia, Brasil, Belanda, persyaratan yang diberlakukan oleh lembaga
Selandia Baru, dan Amerika Serikat (Wilson et sertifikasi melalui dokumen standar jaminan
al. 2013). halal. Sebagai layaknya sebuah standar, maka
sistem jaminan halal juga memuat beberapa seri
Dibandingkan dengan sistem sertifikasi
yang masing-masing seri mengatur cakupan
kualitas yang sudah ada seperti Hazard
(scope), kriteria (definition), persyaratan
Analysis of Critical Control Points (HACCP) dan
(requirements), pemenuhan (compliance) dan
seri ISO (ISO 9001:2000 atau ISO 22000:2005)
sebagainya. Standar tersebut juga disusun
yang dikenal sebagai Quality Assurance System
melalui konsensus, transparansi, keterbukaan,
(QAS), maka sistem jaminan halal masih
dan mengadopsi standar international yang
tergolong baru. Sebagai sebuah standar
memungkinkan. Sistem jaminan halal juga
kualitas, maka tidak bisa dipungkiri terdapat
memuat berbagai aturan, pedoman, metode,
beberapa persamaan dan kemungkinan saling
dan regulasi yang berlaku (LPPOM MUI 2012).
adopsi sesuai dengan kepentingan. Menurut
Apriantono (2011)1, auditor senior dan pakar Sistem jaminan halal memuat persyaratan
halal di Indonesia, sistem jaminan halal yang yang dapat diaplikasikan pada semua kategori
berkembang sekarang mengadopsi prinsip- usaha termasuk industri pengolahan pangan,
prinsip sistem manajemen yang telah farmasi, dan kosmetika yang berbasis hasil
dikembangkan sebelumnya. Prinsip dalam pertanian, rumah potong hewan, restoran/
sistem jaminan halal didasarkan atas komitmen, katering, dan industri jasa (distributor, gudang,
kebutuhan pelanggan, peningkatan mutu tanpa transportasi, eceran (retailer)). Dalam HAS
meningkatkan biaya dan memproduksi barang 23000 terdapat sebelas kriteria yang harus
dari waktu ke waktu tanpa cacat, tanpa ada dipenuhi oleh perusahaan untuk dapat
yang didaur ulang, dan tanpa adanya inspeksi mengajukan permohonan sertifikasi halal
sekalipun. Sistem jaminan halal juga (LPPOM MUI 2012). Kesebelas kriteria tersebut
mengadopsi prinsip lain dalam Total Quality adalah sebagai berikut.
Management model Ishikawa di mana
peningkatan pengetahuan harus terjadi setiap Kebijakan Halal Perusahaan
saat pada setiap orang di seluruh jenjang
Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis
organisasi, melalui pembelajaran, praktik dan
komitmen manajemen puncak perusahaan
partisipasi di dalam manajemen halal dan
untuk senantiasa menghasilkan produk halal
aktivitas untuk meningkatkan produktifitas.
secara konsisten serta menjadi dasar bagi
Sementara itu Riaz dan Chaudry (2004) juga penyusunan dan penerapan Sistem Jaminan
menegaskan bahwa dalam menghasilkan Halal. Kebijakan halal harus disosialisasikan
produk yang terjamin kehalalannya maka harus kepada seluruh pemangku kepentingan
menerapkan 7KUHH =HUR¶V &RQFHSW yaitu zero perusahaan (stakeholder) untuk memastikan
limit, zero defect, dan zero risk. Hal ini berarti mereka telah memahami bahwa perusahaan
bahan haram tidak boleh terdapat di dalam menerapkan kebijakan halal. Pemangku
kepentingan yang dimaksud antara lain jajaran
1
manajemen puncak, tim manajemen halal,
Komunikasi pribadi
64 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70
Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi MUI sebagai dasar dalam menerbitkan sertifikat
Kriteria halal.
Produk yang tidak memenuhi kriteria adalah
produk yang terlanjur dibuat dari bahan yang
Manfaat Sertifikasi Halal
tidak disetujui LPPOM MUI atau di fasilitas yang
tidak bebas najis atau haram (tidak memenuhi Jika dikaji secara menyeluruh, sistem
kriteria fasilitas halal). jaminan halal dan pemberlakuan sertifikasi halal
ternyata memberikan manfaat yang besar bagi
Audit Internal konsumen, produsen, maupun pemerintah.
Beberapa manfaat tersebut di antaranya
Audit internal adalah audit yang dilakukan
sebagai berikut.
oleh Tim Manajemen Halal untuk menilai
pelaksanaan sistem jaminan halal di
Sertifikat Halal Menjamin Keamanan Produk
perusahaan dengan persyaratan sertifikasi
yang Dikonsumsi
halal. Ruang lingkup audit internal adalah
implementasi seluruh aspek sistem jaminan Sistem jaminan halal mempersyaratkan
halal (11 kriteria) dan bukti pelaksanaannya. bahwa proses produksi harus menerapkan cara
Audit internal dilakukan secara terjadwal produksi yang halal dan thayyib, artinya benar
setidaknya enam bulan sekali atau lebih sering dan baik sejak dari penyediaan bahan baku
jika diperlukan. Audit internal dilaksanakan oleh sampai siap dikonsumsi oleh konsumen. Untuk
auditor halal internal yang kompeten dan memastikan itu, maka bahan baku harus aman
independen. Hasil audit internal disampaikan ke dari cemaran biologis, kimiawi, fisikawi, dan
pihak yang bertanggung jawab terhadap setiap bahan haram. Proses produksi harus
kegiatan yang diaudit. Tindakan terhadap menggunakan alat dan tempat yang bersih dan
temuan, koreksi yang diperlukan, dan batas higienis serta terhindar dari najis. Demikian juga
waktunya harus ditentukan. Hasil tindakan penggunaan bahan tambahan dan penolong
koreksi harus dipastikan dapat menyelesaikan dalam produksi harus sesuai dengan ketentuan
kelemahan yang ditemukan pada audit internal yang membolehkannya.
dan menghindari terulangnya kembali di masa
yang akan datang. Hasil audit internal Dalam praktiknya, persyaratan-persyaratan
disampaikan ke LPPOM MUI dalam bentuk tersebut sering digabungkan pada dokumen
laporan berkala setiap enam bulan sekali, dan sertifikat lain seperti Good Agriculture Practice
bukti pelaksanaan audit internal harus disimpan. (GAP), Good Manufacturing Practice (GMP),
Good Handling Practice (GHP), Cara
Kaji Ulang Manajemen Pengolahan Pangan yang Benar (CPPB), Cara
Pengolahan Obat yang Benar (CPOB), Industri
Kaji ulang adalah evaluasi terhadap Rumah Tangga Pangan/Pangan Industri Rumah
efektivitas penerapan sistem jaminan halal yang Tangga (IRTP/PIRT) dan lain-lain, yang
dilakukan oleh manajemen. Kaji ulang memberikan jaminan keamanan dari segi
manajemen harus dilakukan setidaknya sekali hygiene dan sanitasi (Othman et al. 2016). Di
dalam setahun atau lebih sering jika diperlukan. industri besar implementasi Sistem Jaminan
Hasil evaluasi harus disampaikan kepada pihak Halal juga sering digabung dengan sistem
yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas. HACCP dengan menambahkan item haram
Tindak lanjut penyelesaian hasil evaluasi harus sebagai komponen hazard yang harus
menetapkan batas waktu. Bukti dari kaji ulang diwaspadai. Dengan penerapan SJH, maka
manajemen harus dipelihara. produsen dipastikan hanya akan menghasilkan
produk yang aman (halal dan thayyib) untuk
Perusahaan yang sudah menerapkan sistem
dikonsumsi oleh konsumen.
jaminan halal dan setelah melakukan audit
internal berhasil mendapatkan nilai yang baik,
Sertifikat Halal Menjamin Pelaksanaan
dapat mengajukan proses sertifikasi untuk
Kesrawan
mendapatkan sertifikat halal. Di Indonesia,
proses pengajuan ditujukan kepada MUI. MUI Salah satu hal terpenting dalam penetapan
telah membentuk Lembaga Pengkajian Pangan, kehalalan produk adalah bahan yang bersumber
Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama dari hewan. Undang-Undang No. 18 Tahun
Indonesia (LPPOM MUI) yang merupakan 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
badan otonom di bawah MUI yang bertugas Hewan serta beberapa peraturan pemerintah di
melakukan pengkajian teknis terhadap bawahnya telah mengamanatkan bahwa
permohonan sertifikasi halal. Hasil kajian pemerintah bertanggung jawab dalam menjamin
LPPOM MUI disampaikan kepada Komisi Fatwa pangan asal hewan (PAH) yang beredar untuk
66 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70
konsumsi masyarakat harus memenuhi ketika jumlah produk yang beredar menjadi tidak
persyaratan aman, sehat, utuh, dan halal terkendali. Pada situasi tersebut penjualan
(ASUH). Untuk mendapatkan PAH yang ASUH, produk makanan dan minuman turun sampai
maka proses pengadaan bahan hewani sebagai 80% sehingga menekan pertumbuhan ekonomi
sumber bahan baku harus sesuai dengan nasional dan menimbulkan amarah kaum
kaidah dalam agama Islam. Islam mengajarkan muslim di Indonesia (Girindra 2008). Kasus ini
proses penyembelihan hewan harus dapat diredakan setelah pemerintah
memperhatikan kesejahteraan hewan. Ini memberlakukan sertifikasi halal melalui Majelis
berdasarkan pada sebuah hadis yang Ulama Indonesia.
diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi
Pada tahun 2001 terulang kasus perusahaan
³6HVXQJJXKQ\D $OODK PHQHWDSNDQ LKVDQ SDGD
besar yang memproduksi penyedap rasa
segala sesuatu. Maka jika kamu membunuh,
terindikasi menggunakan produk terkontaminasi
lakukanlah dengan cara terbaik (ihsan); jika
dengan babi. Pencabutan sertifikat halal
kamu menyembelih binatang, sembelihlah
terhadap perusahaan tersebut memberikan
dengan cara terbaik (ihsan), tajamkanlah
dampak yang hebat bagi pasar. Hal ini semakin
SLVDXQ\D GDQ VHQDQJNDQODK GLD ´ 'DODP
meyakinkan bahwa perusahaan multinasional
Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 juga
sekalipun dapat menghadapi masalah yang
disebutkan bahwa kesejahteraan hewan adalah
serius jika tidak memperhatikan hak-hak
segala urusan yang berhubungan dengan
konsumen muslim (Fischer 2008).
keadaan fisik dan mental hewan menurut
ukuran perilaku alami hewan yang perlu Dalam skala lokal, tidak jarang kasus bakso
diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi yang menggunakan daging babi, celeng, kucing,
hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak tikus, dan sebagainya bisa diredam dengan
layak terhadap hewan yang dimanfaatkan penerapan sistem jaminan halal (Prasetya
manusia. 2015). Isu ini akan lebih berat jika pemilik
usahanya adalah nonmuslim. Banyak kejadian
Karena itu, proses penyembelihan yang halal
bahwa pemohon sertifikat halal yang nonmuslim
setidaknya melibatkan beberapa aturan yang
akan lebih bersungguh-sungguh dalam
memastikan bahwa hewan yang akan
mengupayakan sistem jaminan halal
disembelih adalah hewan halal dalam keadaan
(Sumarsongko 2016)2. Dengan fakta-fakta
sehat, bebas dari rasa lapar, haus dan
tersebut, sertifikasi halal terbukti mampu
malnutrisi, bebas dari rasa tidak nyaman fisik
membantu pemerintah menjaga kestabilan
dan suhu udara, bebas dari rasa sakit, cedera,
sosial ekonomi.
dan penyakit, bebas dari rasa takut dan
tertekan, serta bebas untuk menampilkan
Sertifikat Halal Memberi Keunggulan
perilaku alaminya. Peraturan pemerintah
Komparatif
bahkan mencegah penyembelihan terhadap
hewan ternak betina produktif (Sumarsongko Meskipun istilah halal sekarang ini tidak lagi
2013). Sebagaimana halnya proses pengolahan menjadi isu agama semata dan sudah
pangan yang lain, maka penanganan PAH juga berkembang menjadi bahasa perdagangan
harus memperhatikan aspek hygiene dan global, namun nilai-nilai halal sesungguhnya
sanitasi tempat kerja. Terlebih lagi PAH melingkupi makna yang suci, bersih, murni,
merupakan sumber protein tinggi yang mudah etika kerja, tanggung jawab, dan kejujuran.
terkontaminasi mikroorganisme. Penerapan SJH Produk halal bahkan telah memunculkan nilai
memastikan bahwa PAH yang diproduksi memenuhi aspek hukum syariah, aman, bergizi,
senantiasa memenuhi standar ASUH. sehat, perikemanusiaan, pantas, dan ramah
lingkungan (Evans dan Evans 2012).
Sertifikat Halal Mampu Menenteramkan
Fungsi utama label halal adalah membantu
Masyarakat dari Isu Sensitif
konsumen memilih produk tanpa keraguan.
Sertifikasi halal memberikan ketenteraman Umumnya, setiap muslim akan melihat produk
dan keamanan lahir dan batin bagi konsumen. dengan label halal adalah jaminan aman untuk
Munculnya sertifikasi halal tidak terlepas dari dikonsumsi. Dengan jaminan ini, maka pasar
maraknya isu lemak babi tahun 1988. Bermula tidak hanya terbatas di dalam negeri, namun
dari penelitian Tri Susanto, yang menemukan pangsa pasar muslim di luar negeri yang sangat
adanya turunan produk babi dalam beberapa luas menjadi terbuka lebar. Dengan kata lain
produk makanan dan minuman. Penemuan halal dapat digunakan sebagai alat dan strategi
tersebut dipublikasikan dalam bulletin Canopy pemasaran global (Evans dan Evans 2012).
bulan Januari 1988 dan menjadi rumor ketika
dikutip oleh media massa. Situasi memburuk 2 Komunikasi pribadi
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 67
Masih sedikitnya pasokan produk hasil Hashim P, Ismail A, Sazili AQ, Mohd Zaki NN,
pertanian yang terjamin kehalalannya Arshad S, Mokhtar NF, editors. Proceedings of
merupakan peluang pasar halal yang masih 3rd IMT-GS International Symposium on Halal
sangat terbuka lebar yang dapat dimanfaatkan Science and Management 2009. Serdang (MY):
HPRI UPM. p. 176-180.
oleh industri kecil maupun besar. Dengan kata
lain, produk yang sudah bersertifikat halal akan Adams IA. 2011. Globalization: explaining the
lebih mudah untuk memasuki pasar dynamics and challenges of the halal food surge.
internasional yang makin akomodatif dengan Intellectual Discourse. 19(1):123-145.
nilai-nilai yang diyakini umat Islam. Al Jallad N. 2008. The concepts of al-halal and al-
haram in the Arab muslim culture: a translational
Berbagai kebijakan mengenai aspek
and lexicographical study. Language Design. 10:
kehalalan yang sudah dimiliki pemerintah 77-86.
Indonesia seharusnya semakin memperkuat
sektor industri agribisnis dengan melakukan Azis YA, Chok NV. 2013. The role of halal
pendekatan yang komprehensif dan lintas awareness, halal certification, and marketing
components in determining halal purchase
sektoral. Jika selama ini halal di Indonesia
intention among non-muslims in Malaysia: a
selalu ditanggapi dengan sentimen hegemoni structural equation modeling approach. J Int Food
agama, maka melalui tulisan ini diharapkan Agribus Mark. 25(1):1-23.
dapat membuka wawasan semua pihak yang
selama ini berbeda pendapat dalam [BPS] Badan Pusat Statistik. c2016. Penduduk
menurut wilayah dan agama yang dianut
memandang setiap kebijakan yang berkaitan
[Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik;
dengan halal. Sertifikasi halal tidak merugikan [diunduh 2016 Feb 23]. Tersedia dari:
agama lain, bahkan dapat memberikan jaminan http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=32
agar produk mereka dapat diterima dengan 1
mudah oleh konsumen muslim di seluruh dunia.
Bon M, Hussain M. 2010. Chapter 4, Halal. In: Jafari
J, Scott N, editors. Tourism in the muslim world.
Book series: Bridging tourism theory and practice.
UCAPAN TERIMA KASIH Vol. 2. Sommerville (US): Emerald Group
Publishing Limited. p. 47-59.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Daganghalal. 2013. Info halal [Internet]. [cited 2013
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Jan 14]. Available from: http://www.daganghalal.
Kemenristekdikti yang telah memberikan com/HalalInfo/HalalInfo.aspx
kesempatan tugas belajar tingkat doktoral di Evans AD, Evans S. 2012. Halal market dynamic: an
Universiti Putra Malaysia melalui beasiswa analysis. London (UK): Imarat Consultants.
Kaltim Cemerlang sehingga kolaborasi
Farook S, Shikoh R, Dur F, Adil M, Hasan S, Goud B,
penulisan naskah ini dapat terlaksana. Ucapan Evans S, Jazzareen F, Fitriati A, El-Shafaki R, Liu
terima kasih juga kami sampaikan kepada KP. 2013. State of the global Islamic economy
Bapak Ashari, SP, MP, kandidat doktor, rekan 2013 report. New York (US): Thomson Reuters
seperjuangan di rantau yang telah mengenalkan and Dinar Standard.
penulis dengan publikasi PSEKP.
Fischer J. 2008. Religion, science and market. EMBO
Reports. 9(9):828-831.
Abdullah MA, Afkari R, Ibrahim S. 2011. Strategi Hasan N. 2009. The making of public Islam: piety,
pengembangan usaha kecil dan menengah dalam agency, and commodification on the landscape of
menghadapi serangan ACFTA [Internet]. Kertas the Indonesian public sphere. Cont Islam. 3:229±
kerja dibentangkan di Seminar Internasional 250. doi:10.1007/s11562-009-0096-9
Universitas Islam Indragiri dengan kerja sama Henderson JC. 2010. Islam and tourism: Brunei,
Pemkab Indragiri Hilir; 2011 Jun 15; Indragiri Hilir, Indonesia, Malaysia and Singapore. In: Scott N,
Indonesia. [diunduh 2016 Agu 1]. Tersedia dari: Jafari J, editors. Tourism in the muslim world.
http://eprints.uthm.edu.my/1715/1/Dr._Rafiuddin_ Book series: Bridging tourism theory and practice.
3.pdf. Vol. 2. New York (US): Emerald Group Publishing
Limited. p. 75-89.
Abdul-Latif M. 2011. Laws and regulations in halal
certification. Kuliah Halal Philosophy pada Halal Khaosod. 2014 Jul 12. Thai halal food industry eyes
Products Research Institute, Universiti Putra Indonesian market [Internet]. [cited 2014 Nov 7].
Malaysia; 2011 Sep 30; Serdang, Malaysia. Available from: http://www.khaosodenglish.com.
Ab Rahman S, Che Man Y, Zulkifli WW. 2009. Halal [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
friendly tourism: Capturing the muslim market. In: Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia.
SERTIFIKASI HALAL SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman 69
2012. Halal assurance system 23000 series. halal global [Disertasi]. [Bogor (ID)]: Institut
Jakarta (ID): LPPOM MUI. Pertanian Bogor.
Malaysian Standard. 2004. MS 1500:2004 halal food Putra IR. 2014 Mei 12. Label halal agar ayam impor
± production, preparation, and storage ± general tak seenaknya masuk Indonesia [Internet].
guidelines. [diunduh 2015 Nov 12]. Tersedia dari: http://www.
merdeka.com/uang/label-halal-agar-ayam-impor-t
Maskur F. 2015. IKM pangan dinilai rapuh hadapi
ak-seenaknya-masuk-indonesia.html.
MEA [Internet]. [diunduh 2016 Agu 2]. Tersedia
dari: http://industri.bisnis.com/read/20151210/87/ Qardhawi Y. 2003. Halal dan haram dalam Islam.
500554/. Dalam: Ahmadi W, Badawi W, Saptorini, editors.
Meindertsma C. 2008. Pig 05049 [Internet]. [cited Surakarta (ID): Era Intermedia.
2015 Nov 11]. Available from: http://www. Rahayu EA. 2012. Jaminan kehalalan berdasarkan
christienmeindertsma.com/index.php?/books/pig- kelompok bisnis pangan di Indonesia dan
05049/. perbandingan dengan beberapa negara [Tesis],
Okezie IA. 2006. The impact of food regulation on the [Bogor (ID)]: Institut Pertanian Bogor.
food supply chain. Toxicology. 221:119-127. Rahayu WP, Nababan H, Hariyadi P, Novinar. 2012.
Othman B, Shaarani SM, Bahron A, 2016. The Keamanan pangan dalam rangka peningkatan
potential of ASEAN in halal certification daya saing usaha mikro, kecil dan menengah
implementation: a review. Pertanika J Soc Sci untuk penguatan ekonomi nasional. Makalah
Hum. 24(1):1-24. disampaikan pada Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi X; 2012 Nov 20-21; Jakarta, Indonesia.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian nomor
13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang persya- Riaz NM, Chaudry MM. 2004. Halal food production.
ratan rumah potong hewan ruminansia dan unit Florida (US): CRC Press LLC.
penanganan daging (meat cutting plant). 2010. Saida M, Hassan F, Musa R, Rahman NA. 2014.
Jakarta (ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi
$VVHVVLQJ FRQVXPHUV¶ SHUFHSWLRQ NQRZOHGJH DQG
Manusia RI.
UHOLJLRVLW\ RQ 0DOD\VLD¶V KDODO IRRG SURGXFWs.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian nomor: Procedia. 130:120-128.
50/Permentan/OT.140/9/2011 tentang rekomen-
Saifullah R. 2008. Studi kebijakan pangan halal di
dasi persetujuan pemasukan karkas, daging,
Indonesia [Skripsi]. [Bogor (ID)]: Institut Pertanian
jeroan, dan/atau olahannya ke dalam wilayah
Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen
negara Republik Indonesia. 2011. Jakarta (ID):
Ilmu dan Teknologi Pangan.
Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia RI.
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor Schneider H, Krieger J, Bayraktar A. 2011. The
69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. impDFW RI LQWULQVLF UHOLJLRVLW\ RQ FRQVXPHUV¶ HWKLFDO
1999. Jakarta (ID): Kementerian Sekretariat beliefs: does it depend on the type of religion? A
Negara RI. comparison of Christian and Moslem consumers
in Germany and Turkey. J Bus Ethics. 102:319-
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 332.
95 tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat
veteriner dan kesejahteraan hewan. 2012. Jakarta Soesilowati ES. 2010. Business opportunities for halal
(ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia products in the global market: muslim consumer
RI. behaviour and halal food consumption. JISSH.
3:151-160.
Pew Research Center. 2011. The future of the global
muslim population, projections for 2010-2030. Spiegel MV, van der Fels-Klerx HJ, Sterrenburg P,
Washington, D& 86 3HZ 5HVHDUFK &HQWHU¶V van Ruth SM, Scholtens-Toma IMJ, Kok EJ. 2012,
Forum on Religion dan Public Life. Halal assurance in food supply chains: verification
of halal certificates using audits and laboratory
Post DL. 2005. Standards and regulatory capitalism: analysis. Trends Food Sci Technol. 27(2):109-
the diffusion of food safety standards in 119.
developing countries. AAPSS. 598:168-183.
Sumarsongko. 2013. Penerapan sistem jaminan halal
Prabowo S, Abd Rahman A, Ab Rahman S, Abu untuk mendapatkan PAH yang ASUH. Presentasi
Samah A. 2015. Revealing factors hindering halal Direktur LPPOM MUI Kaltim dalam Rakorwil IV
certification in East Kalimantan Indonesia. J MUI; 2013 Nov 6; Samarinda, Indonesia.
Islamic Mark. 6(2):268-291.
Tempo. 2016. Industri makanan dan minuman
Prasetya E. 2015 Mei 2. Cegah daging celeng,
diprediksi tumbuh 7% [Internet]. [diunduh 2016
pedagang bakso wajib bersertifikat halal [Internet].
Agu 2]. Tersedia dari https://m.tempo.co/read/
[diunduh 2015 Nov 12]. Tersedia dari: http:
news/2016/06/03/092776703/
//www.merdeka.com/peristiwa/cegah-daging-celen
g-pedagang-bakso-wajib-bersertifikat-halal.html. Trienekens J, Zuurbier P, 2008. Quality and safety
standards in the food industry, developments and
Purnomo D. 2011. Strategi pengembangan
challenges. Int J Prod Econ. 113:107-122.
agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis
70 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 57-70
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 Wilson JAJ, Belk RW, Bamossy GJ, Sandikci Ö,
tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan Kertajaya H, Sobh R, Liu J, Scott L, 2013. Crecent
hewan. 2009. Jakarta (ID): Sekretariat Negara RI. marketing, muslim geographies and brand Islam.
Reflections from the JIMA Senior Advisory Board.
[UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 J Islamic Mark. 4(1):22-5
tahun 2014 tentang jaminan produk halal. 2014.
Jakarta (ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi Zuraya N. 2014 Jan 1. Produk IKM minim label halal
Manusia RI. [Internet]. [diunduh 2016 Agu 2]. Tersedia dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/industri/14/
Wahid N. 2012. Melihat produk halal dari perspektif 12/22/.
keunggulan komparatif. J Halal. 98:30-31.