Anda di halaman 1dari 8

Vol. 15, No.

01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X


DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LAJU


PERKEMBANGAN INDUSTRI PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN
HALAL INDONESIA
1
Yuli Yana Fitri, 2Muhammad Iqbal Fasa, 3Suharto
1,2,3
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Indonesia
Email : yuliyanafitri08@gmail.com1, miqbalfasa@radenintan.ac.id2,
prof.suharto@radenintan.ac.id3

ABSTRACT
The Concept of Halal Food and Drink. For Muslim consumers, halal food is a product with halal
certification marked by a halal symbol on the packaging. The development of halal food and beverages
continues to increase along with the growth of the Muslim population. This study aims to collect and
analyze journals related to the value chain and the public awareness perspective on halal food. The
research method is qualitative. The results of the study that public awareness of the importance of
consuming halal food and beverages can encourage Halal Value Chain (HVC).
Keywords: halal, manufacturer, halal-certified.

ABSTRAK
Konsep Makanan dan Minuman Halal. Bagi konsumen Muslim, makanan halal merupakan produk
dengan sertifikasi halal ditandai dengan lambang halal pada kemasan. Perkembangan makanan dan
minuman halal terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan populasi muslim. Penelitian
ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa jurnal yang berhubungan dengan value chain dan
perspektif kesadaran masyarakat terhadap makanan halal. Metode penelitian bersifat kualitatif. Hasil
penelitian bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan dan minuman halal dapat
mendorong Halal Value Chain (HVC).
Kata Kunci: halal, produsen, sertifikat halal

PENDAHULUAN
Produk makanan dan minuman halal adalah makan dan minuman bersertifikasi halal,
yang disertai lambang halal pada kemasan. Bagi muslim, lambang halal menunjukan produk
tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh hukum syariah sehingga layak
dikonsumsi. Tetapi bagi non-muslim, logo halal ini mewakili tanda kebersihan, kualitas,
kemurnian dan keamanan. Value chain atau biasa dikenal dengan rantai nilai adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa. Apabila
dihubungkan dengan industri, maka rantai nilai makanan menuju aspek penting agar mengubah
komoditas pertanian menjadi produk akhir untuk memenuhi kebutuhan konsumen.(Subianto
and Pratiwi 2018)
Industri menurut KBBI yaitu kegiatan memproses barang dengan menggunakan sarana
dan peralatan, misalnya mesin. Sedangkan halal artinya ialah diizinkan. Industri halal
merupakan kegiatan memproses barang dengan menggunakan sarana dan peralatan yang
diizinkan dengan syariah Islam.(Bakar, Pratami, and Sukma 2021)
Konsep halal ( pangan) mencakup semua aspek mulai dari bahan baku sampai produk
disajikan. Halal mewajibkan produk pangan bergizi yang dibuat dari bahan-bahan yang
diijinkan, bersih, dan higienis. Konsumen muslim juga menuntut produk yang sehat dan
berkualitas, dengan persyaratan syariah. Sertifikat halal dapat menjdi peran penting untuk
membuktikan kepada konsumen bahwa produk telah mendapatkan kondisi yang diperlukan dari
produk halal.
Penelitian oleh Mohamed et al. (2008) berdasarkan hasil sebelumnya menyatakan bahwa
sertifikasi halal dapat mengurangi keraguan dan meningkatkan kepercayaan dan kepercayaan
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 122
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
konsumen halal. Rajagopal et al. (2011) dan Bakar et al. (2016) menyatakan bahwa makanan
bersertifikat halal memberikan jaminan bahwa makanan telah diproduksi, diproses dan
ditangani dengan aman sesuai dengan persyaratan agama. Tidak itu saja, sertifikasi halal produk
makanan juga digunakan untuk alat pemasaran agar menarik lebih banyak basis
konsumen.(Estiasih, Ahmadi, and Harijono 2019)
Peningkatan nilai dalam aktifitas industri halal di Indonesia didukung pula oleh
peningkatan kesadaran sebagaimana konsumsi sektor industri halal dari penduduk Indonesia
yang merupakan 12,7% dari populasi penduduk muslim dunia. Kesadaran inilah yang pada
akhirnya merubah gaya hidup atas konsumsi barang produksi.(Annisa 2019) Perubahan ini
berdampak relevan pada gaya hidup halal atau halal lifestyle yang menjadi indicator universal
yang akhirnya diterima dan diikuti bagi semua kalangan masyarakat.

LANDASAN DASAR TEORI AL-QUR'AN DAN HADITS


al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum Islam secara jelas menetapkan bahwa ada
ketentuan halal dan haram bagi umat Islam. Al-Qur’an dan Hadits adalah petunjuk bagi umat
Islam untuk senantiasa mengkonsumsi makanan dalam pencantuman label halal(Yulia 2015)
terhadap makanan yang menjadi garansi dalam konsumen untuk memilih makanan yang akan
dikonsumsi, khususnya muslim. Seperti yg terdapat pada Al-qur’an Surah Al- Baqarah [2]:168.

‫َّالنطََََبت َّهالَّ سَ ا‬
‫تال س‬ ‫حا اٰو َطا ابًَّ ََ اا س اراباعس َّاكالا كو ك‬ َّ ‫ياَ اَيُّ اهَ النَّسَ ك ا كلوكا‬
َّ ِ‫لام ساَ ا َّْلالرا‬
‫ناككما ا‬
‫ع كاد ٌّ ا ُّم َّبها‬
Artinya: “Wahai manusia!Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi
dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah setan.Sungguh, setan itu musuh yang nyata
bagimu.” (QS.Al- Baqarah:[2]:168). Ditengah kanan dan barang yang halal.

Ayat di atas memerintahkan agar manusia selalu mengkonsumsi produk halal. Dalam
Islam, halal dan baik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.(Ali 2016) Keduanya
berpengaruh besar dalam pembentukan psikis dan fisik manusia, juga dengan perilaku dan
pembentukan akhlak. Hal ini menjadi tolak ukur dari cerminan penilaian awal yang
mempengaruhi perilaku seseorang, karena makanan dan minuman bagi umat Islam tidak hanya
sekedar untuk memenuhi kebutuhan secara lahiriah saja, akan tetapi juga bagian dari kebutuhan
spiritual yang wajib dipenuhi.

A. Industri Produk Halal


Penjelasan mengenai Industri Produk Halal Dalam hal ini produk halal mengacu pada
Undang- Undang RI Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Dalam Pasal 1
disebutkan produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat,
kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang
dipakai,(Gimeno-Gilles et al. 2016) digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk
Halal adalah Produk yang sudah terbukti halal sesuai dengan syariat Islam.

B. Strategi Pengembangan Produk Halal


Perencanaan pengembangan produk merupakan suatu kegiatan (kewajiban) yang harus
dilaksanakan oleh seorang pimpinan pabrik atau produsen dalam menentukan dan
mengembangkan usahanya atau produknya, memperbaiki produk yang sudah ada, menambah
manfaat/kegunaan dari produk yang sudah dijalankan serta mengurangi biaya produksi dan
biaya pembungkus(Pengembangan et al. 2020). Biasanya pengembangan produk dilakukan
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 123
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
apabila:
a. Suatu organisasi mempunyai produk yang sukses yang berada pada tahapan dewasa daur
hidup suatu produk
b. Suatu organisasi dalam kondisi bersaing pada industri dengan karakteristik sedang
berkembang dalam bidang tehnologi secara cepat
c. Pesaing unggulan atau yang utama menawarkan kualitas yang bagus dan harga
terjangkau
d. Suatu organisasi bersaing dalam industri dengan posisi pertumbuhan yang sangat tinggi
e. Suatu organisasi yang dalam posisi sangat kuat dalam bidang penelitian maupun
pengembangan .

C. Makanan Halal
Makanan adalah sesuatu bentuk yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
juga tidak diolah, yang diberikan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. Pada dasarnya,
seluruh makanan dan minuman yang ada di mukabumi,(Ii and Teori 2014) baik yang ada di
daratan maupun di lautan, juga yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan, dikatakan
halal karena memang diperuntukkan bagi manusia. Dan dikatakan Haram karena bisa
membahayakan kehidupan mereka. Sehubungan dengan hal itu, sebagai orang yang beriman
kita wajib mengetahui mana makanan dan minuman halal yang boleh dikonsumsi, serta yang
haram dan wajib dihindari.

1. PERKEMBANGAN INDUSTRI HALAL DI INDONESIA


Islam mengajarkan umatnya agar mengonsumsi produk yang halal dan thayyib. Didalam
Islam, ada tiga kategori hukum yang disematkan kepada suatu produk, yaitu halal, haram dan
syubhat. Halal artinya adalah diizinkan,(Mulasakti et al. 2020) dapat digunakan dan sah
menurut hukum Islam. Sebaliknya, haram berarti tidak diizinkan dan akan dilarang untuk
digunakan.
pentingnya kajian hukum Islam salah satunya tergantung maqashid syari’ah nya, yang
menjadi bagian kerangka yang melandasi pembentukan invovasi, pengembangan, pengelolaan
dan pemasaran industri halal di Indonesia.bagian dari kajian hukum Islam untuk mengetahui
maksud dan hikmah dari adanya perintah dan larangan dalam hukum Islam. (Nurrahma, n.d.)
Dilihat dari pengertian, istilah lain dari industri halal adalah industri syariah atau industri
Islam. Secara etimologi, halal diartikan sebagai aktifitas yang diperintahkan oleh Alquran dan
Sunnah. Adapun secara terminologi industri mencakup semua barang dan jasa yang diolah atau
diproduksi oleh kegiatan ekonomi. Industri halal adalah industri yang menghasilakn barang dan
jasa halal menurut syariah.(Razalia and Syahputraa 2021) Istilah halal juga digunakan pada
makanan halal, dapur, kode pakaian, peralatan makanan, logo, dan sertifikat halal. Anonim dari
halal sendiri adalah haram. Untuk menghindari haram, setiap individu harus mengikuti petunjuk
terkait halal dan haram sebagaimana yang diajarkan oleh Alquran dan Sunnah.
Indonesia sebagai negara mayoritas penduduknya beragama Islam tentu tidak akan
ketingggalan untuk mengusahakan potensi bisnis industri halal. Berbagai upaya sudah
dilakukan pemerintah untuk mengembangkan industri halal.(Astuti 2020) Dari segi regulasi,
industri halal di Indonesia diperjelas pada UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk
Halal. UU Jaminan Produk Halal ini tujuan nya untuk memberikan kenyamanan, keamanan,
keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan
menggunakan produk, dengan meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 124
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
memproduksi dan menjual produk halal .

2. SERTIFIKASI HALAL
Sertifikasi halal adalah proses yang wajib dilaksanakan oleh pelaku usaha untuk
membuktikan kehalalan atas uji pemeriksaan kandungan dan proses pembuatan produk pangan,
obat-obatan maupun kosmetik yang dilakukan melalui lembaga penjamin halal dan dapat
ditandai dengan dicantumkannya label halal pada produk.(Rofifah 2020)
Bagi Pelaku Usaha yang sudah memperoleh sertifikat halal ada beberapa kewajiban yang
harus dilakukan yaitu:

a) mencantumkan Label Halal terhadap Produk yang telah mendapat Sertifikat Halal;
b) menjaga kehalalan Produk yang telah memperoleh Sertifikat Halal;
c) memisahkan lokasi, tempat dan pe nyembelihan, alat pengolahan, penyimpanan, pe
ngemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara Produk Halal dan tidak
halal;
d) memperbarui Sertifikat Halal jika masa berlaku Sertifikat Halal berakhir; dan
e) melaporkan perubahan komposisi Bahan kepada BPJPH.(Hidayat, Siradj, and Selatan
2015)

Proses Sertifikasi Halal diawali dengan pelaku usaha yang melakukan pendaftaran
sertifikasi halal langsung kepada LPPOM-MUI dengan dua persyaratan yang harus dipenuhi
sebelum dilakukannya audit, terlebih dahulu harus melengkapi dokumen dan pelunasan
pembiayaan. Akan tetapi sebelum itu, perusahaan harus menggunakan sistem Jaminan Halal
(SJH), (Gide 1967)antara lain: penetapan kebijakan halal, penetapan Tim Manajemen Halal,
pembuatan manual SJH, pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH, pelaksanaan
internal audit dan kaji ulang manajemen.
Kewajiban sertifikasi halal sesuai dengan UU JPH mulai dilaksanakan tanggal 17 Oktober
2019. Pelaksanaan sertifikasi akan dilaksanakan secara bertahap. Pada tahap awal ini, sertifikasi
lebih diutamakan pada makanan dan minuman . Kemudian baru membuka pada produk
kosmetik, obat, dan alat medis. Selama kurun waktu lima tahun ini, BPJPH akan lebih
persuasive dalam melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada pelaku usaha. Memberi
kesempatan kepada pelaku usaha untuk mengurus sertifikasi halal.(Faridah 2019)
Setelah dinyatakan halal oleh LPH, BPJPH akan melanjutkan laporan hasil inspeksi dan
atau uji produk kepada kepada MUI untuk dikeluarkan fatwanya.(Rasyid 2015) MUI akan
menentukan hal tersebut terhadap sidang fatwa yang akan dilakukan dalam kurun waktu 30
(tiga puluh) hari kerja sejak laporan diterima. Ketentuan dari MUI akan diberikan kepada
BPJPH untuk digunakan sebagai dasar pembuatan sertifikat halal dalam kurun waktu 7 (tujuh)
hari kerja saat laporan diterima. Sertifikat tersebut berlaku selama 4 (empat) tahun sejak
penerbitan sertifikat.

3. MINAT BELI
Minat beli adalah rencana untuk membeli barang tertentu atau Layanan di masa depan.
Ini mengarah pada probabilitas subyektif Membeli produk atau merek tertentu oleh konsumen.
Keputusan konsumen membeli produk diawali karena adanya minat. Para ahli terus berusaha
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mendorong minat konsumen membeli produk
termasuk produk halal.(Kusumastuti 2020) Studi-studi Keinginan beli mungkin juga
Didefinisikan sebagai “kesiapan dan kesediaan individu untuk membeli produk tertentu atau
Layanan.(Vristiyana 2019) Minat adalah disituasi tertentu seseorang akan mempunyai pikiran
untuk membeli sesuatu barang. “Berdasarkan Theory Planned Behavior kaitannya dengan
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 125
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
minat seseorang akan mempunyai pikiran untuk mengendalikan perilaku yang dialaminya. Ciri-
ciri dipakai dalam upaya untuk melihat sesorang untuk terlibat langsung dalam sejumlah
transaksi”. Minat adalah sebuah dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu
pada objek tertentu,minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif,dan motorik dan
merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang di inginkan Minat Pembelian Produk
halal yang rutin diukur dan digunakan pada praktisi pemasaran sebagai petunjuk untuk
penjualan atau perkiraan pangsa pasar.

4. JAMINAN PRODUK HALAL


Pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan Jaminan Produk Halal (JPH),
secara aman, nyaman dan melindungi konsumen dalam mengkonsumsi dan menggunakan
produk. Pelaksana Jaminan produk halal ini dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Produk Halal (BPJPH). Pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Produk halal
yang menerbitkan dan mencabut sertifikat Halal dan label halal.(Permenkes RI No. 43 2019
2019)
Keberadaan UU tentang jaminan Produk Halal yang saat kini masih berupa RUUJPH
yang mewujudkan suatu harapan besar bagi perlindungan konsumen terutama umat Islam
Indonesia terhadap keselamatan dan keamanaan produk yang dikonsumsinya. Karena selama
ini produk yang beredar di masyarakat tidak semuanya diketahui kualitas maupun tingkat
kehalalannya. Sedangkan syarat peredaran produk makanan itu adalah yang aman dikonsumsi
masyarakat. (Fathimah 2017).
Tujuan terpenting pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal adalah kepastian hukum, Radbruch berprinsip pada empat hal
yang berhubungan dengan makna kepastian hukum. Pertama, hukum itu positif. Kedua, hukum
itu didasarkan pada fakta atau hukum yang mengatur adanya keterangan. Ketiga, kenyataan
(fakta) harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam
pemaknaan Di samping mudah dilaksanakan. Keempat, hukum positif tidak boleh mudah
berubah.(Ariny and Nurhasanah 2020)

5. PRODUK MAKANAN HALAL DALAM KONSEP SYARIAH


Food Industry atau industry makanan adalah industri yang mencakup pengolahan produk
pertanian, perkebunan, dan perikanan menjadi makanan dan juga mencakup produk setengah
jadi yang tidak secara langsung menjadi produk makanan Industri. Industri makanan ini sudah
menjadi salah satu industry yang berkembang dengan cepat dewasa ini. Proses mengeluarkan
produk makanan halal tidak hanya mulai dari sumber makanan itu berasal tetapi juga mencakup
proses pengepakan, ditribusi, pengolahan sampai pada penyajian. (Nurdin et al. 2019)

6. HALAL LOGISTIC
Logistik adalah proses perencanaan, implementasi, dan pengendalian terkait proses
penyimpanan barang dan jasa agar dapat memenuhi kebutuhan dari pelanggan.(Waharini and
Purwantini 2018) Tujuan utama dari logistik adalah untuk meyakinkan bahwa konsumen dapat
menikmati, menggunakan, atau mengkonsumsi produk pada waktu dan jumlah yang tepat,
sesuai kebutuhan, serta dalam kondisi yang baik. hingga bisa disimpulkan bahwa manajemen
logistik mencakup berbagai aktivitas, antara lain: transportasi, penyimpanan dan pergudangan,
manajemen persediaan, pelayanan kepada konsumen, dan lain-lain.
Sistem logistik halal merupakan bagian dari manajemen rantai pasok yang terdapat dalam
industri makanan halal. Secara global, produk makanan halal tertinggi dalam pemasaran dan
penjualannya adalah daging halal dengan persentase sebesar 47,79% pada tahun 2019 dan
diperkirakan akan mengalami kenaikan pada tahun 2030 dengan persentase lebih dari 80%.
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 126
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
(Ashari 2021)

KESIMPULAN
Deskripsi Industri Produk Halal Dalam kajian ini deskripsi tentang produk halal mengacu
pada Undang- Undang RI Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk .UU Jaminan Produk
Halal ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk,
serta meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk
halal .
Sertifikasi halal adalah serangkaian proses yang wajib dilakukan oleh pelaku usaha untuk
membuktikan kehalalan atas uji pemeriksaan kandungan dan proses pembuatan produk pangan,
obat-obatan maupun kosmetik yang dilakukan melalui lembaga penjamin halal dan dapat
ditandai dengan dicantumkannya label halalpadaproduk.

Bagi Pelaku Usaha yang telah memperoleh sertifikat halal ada beberapa kewajiban yang
harus dilaku kan yaitu: mencantumkan Label Halal terhadap Produk yang telah mendapat
Sertifikat Halal; menjaga kehalalan Produk yang telah memperoleh Sertifikat Halal;
memisahkan lokasi, tempat dan pe nyembelihan, alat pengolahan, penyimpanan, pe ngemasan,
pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara Produk Halal dan tidak halal; memperbarui
Sertifikat Halal jika masa berlaku Sertifikat Halal berakhir; dan melaporkan perubahan
komposisi Bahan kepada BPJPH.

SARAN
1. karena indutri makanan dan minuman halal semakin berkembang, baiknya masyarakat
lebih waspada dan hati-hati. Perlu adanya jaminan serta sertifikasi halal pada produk
2. Pemerintah (Negara) Badan Pengawas Jaminan Produk Halal (BPJPH) kepada para
produsen atau pelaku usaha yang akan mengedarkan barangnya kepada konsumen agar
bisa membedakan mana barang yang halal dan tidak halal, sesuai dengan keinginan
masyarakat muslim.
3. Minatnya Pembelian Produk halal yang rutin dan digunakan pada praktisi pemasaran
sebaiknya sebagai petunjuk untuk penjualan atau perkiraan pangsa pasar.

REFERENSI
Ali, Muchtar. 2016. “Konsep Makanan Halal Dalam Tinjauan Syariah Dan Tanggung Jawab
Produk Atas Produsen Industri Halal.” AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah 16 (2): 291–306.
https://doi.org/10.15408/ajis.v16i2.4459.
Annisa, Arna Asna. 2019. “Kopontren Dan Ekosistem Halal Value Chain.” Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam 5 (01): 1. https://doi.org/10.29040/jiei.v5i01.398.
Ariny, Bintan Dzumirroh, and Nurhasanah. 2020. “Dampak Positif Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Dalam Menciptakan Sistem Jaminan Produk
Halal Di Indonesia.” Syarie : Jurnal Pemikiran Ekonomi Islam 3 (2): 198–218. https://stai-
binamadani.e-journal.id/Syarie/article/view/204/170.
Ashari, Reza Tanah. 2021. “Pengembangan Sistem Logistik Produk Halal Di Indonesia.” Halal
Research Journal 1 (1): 8–19. https://doi.org/10.12962/j22759970.v1i1.13.
Astuti, Mirsa. 2020. “Pengembangan Produk Halal Dalam Memenuhi Gaya Hidup Halal (Halal
Lifestyle).” IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum 1 (1): 14–20.
http://jurnal.bundamediagrup.co.id/index.php/iuris/article/view/16.
Bakar, Abu, Arifa Pratami, and Aji Pribadi Sukma. 2021. “Analisis Fiqih Industri Halal.”
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 127
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Taushiah 11 (1): 1–13.
Estiasih, Teti, Kgs. Ahmadi, and Harijono Harijono. 2019. “Pengembangan Sistem Jaminan
Halal Produk Minuman Herbal Instan Di Industri Kecil Menengah (IKM) ‘DIA.’”
TEKNOLOGI PANGAN: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian
10 (2): 121–27. https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1651.
Faridah, Hayyun Durrotul. 2019. “Halal Certification in Indonesia; History, Development, and
Implementation.” Journal of Halal Product and Research 2 (2): 68.
https://doi.org/10.20473/jhpr.vol.2-issue.2.68-78.
Fathimah, Ema. 2017. “Jaminan Produk Halal Bagi Perlindungan Konsumen Telaah RUUJPH
(Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal) Dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Islam.” Muamalah 3 (1): 73–86.
Gide, André. 1967. “済無No Title No Title No Title.” Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 5–24.
Gimeno-Gilles, Christine, Eric Lelièvre, Laure Viau, Mustafa Malik-Ghulam, Claudie Ricoult,
Andreas Niebel, Nathalie Leduc, et al. 2016. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢
者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.” Euphytica 18 (2): 22280.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jplph.2009.07.006%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.neps.2015.0
6.001%0Ahttps://www.abebooks.com/Trease-Evans-Pharmacognosy-13th-Edition-
William/14174467122/bd.
Hidayat, Asep Syarifuddin, Mustolih Siradj, and Jakarta Selatan. 2015. “Sertifikat Halal Dan
Non Halal Pada Produk Pangan Industri.” Jurnal Ahkam XV (2): 199–210.
Ii, B A B, and A Deskripsi Teori. 2014. “Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2014 Tentang Jaminan Produk Halal Ibid. 11,” 11–63.
Kusumastuti, Dani Kusumastuti. 2020. “Minat Beli Produk Halal Di Indonesia: Studi Pemetaan
Sistematis.” Mabsya: Jurnal Manajemen Bisnis Syariah 2 (2): 27–50.
https://doi.org/10.24090/mabsya.v2i2.3929.
Mulasakti, Gilang Pandega, Program Studi, Ekonomi Islam, and Universitas Diponegoro. 2020.
“Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam , 6 ( 02 ), 2020 , 294-303 Faktor Penentu Minat Beli Produk
Makanan Dan Minuman Impor Berlabel Halal.” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 6 (02): 294–
303.
Nurdin, Nurdin, Novia Novia, Arif Rahman, and Ririn Suhada. 2019. “Potensi Industri Produk
Makanan Halal Di Kota Palu.” Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Bisnis Islam 1 (1): 1–12.
https://doi.org/10.24239/jiebi.v1i1.1.1-12.
Nurrahma, Ayuni. n.d. “INDONESIA.”
Pengembangan, Strategi, Produk Halal, Dalam Meningkatkan, Institut Pesantren, K H Abdul,
Chalim Mojokerto, Institut Pesantren, K H Abdul, and Chalim Mojokerto. 2020. “AL- ‘
ADALAH : Jurnal Syariah Dan Hukum Islam SAING INDUSTRI HALAL DI
INDONESIA Muawanah Nur Dinah Fauziah Aqnes Cahyatria Manaku Institut Pesantren
KH . Abdul Chalim Mojokerto AL- ‘ ADALAH : Jurnal Syariah Dan Hukum Islam
PENDAHULUAN Sesuai Dengan Pertum” 5 (1): 35–49.
Permenkes RI No. 43 2019. 2019. “No Title‫س‬.” ペインクリニック学会治療指針2, no. 2:
1–13.
Rasyid, M Hamdan. 2015. “Peranan Undang-Undang Jaminan Produk Halal Dalam Menjamin
Kehalalan Makanan Dan Minuman.” Jurnal Syariah 3 1 (November): 4–27.
Razalia, Ramadhan, and Angga Syahputraa. 2021. “Industri Halal Di Aceh : Strategi Dan
Perkembangan.” Al-Qardh 6 (1): 17–29.
Rofifah, Dianah. 2020. “済無No Title No Title No Title.” Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 12–26.
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 128
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Subianto, and Pratiwi. 2018. “Rantai Nilai Dan Perspektif Kesadaran Masyarakat Muslim Akan
Makanan Halal.” Journal.Uii.Ac.Id 1: 141–46.
https://journal.uii.ac.id/CIMAE/article/view/13362.
Vristiyana, Visca Mirza. 2019. “PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENGETAHUAN
PRODUK HALAL TERHADAP PENILAIAN PRODUK HALAL DAN MINAT
PEMBELIAN PRODUK HALAL (Studi Kasus Pada Industri Makanan.” Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis 20 (1): 85. https://doi.org/10.30659/ekobis.20.1.85-100.
Waharini, Faqiatul Mariya, and Anissa Hakim Purwantini. 2018. “Model Pengembangan
Industri Halal Food Di Indonesia.” Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 9
(1): 1. https://doi.org/10.18326/muqtasid.v9i1.1-13.
Yulia, Lady. 2015. “Halal Products Industry Development Strategy Strategi Pengembangan
Industri Produk Halal.” Jurnal Bisnis Islam 8 (1): 121–62.
https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/view/171/118.

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.128 129

Anda mungkin juga menyukai